Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPENEUMONIA PADA ANAK

Disusun oleh :

1. Dewi Ika Kharisma

2. Eva Maharani

3. Liando Agus Yunanto

4. Ulfa Mashufah

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGESTI WALUYO
TEMANGGUNG
2022

PEMBIMBING KLINIK

BAB 1
KONSEP DASAR MEDIK
A. Anatomi Fisiologi

Organ sistem pernapasan atas dan bawah


Organ sistem pernafasan atas
1. Hidung
Hidung adalah gerbang utama keluar masuknya udara setiap kali Anda
bernapas. Dinding dalam hidung ditumbuhi rambut-rambut halus yang
berfungsi menyaring kotoran dari udara yang Anda hirup.
2. Sinus
Sinus adalah rongga udara di tulang tengkorak. Rongga ini terletak di masing-
masing kedua sisi hidung dekat tulang pipi, di belakang tulang hidung, di
antara mata, dan di tengah dahi.
3. Adenoid
Adenoid adalah jaringan kelenjar getah bening yang ada di tenggorokan. Di
dalam adenoid terdapat simpul sel dan pembuluh darah penghubung yang
membawa cairan ke seluruh tubuh.
4. Tonsil
Tonsil adalah nama lain dari amandel. Amandel itu sendiri adalah kelenjar
getah bening yang berada di dinding faring (tenggorokan).
5. Faring
Faring (tenggorokan bagian atas) adalah tabung di belakang mulut dan rongga
hidung yang menghubungkan keduanya ke saluran pernapasan lain, yaitu
trakea.
6. Epiglotis
Epiglotis adalah lipatan tulang rawan berbentuk daun yang terletak di
belakang lidah, di atas laring (kotak suara).
Organ sistem pernapasan bawah
1. Laring (kotak suara)
Laring adalah rumah bagi pita suara Anda. Letaknya tepat di bawah
persimpangan saluran faring yang membelah menjadi trakea dan
kerongkongan.
2. Trakea (batang tenggorokan)
Trakea adalah bagian terpadu dari jalur napas dan memiliki fungsi vital untuk
mengalirkan udara dari dan menuju paru-paru untuk pernapasan.
3. Tulang rusuk
Tulang rusuk adalah tulang yang menopang rongga dada dan melindungi
organ dalam dada, seperti jantung dan paru-paru dari benturan atau
goncangan.
4. Paru-paru
Paru-paru adalah sepasang organ yang terletak di dalam tulang rusuk. Masing-
masing paru berada di kedua sisi dada. Peran utama paru-paru dalam sistem
pernapasan adalah menampung udara beroksigen yang kita hirup dari hidung
dan mengalirkan oksigen tersebut ke pembuluh darah untuk disebarkan ke
seluruh tubuh.
5. Pleura
Paru-paru dilapisi oleh selaput tipis yang disebut pleura. Lapisan pleura
bertindak sebagai pelumas yang memungkinkan paru-paru untuk
mengembang dan mengempis dengan lancar setiap kali bernapas. Lapisan
pleura juga memisahkan paru-paru dari dinding dada Anda.
6. Bronkiolus
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan
udara dari bronkus ke alveoli. Selain itu bronkiolus juga berfungsi untuk
mengontrol jumlah udara yang masuk dan keluar saat proses bernapas
berlangsung.
7. Alveoli
Alveoli atau alveolus adalah kantung-kantung kecil dalam paru yang terletak
di ujung bronkiolus. Dalam sistem pernapasan, alveoli berfungsi sebagai
tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
8. Tabung bronkial
Pada tabung bronkial paru-paru, ada sillia berupa rambut-rambut kecil yang
bergerak seperti gelombang. Gerakan gelombang sillia akan membawa mukus
(dahak/lendir/cairan) ke atas hingga ke luar tenggorokan. Silia juga ada di
dalam lubang hidung.
9. Diafragma
Diafragma adalah dinding otot kuat yang memisahkan rongga dada dari
rongga perut. Saat melakukan pernapasan perut, diafragma akan bergerak ke
bawah dan menciptakan rongga kosong untuk menarik udara. Ini juga bisa
membantu memperluas paru-paru.
B. Definisi Penyakit
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya
(Ngemba,2015).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan
pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan
juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita,
yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,virus,jamur dan
benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme,
tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
(Rahayu,2012).
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan
paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus (Tyastuti,2015).
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru pada bagian lobularis yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh agen
infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yangditandai dengan gejala
demam tinggi, gelisah, dispnoe, napas cepat dan dangkal (terdengar adanya
ronkhi basah), muntah, diare, batuk kering dan produktif (Saputri,2008 dalam
Dicky, 2017).

C. Etiologi
Penyebab tersering pada bronkopneumonia yaitu pneumokokus, sedang
penyebab lainnya antara lain : streptococcuspneumoniae, stapilokokkus aureus,
haemophillus influenza, jamur (seperti candida albicans) dan virus. Pada bayi dan
anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius
dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi (Riyadi,2012).

D. Tanda dan Gejala


Gejala Bronkopneumonia yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal berupa muntah atau diare,
keluhan respiratori yang nampak yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea,
nafas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis (Fadhila, 2013).

E. Komplikasi
Akibat penyakit ini tidak mendapat penanganan yang tepat maka akan timbul
komplikasi yang bisa membahayakan tubuh anak tersebut,misalnya gangguan
pertukaran gas, obstruksi jalan napas, gagal napas, efusi pleura yang luas, syok
dan apnea rekuren. (Marni, 2014).

F. Patofisiologi
Bakteri atau virus masuk kedalam tubuh, akan menyebabakan gangguan/
peradangan pada terminal jalan nafas dan alveoli. Proses tersebut akan
menyebabkan infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadi
destruksi sel dengan menanggalkan debris cellular ke dalam lumen yang
mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan napas. Pada kondisi akut
maupun kronik seperti AIDS, cystic fibrosis, aspirasi benda asing dan konginetal
yang dapat meningkatkan resiko pneumonia (Marni,2014) Secara hematogen
maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang terdapat didalam
paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus
menyebabkan sel radang akut, terisi eksudat (nanah) dengan sel epitel rusak.
Bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada
saat awal peradangan dan bersifat fagositosis) dan sedikit eksudat fibrinosa.
Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan nanah
sehingga dapat timbul
bronkiektasis. Selain itu organisasi eksudat dapat terjadi karena absorpsi yang
lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh, mengandung banyak
kuman penyebab (streptokokus, virus dan lain-lain). Selanjutnya eksudat berubah
menjadi purulen dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan
tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita
mengalami sesak napas.Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan
mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia pada
lumen bronkus sehingga timbul peningkatan flek-flek batuk. Perjalanan
patofisiologis diatas bisa berlangsung sebaliknya yaitu di dahului dulu dengan
infeksi pada bronkus kemudian berkembang menjadi infeksi pada paru
(Riyadi,2012)

G. Pathway
Jamur, Virus,
Bakteri, Protozoa

Infeksi saluran Infektif saluran


pernapasan bawah pernapasan atas

Edema antara kapiler


dan alveoli Kuman berlebihan
di bronkus

Iritan PMN Proses


eritrosit pecah Mucus bronkus Peradangan
Meningkat

Edema paru Bau mulut Akumulasi secret bronkus


tidak sedap

Ketidakefektifan
Pergeseran Anoreksia bersihan jalan napas
dinding paru

Intake berkurang Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

Ketidakefektifan
Suplay O2 menurun Pola Napas
Hipoksia Hiperventilasi

Metabolic anaerob meningkat Dyspnea

Akumulasi asam laktat Retraksi dada/napas cuping hidung

Intoleransi aktivitas Gangguan pertukaran gas


H. Pemeriksaan Diagnostik
1. rontangen dada, dapat melihat bagian paru-paru yang terdapat
bronkhopnemonia
2. tes darah, untuk mengetahui tipe virus atau bakteri
3. tes dahak, untuk mengetahui virus atau bakteri yang menyebabkan gangguan
kesehatan seperti TBC
4. kadar oksigen darah, mengetahui seberapa banyak oksigen dalam darah

I. Penatalaksanaan
Yang dapat diberikan pada pasien bronkhopnemonia yaitu menjaga
kelancaran pernafasan seperti posisi semifowler, pemberian oksigenasi yang
terpenuhi, kebutuhan istirahat klien, kebutuhan nutrisi dan cairan.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Data yang muncul sering orang tua berpersepsi meskipun anaknya batuk
masih menganggap belum terjadi gangguan serius, biasanya orang tua
menganggap anaknya benar-benar sakit apabila anak sudah mengalami sesak
nafas.
2. Pola metabolik nutrisi
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon
sistemik melalui kontrol saraf pusat) dan mual dan muntah (karena
peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikroorganisme).
3. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan melalui evaporasi karena demam.
4. Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak
nafas. Penampilan anak terlihat lebih lemah, sering menguap, mata merah,
anak juga sering menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan
tersebut.
5. Pola aktivitas-latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan
fisik. Anak tampak lebih banyak meminta digendong orangtua atau bedrest.
6. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang yang pernah disampaikan
biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak. Pada
saat di rawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru
disampaikan.
7. Pola perpsepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak
suka bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat.
B. Diangnosa Keperawatan
Diagnosa yang sering muncul pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
pada anak dengan bronkopneumonia menurut adalah :
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan terkumpulnya sekret dan
meningkatnya produksi mukosa
2. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan inflamasi paru/ parenkim
paru
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan inflamasi

C. Rencana Keperawatan
Perencanaan tindakan yang dapat diterapkan pada gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi menurut :
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan terkumpulnya sekret dan
meningkatnya produksi mukosa.
Hasil yang diharapkan : pertukaran gas pada anak akan meningkat yang
ditandai oleh kemudahan bernapas, warna kulit normal, dan berkurangnya
kegelisahan.
Intervensi :
a. Kaji status pernapasan anak untuk mengetahui adanya dispnea, takipnea,
mengi, krakles,ronkhi, dan sianosis.
b. Atur posisi anak supaya nyaman.
c. Berikan oksigen dengan sungkup wajah/ sungkup kepala
d. Ajarkan dan anjurkan batuk efektif dan napas dalam setiap 2 jam
e. Lakukan penghisapan lendir bila perlu
f. Lakukan fisoterapi dada setiap empat jam, sebelum makan dan istirahat,
atau sesuai petunjuk
g. Anjurkan pemberian asupan cairan peroral jika tidak ada kontradiksi
h. Ubah posisi setiap dua jam
i. Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi anak (buku,majalah, video
game, dan lain-lain)

2. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan inflamasi paru/


parenkim paru
Hasil yang diharapkan : fungsi pernapasan normal, pernapasan teratur,
frekuensi normal sesuai usia anak, tidak ada penggunaan otot-otot asesori
pernapasan.
Intervensi
a. Berikan posisi yang nyaman , bisa psoisi semi fowler
b. Longgarkan pakaian anak , jangan terlalu ketat,
c. Berikan bantal atau sokongan agar jalan napas tetap terbuka
d. Ajarkan teknik relaksasi pada anak
e. Berikan pelembab untuk melancarkan jalan napas
f. Berikan oksigen sesuai kebutuhan anak
g. Anjurkan dan motivasi anak untuk istirahat tidur sesuai kebutuhan anak
h. Monitor pernapasan, irama, kedalaman
i. Monitor saturasi oksigen

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan inflamasi


Hasil yang diharapkan : kesulitan bernapas pada anak berkurang yang ditandai
dengan periode istirahat yang cukup , tidak ada bising suara napas (crekles
dan ronkhi), frekuensi pernapasan dan jantung dalam batas normal.
Intervensi :
a. Auskultasi paru terhadap tanda peningkatan pembengkakan jalan napas,
kemungkinan obstruksi, termasuk dispnea, takipnea dan mengi
b. Kaji pengeluaran liur
c. Beri kebebasan anak untuk mengambil posisi yang menyenangkan, posisi
fowler/semi fowler
d. Monitor status pernapasan dan tanda vital terus menerus
e. Lakukan penghisapan lendir bila perlu
f. Lakukan fisioterapi dada setiap empat jam , sebelum makandan istirahat atau
sesuai petunjuk
DAFTAR PUSTAKA

Ngemba, Hajar Rasmita, Nursalim & Rahmawati Habibu.


(2015).Interferensi Sistem Pendukung Pathway Klinik Asuhan Keperawatan
Bronchopneumonia.Seminar nasional informatika medis(SNIMed)p.2

Rahayu, Mega Putri Budi.(2012).Asuhan Keperawatan Pada An. N


Dengan Gangguan Sistem Pernafasan : Bronkopneumonia di Ruang
Flamboyan RSUD Sukoharjo. http://eprints.ums.ac.id/

Tyastuti, Dwi Aftining, Siti Haryani, & Eka Adimayanti.


(2015).Pengelolaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada An. M
Dengan Bronkopneumonia di Ruang Anggrek RSUD Kota
Salatiga.perpusnwu.web.id

Riyadi, Sujono & Sukamin.(2012). Asuhan Keperawatan Pada


Anak.Yogyakarta:Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai