makalah
diajukan guna memenuhi mata kuliah Landasan Kependidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Nanik Dr. Nanik Yuliati, M.Pd.
Dr. Erfan Yudianto, S.Pd, M.Pd.
Dr. Didik Sugeng Pambudi, M.S.
Disusun Oleh:
makalah
diajukan guna memenuhi mata kuliah Landasan Kependidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Nanik Dr. Nanik Yuliati, M.Pd.
Dr. Erfan Yudianto, S.Pd, M.Pd.
Dr. Didik Sugeng Pambudi, M.S.
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Landasan Filosofis
Pendidikan” tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. Nanik Yuliati, M.Pd., Bapak Dr. Didik Sugeng Pambudi, M.S. dan Bapak
Dr. Erfan Yudianto, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Landasan
Kependidikan.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mohon maaf apabila dalam terdapat banyak kekurangan dan penulis
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak untuk dapat
menyempurnakan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
e. Bagaimana Implikasi Landasan Filosofis terhadap Pendidikan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam pembuatan
makalah ini sebagai berikut.
a. Mengetahui pengertian Landasan pendidikan
b. Mengetahui tentang Landasan Filosofis Pendidikan
c. Mengetahui macam – macam Landasan Filosofis Pendidikan
d. Mengetahui Landasan Filosofis Pendidikan di Indonesia
e. Mengetahui secara mendalam tentang implikasi Landasan Filosofis
terhadap Pendidikan
2
BAB 2 PEMBAHASAN
1
menyeluruh (komprehensif). Metafisika ini terbagi menjadi
metafisika umum atau ontologi yang membahas tentang
hakikat adanya segala sesuatu secara komprehensif dan
metafisika khusus meliputi komsologi, teologi dan antropologi.
Kosmologi adalah cabang filsafat (bagian metafisika khusus) yang
mempelajari atau membahas tentang hakikat alam termasuk
segala isinya, kecuali manusia. Teologi adalah cabang filsafat
(bagian dari metafisika khusus) yang membahas tentang
keberadaan Tuhan. Antropologi adalah cabang filsafat (bagian
metafisika khusus) yang mempelajari atau membahas tentang
hakikat manusia.
b. Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau
membahas tentang hakikat pengetahuan. Persoalan yang dibahas
dalam epistemology antara lain mengenai sumber-sumber
pengetahuan, cara-cara memperoleh pengetahuan, kriteria
kebenaran pengetahuan dan lain – lain.
c. Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas
tentang asas-asas, aturan-aturan, prosedur dan kriteria penalaran
(berpikir) yang benar. Logika antara lain membahas tentang
bagaimana cara berpikir yang tertib agar kesimpulan-
kesimpulannya benar.
d. Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas
tentang hakikat nilai. Aksiologi terdiri dari Etika adalah cabang
filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau membahas
tentang hakikat baik jahatnya perbuatan manusia; dan Estetika
adalah cabang filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau
membahas tentang hakikat seni (art) dan keindahan ( beauty).
Adapun cabang filsafat khusus meliputi Filsafat Hukum, Filsafat Ilmu,
Filsafat Pendidikan dan lain – lain.
2.2.2 Aliran Filsafat
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa karakteristik berpiir para filsuf
yang bersifat kontemplatif dan subjektif telah menghasilkan suatu gagasan
yang bersifat individualistik-unik. Namun demikian, dalam peta
perkembangan sistem pemikiran filsafat para filsuf menemukan kesamaan
2
dan konsistensi pikiran berupa aliran pemikiran dari para filsuf tertentu.
Oleh karena itu, dikenal berbagai aliran filsafat seperti Idealisme,
Realisme, Pragmatisme, Perenialisme, Esensialisme dan lain – lain.
2.2.3 Definisi dan Struktur Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan adalah seperangkat asumsi yang
bersumber dari filsafat yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
Pengertian lain mengenai Landasan Filosofis adalah landasan yang
berkaitan dengan makna atau hakekat pendidikan (Maunah, 2009).
Landasan filosofis pendidikan berisi tentang gagasan-gagasan atau
konsep-konsep yang bersifat normatif atau preskriptif. Landasan filosofis
pendidikan dikatakan bersifat normatif atau preskriptif, sebab landasan
filosofis pendidikan tidak berisi konsep-konsep tentang pendidikan apa
adanya (faktual), melainkan berisi tentang konsep-konsep pendidikan yang
seharusnya atau yang dicita-citakan (ideal), yang disarankan oleh filsuf
tertentu
Landasan filosofis pendidikan sejatinya adalah suatu sistem gagasan
tentang pendidikan yang dideduksi atau dijabarkan dari suatu sistem
gagasan filsafat umum meliputi Metafisika, Epistemologi, Aksiologi yang
dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Hal ini dapat dipahami
sebagaimana disajikan oleh Callahan and Clark (1983) dalam karyanya
“Foundations of Education”, dan sebagaimana disajikan Edward J. Power
(1982) dalam karyanya Philosophy of Education, Studies in Philosophies,
Schooling and Educational Policies.
Berdasarkan dua referensi tersebut dapat dipahami bahwa terdapat
hubungan implikasi antara gagasan – gagasan dalam cabang – cabang
filsafat umum terhadap gagasan – gagasan pendidikan. Hubungan
implikasi tersebut dapat divisualisasikan seperti berikut ini.
3
Konsep Filsafat Konsep Pendidikan
Umum
Tujuan Pendidikan
Hakikat Realitas
Kurikulum Pendidikan
Hakikat Manusia
Metode Pendidikan
Hakikat Pengetahuan
Peranan Pendidik dan
Hakikat Nilai Peserta Didik
4
pikiran/spirit/roh dan benda – benda yang nyata (material)
sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh. Contohnya, kursi
yang sesungguhnya bukanlah bersifat material, sekalipun dapat
terlihat, namun hakikatnya kursi adalah ideal/spritual yaitu ide
tentang kursi.
b. Epistemologi-Idealisme
Berdasarkan aliran ini manusia dapat mengetahui sesuatu hal
melalui berpikir. Manusia juga dapat memperoleh pengetahuan
melalui intuisi bahkan beberapa filsuf idealisme percaya bahwa
pengetahuan dapat diperoleh dengan cara mengingat kembali.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengetahuan yang benar hanya
mungkin diperoleh oleh orang – orang tertentu yang memiliki
pikiran yang baik saja, sedangkan kebanyakan orang hanya
sampai pada tingkat pendapat.
c. Aksiologi-Idealisme
Filsuf idealisme sepakat bahwa value bersifat abadi dan absolut.
Menurut penganut Idealisme Theistik, nilai abadi berada pada
Tuhan. Sedangkan penganut Idealisme Pantheistik
menyelaraskan Tuhan dengan alam. Oleh karena itu, manusia
diperintah oleh nilai – nilai moral imperatif dan abadi yang
bersumber dari realitas yang absolut.
2.3.2 Landasan Filosofis Pendidikan Realisme
Aliran realisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa
kebenaran berasal dari kehidupan nyata. Aliran realisme merupakan
pelengkap dari aliran idealisme, jika idealisme merupakan ide abstrak
dalam mencari kebenaran, maka realisme menggunakan alat indera dalam
mencari kebenaran dengan melakukan observasi langsung (Gandhi, 2017).
Adapun ciri – ciri yang paham aliran ini adalah mereka tidak menjadikan
diri dari fakta yang nyata, menganggap bahwa kebenaran berhubungan
erat dengan experience serta sangat menghormati sains. Bapak dari
pandangan Realisme ini adalah Aristoteles. Konsep filsafat menurut aliran
Realisme sebagai berikut.
5
a. Metafisika/Ontologi-Realisme
Jika filsuf Idealisme menekankan pikiran jiwa/spirit.roh sebagai
hakikat realitas, sedangkan menurut para filsuf Realisme dunia
tercipta dari sesuatu yang nyata, substansial dan material yang
hadir terbentuk dengan sendirinya (entity). Adapun satu dengan
yang lainnya tertata dalam hubungan yang teratur di luar campur
tangan manusia.
b. Epistemologi-Realisme
Berdasarkan aliran ini, jiwa atau pikiran manusia ketika terlahir
di dunia kosong. John Locke menyatakan bahwa manusia
diibaratkan sebagai tabula rasa (meja lilin/kertas putih yang
belum ditulisi). Hal ini menyatakan bahwa pengetahuan yang
diperoleh manusia berasal dari pengalaman indra.
c. Aksiologi-Realisme
Manusia adalah bagian dari alam, maka manusia juga harus
tunduk pada hukum – hukum alam. Dengan demikian, tingkah
laku manusia diatur oleh hukum alam dan pada taraf yang lebih
rendah diatur oleh kebijaksanaan yang telah teruji.
2.3.3 Landasan Filosofis Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari bahasa yunani, yaitu pragma berarti
sesuatu yang dibuat, kegiatan dan pekerjaan sedangkan isme artinya
keyakinan terhadap sesuatu. Bagi kaum pragmatis, hanya sesuatu hal yang
dialami atau diamati yang dapat disebut nyata. Filosofi ini berkembang di
Amerika pada akhir abad ke-19 dengan fokus pada realitas pengalaman.
Pragmatisme dikembangkan dari ajaran Charles Sanders Peirce. Aliran
filsafat Pragmatisme dikenal pula dengan Eksperimentalisme dan
Instrumentalisme. Konsep filsafat menurut aliran Pragmatisme sebagai
berikut.
a. Metafisika/Ontologi-Pragmatisme
Pada aliran Pragmatisme, anti metafisika, dikatakan seperti itu
karena interaksi antara individu dengan lingkungannya atau
pengalaman selalu berubah, tak pernah lengkap atau tak pernah
6
selesai. Menurut penganut Pragmatisme, mengatakan bahwa
hanya realitas fisik yang ada, teori umum tentang realitas tidak
mungkin dan tidak diperlukan.
b. Epistemologi-Pragmatisme
Filsuf Pragmatisme menyatakan bahwa cara memperoleh
pengetahuan yang diandalkan melalui pengalaman dan berpikir
(scientific method). Menurut filsuf Pragmatisme, pengetahuan
hendaknya diverifikasi dan diimplementasikan dalam
kehidupan. Adapun kriteria kebenarannya adalah workability,
satisfication dan result. Pengetahuan dapat dinyatakan benar
jika dapat dipraktekkan, memuaskan dan memberikan hasil.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
bersifat relatif, bermakna apabila dapat diaplikasikan. Oleh
karena itu Pragmatisme dikenal pula sebagai Instrumentalisme.
c. Aksiologi-Pragmatisme
Nilai dalam hal ini diturunkan dari kondisi manusia. Nilai
bersifat eksklusif, tidak berdiri sendiri, akan tetapi melalui suatu
proses. Manusia adalah bagian dari masyarakat, sehingga baik
atau tidaknya tindakan dinilai berdasarkan hasil di dalam
masyarakat. Tindakan dikatakan baik jika akibat yang terjadi
berguna bagi dirinya dan masyarakat. Ultimate value atau nilai
akhir tidaklah ada, karena selalu relatif dan tergantung pada
kondisi yang ada (conditional).
2.3.4 Landasan Filosofis Pendidikan Nasional : Pancasila
Dasar Negara Republik Indonesia adalah Pancasila. Adapun
Pancasila yang dimaksud adalah yang rumusannya termaktub dalam
“Pembukaan” Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Karena pancasila merupakan Dasar Ideologi Negara, maka
implikasinya Pancasila juga sebagai dasar Pendidikan Nasional. Hal ini
sejalan dengan Pasal 2 Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
“Sistem Pendidikan Nasional” yang menyatakan bahwa “Pendidikan
nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang –
7
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Konsep filsafat
menurut aliran Pendidikan Nasional sebagai berikut.
a. Metafisika/Ontologi-Pendidikan Nasional : Pancasila
Bangsa Indonesia meyakini bahwa alam semesta sebagai ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, bukanlah ada karena terbentuk sendiri.
Tuhan adalah sumber pertama dari segala yang ada dan
merupakan tujuan akhir dari segala yang ada.
b. Epistemologi- Pendidikan Nasional : Pancasila
Segala pengetahuan yang diperoleh manusia sumber pertamanya
adalah Tuhan YME. Tuhan telah menurunkan pengetahuan
melalui utusan-Nya berupa wahyu meupun berbagai hal yang
ada di alam semesta termasuk hukum – hukum yang terdapat di
dalamnya. Manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui
keimanan, berpikir, pengalaman empiris, penghayatan dan
intuisi.
c. Aksiologi-Pendidikan Nasional : Pancasila
Sumber pertama segala nilai hakikatnya adalah Tuhn Yang
Maha Esa, karena manusia adalah salah satu makhluk ciptaan
Tuhan. Dengan kata lain, perbuatan manusia diatur oleh nilai –
nilai yang bersumber dari Tuhan, kepentingan umum dan hati
nurani.
8
manusia Indonesia. Kedua, pandangan tentang pendidikan itu sendiri. Filosofis
pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai:
a. Mahluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya;
b. Mahluk individu dengan segala hak dan kewajibannya;
c. Mahluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup dalam
masyarakat yang pluralistik.
9
Tinjauan Idealisme Realisme Pragmatisme Pancasila
masalah
praktis. pendidikan nya dan untuk hlian
liberal dan kebutuhan
pendidikan hidup di
praktis. lingkungan
masyarakat.
Metode Metode Conditioning Metode belajar CBSA (Cara
Pendidikan dialekta (Pembiasaan), aktif dengan Belajar Siswa
metode yang dan metode belajar sambil Aktif) melalui
mendorong yang bekerja permainan
siswa untuk memperhatika (learning by peranan
belajar. n sifat logis doing).
dan psikologis.
10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang Landasan Filosofis Pendidikan yang
telah di uraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
11
DAFTAR PUSTAKA
12