Anda di halaman 1dari 8

Vol. 2(4) November 2018, pp.

833-840
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6893 (online)

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA


PENCURIAN ARUS LISTRIK
(Suatu Penelitian di Wilayah Hukum PT. PLN Area Banda Aceh)
Khairul Muammar
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Mahfud
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Abstrak - Pasal 51 ayat (3) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 berbunyi “Setiap orang yang menggunkan
listrik yang bukan haknya secara melawan hukum dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan denda paling banyak Rp. 2.500.000.000, (dua milyar lima ratus juta rupiah). Meskipun telah dihimbau untuk
tidak melakukan pencurian namun masih banyak melanggarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
faktor-faktor penyebab terjadinya pencurian arus listrik , menjelaskan tindak pencurian arus listrik tidak di
proses ke pengadilan dan upaya penanggulangan tindak pencurian arus listrik di Kota Banda Aceh. Data yang
diperoleh dalam penulisan artikel ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian
lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan sumber data secara teoritis,
sedangkan penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer. Faktor-faktor penyebab terjadinya pencurian
energi listrik di Kota Banda Aceh yaitu, faktor ekonomi, kurangnya kesadaran hukum, adanya bantuan dari
oknum-oknum tertentu dalam proses pencurian arus listrik dan kurang tegasnya sanski yang diberikan oleh PT.
PLN. Upaya penanggulangan terhadap tindak pencurian arus listrik di kota Banda Aceh dilakukukan secara
preventif yaitu mengubah pola pikir masyarakat bahwa pencurian arus listrik merupakan perbuatan yang
melawan hukum dan represif yaitu melakukan tindakan penegakan hukum secara administrasi berupa sanksi
denda dan pemutusan sementara untuk memberikan efek jera untuk pelaku dan tidak akan mengulanginya lagi
di masa yang akan datang. Disarankan pihak PT. PLN agar lebih meningkatkan pengawasan dan meningkatkan
kerja sama dengan pihak kepolisian baik dalam upaya pencegahan maupun penanggulangan, dan memberikan
penyuluhan secara rutin kepada masyarakat agar pengetahuan masyarakat lebih terbuka akan bahayanya
pencurian arus listrik.
Kata Kunci: Kriminologi, Tindak Pidana, Arus Listrik

Abstract - The Law of Number 30 (1) 2009 state that "Everyone who uses electricity which is not his right is
unlawfully shall be punished with imprisonment for a maximum of 7 (seven) years and a maximum fine of Rp.
2.500.000.000, (two billion five hundred million rupiah). Although it has been advised not to commit theft but
still violate it. This study aims to explain the factors causing the occurrence of electricity theft, explaining the
theft of electricity is not in the process to court and efforts to overcome the theft of electricity in the City of
Banda Aceh. Data obtained in the writing of this article is done by library research (library research) and field
research (field research). Library research is conducted to obtain theoretical data sources, while field research
to obtain primary data. Factors causing the theft of electrical energy in the city of Banda Aceh namely,
economic factors, lack of legal awareness, the assistance of certain elements in the process of electricity theft
and less firmly provided by the sanski PT. PLN. Efforts to overcome the theft of electricity in the city of Banda
Aceh done in a preventive way is to change the mindset of the public that the theft of electricity is a lawless and
repressive act of doing administrative law enforcement action in the form of sanctions penalties and temporary
termination to provide a deterrent effect for the perpetrators and will not repeat it in the future. Suggested by
PT. PLN in order to further improve supervision and improve cooperation with the police in both prevention
and prevention efforts, and provide regular counseling to the community for public knowledge more open to the
danger of electricity theft.
Keywords: Criminology, Crime, Electric Current

PENDAHULUAN
Listrik adalah suatu energi yang dapat dengan mudah berubah menjadi energi panas,
energi gerak, energi cahaya dan lain sebagainya. Listrik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi
manusia yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut dapat

833
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.4 November 2018 834
Khairul Muammar, Mahfud

dilihat dari pola hidup manusia yang selalu bergantung pada listrik. Hampir seluruh peralatan
rumah tangga, alat kerja kantor dan lain sebagainya beroperasi menggunakan tenaga listrik.
Dalam hal ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (selanjutnya disebut PLN) sebagai produsen
listrik yang menghasilkan listrik dari energi yang dapat diperbaharui seperti Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) ataupun yang tidak dapat diperbaharui seperti Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Peningkatan aktivitas ekonomi sekarang ini membuat konsumsi daya listrik mereka
semakin meningkat. Akibatnya tagihan listrik pun meningkat. Namun, beberapa diantaranya
berupaya meringankan biaya tagihan listrik mereka dengan cara melanggar hukum karena
tidak mau membayar lebih sesuai yang telah dibebankan. Contohnya, melakukan pencurian
arus langsung dari tiangnya, menyambung kabel secara ilegal, mengubah batas daya dan lain
sebagainya. Tindakan tersebut merupakan tindakan ilegal yang tergolong dalam tindak
kejahatan. Kejahatan adalah suatu perbuatan yang merugikan masyarakat sehingga
terhadapnya diberikan reaksi yang negatif. Kejahatan juga sebagai suatu gejala dalam
lingkungan masyarakat (crime in society), dan merupakan bagian dari keseluruhan proses-
proses sosial produk sejarah dan senantiasa terkait pada prose-proses ekonomi yang begitu
memperngaruhi hubungan antar manusia.1
Pada hakikatnya suatu perbuatan yang melanggar hukum pidana atau undang-undang
yang berlaku dalam suatu masyarakat adalah suatu perbuatan yang sangat merugikan yang
bersangkutan.2 Salah satunya adalah tindak pencurian.
R. Tresna, memberi pengertian tentang maksud memiliki dengan melawan hukum
(melawan hak) sebagai berikut: “Maksud memiliki itu harus ternyata bahwa orang yang
mengambil barang tersebut memang bermaksud untuk memiliki barang itu, artinya terhadap
barang itu ia bertindak seperti yang punya”.3
Pencurian adalah salah satu fenomena sosial dimana terjadi kejahatan terhadap
kekayaan manusia. Pencurian sudah merajalela dikalangan masyarakat, baik di desa, di kota,
maupun di negara lain.
Tindak pidana pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(Selanjutnya disingkat dengan KUHPidana) buku II bab XXII Pasal 362 sampai dengan Pasal
367. Dalam Pasal 362 memberi pengertian tentang pencurian yang dalam pengertian tersebut

1
Yesmil Anwar, Kriminologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.57.
2
Ibid, hlm.14.
3
Tresna, Asas-asas Hukum Pidana, Tiara, Jakarta, 2005 ,hlm.189.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.4 November 2018 835
Khairul Muammar, Mahfud

memiliki salah satu unsur untuk dikatakan sebagai tindak pidana pencurian, yaitu mengambil
sesuatu barang. Pengertian barang yang dijelaskan oleh R. Soesilo dalam bukunya Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),bahwa yang termasuk dalam arti barang adalah
segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang, uang, baju, kalung, daya listrik, dan
gas.
Dalam hal ini penulis akan membahas mengenai tindak pencurian arus listrik yang
tergolong menjadi salah satu fenomena sosial saat ini. Pencurian arus listrik tergolong dalam
tindak pidana kejahatan yang merugikan negara. Dalam Pasal 51 No. 30 tentang
ketenagalistrikan yang menyatakan bahwa “setiap orang yang menggunakan tenaga listrik
yang bukan haknya secara melawan hukum dipidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan
denda paling banyak Rp. 2.5.000.000.000,00 ( dua milyar lima ratus juta rupiah).
Namun, meskipun demikian, berdasarkan data penelitian di PLN Wilayah Kota Banda
Aceh selama tahun 2017 tercatat ada 600 kasus pelanggaran terhitung selama Januari- April.
Berdasarkann latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang akan di bahas
sebagai berikut :
1. Apa saja faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencurian arus listrik di Kota
Banda Aceh tahun 2017?
2. Mengapa tindak pencurian arus listrik tidak di proses ke pengadilan?
3. Bagaimana upaya penanggulangan tindak pencurian arus listrik di Wilayah Kota
Banda Aceh.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris. Tujuan
penelitian hukum empiris adalah deskriptif eksplanatif dan prediktif. Dalam penelitian
terdapat dua tahap penelitian. Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun
berdasarkan permasalahan yang akan diteliti. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-
pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dengan sendirinya dalam wawancara
tersebut. Pedoman wawancara yang ttelah disusun ditunjukkan kepada yang lebih ahli dalam
hal ini adalah dosen pembimbing untuk mendapat masukan dan koreksi. Setelah mendapat
masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman
wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara .
Selanjutnya, peneliti mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek
penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu bertanya
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.4 November 2018 836
Khairul Muammar, Mahfud

kepada subjek tentang kesiapannya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk
diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan
tempat untuk melakukan wawancara
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan subjek yang telah disepakati dan
kemudian mencatat pokok-pokok jawaban yang diberikan oleh narasumber. Selanjutnya
peneliti melakukan analisis data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian
metode analisis data pada akhir bab ini. Setelahnya peneliti akan memberikan kesimpulan
serta saran-saran untuk para peneliti selanjutnya. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah;
a) Data primer
Yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait dengan cara wawancara langsung
dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.
b) Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari dokumen instansi terkait berupa laporan tertulis yang
dibuat secara berkala.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :
a) Penelitian Pustaka ( literature Research)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari perundang-
undangan, jurnal hukum, teori-teori dan pendapat para ahli yang relevan dengan
masalah yang dibahas.
b) Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti dengan cara:
1) Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan teknik wawancara langsung dengan pihak-
pihak yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti.
2) Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data berdasarkan dokumen-dokumen dan laporan tertulis
yang ada hubungannya dengan obyek penelitian.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.4 November 2018 837
Khairul Muammar, Mahfud

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Pengertian Kriminologi
Secara umum, istilah kriminologi identik dengan perilaku yang dikategorikan sebagai
suatu kejahatan. Istilah kriminologi pertama kali digunakan oleh P. Topinard (1830-1911)
seorang ahli antropologi perancis. Secara etimologi, kriminologi berasal dari crime yang
artinya adalah kejahatan dan logos yang artinya adalah ilmu, maka kriminologi adalah ilmu
tentang kejahatan.
Kriminologi juga ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab-sebab kejahatan, dengan
maksud agar diberikan pengobatan secara tetap didalam mengatasi kejahatan dimasa yang
akan datang dan minimal dapat berkurang. Jika dilakukan pendekatan disiplin hukum
menurut Purnadi Purbacaraka dan Soekanto, maka Kriminologi termasuk dalam disiplin
analisis yaitu ilmu yang mempelajari tentang gejal-gejala yang terjadi ditengah masyarakat.4
Objek Kriminologi adalah orang yang melakukan kejahatan (si penjahat) itu sendiri.
Adapun tujuannya agar menjadi mengerti apa sebab-sebabnya sehingga sampai berbuat
sejahat itu. Apakah memang karena bakatnya jahat, ataukah didorong oleh keadaan
masyarakat di sekitarnya baik keadaan sosiologis maupun ekonomis. Ataukah ada sebab-
sebab lain. Jika sebab-sebab itu sudah diketahui, maka disamping pemindahan, dapat
diadakan tindakan-tindakan yang tepat, agar orang tadi tidak lagi berbuat demikian, atau agar
orang-orang lain tidak akan melakukannya.5

2. Pengertian Kejahatan
Kejahatan menurut tata bahasa merupakan perbuatan atau tindakan yang jahat seperti
yang lazim orang ketahui atau didengar. Kejahatan diartikan sebagai suatu perilaku yang
bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang telah disahkan oleh hukum tertulis.
Kejahatan juga disebutkan sebagai perbuatan yang jahat yang melanggar hukum. Perbuatan
yang jahat adalah pembunuhan, pencurian, penipuan, penculikan, danlain-lainnya yang
dilakukan oleh manusia.6
Kejahatan dilihat dari sudut pandang legal di artikan sebagai suatu perbuatan yang
melanggar hukum pidana atau Undang-Undang yang berlaku di masyarkat. Pada hakikatnya,

4
Erdianto Efendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu pengantar, Refiks Adiatama, Bandung, 2011.hlm.236
5
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2009.hlm.14
6
Rena Yulia, Viktimologi : Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu,Yogjakarta,
2010, hlm 30.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.4 November 2018 838
Khairul Muammar, Mahfud

suatu perbuatan yang melanggar hukum pidana atau Undang-Undang yang berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Paul Moekdikdo “kejahatan adalah pelanggaran hukum yang ditafsirkan atau
patutditafsirkan sebagai perbuatan yang sangat merugikan, menjengkelkan dan tidak boleh
dibiarkan atau harus ditolak”.7

3. Pengertian Tindak Pidana


Tindak Pidana merupakan pengerrtian dasar dalam hukum pidan (yudiris noormatif).
Kejahatan atau perbuatan jahat bisa diartikan secara yudiris atau kriminologi. Kejahatan atau
perbuatan jahat dalam arti yudiris normatif adalah perbuatan seperti yang terwujud in
abstracto dalam peraturan pidana.8
Istilah tindak pidana dalam bahasa asing disebut “delict” yang berarti suatu perbuatan
yang pelakunya dapat dikenai hukuman pidana dan pelaku ini dapat dikatakan merupakan
subjeck tindak pidana.9

4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencurian Arus Listrik


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah hukum PT. PLN Area Banda
Aceh selama tahun 2017 tercatat ada 600 kasus pelanggaran terhitung dari Januari-April.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencurian arus listrik. Faktor-
faktor tersebut antara lain adalah:
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan jawaban umum yang dilontarkan oleh masyarakat
mengenai tindak pidana pencurian arus listrik yang dilakukan oleh masyarakat. Demi
mengurangi pengeluaran saat pembayaran rekening listrik, beberapa diantara mereka nekat
melakukan cara-cara yang melanggar hukum agar tagihan lebih terjaukau.
b. Kurangnya Kesadaran Hukum
Kurangnya Kesadaran Hukum ini diketahui dari adanya niat pelaku yang melakukan
tindakan melawan hukum tersebut padahal pelaku mengetahui bahwa hal tersebut sangat

7
Topo Santoso (eds.), Kriminologi. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm 11.
8
Fadli Ramadhani,” Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Kendaraan Bermotor yang
Dilakukan Oleh Oknum Mahasiswa Di Wilayah Kota Makassa” Skripsi, Makassar : Universitas Hasanuddin,
hlm.11
9
Wirjono Projodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia,Refika Aditama, Bandung, 2003
hlm. 1
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.4 November 2018 839
Khairul Muammar, Mahfud

dilarang. Namun, karena perbuatan tersebut menguntungkan dirinya tetap saja pelaku nekat
melakukannya10.
c. Adanya bantuan dari oknum-oknum tertentu dalam proses pencurian arus listrik
Faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya pencurian arus listrik atau pemanfaatan
arus listrik tanpa izin adalah adanya bantuan dari oknum-oknum tertentu dalam pelaksaannya.
Bantuan yang dimaksud adalah adanya keterlibatan orang-orang ahli listrik yang ikut
berperan dalam proses pemanfaatan arus listrik tanpa izin.
d. Minimnya pengawasan dari pihak PLN
Selain faktor yang telah diuraikan di atas, penyebab lain dari terjadinya tindak pidana
pencurian arus listrik adalah minimnya pengawasan dari pihak PLN. Dalam hal ini dapat
digolongkan kedalam faktor eksternal karena tidak berasal dari pelaku melainkan dari pihak
PLN Sendiri.
e. Kurang Tegasnya Sanksi yang Diterapkan
Faktor lainnya yang menjadi penyebab terjadinya tindak pidana pencurian arus listrik
adalah akibat tidak tegasnya sanksi dari ketentuan UU ketenagalistrikan khususnya yang
menyangkut sanksi pidana bagi pelaku.

5. Alasan Tindak Pidana Pencurian Arus Listrik Tidak Di Proses Ke Pengadilan


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa petugas Penertiban Tenaga Listrik
selanjutnya disebut P2TL merupakan petugas yang terjun ke lapangan dibantu oleh aparat
kepolisian guna melakukan penertiban pelanggan PLN yang melakukan tindak pidana
pencurian arus listrik. Namun, dalam proses penyelesaiannya perkara tersebut tidaklah
sampai ke meja hijau.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada beberapa faktor yang menjadi dasar
penyelesaian kasus pencurian arus listrik ini dapat diselesaikan diluar pengadilan,
diantaranya:
1. Petugas lebih mengupayakan upaya sosialisasi secara kekeluargaan
2. Upaya menghindari konflik dengan masyarakat
3. Upaya memperoleh ganti rugi
4. Menghindari biaya yang besar dan waktu yang relatif lama bila diselesaikan di
pengadilan.

10
Bustamam, Pelaku Pencurian Arus Listrik, wawancara pada tanggal 2 Juni 2017
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.4 November 2018 840
Khairul Muammar, Mahfud

KESIMPULAN
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian aliran listrik di kota
Banda Aceh antara lain pengaruh faktor ekonomi, kurangnya pengawasan dari pihak PLN,
adanya oknum-oknum yang bertanggung jawab. Faktor di atas merupakan faktor yang secara
umum menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian arus listrik di PT.PLN kota Banda Aceh
berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis.
Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak PT.PLN dalam mencegah dan
menanggulangi kejahatan pencurian aliran listrik adalah melakukan pemeriksaan tiap dua
bulan sekali, mengadakan sidak dengan kepolisan serta memberikan pengarahan kepada
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Bustamam Yahya, Pelaku Pencurian Arus Listrik, wawancara pada tanggal 2 Juni 2017.

Erdianto Efendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, P.T. Refika Aditama, Bandung,
2011.

Fadli Ramadhani,” Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Kendaraan Bermotor


yang Dilakukan Oleh Oknum Mahasiswa Di Wilayah Kota Makassa” Skripsi,
Makassar : Universitas Hasanuddin. 2016.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : P.T Rineka Cipta. 2009.

Rena Yulia, Victimilogi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu,
Yogjakarta, 2010.

Tresna, Asas-asas Hukum Pidana, Tiara. Jakarta.1995.

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, .Kriminologi. Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada.
2003.

Wirjono Projodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika Aditama,


Bandung, 2003.

Yesmil Anwar, Kriminologi. Jakarta: P.T Rineka Cipta. 2010.

Anda mungkin juga menyukai