MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Kependidikan
Oleh:
Ahmad Muklisin (200220101027)
Novita Purnamasari Supahmi (210220101013)
Dosen Pengampu:
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat dan Konsep Pendidikan Matematika”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Kependidikan pada Program
Studi Magister Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
disampaikan terima kasih kepada Dr. Nanik Yuliati, M.Pd., Dr. Erfan Yulianto, M.Pd., Dr. Didik
Sugeng Pambudi, M.S. selaku dosen pengampu mata kuliah Landasan Kependidikan. Kritik dan
saran dari semua pihak diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang di ajarkan di sekolah, baik di
sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Untuk itu penting bagi
seorang pendidik ketika akan mengajar matematika disarankan untuk mengetahui dan
mengerti obyek yang akan diajarkan yang dalam hal ini adalah matematika.
Pemberian mata pelajaran matematika kepada peserta didik tentu bukan tanpa alasan,
manfaat dari matematika yang mampu dirasakan secara nyata tentu merupakan alasan
mendasar mengapa matematika dipilih sebagai mata pelajaran wajib dari jenjang sekolah
dasar bahkan sampai perguruan tinggi. Salah satu contoh mendasar dari penggunaan
matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah sistem penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa penting bagi individu untuk
mengetahui pentingnya pendidikan matematika. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
menjelaskan hakikat dan konsep pendidikan matematika.
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mendeskripsikan hakikat Pendidikan
b) Menjelaskan konsep pendidikan
c) Menjelaskan perkembangan pendidikan matematika di Indonesia
d) Mendefinisikan pendidikan matematika.
1
BAB 2. PEMBAHASAN
2
1) manusia sebagai makhluk berbadan dan berjiwa;
2) manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya;
3) manusia sebagai makhluk individu;
4) manusia sebagai makhluk social;
5) manusia sebagai makhluk Susila; dan
6) manusia sebagai pemilik hak-hak asasi manusia.
3
2. Sekolah
Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah
merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah
keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah
diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam
kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya.
Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya. Dalam kehidupan modern
seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang
diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani
oleh keluarga. Materi yang diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan
pengembangan pribadi anak yang berisi nilai moral dan agama, berhubungan langsung
dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengembangan kecakapan-
kecakapan tertentu yang langsung dapat dirasakan dalam pengisian tenaga kerja.
3. Masyarakat
Pendidikan di masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang diselenggarakan di
luar keluarga dan sekolah. Bentuk pendidikan ini menekankan pada pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan khusus serta praktis yang secara langsung bermanfaat
dalam kehidupan di masyarakat. Phillip H.Coombs (Uyoh Sadulloh, 1994:65)
mengemukakan beberapa bentuk pendidikan di masyarakat, antara lain : (1) program
persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah; (2) program
pemberantasan buta huruf; (3) penitipan bayi dan penitipan anak pra sekolah; (4)
kelompok pemuda tani; (5) perkumpulan olah raga dan rekreasi; dan (6) kursus-kursus
keterampilan.
4
mendidik anak-anak generasi penerus bangsa jika perempuan justru tidak
berpendidikan.
2. Perempuan menjadi pembawa peradaban
Menurut Kartini kedudukan perempuan sebagai pembawa peradaban sangatlah
penting, karena tidak akan maju suatu bangsa jika kehidupan kaum perempuan
bangsa tersebut tertinggal.
Nyonya Abendanon (Pane, 2008: 101-102) berikut:
….Perempuan itu jadi soko guru peradaban! Bukan karena perempuan yang
dipandang cakap untuk itu, melainkan oleh karena saya sendiri yakin sungguh
bahwa dari perempuan itu pun mungkin timbul pengaruh yang besar, yang besar
akibatnya, dalam hal membaikkan maupun memburukkan kehidupan, bahwa dialah
yang paling banyak membantu memajukan kesusilaan manusia.
3. Pendidikan itu mendidik budi dan jiwa
Menurut Kartini percuma saja orang cerdas pikiran tetapi sama sekali tidak
memiliki budi pekerti. Karena dengan budi pekertilah orang akan memiliki
kehidupan kesusilaan yang baik. Kecerdasan budi dan jiwa ini tidak akan terbentuk
begitu saja ketika telah menjadi cerdas pikiran orang tersebut. Kecerdasan budi dan
jiwa sama saja dengan kecerdasan pikiran yang harus diperjuangkan, diajarkan dan
juga melalui proses yang Panjang. Faktor penting pendidikan yang lain adalah
kemauan dari anak yang dididik. Karena tanpa kemauan percuma saja pendidikan
diberikan karena tidak akan berbekas sama sekali pendidikan itu. Pendidikan budi
tidak saja diberikan disekolahan namun justru dalam pendidikan keluargalah
pendidikan budi itu paling mudah untuk diberikan dan diterapkan. Tentu seorang
ibu atau perempuanlah pihak yang harus memberikan pendidikan budi tersebut.
4. Pendidikan kesetaraan laki-laki dan perempuan untuk kemajuan bangsa
Menurut Kartini, dengan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan
maka akan tercipta kesatuan yang menjadikan kemajuan suatu bangsa lebih mudah
untuk dicapai. Hal ini dikarenakan dengan bersatu maka akan tercipta kerjasama
antara laki-laki dan perempuan yang bermanfaat bagi kemajuan suatu bangsa. Disini
peran perempuan dibutuhkan sama besar dengan peran laki-laki. Sehingga
seharusnya hak pendidikan perempuan sama besar dengan hak pendidikan laki-laki.
Untuk itulah pentingnya emansipasi dibutuhkan dalam hal ini. Dengan adanya
kesetaraan maka pemikiran antara laki-laki dan perempuan dapat disatukan dan
hasilnya akan tercipta suatu pemikiran yang lebih cemerlang.
5. Pendidikan untuk cinta tanah air
Pendidikan cinta tanah air tentu sangat penting untuk diberikan kepada generasi
muda. Dengan cinta tanah air maka pendidikan yang diterima akan digunakan untuk
membangun dan memajukan bangsa dan tanah air. Percuma generasi muda cerdas
tetapi tidak memiliki rasa cinta tanah air. Karena kecerdasan itu hanya akan
5
digunakan untuk memajukan diri sendiri tanpa memikirkan nasib bangsa dan tanah
air.
Hal itu diungkapkan Kartini dalam suratnya kepada Nyonya Abendanon tanggal
10 Juni 1902 (Pane, 2018:159), berikut: Kami sekali-kali tiada hendak menjadikan
murid-murid kami jadi setengah orang Eropa, atau orang Jawa kebelanda-belandaan.
Maksud kami dengan mendidik bebas, ialah terutama sekali akan menjadikan orang
Jawa itu, orang Jawa yang sejati, orang Jawa yang berjiwa karena cinta dan gembira
akan tanah air dan bangsanya, yang senang dan gembira melihat kebagusan, bangsa
dan tanah airnya, dan … kesukarannya!
6
c. Seorang guru dalam memberikan materi pelajaran, hendaklah menyesuaikan
dengan kebutuhan subjek didik, terutama dalam mendapatkan peluang kerja.
Dengan kata lain, kurikulum yang ditawarkan hendaknya bersifat pragmatis.
2. Metode Pendidikan
Adapun konsep metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina sebagaimana
yang disimpulkan oleh Abuddin Nata, bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak
akan dapat dijelaskan kepada subjek didik dengan satu cara saja, melainkan harus
dicapai dengan berbagai cara yang sesuai dengan perkembangan psikologisnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa dalam penyampaian materi tersebut, hendaknya
disesuaikan dengan sifat materi pelajaran, sehingga antara metode dan materi yang
disajikan tidak akan kehilangan daya relevansinya.
Adapun metode yang ditawarkan oleh Ibnu Sina sebagaimana yang
disimpulkan oleh Abuddin Nata, antara lain: metode talqin, demontrasi,
pembiasaan, teladan, diskusi, magang dan penugasan. Berhubungan dengan metode
talqin, nampaknya Ibnu Sina sebagaimana yang disimpulkan oleh Abuddin Nata
menggunakan untuk mengajar membaca al-Qur’an. Sedangkan metode demontrasi,
ia menggunakan untuk cara mengajar menulis. Sementara metode pembiasaan atau
teladan, ia menggunakan untuk cara mengajar akhlak. Lebih lanjut metode diskusi,
ia menggunakan untuk cara penyajian pelajaran kepada subjek didik. Berkenaan
dengan metode magang, ia menggunakan dalam kegiatan pengajaran yang
dilakukan. Selanjutnya, berkenaan dengan metode penugasan, ia menggunakan
dalam kegiatan cara penyajian pelajaran kepada subjek didik.
Beberapa langkah yang diperhatikan agar metode mempunyai relevansi dengan
tujuan dan materi pendidikan. Adapun langkah-langkah tersebut, antara lain:
a) Dalam menggunakan metode pengajaran, hendaklah kita memperhatikan
kesesuaian antara bidang studi dengan metode yang kita ajarkan kepada subjek
didik.
b) Dalam menggunakan metode pengajaran, hendaklah kita memperhatikan tingkat
usia subjek didik.
c) Dalam menggunakan metode pengajaran, hendaklah kita memperhatikan bakat
dan minat subjek didik.
3. Pendidik
Pendidik (guru) dalam proses pembelajaran mempunyai peranan yang cukup
penting dalam rangka memobilisasi semua kegiatan yang ada dalam proses
pembelajaran, baik itu berupa tujuan, materi, metode dan sebagainya. Guru yang
cakap adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak,
cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-
main di hadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan, santun, bersih dan suci
murni.
7
Potret guru lebih menekankan pada unsur kompetensi atau kecakapan dalam
mengajar, di samping mempunyai kepribadian yang baik. Dengan kompetensi dan
kepribadian yang baik tersebut, seorang guru akan dapat mencerdaskan subjek didik
dengan berbagai pengetahuan dan akhlak yang baik dalam rangka membina mental
anak.
4. Hukuman dalam Pendidikan
Konsep hukuman dalam proses pembelajaran dalam pandangan Ibnu Sina pada
dasarnya tidak dibolehkan. Namun, hal itu bisa dilakukan apabila dalam keadaan
terpaksa dengan cara yang sangat hati-hati. Lebih lanjut Ibnu Sina sebagaimana yang
disimpulkan oleh Ali al-Jumbulati mengatakan bahwa dalam melakukan hukuman
terhadap subjek didik, sebaiknya diberikan peringatan dan ancaman terlebih dahulu
jangan menindak anak dengan kekerasan, tetapi dengan kehalusan hati, lalu diberi
motivasi dan persuasi dan kadang-kadang dengan muka masam atau dengan puji-
pujian, sehingga anak terodong untuk melakukan kebaikan.
8
2.3 Pendidikan Matematika
Secara etimologi, matematika berasal dari bahasa latin yaitu manthanein atau
mathemata yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”. Sedangkan dalam bahasa
Belanda disebut wiskunde, artinya ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran.
Berikut ini merupakan pandangan peserta didik, pendidik, dan orang tua mengenai definisi
matematika.
a) Menurut peserta didik, matematika adalah kumpulan kebenaran maupun aturan yang
diajarkan oleh guru di mana tugas peserta didik hanya mengikuti aturan yang telah
diberikan;
b) Menurut pendidik, matematika bersifat instrumental yaitu berupa kumpulan aturan,
menghafal rumus, pelajaran yang isinya sudah tentu dan tidak perlu mengetahui
alasannya;
c) Menurut orang tua, matematika berisi bilangan, hitungan, ketepatan, dan aturan yang
tidak mungkin keliru (dalam Supatmono, 2009).
Dari beberapa definisi matematika yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah cabang ilmu pendidikan yang mempelajari konsep dan fakta yang
diperoleh melalui proses berpikir dan bernalar secara kritis, sistematis, logis, dan kreatif.
Secara umum, terdapat beberapa karakteristik matematika antara lain: (1) memiliki objek
kajian yang abstrak, (2) mengacu pada kesepakatan, (3) berpola pikir deduktif, (4) konsisten
dalam sistemnya,(5) memiliki simbol yang kosong dari arti, dan (6) memperhatikan semesta
pembicaraan. Berikut ini merupakan penjabaran dari masing-masing karakteristik tersebut.
9
Pembelajaran matematika modern dimulai dari adanya kurikulum 1975. Model
pembelajaran ini muncul karena adanya kemajuan teknologi seperti di Amerika serikat
karena kekurangan orang-orang yang cukup ahli, mendorong munculnya pembaruan
pembelajaran matematika. Terdapat pula salah satu ahli yaitu Brownell mengemukakan
bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan pengertian. Dari dua hal
diatas, hal yang mempengaruhi perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia yaitu
kelemahan pembelajaran tradisional Nampak jelas dengan kurang menekankan pada
pengertian, kurang Nampak jelas, dan kurang merangsang keingintahuan. Akhirnya
pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemahan-kelemahan
maka dibuatlah kurikulum 1975.
3. Pembelajaran Matematika Masa Kini
Pembelajaran matematika masa kini merupakan gerakan evolusi matematika kedua,
meski tidak sebagus pada revolusi matematika pertama atau matematika modern. Revolusi
ini diawali dengan kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara
terbelakang. Pembelajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan
teknologi mutakhir yaitu kalkulator dan komputer yang sering digunakan pada saat ini.
10
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran
yang optimal sehingga peserta didik dapat mengembangkan kekuatan spiritual keagamaan,
akhlak mulia, kepribadian, pengendalian diri, potensi diri, kecerdasan, serta keterampilan yang
dibutuhkan oleh bangsa dan negara. Proses pembelajaran yang optimal dapat diterapkan melalui
interaksi antara pendidik dan peserta didik berjalan dengan baik guna memperoleh wawasan
pengetahuan lebih luas.
Konsep yang disampaikan beberapa tokoh memiliki tujuan pendidikan dengan kekhasan
masing-masing tokoh. Beberapa konsep tersebut bisa diterapkan di masing-masing sekolah
dengan mempertimbangkan sasaran pendidikan, tujuan, dan unsur-unsur pembentuk lainnya.
Konsep Pendidikan tersebut bisa dijadikan rujukan untuk merekayasa sistem di suatu instansi
Pendidikan tentunya dengan pemilihan karakter lingkungan yang disesuaikan berdasarkan
kondisi di instansi terkait.
11
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, M. (2013). Konsep Pendidikan Islam dalam Prespektif Ibnu Sina. Ilmiah DIDAKTIKA,
240-258.
Dewantoro, H. (2017, October 31). Konsep Pendidikan di Indonesia. Retrieved from Silabus
Media Pendidikan Indonesia: https://silabus.org/konsep-pendidikan/
Kholisoh , S. (2016). Konsep Pendidikan Perempuan R.A. Kartini dalam Buku Habis Gelap
Terbitlah Terang. Salatiga: IAIN Salatiga.
TV, S. A. (2017, November 14). Konsep Pendidikan Menurut Anies Baswedan Keren Banget.
Indonesia.
Wardani, K. (2010). Peran Guru dalam Pendidikan Karakter. Proceedings of The 4th
International Conference on Teacher Education (pp. 230-239). Bandung: Conference
UPI & UPSI.
12