Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROGRAM NASIONAL KESEHATAN LANSIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu :

Ibu Puji Purwaningsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Dewi Yuniasari ( 011191050 )


2. Umi Rahmawati ( 011191055 )
3. Sonia Risma S ( 011191059 )
4. Novi Anggraeni ( 011191074 )

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat serta hidayahnya
sehingga senatiasa kita dapat menyelesaikan makalah program nasional Kesehatan lansia.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik II.

i
Penyusunan makalah Program Nasional Kesehatan Lansia ini didasari oleh
adanya peningkatan jumlah populasi lansia dengan menitik beratkan pada penanganan
dibidang kesehatan dan keperawatan yang di dasari oleh PMK RI NO.25 TAHUN 2016
tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia tahun 2016-2019. Untuk
meningkatkan derajat Kesehatan lansia pemerintah membuat beberapa kebijakan-
kebijakan pelayanan Kesehatan lansia. Tujuan kebijakan pelayanan Kesehatan lansia
adalah meningkatkan derajar Kesehatan lansia untuk mencapai lansia sehat, mandiri,
aktif, produktif dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat
Kami menyadari kelehaman serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati kami menuturkan ucapan terimakasih. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan
dan penyempurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
pembaca.

Ungaran , 23 februari 2022

(Tim Penyusun)

DAFTAR ISI

ii
COVER.............................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................1-2

B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2

C. TUJUAN...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. DEFINISI PROGRAM NASIONAL KESEHATAN LANSIA...........................................2

B. KEBIJAKAN TERKAIT LANSIA...................................................................................3-5

C. KEGIATAN-KEGIATAN DALAM PEMBINAAN LANSIA........................................5-7

D. PROGRAM NASIONAL KESEHATAN LANSIA.......................................................7-11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12

A. KESIMPULAN...................................................................................................................12

B. SARAN...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Proses atau proses penuaan. Usia
lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal
yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut. Hal tersebut
merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia.(WHO,2020)

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu Kesehatan perlu di
pelihara dan ditingkatkan kualitasnya. untuk itu kita berusaha mewujudkan masa depan
yang akan datang dengan penduduk dan masyarakat hidup dalam lingkungan yang sehat
dan berperilaku sehat, serta mampu menjangkau pelayanan Kesehatan yang bermutu,
adil, merata serta memiliki derajat Kesehatan yang setinggi tingginya. Keperawatan
sebagai bagian integral dari sistem pelayanan Kesehatan nasional turut serta mengambil
bagian dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia dengan menitik
beratkan pada penanganan dibidang kesehatan dan keperawatan.
Untuk meningkatkan derajat Kesehatan lansia pemerintah membuat beberapa
kebijakan-kebijakan pelayanan Kesehatan lansia. Tujuan kebijakan pelayanan Kesehatan
lansia adalah meningkatkan derajar Kesehatan lansia untuk mencapai lansia
sehat,mandiri,aktif,produktif dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat. Serta
menigkatkan cakupan dan kualitas pelayanan Kesehatan santun lansia, meningkatkan
koordinasi dengan lintas program,lintas sector,organisasi profesi dan pihak terkait
lainnya, meningkatkan ketersediaan data dan informasi di bidang Kesehatan lansia,
meningkatnya peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lansia dalam
upaya serta peningkatan Kesehatan lansia, meningkatnya peran serta lansia dalam upaya
peningkatan Kesehatan keluarga dan masyarakat. ( KEMENKES,2016)

1
Dalam hal ini perlu sekiranya diketahui informasi mengenai tingkat kesehatan dan
tingkat ketergantungan lansia di masyarakat. Salah satu contoh sistem pelayanan
Kesehatan di masyarakat adalah kegiatan posyandu lansia. Posyandu adalah fasilitas
pelayanan Kesehatan masyarakat yang didirikan di desa kecil yang tidak terjangkau oleh
rumah sakit atau klinik. Tujuan posyandu lansia adalah memperdayakan kelompok lansia
sehingga mampu untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya
serta data menyumbangkan tenaga dan kemampuannya untuk kepentingan keluarga dan
masyarakat di sekitarnya. Kegiatan-kegiatan dalam posyandu, lansia akan di kembangkan
lebih bersifat mempertahankan derajat Kesehatan, meningkatkan daya ingat,
meningkatlan rasa percaya diri dan kebugaran jasmani serta rohani pada lansia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang dimaksud dengan Program Nasional Kesehatan Lansia ?
2. Apa saja Kebijakan Lansia?
3. Apa saja Kegiatan-Kegiatan Pembinaan Lansia?
4. Apa saja Program Nasional Lansia ?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami dan mengetahui tentang Program Nasional Kesehatan Lansia
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang Kebijakan Lansia
3. Untuk mengetahui dan memahami Kegiatan-Kegiatan Pembinaan Lansia
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja Program Nasional Lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PROGRAM NASIONAL KESEHATAN LANSIA


Program Kementrian Kesehatan di Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan status
Kesehatan para lansia, diantaranya :
1. Peningkatan dan pemantapan upaya Kesehatan para lansia di pelayanan Kesehatan
dasar, khususnya puskesmas dan kelompok lansia melalui konsep puskesmas santun
lanjut usia.
2. Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia di rumah sakit.
3. Sosialisasi program kesehatan lansia, serta pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan dan pembinaan kelompok usia lanjut/posyandu untuk lansia di
masyarakat.
4. Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan status gizi bagi
lansia.

B. KEBIJAKAN TERKAIT LANSIA


1. Pembinaan Lansia di Indonesia
Dilaksanakan berdasarkan peraturan Undang-Undang RI No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan Kesehatan dimaksudkan
untuk memelihara dan meningkatkan Kesehatan serta kemampuan lansia, upaya
penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan.
2. Kebijakan Kementrian Kesehatan dalam Pembinaan Lansia
Kebijakan kementrian Kesehatan dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari
pembinaan keluarga. Pembinaan Kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya
menumbuhkan sikap dan perilaku yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu
sendiri untuk mengatasi masalah Kesehatan dengan dukungan oleh tenaga yang
professional, menuju terwujudnya keluarga yang sehat.
Dasar hukum dan pengembangan program pembinaan Kesehatan usia lanjut yaitu:
1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khusus bab VII :
kesehatan ibu , bayi , anak, remaja ,lanjut usia dan penyandang cacat, pasal 138 :

3
a. Ayat 1 : usaha kesehatan bagi lanjut usia harus ditunjukan untuk menjaga agar
tetap hidup sehat dan produktif secara social maupun ekonomis sesuai dengan
martabat manusia
b. Ayat 2 : pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat hidup
mandiri dan produktif secara social dan ekonomis
2. Peraturan presiden RI No.72 tahun 2012 tentang sistem kesehatan nasional
3. Keputusan menteri kesehatan nomor 374 tahun 2012 tentang berlakunya sistem
kesehatan nasional
4. Keputusan menteri koordinasi kesejahteraan rakyat nomor 05 tahun 1990 tentang
pembentukan tim kerja geatrik
3. Kebijakan Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019
Prinsip-prinsip dalam mewujudkan lanjut usia sehat, mandiri, aktif dan produktif
meliputi:
1. Menjadi lanjut usia sehat adalah hak asasi setiap manusia.
2. Pelayanan kesehatan primer adalah ujung tombak untuk tercapainya lanjut usia
sehat yang didukung oleh pelayanan rujukan yang berkualitas.
3. Partisipasi lanjut usia perlu diupayakan dalam kegiatan baik di keluarga maupun
masyarakat berupa kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan kemampuan, minat
dan kondisi kesehatannya.
4. Pelayanan bagi lanjut usia diupayakan secara lintas program dan lintas sektor.
5. Pelayanan bagi lanjut usia perlu dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip
keadilan dan kesetaraan gender.

Kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia disusun berdasarkan prinsip-prinsip


mewujudkan lanjut usia sehat sebagai berikut:

1. Pembinaan kesehatan lanjut usia terutama ditujukan pada upaya peningkatan


kesehatan dan kemampuan untuk mandiri, tetap produktif dan berperan aktif
dalam pembangunan, selama mungkin.
2. Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan peran keluarga dan masyarakat,
serta menjalin kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi

4
kemasyarakatan, kelompok khusus, dan swasta dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan lanjut usia secara berkesinambungan
3. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan holistik
dengan memperhatikan nilai sosial dan budaya yang ada.
4. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan secara terpadu dengan
meningkatkan peran, koordinasi dan integrasi dengan lintas program dan lintas
sektor.
5. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan sebagai bagian dari pembinaan
kesehatan keluarga.
6. Pendekatan siklus hidup dalam pelayanan kesehatan untuk mencapai lanjut usia
sehat, mandiri, aktif dan produktif. -27-
7. Upaya kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan rujukan yang berkualitas, secara komprehensif meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

C. KEGIATAN-KEGIATAN DALAM PEMBINAAN LANSIA


Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

1. Upaya Promotif Adalah upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan


meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga
maupun masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berupa :
a. Penyuluhan demonstrasi atau pelatihan bagi petugas panti mengenai masalah gizi
dan diet, perawatan dasar kesehatan, mengenal kasus gangguan jiwa, olahraga,
teknik-teknik berkomunikasi, bimbingan rohani
b. Sarasehan, pembinaan mental dan ceramah keagamaan.
c. Pembinaan dan pemgembangan kegemaran pada lansia di panti
d. Rekreasi
e. Kegiatan lomba antar lansia di panti atau antar panti
f. Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat
luas melalui berbagai macam media.

5
2. Upaya Preventif Adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
penyakit- penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya.
Kegiatannya dapat berupa kegiatan sebagai berikut ini:
a. Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan di panti oleh petugas kesehatan yang
datang ke panti secara periodik atau di puskesmas dengan menggunakan KMS
lansia.
b. Penjaringan penyakit pada lansia baik oleh petugas kesehatan di puskesmas
maupun petugas panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.
c. Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang
menggunakan buku catatan pribadi.
d. Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi
masing-masing.
e. Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi
kesehatannya masing-masing.
f. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g. Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.
h. Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan
sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan
pembatasan terhadap waktu, tempat dan orang – orang secara optimal.
3. Upaya Kuratif Upaya kuratif adalah upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas
kesehatan atau petugas panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa
sebagai berikut :
a. Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti
yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas
kesehatanpuskesmas.
b. Pengobatan jalan di puskesmas.
c. Perawatan dietik.
d. Perawatan kesehatan jiwa.
e. Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
f. Perawatan kesehatan mata.
g. Perawatan kesehatan melalui kegiatan puskesmas.

6
h. Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis atau ahli kesehatan yang diperlukan.
4. Upaya Rehabilitatif Adalah upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal
mungkin. Kegiatan ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional dan kegiatan fisik.
Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas panti yang telah dilatih dan
berada dalam pengawasan dokter atau ahlinya.

D. PROGRAM NASIONAL KESEHATAN LANSIA


1. Layanan Atensi Lansia (Asistensi Rehabilitasi Sosial bagi Lanjut Usia)
Indonesia termasuk negara yang akan memasuki era penduduk menua (aging
population) sejalan dengan jumlah lanjut usia (lansia) yang hampir mencapai 10 %.
Di lain pihak, populasi lansia dalam kategori tidak mampu juga cukup besar. Secara
natural, lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
dan ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan keseimbangan kesehatan
dan kondisi stres fisiologisnya. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Secara umum lansia
mengalami disfungsi sosial di antaranya berhadapan dengan masalah kesehatan, serta
rentan dari perilaku atau tindak kekerasan di masyarakat. Saat ini cukup banyak
lansia yang sukses, sehat dan menikmati kebahagiaan bersama keluarga. Namun tidak
sedikit yang mengalami kehidupan yang berat dan sulit di masa tuanya karena hidup
miskin, ditelantarkan dan hidup sendiri. Untuk itulah Kementerian Sosial hadir
memberi dukungan, layanan dan program untuk mewujudkan lansia yang bahagia di
hari tua.
Terkait dengan peringatan Hari Lanjut Usia (HLUN) 2021 di Jakarta. Mengutip
data Susesnas pada Maret 2020, jumlah warga lanjut usia di Indonesia mencapai
9,92% (26,82 juta jiwa). Sementara, berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) tahun 2019, diketahui ada sebanyak 12.990.568 jiwa lansia tidak mampu.
Kemudian juga didapat sebanyak 6.703.616 lansia dalam kondisi bedridden. Lansia di
dalam keluarga (10,7 juta), di luar keluarga (1,9 juta), dan penerima Program
Keluarga Harapan (PKH) sebanyak 1,1 juta. Untuk memastikan hak-hak lansia
terpenuhi, Kementerian Sosial menghadirkan Program Atensi (Asistensi Rehabilitasi
Sosial bagi Lanjut Usia). Di antara layanan Atensi adalah dukungan pemenuhan
hidup layak Yaitu :

7
1. Dukungan keluarga
Terapi (fisik, psikososial, dan terapi mental spiritual)
2. Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan
3. Bantuan sosial dan asistensi social
4. Dukungan aksesibilitas.

Selain kepada lansia, Kementerian Sosial juga melakukan pemberdayaan terhadap


masyarakat agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya untuk membantu dan
menolong orang lain khususnya lansia. Dirjen Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat
menyatakan, di antara kebijakan Kemensos adalah dengan pengembangan Sentra
Kreasi Atensi (SKA) sebagai wadah pemberdayaan bagi lansia dan kelompok rentan
lainnya untuk berkreasi, berkarya sehingga dapat hidup mandiri dan akhirnya bisa
mengangkat derajat hidupnya. Kemensos juga membantu lansia mendapatkan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) di Balai-Balai Kementerian Sosial agar terpenuhi Hak
Sipilnya sehingga dapat mengakses berbagai layanan dan program pemerintah.
Melakukan perbaikan DTKS termasuk lanjut usia. Agar semua lansia miskin yang
tinggal sendiri maupun yang tinggal dalam keluarga tercatat dan mendapatkan akses
terhadap program bantuan sosial seperti PKH, BPNT dan Atensi. Kemensos juga
melakukan layanan penjangkauan kepada lansia dalam situasi darurat seperti korban
bencana, penelantaran, kekerasan dan berbagai kasus yang mengancam kehidupan
lansia..

Atensi Lanjut Usia yang dilaksanakan oleh Balai dan Loka merupakan layanan
langsung yang mencakup :
1. Dukungan Pemenuhan Hidup Layak
2. Perawatan Sosial /  Pengasuhan Anak
3. Dukungan Keluarga
4. Terapi (fisik, psikososial, mental spiritual)
5. Pelatihan Vokasional & Pembinaan Kewirausahaan
6. Bantuan dan Asistensi Sosial
7. Dukungan Aksesibilitas.

8
Sedangkan layanan tidak langsung yang dilaksanakan oleh Direktorat Rehabilitasi
Sosial Lanjut Usia berupa kegiatan :

1. Kampanye Pencegahan Masalah Sosial Melalui Komunikasi, Edukasi, Sosialisasi,


Dan Perluasan Informasi
2. Bimbingan Teknis Kompetensi Bagi Pengelola dan Pendamping Rehabilitasi
Sosial
3. Refleksi Kebijakan
4. Supervisi, Monev serta Pelaporan
5. Perumusan Pedoman Umum Dan Pedoman Operasional
6. Rakortek
7. Advokasi Sosial.

2. Posyandu Lansia

Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan para lanjut usia (lansia) mengalami
kemunduran fisik dan mental. Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting yang
perlu diperhatikan pada kehidupan para lansia. Salah satu permasalahan yang sangat
mendasar pada lansia adalah masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya menyeluruh
untuk meningkatkan kesehatan pada masyarakat khususnya kelompok pra lansia dan
lansia serta upaya pembinaan dan pelayanan yang terus menerus.

Posyandu lansia adalah wadah pelayanan untuk warga lanjut usia. Pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan inisiatif masyarakat. Hal ini membuat program
dan layanan yang tersedia bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat di
daerah tersebut. Di Posyandu lansia ada susunan kepengurusan yang akan menjalankan
program-programyang yang telah dirancang. Program-program tersebut umumnya
dititikberatkan pada upaya penyuluhan dan pencegahan. Posyandu lansia bisa
menyediakan layanan kesehatan dasar, terutama yang bersifat preventif dan promotif
untuk warga berusia lanjut. Dengan adanya Posyandu, kualitas hidup lansia di daerah
tersebut diharapkan bisa meningkat dan risiko terjadinya keparahan penyakit akan
berkurang. Lansia pun bisa hidup lebih tenang dan bahagia

9
Untuk Tema kegiatan peringatan Hari Lanjut Usia Nasional ke-25 tahun 2021 adalah
“Lanjut Usia Bahagia Bersama Keluarga” Tema kegiatan peringatan Hari Lanjut Usia
Nasional ke-25 tahun 2021 adalah “Lanjut Usia Bahagia Bersama Keluarga”. Arti tema
tersebut adalah bahwa keluarga merupakan lembaga terkecil yang menjadi tempat
persemaian cinta kasih bagi setiap orang. Dari kondisi tersebut, maka orang tua yang
menjadi penjuru bagi generasi muda sekaligus panutan. Sebagaimana disampaikan
Kemensos, tema tersebut akan mendasari sub tema:

a. Bakti Anak kepada Orang Tua Membawa Kebahagiaan.


b. Kasih kepada Orang Tua Membawa Keberkahan

Rangkaian kegiatan HULN yaitu :

1. Kampanye Kesehatan Lansia melalui media elektronik, media sosial dan media
luar ruang (Mei-Desember 2021)
2. Lomba Video Peduli Lansia dan Inovasi Pelayanan Kesehatan Lansia (Mei dan
Juni 2021)
3. Serial Webinar HLUN 2021 (April s.d Desember 2021)
4. Gebyar Vaksinasi Lansia. Dilaksanakan secara serentak pada tanggal 17-29 Mei
2021 . Direncanakan kunjungan Bapak Menkes, Bapak Wamen dan Bapak Sekjen
di 3 provinsi dan waktu berbeda (Kab. Bandung, Kota Serang dan Kab.Grobogan)
5. Puncak Peringatan HLUN Tahun 2021 a. Seminar Nasional : dilaksanakan secara
hybrid. Kegiatan :
- Sosialisasi, edukasi dan advokasi kesehatan Lansia disampaikan oleh
Narasumber yang berasal dari Lintas Sektor Kementerian Kesehatan,
Organisasi Profesi, LSM dan Perwakilan Lansia. Peserta : Perwakilan dinas
kesehatan 34 provinsi, Perwakilan Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas,
organisasi masyarakat kelanjutusiaan, organisasi profesi, perwakilan lansia
dari Posyandu Lansia/kelompok Lansia, dll.
- Kunjungan Lapangan : menampilkan pembelajaran mengenai SILANI dan
implementasi PJP bagi Lansia

Disini Kementerian Sosial akan terus meningkatkan dukungan terhadap kelompok


lanjut usia (lansia) sejalan dengan besarnya jumlah lansia yakni 9,92% (26,82 juta

10
jiwa). Kemensos akan melibatkan pemerintah daerah untuk memastikan kebijakan
tersebut berjalan efektif dan sinergis. Salah satu perhatian besar Menteri Sosial Tri
Rismaharini adalah keinginan kuatnya untuk mengisiasi pendirian Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) Lansia. Posyandu lansia sendiri menyediakan berbagai layanan
yang meningkatkan kualitas lansia. Seperti pengecekan tensi dan berat badan, senam
tera, senam 10 gerakan menuju sehat, senam otak, pengobatan, rekreasi, penyuluhan
kesehatan dan kerohanian. Posyandu lansia memberikan peran dalam menyokong
pemenuhan kebutuhan dasar seperti fisiologis, rasa aman, sosial, ingin dihargai dan
aktualisasi diri. Selain itu lansia dapat mengatasi masalahnya, serta masih dapat

3. Program untuk mengatasi demensia Lansia

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif (pengetahuan ataupun kesadaran)


yang sedemikian beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan
aktivitas sosial. Kemunduran pengetahuan ataupun kesadaran pada demensia
biasanya di awali dengan kemunduran memori atau daya ingat sehingga pada hal ini
membuat individu menjadi mudah lupa. Fungsi kognitif merupakan modal utama
individu dalam aktivitas kehidupannya sehari-hari. Kehilangan kemampuan fungsi
kognitif menyebabkan individu kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Gangguan fungsi kognitif dapat terjadi akibat kerusakan struktur otak
atau fungsi otak pada penyakit-penyakit saraf dalam siklus kehidupan (Suryatika &
Pramono, 2019). Faktor resiko terjadinya demensia antara lain usia, konsumsi
alkohol, sindrom down, genetik, hipertensi, depresi dan merokok. Menurut (Nurfianti
& An, 2020), lansia dengan usia >60 tahun memiliki hubungan dengan terjadinya
kerusakan kognitif. Faktor lamanya tidur pada lansia juga mempengaruhi penurunan
fungsi kognitif individu yang disebabkan oleh perubahan degeneratif dalam
hipotalamus yang berdampak pada kebiasaan tidur individu.

Demensia juga dapat terjadi akibat faktor genetik dimana sebagian pasien
memiliki genetik demensia melalui garis keturunan. Selain itu, menurut (Situmorang,
2020), demensia juga dapat terjadi pada lansia yang memiliki status gizi kurang
akibat dari lupa sudah makan atau belum sehingga mengakibatkan penurunan berat
badan.

11
Faktor aktivitas fisik lansia juga mempengaruhi terjadinya demensia, sebagian
besar lansia yang kurang beraktivitas berisiko tinggi mengalami demensia akibat dari
fungsi kognitif yang tidak terasah baik dengan kegiatan-kegiatan yang menstimulasi
otak untuk meningkatkan protein yang bernama Brain Derived Neurotrophic Factor
yang berperan dalam menjaga sel saraf agar tetap sehat (Situmorang, 2020). Faktor
risiko independen demensia juga didefinisikan sebagai obesitas. Orang dengan
obesitas memiliki 74% peningkatan risiko demensia. Menghindari obesitas dapat
berkontribusi pada pencegahan demensia, bahkan dapat terjadi pada kelompok yang
lebih tua (Priastana et al., 2020).

Pencegahan demensia menurut (Muliatie et al., 2021) antara lain :

a. konsumsi buah dan sayur yang kaya akan antioksidan dan vitamin B12, C,
serta E, konsumsi makanan yang tinggi serat, rendah lemak, gula dan
garam
b. melakukan aktivitas fisik seperti olahraga ringan secara teratur seperti
berjalan minimal 30 menit dalam sehari
c. hindari rokok dan konsumsi alkohol, lakukan pemeriksaan kesehatan ke
dokter saraf secara rutin,
d. lakukan stimulasi otak dengan cara bermain game, membaca, bernyanyi
atau bermain musik, bersosialisasi, berfikir positif, bersyukur dan
mendekatkan diri pada Tuhan

Lansia di Indonesia pada umumnya merasa nyaman dengan keluarganya seperti


anak-anaknya atau saudara-saudara lainnya yang menjadi jaminan yang baik bagi
orang tuanya. Dalam kultur jawa, anak berkewajiban memberi kasih sayang dan
bantuan finansial kepada orang tuanya sebagai bentuk bakti kepada mereka
(Sembiring & Setyarini, 2019). Selain itu, peran keluarga dengan lansia demensia
sebaiknya dapat membantu serta memberikan dukungan kepada lansia agar masing-
masing kebutuhan dapat terpenuhi, seperti untuk pemenuhan kebutuhan rasa aman
dan keselamatan, dapat dilakukan dengan cara keluarga lebih memperhatikan kondisi
lingkungan yang aman untuk lansia, untuk kebutuhan aktualisasi diri keluarga dapat
memantau perkembangan aktualisasi diri lansia yaitu dengan cara mengajak lansia

12
untuk berdiskusi, memberikan kebebasan pada lansia dalam mengambil keputusan,
dan sebagainya (Sembiring & Setyarini, 2019).berinteraksi dengan keluarga, teman
sebaya, masyarakat.

4. Program kognitif Sosial


Beberapa masalah yang dialami lansia pada umumnya adalah penurunan fungsi
kognitif, penurunan kemampuan fungsional (ketergantungan untuk rawat diri; seperti
mandi, toilet, makan, berpakaian, berpindah tempat, buang air besar dan kecil) dan
tergantung secara instrumental (seperti, berbelanja, memasak, membersihkan rumah,
transportasi, komunikasi, dan lain-lain), disabilitas, kekerasan, depresi, dimensia,
gangguan konsep diri, rasa kesepian dan kesendirian serta masalah pada tingkat yang
lebih makro yakni kemiskinan, keterlantaran Masalah-masalah tersebut ke depan
menjadi semakin kompleks karena beberapa faktor seperti:
a. perubahan tipe keluarga dari keluarga luas menjadi keluarga inti
b. memudarnya sistem kerekatan sosial
c. perubahan peran gender. Peralihan peran
perempuan dari sektor domestik menjadi sektor publik berdampak pada berkurang
atau bahkan hilangnya fungsi keperawatan di dalam rumah terutama perawatan pada
lansia. Faktor-faktor tersebut semakin menurunkan tanggungjawab keluarga dan
masyarakat dalam memberikan perawatan dan perlindungan kepada lansia.
Kondisinya akan semakin parah bagi para lansia yang sudah tidak memiliki keluarga
atau kerabat yang dapat memberikan perawatan (Suheli, 2016)
Terkait dengan keterlantaran lansia, Susenas (2015) melaporkan bahwa dari 22,04
juta lansia di Indonesia, sekitar 2,1 juta (9,59%) masuk kategori terlantar dan 23,01%
dengan kategori hampir terlantar (Pusat Data dan Informasi Kementerian Sosial dan
Badan Pusat Statistik, 2016). Kemiskinan dan keterlantaran adalah aspek yang
membuat lansia tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya secara maksimal
(Kementerian Sosial, 2011).
Tamher dan Noorkasiani (2008) menjelaskan, banyak lansia dapat hidup penuh
makna dan mandiri namun pada saat yang sama ada juga yang mengalami
keterlantaran. Bahkan beberapa diantaranya mengalami gangguan dan kendala secara
psikomotorik, emosional dan kognitif sehingga membutuhkan program rehabilitasi

13
guna mengatasi masalah terkait pelaksanaan aktivitas harian. Penurunan fungsi
kognitif dapat menyebabkan penurunan kemampuan fungsional (Friedman et al.,
2002; Harvey, 2005), bahkan dimensia yang bersifat kronis dan progresif (Maslim,
2013). Hal ini karena fungsi kognitif mempengaruhi proses berpikir, memori,
orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar bahasa dan penilaian. WHO
mencatat bahwa di setiap tahun, 9,9 juta kasus baru dengan gangguan kognitif dengan
dimensia. Diseluruh dunia diperkirakan 47 juta orang mengalami gangguan kognitif
dan diprediksi tahun 2030 menghampiri angka 75 juta kasus serta 2050 menjadi 132
juta kasus.
Sementara penderita gangguan kognitif dengan Alzheimer di Indonesia tahun
2013 mencapai satu juta orang dan akan meningkat dua kali lipat di tahun 2030, serta
menjadi empat kali lipat di tahun 2050 (Kementerian kesehatan RI, 2016). Tujuan
rehabilitasi sosial lansia, baik berbasis keluarga, komunitas maupun berbasis institusi,
adalah untuk memulihkan dan mengembangkan keberfungsian sosial
mereka.Berbagai pendekatan dilakukan untuk program rehabilitasi sosial agar lansia
tersebut dapat menjalankan peran-peran sosialnya dan dapat berkontribusi dalam
masyarakat (Kementerian Sosial, 2015).
rehabilitasi buat lansia lebih difokuskan kepada peningkatan kualitas hidup dan
bukan selalu berarti untuk mengembalikan kemampuan seperti semula karena adanya
faktor degeneratif yang terjadi secara alamiah. Meskipun lansia telah mengalami
kemunduran dari berbagai aspek, bukan berarti mereka kehilangan kesempatan dan
kemampuan untuk menjalankan peran dan fungsi sosialnya. Sebagai warga senior
mereka memiliki pengalaman hidup, ilmu dan keterampilan serta nilai-nilai kebajikan
yang dapat disumbangkan kepada masyarakat terutama generasi penerus. Karena itu
diperlukan pemahaman profesional mengenai hak dan kebutuhan lansia secara
komprehensif serta menerapkan prinsip, metode dan nilai nilai pekerjaan sosial
profesional agar lansia mendapatkan kesempatan luas untuk berkembang dan
berkontribusi terhadap masyarakat.

Penurunan fungsi karena penuaan berdampak pada defisit keterampilan hidup


sehari-hari, karena itu perlu diajarkan dan dilatihkan kembali. Jika hal ini tidak segera
dilakukan, maka akan terjadi proses kehilangan dan penurunan kemampuan yang

14
drastis. Pelatihan kembali dapat membantu lansia mempertahankan atau
memperlambat proses kehilangan kemampuan tersebut. Program ini dapat dijalankan
oleh tenaga profesional atau pendamping/care giver yang terlatih.Kognitif
RetrainingKognitif retraining dimaksudkan untuk membantu lansia yang mengalami
penurunan kognitif. Tehnik ini dapat meningkatkan keterampilan kognitif klien,
meningkatkan fungsi memori, meningkatkan orientasi visuospasial, dan
meningkatkan fungsi eksekutif

a. Meningkatkan Fungsi Memori


Para lansia dapat diminta membuat dairy dan mencatat beberapa peristiwa
penting atau hal lain yang ingin diingat. Lansia yang mengalami kesulitan dalam
mengingat nama-nama anggota keluarganya, dapat dibantu membuat pohon
keluarga dan menuliskan nama semua anggota keluarganya. Ketika lansia
kesulitan dalam mengingat nama seseorang, dia bisa merujuk ke pohon keluarga.
Seseorang dapat menempatkan papan di pintu ruangan di rumah seperti dapur,
kamar tidur, kamar mandi dan lain-lain. Lansia dapat diajarkan metode lain untuk
mengingat seperti menggunakan tehnik mnemonik atau menggunakan retrieval
clues untuk mengingat hal-hal tertentu. Sebagai latihan untuk meningkatkan
memori lansia, dapat didorong untuk memainkan ‘permainan memori berupa
kartu memori’ atau permainan memori di komputer. Lanjut usia yang baru saja
mengalami gangguan memori dapat dilatih untuk mengulang sesuatu dan
membicarakannya kembali setiap beberapa menit. Kerabat dan teman-teman
lansia agar tidak jengkel dan mempermalukan lansia, serta senantiasa mencoba
mengalihkan perhatian serta menangani situasi seperti itu dengan lebih sabar dan
tenang.
b. Meningkatkan Orientasi Visuo-Spasial
Lansia yang mengalami masalah orientasi visuo-spasial kemungkinan
akan tersesat saat bepergian. Mereka mungkin naik ke bus ke arah berlawanan,
turun dari bus sebelum atau setelah pemberhentiandari tujuan yang sebenarnya,
dan lainlain. Tergantung pada jenis kesulitan yang dialami, seorang terapis dapat
mengawal klien melewati rute perjalanan tertentu dan membantunya
mengenali/mengingat landmark/petunjuk tertentu agar lansia dapat bepergian

15
secara mandiri. Lansia juga dapat diberikan kartu peta dan petunjuk arah lengkap
dengan nomor kontak yang dapat dihubungi. Dalam hal kesulitan mencari alamat,
lansia dapat menunjukkan kartu itu kepada seorang polisi atau penjaga toko dan
meminta bantuan.
c. Meningkatkan Fungsi Eksekutif
Fungsi atau kemampuan eksekutif dapat diterjemahkan sebagai
keterampilan dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengambilan
keputusan. Fungsi eksekutif ini dapat disesuaikan untuk terapi pada lansia.
Berbagai permainan seperti ludo, catur, draft, catur cina, teka-teki, permainan
kartu, dan lain-lain adalah permainan yang memembutuhkan keterampilan
eksekutif. Sehingga, memainkan permainanpermainan ini dapat membantu lansia
dalam meningkatkan fungsi eksekutifnya.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Program Nasional Kesehatan Lansia adalah program kementrian kesehatan di
Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan status kesehatan para lansia. Upaya-upaya
dalam meningkatkan kesehatan lansia yaitu meliputi upaya promotif, upaya preventif,
upaya kuratif , upaya rehabilitatif dan upaya penyuluhan kesehatan .

Upaya promotif yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar
mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun
masyarakat. Upaya preventife yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan. Upaya
kuratif yaitu upaya upaya pengobatan pada usia lanjut. Upaya rehabilitative yaitu upaya
mengembalikan fungsi oragn tubuh yang telah menurun . upaya penyuluhan kesehtaan
masyarakat merupakan bagian integral dari setiap program kesehatan . program nasional
kesehatan lansia meliputi posyandu lansia , puskesmas lansia dan terapi lansia .

B. SARAN
Setiap lansia pasti mengeluhkan berbagai penyakit, untuk itu lansia diharapkan
mengikuti program–program pemerintah untuk mengetahui perubahan dan
perkembangan kesehatanya dan keluarga juga harus mendukung program ini . diharapkan
lansia dapat melakukan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang bergizi
seimbang dan melakukan kativitas fisik secara teratur.

17
DAFTAR PUSTAKA

Iin cintami pangabean,d (2013) kebijakan dan program kesehatan lansia ,retrieved april 11,
2019, from scribd: Https://www.scribd.com

Permenkes, RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta. http://www.kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Peraturan
%20Regulation/Peraturan%20Pusat/
permenkesrinomor75tahun2014tentangpusatkesehatanmasyarakatpuskesmas.pdf

Puskesmas Bintara, 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Bintara. Bekasi

Sunaryo,d.(2016) Asuhan keperawatan gerontik, Yogyakarta : ANDI

Utami, D.Y (2013) program nasional lansia , retervied april 24, 2019, from scribd
https://www.scribd.com

18

Anda mungkin juga menyukai