Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia
Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang didalamnya, pendidikan
tidak akan ada habisnya. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi
seorang yang terdidik itu sangat penting. Kita dididik menjadi orang yang berguna baik bagi Negara,
Nusa dan Bangsa. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga (Pendidikan
Informal), lingkungan sekolah (Pendidikan Formal),dan lingkungan masyarakat (Pendidikan
Nonformal).Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-
hari dengan sadar atau tidak sadar,sejak seseorang lahir sampai mati. Proses pendidikan ini berlangsung
seumur hidup. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan karakter yang berkualitas, dengan terciptanya
manusia yang berkarakter, manusia berkeinginan untuk menciptakan perubahan, tentunya untuk
menciptakan keinginan tersebut harus di dapatkan melalui proses belajar.

Belajar sangat penting bagi manusia, dan secara alamiah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam
kandungan sampai meninggal mengalami proses tahap demi tahap. Manusia tidak mampu akan mampu
mencapai kesempurnaan tanpa adanya proses belajar yang disebut belajar. Belajar, sebagai usaha
memupuk dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek rohani dan jasmani. Belajar sebagai proses
mengarahkan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan mengangkat derajat manusia
sesuai fitrahnya. Belajar sangat penting untuk peserta didik, terutama dalam mengantisipasi kebodohan
sebagai dampak negative dan era persaingan bebas yang melanda dunia.

Otak manusia lebih berbeda dari otak hewan lain. Ini terdiri dari miliaran neuron, dan masing-masing
saling berhubungan dan dengan demikian membantu untuk membuat otak menjadi bagian dari sistem
saraf. Otak manusia adalah bagian utama dari sistem saraf pusat. Hal ini tidak otak terberat di antara
hewan, dan tidak memiliki berat badan yang proporsional dengan tubuh mereka (dengan berat kurang
dari 1,5 kg). Hal ini hanya sedikit lebih kompleks daripada hewan. Otak manusia dikelilingi oleh tiga
membran pelindung yang disebut meninges (selaput otak). Ruang yang disebut ventrikel diisi dengan
cairan serebrospinal, yang memasok gas dan nutrisi ke jutaan nutrisi di otak. Ada dua daerah yang
berbeda dalam otak, yaitu materi putih dan materi abu-abu. Materi putih sebagian besar terdiri dari
serat saraf, dan abu-abu terdiri dari badan sel neuron. Otak manusia dapat dibagi menjadi tiga wilayah;
otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
Otak hewan, pada hewan tertentu tingkat kecerdasan dapat dibandingkan dengan ukuran otak masing-
masing. Namun, hal ini tidak berlaku untuk semua hewan. Pada hewan primitif seperti cnidaria tidak
memiliki otak atau struktur seperti otak; sebaliknya, mereka memiliki jaring saraf, di mana semua
neuron yang mirip dan terkait satu sama lain dalam sebuah jaring. Pertama, cacing pipih telah berevolusi
‘otak’ primitif, dengan membentuk massa pembesaran jaringan saraf dan sel-sel di bagian depan tubuh
mereka. Ini ‘otak’ adalah sistem saraf dasar yang lebih kompleks daripada jaring saraf pada cnidaria. Ia
juga memiliki kemampuan mengendalikan respon otot dengan cara yang lebih baik. Tahap awal otak
vertebrata pertama kali ditemukan dari bukti fosil ikan awal seperti Agnathan. Otak mereka yang kecil
tapi sudah dibagi menjadi tiga divisi dasar yang juga ditemukan di saat hidup otak vertebrata. Ketiga
divisi dasar terutama, otak belakang, otak tengah dan otak depan.

Jadi manusia lebih mampu berfikir untuk mendaptkan pendidikan. Sehingga kami membuat makalah
berjudul "Pendidik dan Peserta Didik”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendidik?

2. Apa saja jenis-jenis pendidik?

3. Bagaimana ciri-ciri pendidik?

4. Bagaimana sifat-sifat pendidik?

5. Apa saja syarat seorang pendidik?

6. Apa fungsi pendidik?

7. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki pendidik?

8. Apa pengertian peserta didik?

9. Bagaimana ciri-ciri peserta didik?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian pendidik.

2. Mengetahui jenis-jenis pendidik.

3. Mengetahui ciri-ciri pendidik.

4. Mengetahui sifat-sifat pendidik.

5. Mengetahui syarat pendidik.


6. Mengetahui fungsi pendidik.

7. Mengetahui kompetensi yang harus dimiliki pendidik.

8. Mengetahui pengertian peserta didik.

9. Mengetahui ciri-ciri peserta didik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidik

1. Pengertian pendidik

Pendidik didefiniskan sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
dalam memberikan ilmu dan membimbing anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan dengan
gambaran kedewasaan yang senatiasa dibayangkan oleh anak dalam diri pendidiknya, di dalam
pergaulan antara pendidik dan anak didik, dalam istilah Langeveld disebut situasi pendidikan.

2. Jenis-jenis pendidik

Pendidik sebagai orang yang bertanggung jawab membimbing anak untuk mencapai kedewasaan,
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pertama pendidik karena keharusan atas kewajaran kehidupan,
sedangkan yang kedua adalah pendidik karena diserahi tugas untuk mendidik anak.

Pendidik pertama yaitu orang tua ayah dan ibu. Pendidik kedua ialah pendidik pendidik sebagai suatu
profesi yang karena jabatannya ia harus mendidik anak, misalnya guru di sekolah (TK-SMA), pembimbing
pada kelompok bermain (play group), para pembimbing dilembaga pemeliharaan anak yatim piatu, dan
sebagainnya.

a. Orang tua

Orang tua secara wajar menjadi pendidik karena merasa bertanggung jawab terhadap anaknya.
Sehingga dengan tanggung jawab itu mengundang para orang tua untuk membantu berkembangnya si
anak, dan membantu perkembangan itulah disebut mendidik. Peran pendidik pertama ini sangat besar,
karena mereka bukan saja sekedar mendidik anak agar ia menjadi besar dan pandai sagala macam,
namun terutama ia membantu perkembangan anak dalam segi kemanusiannya, menjadikan anak didik
menjadi manusia yang mampu hidup bersama dengan orang lain, manusia bermoral dan berhati nurani.

Orang tua memiliki pengaruh langsung dari orang tua terhadap masa depan anak kedua pada berbagai
jenjang kehidupannya, baik pada periode kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Karena itu islam
mengganggap tugas pendidikan anak sebagai suatu kewajiban bagi orang tua yang harus
didahulukannya.
b. Guru

Pendidik kedua adalah mereka yang diberi tugas menjadi pendidik. Mereka mendapat tugas dari orang
tua, sebagai pengganti orang tua. Mereka menjadi pendidik karena profesinya sebagai pendidik, guru di
sekolah mislanya.

Guru sebagai pendidik harus memenuhi beberapa syaratk husus untuk mengajar dibekali dengan
berbagai ilmu kependidikan dan keguruan sebagai dasar, disertai perangkat latihan keterampilan
keguruan (Praktek Pengalaman Lapangan), disitulah ia belajar mempersonalisasikan beberapa sikap
keguruan dan kependidikan yang diperlukan.

3. Ciri-ciri pendidik

a. Adanya kewibawaan

Kewibawaan yang terpancar daripada dirinya terhadap anak didik. Kewibawaan adalah suatu pengaruh
yang diakui suatu kebenaran dan kebesarannya, bukan sesuatu yang memaksa. Kewibawaan harus
berbanding dengan ketidakberdayaan anak didik, jika pendidik kemampuannya tidak berbeda dengan
anak didik, maka kewibawaan tersebut sukar ditegakan.

Dengan demikian kewibawaan seorang pendidik akan diakui apabila pendidik mempunyai kelebihan dari
anak didiknya baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

b. Mengenal Anak Didik

Seorang pendidik harus mengenal anak didik secara khusus agar pendidikannya dapat sesuai dengan
setiap anak secara perorangan, hal tersebut dapat dipelajari dari psikologi perkembangan.

Setiap anak dalam satu kelas memiliki usia yang tidak jauh berbeda, sifatnya secara khusus juga
berbeda. Untuk itu seorang pendidik harus mengenal anak didiknya.

c. Membantu Anak Didik

Ciri ketiga seorang pendidik adalah mau membantu anak didiknya, dan bantuan yang diberikan harus
sesuai dengan yang diharapkan anak didiknya. Setiap anak didik mau menjadi dirinya sendiri, ingin
berdiri sendiri, mau bertanggung jawab sendiri dan ingin menentukan sendiri, untuk itu pendidik tidak
boleh terlalu memaksakan kehendak tapi ingat pada keinginan anak didiknya tersebut.

4. Sifat-sifat Pendidik

Mahmud Yunus dengan memberikan gambaran tentang sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru, agar
guru tersebut berhasil dalam tugasnya sebagai tenaga pengajar dan juga sebagai seorang figur yang
akan selalu diingat dan dicontoh oleh anak didiknya. Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru
adalah sebagai berikut:

a. Guru harus mengasihi muridnya seperti ia mengasihi anaknya sendiri.

Sudah menjadi suatu tugas bagi guru untuk mengasihi dan menyayangi anak didiknya seperti ia
mengasihi dan menyayangi anaknya sendiri dan memikirkan keadaan mereka seperti memikirkan
keadaan anaknya sendiri. Rasa kasih sayang wajib dan harus ada pada tiap individu seorang guru. Rasa
kasih sayang tersebut lebih-lebih harus dicurahkan kepada anak didik yang kurang mampu, bajunya
kotor, kelakuannya buruk, perkataannya kasar, mukanya masam, hatinya keras seperti batu.

Menurut Mahmud Yunus anak yang seperti inilah yang menjadi kesempatan bagi seorang guru untuk
beruasaha membangkitkan semangat mereka yang telah padam dan menghidupkan jiwa mereka yang
telah mati. Maka salah satu jalan untuk menghidupkan jiwa anak-anak tadi, guru haruslah mengetahui
hal ikhwal dan kecendrungan hati anak tersebut, serta berusaha menolong dan membantuya dan juga
memberi petunjuk serta pengertian kepada anak tersebut dengan penuh kejujuran dan kasih sayang.

b. Guru juga harus mempunyai sifat rasa kesadaran akan kewajibannya terhadap masyarakat.

Dan seorang gurupun harus tahu bahwa tiap pelajaran yang diajarkannya adalah untuk dan demi
kepentingan masyarakat. Guru juga harus berusaha menanamkan akhlaq dan cinta tanah air dalam jiwa
muridnya. Menurut Mahmud Yunus dasar pendidikan agama yang praktis dan cinta tanah air serta
teladan yang baik, guru akan dapat membentuk generasi baru dan umat yang sempurna dalam segala
segi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Maka di tangan gurulah dididik semua generasi bangsa,
kemudian mereka masuk ke dalam masyarakat, bekerja dalam lapangan masing-masing.

c. Seorang guru harus berlaku jujur dan juga ikhlas dalam pekerjaannya.

Kejujuran dan keikhlasan seorang guru dalam pekerjaannya adalah jalan yang terbaik untuk
kesuksesannya dalam mengajar sekaligus kesuksesan anak didiknya dalam belajar. Guru harus
menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai suatu kewajiban yang dipikul di atas pundaknya.
Guru yang terlambat datang ke kelas untuk mengajar adalah guru yang tidak jujur. Oleh sebab itu guru
haruslah jujur dan menjaga waktu murid supaya jangan terbuang dengan percuma. Hendaklah guru
datang ke sekolah tepat pada waktu yang telah ditentukan dan jangan sekali-kali terlambat, supaya
guru jadi contoh dan tauladan bagi muridnya dalam menjaga waktu dan menepati janji.

d. Guru harus berhubungan terus dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Guru harus mengetahui sedikit tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Hal tersebut berguna untuk
menjawab pertanyaan dari muridnya sewaktu-waktu. Guru haruslah luas pengetahuan dan materinya,
maka guru yang luas wawasan keilmuannya akan dapat menata situasi kelasnya ketika pelajaran
berlangsung sekaligus akan menumbuhkan kecintaan anak didik terhadap pelajaran yang diajarkannya
tersebut.

e. Guru juga harus membiasakan muridnya untuk percaya pada diri sendiri dan bebas berfikir.
Mahmud Yunus menyarankan untuk memberantas pendidikan yang menyerahkan segala-galanya
kepada guru, yang akan mengakibatkan kegagalan anak didik pada masa yang akan datang. Menurut
Mahmud Yunus pembiasaan berfikir dan bekerja sendiri akan melatih kedewasaan pada anak didik dan
akan menimbulkan rasa tanggung jawab pada diri anak didik tersebut.

f. Seorang guru hendaknya berbicara dengan bahasa yang difahami dan dimengerti oleh anak didik.

Guru yang berbicara dengan bahasa yang tidak difahami samalah artinya dengan ibu memberikan
makanan keras kepada bayinya yang baru lahir, tentu anak tersebut tidak akan dapat menelannya.
Demikian pula dengan anak didik yang tidak memahami bahasa guru, maka anak didik tersebut tidak
akan dapat menerima pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut.

g. Seorang guru harus memikirkan pendidikan akhlaq.

Guru harus ingat bahwa tujuan yang utama dalam pendidikan ialah pendidikan akhlaq, baik perangai,
keras kemauan, mengerjakan kebaikan dan menjauhi kejahatan. Menurut Mahmud Yunus tujuan
pendidikan akhlaq bukanlah semata-mata belajar ilmu akhlaq. melainkan membentuk pemuda pemudi
yang berakhlaq baik, bercita-cita tinggi, baik perkataan dan perbuatannya, bijaksana dalam segala
tindakan. Menurut Mahmud Yunus bahwa tujuan pendidikan akhlaq adalah membentuk akhlaq dan
mendidik ruhani, yang mana tujuan ini haruslah menjadi arah dan tujuan yang tetap dari setiap para
guru, baik guru pelajaran agama maupun guru pelajaran umum. Maka tiap pelajaran adalah pelajaran
akhlaq dan tiap guru adalah guru akhlaq.

Prof. Dr Moh Atthiyah Ap-abrasi mengemukakan bahwa seorang guru harus memiliki sifat-sifat tertentu
agar ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Adapun sifat-sifat tersebut adalah:

a. Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridaan
allah.

b. Ikhlas dalam pekerjaan.

c. Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya, ia sanggup menahan diri, menahan
kemarahan, lapang hati, banyak sabar dan jangan pemarah karena sebab-sebab yang kecil.

d. Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti ia mencintai anak- anaknya sendiri.

e. Seorang guru harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat kebiasaan dan pemikiran murid-
muridnya.

f. Seorang guru harus menguasai materi mata pelajaran yang akan diberikannya, serta
memperdalam pengetahuannya sehingga meteri mata pelajaran yang diajarkannya tidak akan bersifat
dangkal.

Imam Al-Ghazali menasehati kepada para pendidik Islam agar memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Seorang guru harus menaruh kasih sayang terhadap murid-muridnya dan memperlakukan
mereka seperti perlakuan mereka terhadap anaknya sendiri.

b. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi dengan mengajar itu ia
bermaksud mencari keridoan Allah dan mendekatkan diri kepadanya.

c. Memperhatikan tingkat akal anak-anak dan berbicara menurut kadar akalnya dan jangan
membicarakan sesuatu melebihi daya tangkap siswanya.

d. Jangan menimbulkan rasa benci pada diri murid mengenai cabang ilmu yang lain, tetapi
seyogyanya membukakan jalan bagi mereka untuk belajar mempelajari ilmu tersebut.

e. Seorang guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan perbuatannya.

Abdurrahman An Nahlawi juga menyarankan kepada guru untuk memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. Tingkah laku dan pola pikir guru bersifat Rabbani.

b. Guru seorang yang ikhlas.

c. Guru harus bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada anak-anak.

d. Guru jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya kepada anak didiknya.

e. Guru harus mampu mengelola siswa, tegas dalam bertindak serta meletakkan berbagai perkara
secara proporsional.

f. Guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras dengan masa perkembangannya ketika ia
mengajar sehingga ia dapat memperlakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan kesiapan psikis
mereka. Guru tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa,
keyakinan, dan pola berpikir angkatan muda.

5. Syarat-syarat Pendidik

Setiap pekerjaan memerlukan syarat tertentu agar seseorang yang memiliki pekerjaan tersebut bisa
berperan secara efektif dan efisien. Bagi seorang pendidik yang bergaul dengan peserta didik yang
berbeda karakter dan harus berubah ke arah yang lebih baik, maka syarat tersebut harus dipenuhi.
Menurut Edi Suardi (1984) pendidik harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni :

a. Seorang pendidik harus mengetahui tujuan pendidikan.

Sudah pasti tujuan akhir pendidikan harus ia sadari benar. Pendidik harus mempunyai banyak
pengetahuan tentang apa yang disebut manusia dewasa, sesuai dengan tempat dan waktu. Apabila di
suatu negara terdapat suatu lembaga pendidikan, maka seorang pendidik harus mengenal tujuan
pendidikan nasional atau cita-cita nasional negara tersebut.
b. Seorang pendidik harus mengenal peserta didiknya.

c. Seorang pendidik harus tahu prinsip dan penggunaan alat pendidikan.

Ia harus tahu pula memilih yang mana yang cocok untuk seorang anak pada situasi tertentu. Ia harus
menentukan jalan atau prosedur mendidik yang bagaimana yang harus ia gunakan atau tempuh.

d. Seorang pendidik harus menyatu dengan anak didiknya.

Seorang pendidik harus bisa menyatu dengan anak didiknya, tetapi bukan berarti ia lupa akan dirinya
sendiri. Ia tetap orang dewasa tetapi harus menyesuaikan cara mendidik anak yang sesuai dengan dunia
anak-anak.

6. Fungsi Pendidik

Menurut Ahmad Farid mengutip CeceWijayadan A. Tabrani Rusyan, menjelaskan beberapa peranan dan
fungsi pendidik tersebut sebagai berikut:

a. Guru sebagai pengajar dan pendidik

b. Guru sebagai anggota masyarakat

c. Guru sebagai pemimpin

d. Guru sebagai pelaksana administrasi

e. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar.

Fungsi guru juga dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Korektor, guru harus bias membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai
yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin
telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah.

b. Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik.
Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham)
bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari teori-teori belajar, dari
penaglaman pun bias dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya,
tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.

c. Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengeahuan dan teknologi,
selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik.
Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang
dengan bahan yang akan diberikan kepada anak didik.
d. Organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki
kegiatan pengelolaan kegiatana kademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik
dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efesiensi belajar
pada diri anak didik.

e. Motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam
upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik
malas belajar dan menurun perestasinya di sekolah. Peranan guru sebagai motivator sangat penting
dalam intrkasiedukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan pendidik yang membutuhkan kemahiran
sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.

f. Inisiator, dalam perannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan
dalam pendidikan pengajaran. Proses intraksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.

g. Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap,
meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang memadai akan menyebabkan anak didik
malas belajar.

h. Pembimbing, peranan guru yang tak kalah pentingnya dari semua peranan yang telah disebutkan di
atasa dalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan. Karena kehadiran guru di
sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa. Tanpa bimbingan, anak didik
akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.

i. Demonstrator, dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami.
Apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami
anak didik. Guru harus berusaha membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara
didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan
pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

j. Pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat
berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang
dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola
dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik,
pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya
interaksi edukatif yang optimal.

k. Mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan dalarn berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun materil. Media
berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif. Keterampilan
menggunakan semua media itu diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan
pengajaran.
l. Supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap
proses pengajaran. Teknik-teknik supervise harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan
perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Untuk itu kelebihan yang dimiliki
supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena
pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. Atau
karena memiliki sifat-sifat kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang disupervisinya.
Dengan sernua kelebihan yang dimiliki, ia dapat melihat, menilai atau mengadakan pengawasant
erhadap orang ataus esuatu yang disupervisi.

m. Evaluator, guru dituntut untuk menjadis eorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan
penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik.

7. Kompetensi Pendidik

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dan dikuasai oleh pendidik/guru atau dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan. Drs. Akmal Hawi
mengemukakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam
melaksanakan profesi keguruannya. Kompetensi tersebut dapat dinilai dan sangat penting dalam
hubungannnya dengan kegiatan belajar-mengajar dan hasil belajar siswa, demikian pula dapat
digunakan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik. Untuk
menjadi pendidik yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi keguruan.

Dalam pasal pasal 28 ayat 3 PP RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pendidik
sebagai agen pembelajaran harus memiliki empat jenis kompetensi yaitu kompetensi paedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial.

a. Kompetensi paedagogik.

Kompetensi paedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai
potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Kepribadian, berupa kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa arif, berwibawa dan
berakhlak mulia, sehingga dapat menjadi teladan. Bagi seorang guru hal ini merupakan modal dasar
untuk menjalankan tugasnya secara professional.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional, menurut ahli pendidikan, sebuah pekerjaan dikatakan profesi jika dilakukan
untuk mencari nafkah, sekaligus dilakukan dengan tingkat keahlian yang tinggi. Dalam konteks
profesionalisme mengajar, menurut J.B. Situmorang dan Winarno mengemukakan secara umum
seorang guru dikatakan professional paling tidak harus menguasai dua hal yaitu: Pertama, menguasai
materi dan ilmu pengetahuan yang diajarkan atau yang menjadi tanggung jawabnya. Kedua, menguasai
cara mengajar dengan baik.

d. Kompetensi sosial.

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi, menjalin kerjasama dan berinteraksi
secara efektif dan efisien, baik itu dengan anak didik, sesama pendidik, orang tua/wali, maupun dengan
masyarakat sekitar.

Dari keempat kompetensi yang telah diuraikan tersebut, tentunya pendidik akan berhasil menjalankan
tugasnya apabila memiliki kompetensi tersebut dan akan menciptakan kualitas yang baik.

B. Peserta didik

Dalam kegiatan pendidikan, peserta didik menjadi tumpuan harapan agar menjadi manusia yang utuh,
manusia berasusila dan bermoral, bertanggung jawab bagi kehidupan, baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat. Peserta didik menunjukkan seorang manusia yang belum dewasa, yang akan dibimbing oleh
pendidiknya untuk menuju kedewasaannya. Dewasa disini bukan dewasa dalam bentuk jasmani kecil,
akan tetapi peserta didik memang manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan potensi yang dimiliki. Kemampuan berpikir, merasa, menganalisa, mengemukakan
pendapat, berbahasa, social memang masih belum berkembang, masih memerlukan bantuan dari luar
dirinya untuk mewujudkannya. Karena itu pendidikan harus dapat memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk terlib ataktif dan kreatif.

Peserta didik harus merasakan suasana yang menyenangkan yang dilandasi rasa kasih sayang yang
penuh dengan tantangan atau motivasi sehingga peserta didik dapat mengembangkan segala potensi
dan bakat yang dimiliki. Disamping itu, perlu disadari dalam pelaksanaan proses pendidikan bahwa
masing-masing peserta didik memiliki pribadi-pribadi yang membedakan dirinya satu dengan yang
lainnya, tidak ada dua individu yang sama. Pembinaan yang dilakukan terhadap peserta didik dalam
pendidikan harus memperhatikan masing-masing individu peserta didik.

1. Pengertian Peserta Didik

Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut Tilmidz jamaknya Talamid yang artinya murid.
Menurut Abu Ahmadi peserta didik merupakan anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha,
bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, supaya dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Tuhan.

Peserta didik adalah individu yang belum dewasa yang mempunyai suatu potensi yang harus di
berkembangkan, yang memiliki kepribadian dan ciri khas yang berbeda dan berusaha mengembangkan
potensi yang dimilikinya melalui pembelajaran. Peserta didik merupakan objek dari pendidikan. Suatu
individu yang sangat membutuhkan orang dewasa untuk membimbingnya, salah satunya adalah guru
(pengajar), untuk membimbing mereka menjadi dewasa.

2. Ciri-ciri Peserta Didik


a. Individu yang memiliki potensi atau bakat yang berbeda-beda.

Sejak lahir, anak telah dianugrahi bakat atau potensi yang berbeda-beda. Tidak ada anak yang lahir
tanpa memiliki potensi, namun hanya saja karena kurang dikembangkan. Oleh sebab itu untuk
mengembangkan potensi yang dimilki maka diperlukan suatu bimbingan, baik itu dari orang tua ataupun
lingkungan tempat tinggalnya.

b. Individu yang sedang berkembang

Dapat diartikan bahwa individu akan terus berkembang, dan sedang berkembang baik itu berkembang
tentang pola pikirnya atau pun dalam fisiknya. Individu tidak akan tetap begitu saja, dia akan terus
berkembang khususnya sesuai dengan usianya. Ia akan berkembang dengan sendirinya. Ketika individu
sedang berkembang maka peran orang tua atau guru pun sangat diperlukan. Atas dasar itu pendidik
harus dapat mengatur kondisi dan strategi yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.

c. Individu yang mebutuhkkan bimbingan secara manusiawi

Dalam proses berkembang, peserta didik membutuhkan bimbingan, seperti halnya bayi yang baru lahir
ia sangat membutuhkan seorang ibu untuk berkembang dan untuk hidup. Namun disini berbeda,
peserta didik memang bukan lagi bayi. Namun mereka membutukan bimbingan, dan tentunya masih
tergantung kepada yang ia anggap dewasa.

d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri

Dalam perkembangnya, peserta didik mempunyai kemampuan yang akan membawanya kepada
kedewasaan. Dimana orang tua ataupun pendidik dapat membebaskannya, namun tidak membebaskan
begitu saja melainkan sedikit demi sedikit. Dimana peserta didik suah bisa menjalani kehidupannya
sendiri, agar dia dapat memperoleh kesempatan untuk bertanggung jawab dengan apa yang dia
perbuat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap
individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu
sangat penting. Pendidik dan peserta didik adalah komponen utama dalam penyelenggaran pendidikan.

Pendidik didefiniskan sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
dalam memberikan ilmu dan membimbing anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan sedangkan
peserta didik adalah individu yang belum dewasa yang mempunyai suatu potensi yang harus di
berkembangkan, yang memiliki kepribadian dan ciri khas yang berbeda dan berusaha mengembangkan
potensi yang dimilikinya melalui pembelajaran.

Pendidik bukan hanya guru di sekolah saja, tetapi orangtua juga merupakan pendidik yang utama.
Pendidik dalam mendidik anak didiknya harus memenuhi syarat dan juga memiliki empat kompetensi
yang harus dimiliki seorang pendidik. Peserta didik merupakan individu yang berbeda-beda baik dalam
kepribadiannya maupun potensi yang dimilik masing-masing peserta didik. Untuk mencapai tujuan
pendidikan, seorang pendidik harus mampu memahami ciri-ciri peserta didik.

B. Saran

Pada dasarnya, pendidik dan peserta didik merupakan dwi tunggal yang kokoh bersatu. Keduanya,
memiliki hubungan yang erat. Untuk itu pendidik harus bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan
para peserta didiknya dengan senantiasa bersikap profesional sehingga harapan tercapainya tujuan
pendidikan bisa dengan mudah terwujudkan.

Anda mungkin juga menyukai