Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna.
Kami memohon maaf apabila ada kesalahan kata dan kekeliruan dalam penyusunan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................4
E. Sistematika Penulisan................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI..............................................................................................................6
BAB III...................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.....................................................................................................................9
A. Konsepsi IPTEK Dan Hubungannya Dengan Islam................................................9
B. Konsepsi Ilmu Dalam Islam....................................................................................21
C. Perbandingan Konsepsi Ilmu Dalam Islam Dan Produk Ilmu Modern.............27
D. Menggagas Integrasi Antara Islam Dan IPTEK....................................................30
BAB IV..................................................................................................................................37
PENUTUP............................................................................................................................37
A. Kesimpulan...............................................................................................................37
B. Saran.........................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................39
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan semua penemuan terbaru telah membuat umat manusia mulai
mendisrupsi kehidupan yang mengglobal. Kemanusiaan juga harus siap menghadapi
risiko dari dua arah: risiko masa depan dan risiko meninggalkan harta masa lalu. Jika
penulis mengatakan bahwa teknologi telah memasuki semua bidang, mungkin tidak
lancang. Banyak orang yang belum siap menghadapi perubahan zaman modernitas.
Bukan hanya lengah, tetapi sebagian orang tidak mengetahuinya, bahwa dunia sedang
melalui rangkaian sistematis yang dipenuhi para pemikir dengan perspektif
intelektual yang didewakan.
Bagi umat Islam, segala sesuatu yang terjadi harus terjadi sebagai sebuah proses.
Perkembangan dan kemajuan teknologi seperti yang dirasakan oleh negara-negara
Barat tidak terlepas dari peran para pemikir Islam kuno. Para pemikir Islam punya
itikad kuat dalam mengasah kepekaan, memahami keadaan, dan melakukan
pengembangan sebagai perintah Tuhan, supaya kehidupan tetap berjalan dan
berkembang, lalu menempatkan hasil pemikiran mereka sebagai konsumsi
keberkahan bagi sekalian umat.
Meski umat Islam dikatakan tertinggal dalam teknologi pada saat ini, bukan
berarti umat Islam tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia
bahwa siapapun yang memiliki komitmen dan integritas tinggi akan menghasilkan
karya nyata yang membanggakan bangsa.
3
teknologi, kita bisa mengendalikan diri dari jebakan-jebakan yang bertentangan
dengan ajaran Islam itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah rumusan masalah yang diangkat berdasarkan latar belakang
masalah diatas.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
4
Bab ini merupakan bab pertama yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsepsi IPTEK Dan Hubungannya Dengan Islam
1. Pengertian Konsepsi
2. Pengertian Iptek
IPTEK artinya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. IPTEK merupakan ilmu
yang mempelajari tentang perkembangan teknologi berdasarkan ilmu
pengetahuan. Dalam perkembangan global, ilmu pengetahuan dan teknologi
berjalan beriringan membentuk sebuah kemajuan.
B. Konsepsi Ilmu Dalam Islam
1. Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima –
ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu
diartikan sebagai Idroku syai bi haqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki).
Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang
6
pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science(berasal
dari bahasa lati dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu
tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual
mengacu pada makna yang sama
2. Pengertian Islam
Islam berakar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk,
patuh, dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada
Allah SWT. Orang yang beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk patuh
terhadap ajaran-ajaran Islam. Seorang muslim berarti juga harus mampu
menyelamatkan diri sendiri, juga menyelamatkan orang lain. Tidak cukup selamat
tetapi juga menyelamatkan.
Secara istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.
7
1. Pengertian Menggagas
Definisi/Arti kata menggagas di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online adalah memikirkan sesuatu,gagasan hasil pemikiran, ide: ia
mempunyai menggagas.
2. Pengertian Integrasi
Pengertian integrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi dapat
dilakukan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang sosial.
A.
8
BAB III
PEMBAHASAN
A. Konsepsi IPTEK Dan Hubungannya Dengan Islam
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh
perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai
penjuru dunia (Nahadi, M., Sarimaya, F., & Rosdianti, S. R. 2011). Kesejahteraan
dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern
membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya (Zahro,
2015). Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan
menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “
menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”.
Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.
Menurut Harun Nasution, tidak tepat anggapan yang mengatakan bahwa semua
ajaran agama bersifat mutlak benar dan kekal. disamping ajaran-ajaran yang bersifat
absolut benar dan kekal itu terdapat ajaran-ajaran yang bersifat relatif dan nisbi, yaitu
yang dapat berubah dan boleh diubah. Dalam konteks Islam, agama yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad, memang terdapat dua kelompok ajaran tersebut, yaitu
ajaran dasar dan ajaran dalam bentuk penafsiran dan penjelasan tentang perincian dan
pelaksanaan ajaran-ajaran dasar itu (Harun: 1995, h:292).
Allah SWT. menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus untuk tiap
ciptaan itu sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh Allah dalam bentuk cair
mendidih bila dipanaskan 100 C pada tekanan udara normal dan menjadi es bila
didinginkan sampai 0 C. Ciri-ciri seperti itu sudah lekat pada air sejak air itu
9
diciptakan dan manusia secara bertahap memahami ciri-ciri tersebut. Karakteristik
yang melekat pada suatu ciptaan itulah yang dinamakan “sunnatullah”. Dari al-
Qur’an dapat diketahui banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk
memperhatikan alam semesta, mengkaji dan meneliti ciptaan Allah (Faud Amsari:
1995, h: 70).
Disinilah sesungguhnya hakikat Iptek dari sudut pandang Islam yaitu pengkajian
terhadap sunnatullah secara obyektif, memberi kemaslahatan kepada umat manusia,
dan yang terpenting adalah harus sejalan dengan nilai-nilai keislaman. Allah SWT.
secara bijaksana telah memberikan isyarat tentang ilmu, baik dalam bentuk uraian
maupun dalam bentuk kejadian, seperti kasus mu’jizat para Rasul. Manusia yang
berusaha meningkatkan daya keilmuannya mampu menangkap dan mengembangkan
potensi itu, sehingga teknologi Ilahiyah yang transenden ditransformasikan menjadi
teknologi manusia yang imanen (Imam Mushaffa).
Melihat banyaknya jenis bentuk seni yang ada, maka ulama berbeda pendapat
dalam memberi penilaian. Dalam hal menyanyi dan alat musik saja jumhur
mengatakan haram namun Abu Mansyur al Baghdadi menyatakan:”Abdullah bin
Ja’far berpendapat bahwa menyanyi dan alat musik itu tidak masalah. Dia sendiri
pernah menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan.” (Abdurrahman
Al-Baghdadi: 1991, h: 21).
Namun menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati menyatakan bahwa
seniman dan budayawan bebas melukiskan apa saja selama karyanya tersebut dinilai
sebagai bernafaskan Islam (M.Quraish Shihab: 1999, h: 371). Melihat
berkembangnya seni yang ada penulis memandang pendapat Quraish Shihab lebih
araif dalam menyikapi perkembangan zaman yang mana kebutuhan masa kini tentu
saja lebih komplek sifatnya dibandingkan dengan kebutuhan pada masa awal Islam.
10
Al-Qur’an merupakan satu-satunya mu’jizat yang tak lekang dimakan zaman. Al-
Qur’an ini bersifat universal untuk seluruh umat manusia. Salah satu sifat asli al-
Qur’an yang membedakannya dari bible adalah bahwa untuk mengilustrasikan
penegasan yang berulang-ulang tentang kemahakuasaan Tuhan, kitab tersebut
merujuk kepada suatu keragaman gejala alam (Maurice Bucaille: 1998, h:195).
Selain fakta ilmiah yang disebutkan diatas juga tampak dari penamaan surat-surat
dalam al-Qur’an antara lain: An-Nahl, An-Naml, Al-Hadid, Ad-Dukhan, An-Najm,
Al-Qomar dan masih banyak lagi yang lainnya. Dari beberapa fakta ilmiah tersebut di
dalam al-Qur’an, amatlah jelas bahwa al-Qur’an memberikan petunjuk kepada
manusia tentang berbagai hal. Untuk mengetahui secara detail dan seksama, maka
manusialah yang harus berusaha untuk memecahkan berbagai problematika keilmuan
yang didapati dalam kehidupan ini dengan berlandaskan pada ajaran al-Qur’an.
Disamping contoh fakta ilmiah tersebut di atas, terdapat pula ayat yang
mengisyaratkan tentang teknologi kepada umat manusia. Al-Qur’an tidak
11
menghidangkan teknologi suatu ilmu yang murni dan lengkap, tetapi hanya
menyinggung beberapa aspek penting dari hasil teknologi itu dengan menyebutkan
beberapa kasus atau peristiwa teknik.
Perlu diingat bahwa al-Qur’an bukan buku teknik sebagaimana juga ia bukan
buku sejarah (walaupun banyak juga kisah di dalamnya), buka-buku astronomi, fisika
dan lain-lain, melainkan kitab suci yang berisi petunjuk dan pedoman hidup bagi
manusia. Karenanya kalau al-Qur’an menyinggung masalah teknik umpamanya,
maka maksudnya tidak lain adalah untuk menunjukkan bahwa al-Qur’an juga
memberikan perhatian kepada masalah teknik dan menghimbau agar umat Islam
memperhatikan dan mempelajari ilmu ini.
Dalam hubungan ini, kita menemukan beberapa ayat yang berkaiatn dengan ilmu
teknologi, diantaranya: “Dan buatlah bahtera (kapal) dengan pengawasan dan
petunjuk wahyu kami” Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT telah
memerintahkan Nabi Nuh AS untuk membuat bahtera agar Nuh bersama dengan
orang beriman selamat dari musibah air bah yang segera akan terjadi. Kapal Nabi
Nuh boleh jadi kapal yang pertama di dunia, dibuat dengan pengawasan langsung dan
petunjuk wahyu Allah.
Dengan ayat ini pula al-Qur’an telah mengemukakan dan meminta perhatian umat
manusia akan salah satu cabang ilmu teknik yang paling urgen dalam hidup ini, yaitu
teknik perkapalan. Tidak dapat disangkal, betapa pentingnya masalah perkapalan
dalam hidup ini. Ia tidak saja merupakan alat perhubungan atau pelayaran yang
menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya, akan tetapi ia juga sebagai alat
pengangkutan yang sangat vital yang dapat mengangkut barang dagangan dalam
jumlah yang sangat besar. Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa tidak ada
perdagangan besar-besaran dan impor-export tanpa jika teknik perkapalan tidak ada
(Bustami A Gani: 1986, h: 162). Fakta ilmiah tersebut merupakan bukti bahwa
relevansi al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan tekhnologi amatlah besar (Howard M:
12
1996, h: 233). Dan masih banyak lagi fakta ilmiah yang terkandung dan tersirat dalam
al-Qur’an.
Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan satu sama
lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia tentang alam
yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara rasional
mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh
dari observasi pada gejala-gejala alam. Sedangkan teknologi adalah himpunan
pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari
penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang produktif ekonomis (Baiquni, 1995:
58-60).
Bahkan, pesan (wahyu) paling awal yang diterima Nabi SAW mengandung
indikasi pentingnya proses investigasi (penyelidikan). Informasi al-Qur’an tentang
fenomena alam ini, menurut Ghulsyani, dimaksudkan untuk menarik perhatian
manusia kepada Pencipta alam Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana dengan
mempertanyakan dan merenungkan wujud-wujud alam serta mendorong manusia
agar berjuang mendekat kepada-Nya (Ghulsyani, 1993).
Dalam visi al-Qur’an, fenomena alam adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Oleh
sebab itu, pemahaman terhadap alam itu akan membawa manusia lebih dekat kepada
Tuhannya. Pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat ditelusuri dari
pandangan al-Qur’an tentang ilmu. Al-Qur’an telah meletakkan posisi ilmu pada
13
tingkatan yang hampir sama orang-orang yang beriman “di antara kamu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Sedangkan pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi, dapat diketahui dari
wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.: “Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam (tulis baca). Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS al-‘Alaq: 1-5) Kata iqra’, menurut Quraish Shihab, diambil dari
akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan
membaca baik yang tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah
iqra’ itu mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia. (Shihab,
1996:433) Atas dasar itu, sebenarnya tidak ada alasan untuk membuat dikotomi ilmu
agama dan ilmu non agama. Sebab, sebagai agama yang memandang dirinya paling
lengkap tidak mungkin memisahkan diri dari persoalan-persoalan yang berperan
penting dalam meningkatkan kesejahteraan umatnya.
Berkaitan dengan hal ini, Ghulsyani mengajukan beberapa alasan untuk menolak
dikotomi ilmu agama dan ilmu non agama sebagai berikut:
14
1) Dalam sebagian besar ayat al-Qur’an, konsep ilmu secara mutlak muncul
dalam maknanya yang umum, seperti pada ayat 9 surat al-Zumar:
2) Beberapa ayat al-Qur’an secara eksplisit menunjukkan bahwa ilmu itu tidak
hanya berupa prinsip-prinsip dan hukum-hukum agama saja. Misalnya, firman Allah
pada surat Fathir ayat 27-28: “Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah
menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan
yang beraneka ragam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis
putih dan merah yang beraneka ragam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-
binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah
“ulama”. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Dengan jelas kata ulama (pemilik pengetahuan) pada ayat di atas dihubungkan
dengan orang yang menyadari sunnatullah (dalam bahasa sains: “hukum-hukum
alam”) dan misteri-misteri penciptaan, serta merasa rendah diri di hadapan Allah
Yang Maha Mulia.
15
menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya
(sebagai rahmat dari-Nya). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tandatanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” Kata sakhkhara
(menundukkan) pada ayat di atas atau kata yang semakna dengan itu banyak
ditemukan di dalam al-Qur’an yang menegaskan bahwa Allah SWT.
Pada dasarnya, sebuah benda yang bentuknya seperti daun itu, yang panjang dan
bagian pinggir dan lebarnya melengkung ke bawah, akan mengganggu aliran udara
karena pada bagian yang melengkung itu aliran udara tidak selancar di tempat lain.
Akibatnya, tekanan udara di lengkungan itu lebih tinggi dari pada bagian lainnya
sehingga benda itu terangkat. Orang yang melakukan pengamatan dan penelitian itu
menemukan sunnatullah yang dalam ilmu pengetahuan disebut aerodinamika. Dengan
pengetahuan yang lengkap dalam bidang aerodinamika dan pengetahuan tentang
sifat-sifat material tertentu manusia mampu menerapkan ilmunya itu untuk membuat
pesawat terbang yang dapat melaju dengan kecepatan tertentu.
Untuk dapat memahami sunnatullah yang beraturan di alam semesta ini, manusia
telah dibekali oleh Allah SWT dua potensi penting, yaitu potensi fitriyah (di dalam
diri manusia) dan potensi sumber daya alam (di luar diri manusia). Di samping itu, al-
Qur’an juga memberikan tuntunan praktis bagi manusia berupa langkah-langkah
16
penting bagaimana memahami alam agar dicapai manfaat yang maksimal. Suatu cara
penghampiran yang sederhana dalam mempelajari ilmu pengetahuan ditunjukkan al-
Qur’an dalam surat alMulk ayat 3-4 yang intinya mencakup proses kagum,
mengamati, dan memahami. Dalam konteks sains Qur’an mengembangkan beberapa
langkah/proses sebagai berikut.
17
bintang itu ditundukkan (bagimu) dengan perintah-Nya. Sebenarnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang menalar.” Tiga
langkah yang dikembangkan oleh al-Qur’an itulah yang sesungguhnya yang
dijalankan oleh sains hingga saat ini, yaitu observasi (pengamatan), pengukuran-
pengukuran, lalu menarik kesimpulan (hukumhukum) berdasarkan observasi dan
pengukuran itu.
Merujuk kepada pandangan Barbour tentang relasi agama dan sains, secara umum
ada empat pola yang menggambarkan hubungan tersebut. Keempat hubungan itu
adalah berupa konflik, independensi, dialog, dan integrasi. Hubungan yang bersifat
konflik menempatkan agama dan sains dalam dua sisi yang terpisah dan saling
bertentangan. Pandangan ini menyebabkan agama menjadi terkesan menegasi
kebenaran-kebenaran yang diungkap dunia sains dan sebagainya.
18
Persepsi yang menggambarkan hubungan keduanya sebagai interdependensi
menganggap adanya distribusi wilayah kekuasaan agama yang berbeda dari wilayah
sains. Keduanya tidak saling menegasi. Ilmu pengetahuan bertugas memberi jawaban
tentang proses kerja sebuah penciptaan dengan mengandalkan data publik yang
obyektif. Sementara agama berkuasa atas nilai-nilai dan kerangka makna yang lebih
besar bagi kehidupan seseorang. Yang ketiga adalah persepsi yang menempatkan
sains dan agama bertautan dalam model dialog. Model ini menggambarkan sains dan
agama itu memiliki dimensi irisan yang bisa diperbandingkan satu sama lain.
19
sifat-Nya Yang Maha Sempurna sebagai tujuan hakiki dari kegiatan pembelajaran.
Tujuan ini akan membimbing peserta belajar kepada kesadaran adanya realitas
supranatural di luar realitas eksternal.
Oleh sebab itu, prinsip-prinsip dasar kegiatan ilmiah yang digariskan al-Qur’an,
(istikhlaf, keseimbangan, taskhir, dan keterkaitan antara makhluk dengan Khalik)
harus dijadikan titik tolak dalam mempelajari subyek apapun. Pada tataran praktis,
proses pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan formal, dari jenjang tingkat
dasar hingga perguruan tinggi, masih menghadapi perosalan serius yang bermuara
pada dikotomi pandidikan.
Ada beberapa persoalan yang signifikansi dampak dari dikotomi pendidikan ini,
yaitu:
Untuk meretas persoalan dikotomi tersebut, maka perlu dilakukan upaya integrasi
dalam pendidikan, sebagaimana yang telah di lakukan sekelompok ahli pendidikan
atau cendekiawan Muslim yang peduli pada persoalan tesebut.
Ada tiga tahapan upaya kerja integrasi yang telah di kembangkan yaitu:
1) integrasi kurikulum,
2) integrasi pembelajaran,
20
menanamkan motivasi dan pandangan al-Qur’an tentang sains kepada peserta didik di
saat proses pembelajran berlangsung. Dua langkah awal (integrasi kurikulum dan
integrasi pembelajaran) merupakan langkah strategis ke arah integrasi ilmu. Kalaupun
upaya integrasi di atas belum bisa dilakukan, setidaknya, pembelajaran sains
(kealaman maupun sosial) harus mampu menghantarkan peserta didik kepada
kesadaran yang permanen tentang keberadaan Allah. Sementara pembelajaran agama
harus mampu memotivasi peserta didik untuk melakukan kegiatan ilmiah secara
terusmenerus. Inilah yang sesungguhnya yang menjadi inti pandangan al-Qur’an
tentang sains.
Dari perspektif agama Islam, semua ilmu pengetahuan bersumber pada Allah
SWT, yang diketahui oleh manusia melalui wahyuNya yang tercantum dalam
kitab suci AlQur‟an. Sebagai sumber pengetahuan yang utama sesungguhnya Al-
Qur‟an telah memberikan banyak informers dan petunjuk mengenai cara manusia
memperoleh ilmu pengetahuan. Beberapa ayat Al-Qur‟an mengisyaratkan agar
AlQur‟an dijadikan sebagai sumber ilmu dengan memakai katakata antara lain:
ya‟qilun (memikirkan),dan yudabbirun (memperhatikan). Adapun petunjuk-
petunjuk Al-Qur‟an tentang cara-cara memperoleh pengetahuan atau kebenaran
pada dasarnya ada 3 macam, yaitu melalui panca indera, melalui akal, dan melalui
wahyu.
21
Terlepas dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh indera manusia,
adalah diakui bahwa indera memilki kemampuan yang kuat dalam memperoleh
pengetahuan. Dengan indera dapat dilakukan observasi dan ekperimen. Di dalam
Al-Qur‟an terdapat metodologi pengetahuan yang memperkuat adanya
pengetahuan indera itu, namun Al-Qur‟an juga menerangkan keterbatasan indera
manusia sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan yang benar.
Meskipun hampir semua ulama dan ahli filsafat Islam mengakui akal sebagai
sumber pengetahuan, namun pendapat mereka tentang tingkat kepentingannya
berbeda-beda. Sebagian ahli filsafat sangat melebihkan pentingnya akal, yaitu
oleh ahli-ahli filsafat rasionalis atau golongan Muktazilah dan pengikut-pengikut
Syi‟ah, yang mengatakan bahwa dengan akal kita akan dapat menanggapi segala
sesuatu termasuk wujud Allah, kebaikan, keburukan dan hal-hal yang ghaib.
Sementara itu, golongan yang lebih sederhana penilaiannya terhadap akal ialah
dari golongan ulama tasawuf, serta ahli fikh dan hadist, dimana mereka
menghargai akal sekedarnya saja dan tidak mengatakan bahwa akal itu dapat
menjangkau 138 segalanya, sebab walaupun akal itu lebih luas jangkauannya dari
22
alat dria, namun ia terbatas terutama yang berkenaan dengan ketuhanan dan hal-
hal yang ghaib.
Ini berarti bahwa akal baru mempunyai makna apabila ia diaktualkan, bukan
hanya sebagai potensi. Menurut Ghulsyani (2003:107-117), sesungguhnya
kebenaran akal lebih tinggi dari pada pengetahuan indera, namun akal dapat juga
jatuh pada kekeliruan-kekeliruan yang berbahaya.
a. Ketiadaan iman;
d. Takabur;
23
g. Kebodohan sehingga menerima atau menolak sesuatu tanpa alasan;
Agama Islam memberi tekanan yang sangat besar kepada masalah ilmu.
Dalam Al-Qur‟an kata al-„ilm digunakan lebih dari 780 kali. Allah swt. berfirman
yang artinya:
Ayat ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya membaca, pena, dan ajaran
untuk menusia agar manusia memiliki ilmu pengetahuan.
24
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?” (QS Az-Zumar: 9)
Ayat ini menegaskan bahwa adalah tidak sama antara orang yang berilmu
dengan yang tidak berilmu (mengetahui dengan yang tidak mengetahui).
Ayat ini menegaskan bahwa hanya orang yang berilmulah yang memahami
berbagai hal dalam alam semesta ciptaan Allah swt.
Orang yang paling berharga adalah yang paling banyak ilmunya dan yang
paling hina adalah yang paling bodoh. (Lihat Ghulsyan, 1993 hal 39-40).
25
Karena pentingnya ilmu pengetahuan maka adalah sangat perlu setiap muslim
mempelajari ilmu. Mahdi Ghulsyani (1993:49) mengemukakan alasan mengapa
dalam perspektif Al-Quran ilmu pengetahuan sangat perlu dipelajari.
Dalam Islam ditegaskan bahwa orang muslim harus menuntut ilmu yang
berguna, dan melarang mencari ilmu yang bahayanya lebih besar dari
manfaatnya. Hadist Nabi mengatakan: “Sebaik-baik ilmu ialah yang
bermanfaat”.
Menurut Imam Abu Rajab al-Hambali “ilmu yang bermanfaat adalah yang
dipelajari dengan seksama dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah, serta berusaha
memahami kandungan maknanya”. Ilmu tersebut “masuk (dan menetap) ke dalam
relung hati, yang kemudian melahirkan rasa tenang, takut, tunduk, merendahkan
dan mengakui kelemahan diri di hadapan Allah Ta‟ala”. Ini berarti bahwa ilmu
26
yang cuma pandai diucapkan dan dihafalkan tetapi tidak menyentuh apalagi
masuk ke dalam hati manusia maka itu sama sekali bukanlah ilmu yang
bermanfaat, dan ilmu seperti itu justru akan menjadi bencana bagi yang
memilikinya, bahkan menjadikan pemiliknya terkena ancaman besar di akhirat.
Menurut Mahdi Ghulsyani (1993:55), ilmu yang bermanfaat ialah ilmu yang
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan tentang Allah, keridhaan dan
kedekatan kepadaNya. Baik itu ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu syariah.
Sebabnya ialah karena tujuan hidup utama manusia adalah mendekatkan diri
kepada Allah dan mendapatkan ridhaNya. Dikatakan juga bahwa, suatu ilmu itu
berguna apabila dapat menolong manusia dalam memainkan peranannya di dunia
ini sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah swt. Apabila tidak demikian
maka ilmu itu tidak berguna. Dengan bantuan ilmu seorang muslim dapat
meningkatkan pengetahuannya tentang Allah, membantu mengembangkan
masyarakat Islam dan merealisasikan tujuan-tujuannya secara efektif,
membimbing orang lain dalam melakukan pengabdian kepada Allah, dan dapat
memecahkan berbagai masalah masyarakat manusia.
Kedudukan para penuntut ilmu pun dinilai sama dengan mujahid yang
sedang berjuang di jalan Allah s.w.t. Di samping itu, orang yang memiliki
ilmu dipandang sebagai pewaris tahta kenabian setelah diutusnya nabi
terakhir, Nabi Muhammad s.a.w.
27
Dalam peradaban Barat pun demikian pula. Peran Barat tidak bisa
dilepaskan dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Semenjak dari
masa keemasan Yunani dengan Filsafat-nya, mencapai puncaknya ketika
revolusi industri, sampai sekarang pun Barat masih menjadi ujung tombak
bagi peradaban ilmu.
28
s.w.t., dan bersumber dari-Nya, maka Barat mengatakan bahwa ilmu itu
bersumber dari akal dan panca indra manusia.
Dari sisi objek, baik Islam maupun Barat sama-sama mengakui bahwa
ilmu itu memiliki objek formal dan objek materil. Namun, yang menjadi
permasalahannnya adalah apakah objek ilmu itu hanya terdapat pada alam
fisik saja atau melebihi itu semua sampai menembus alam metafisik. Di
sinilah letak perbedaan pandangan antara Islam dan Barat.
Epistemologi Islam mengakui bahwa objek ilmu itu berada pada alam fisik
yang bisa dirasa dan dipikirkan, kemudian juga termasuk alam metafisik,
yang tidak bisa dijangkau oleh akal dan indra manusia. Maka di sini, Islam
menggunakan konsep wahyu untuk memahaminya.
Di sisi lain, Islam mengakui bahwa ilmu itu bersumber dari akal atau rasio
manusia. Islam juga mengakui bahwa ilmu bersumber dari pengalaman-
pengalaman manusia. Islam juga mengakui intuisi sebagai sumber ilmu.
Terlebih lagi, wahyu merupakan sumber pamungkas ilmu dalam konsep
Islam.
29
D. Menggagas Integrasi Antara Islam Dan IPTEK
1. Pengertian Integrasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kata “integrasi” berasal dari bahasa
latin integer, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya
itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang
utuh atau bulat.
Integrasi juga berasal dari bahasa inggris “Integration” yang berarti
kesempurnaan keseluruhan. Definisi lain dari integrasi ialah suatu keadaan
dimana kelompok-kelompok etnik beradaptasi terhadap kebudayaan mayoritas
masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-
masing.
Dari dua pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Integrasi
mempunyai dua pengertian, yaitu :
1) Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan dalam suatu sistem
tertentu
2) Membuat keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Pengertian integrasi sains dengan islam dalam konteks sains modern bisa
dikatakan sebagai profesionalismeatau kompetensi dalm satu keilmuan yang
bersifat duniawi di bidang tertentu disertai atau dibangun dengan pondasi
kesadaran ketuhanan.adaran tersebut akn muncul dengan adanya pengetahuan
dasar tentang ilmu-ilmu keislaman.oleh sebab itu, ilmu-ilmu islam dan
kepribadian merupakn dua aspek yang saling menopang satu sama lain dan secara
bersama-sama menjadi sebuah pondasi bagi pengembangan sains dan teknologi.
30
Dalam agama islam, imu pengetahuan, teknologi terdapat hubungan yang
harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu sistem yang disebut Dinul
Islam. Didalmnya ada tiga unsur pokok yaitu iman, islam, dan amal sholeh.
Dalam pandangan Al Qur’an umat manusia harus memiliki ilmu (sains) untuk
memaknai penciptaan Allah. Panca indera tidak cukup untuk memperoleh informasi
yang ditulis dalam Al Qur’an atau yang dimaksud Allah SWT kalau tidak memiliki
kompetensi khusus. Oleh sebab itu dalam Islam menuntut ilmu adalah kewajiban
manusia untuk mengisi kehidupan duniawi dan akhirat. Iman tanpa sains akan buta,
karena sains itu adalah matanya iman yang dapat melihat tanda-tanda kebesaran
Allah, sebaliknya sains tanpa iman akan biadap, karena iman akan menuntun manusia
kepada hal-hal yang baik yang diridhoi Allah SWT.
Oleh karena itu pemikir dan intelektual Islam harus berani dan terus menerus
menyampaikan bahwa keserasian islam dengan sains dan teknologi bukan hanya
sekedar pertukaran bebas ide ide (dialog intelektual) dan memperjuangkan untuk
menyebarkan Islam dan mempertahankan tuduhan-tuduhan barat sebagai
fundamentalisme yang tidak mengenal kompromi dan keterbelakangan. Kemajuan
teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap
inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia,
memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas
manusia.
Khusus dalam bidang teknologi, masyarakat sudah menikmati banyak manfaat
yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.Contoh termudah adalah dampak
positif dari berkembangnya iptek di bidang teknologi komunikasi dan informasi.
Perkembangan teknologi akhir-akhir ini, menjadikan dunia yang amat luas di
era globalisasi ini menjadi sempit, mengecil, dan terbatas. Perubahan ini tentu saja
berdampak positif dan negatif bagi kelangsungan hidup seorang muslim. Dampak
negatif dari perubahan dan pergeseran zaman mampu mengguncang, menggeser, dan
31
mengikis habis nilai-nilai moral dan iman. Bahkan, lebih jauh dari itu dapat
menghancurkan masa depan dan peradaban manusia.
Oleh karena itu, seorang muslim harus membentengi diri dengan keimanan
dan keislaman yang kuat. Tanpa iman yang kokoh kehidupan seorang muslim akan
terombang-ambing dan bisa berujung pada kehancuran. Iman adalah pelita, yang
menjadi penerang dan petunjuk pada jalan yang lurus.
Di antara manfaat-manfaat teknologi tersebut adalah :
1) Memperoleh Kemudahan
Kemampuan fisik manusia untuk meraih berbagai kebutuhan hidup sangat
terbatas. Pandangan mata, pendengaran telinga manusia terbatas, begitu pula
kekuatan dan keterampilan tangan dan kakinya. Kemampuan fisik manusia itu tidak
sebanding dengan kebutuhan yang diinginkan. Tetapi manusia sebagai khalifah Allah
diberikan kemampuan akal-pikiran untuk memanfaatkannya menemukan cara-cara
yang tepat dan efektif guna meraih kebutuhan hidup yang tidak mungkin dicapai
melalui kemampuan fisik semata. Akal-pikiran manusia mampu mendayagunakan
segala yang Allah ciptakan di bumi ini.
Kemampuan itu memang telah ditentukan oleh Allah Swt sebagaimana Allah
nyatakan dalam firman-Nya
“Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
(QS. Al- Jaziyah : 13)
2) Mengenal dan Mengagungkan Allah.
Apabila manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang
dikembangkannya, bahwa sernua itu bukan semata-mata karena faktor diri pribadi
manusia, tetapi ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan memperoleh jalan
untuk mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya itu, yaitu Yang Maha Agung, Yang
Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu Allah SWT.
32
Kesempurnaan alam dengan struktur dan sistemnya tidak bisa dibayangkan
akan terbentuk dengan sempurna apabila tidak ada kesengajaan pihak lain, yaitu
Yang Maka Kuasa dan Maha Sempurna. Semakin luas dan dalam pengetahuan
manusia akan rahasia alam ini, maka semakin dekat manusia untuk mengenal
Pencipta alam ini, yaitu Allah, Sang Khalik. Ketika pertama manusia
mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah diberikan contoh langit yang
tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan runtuh.
Begitu pula ketika manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah
telah memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di angkasa dengan stabil,
mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan lain sebagainya.
Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah
menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih mengenal
dan mengangungkan Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami dari berbagai ayat
Al-Qur’an, diantaranya :
: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?. Maka berilah peringatan,
Karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (QS. Al-
Gashiyah : 17-21)
3) Meningkatkan Kualitas Pengabdian Kepada Allah
Manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk mengabdi kepada-Nya.
Demikian dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya: “Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS. Al-Dzariyat :
56)
Seluruh aktivitas hidup manusia hendaknya diwujudkan sebagai pelaksanaan
pengabdian kepada Allah tersebut. Pengabdian manusia kepada Allah di sini adalah
pengabdian dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas, yang memenuhi kriteria (1)
diniatkan untuk menaati aturan Allah; (2) dilakukan dengan mengikuti ketentuan
yang diberikan alah, baik dalam bentuk kegiatan yang telah ditentukan tata caranya
33
maupun dalam bentuk penggalian jenis kegiatan yang bermanfaat yang sejalan
dengan nilai-nilai kebenaran yang ditunjukkan Allah; dan (3) dimaksudkan untuk
memperoleh ridha Allah.
Teknologi apabila dirancang dan dimanfaatkan secara benar dalam konteks
tugas pengabdian manusia tersebut, maka teknologi diyakini akan mampu
meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada Allah. Jam misalnya, adalah produk
teknologi yang dimanfaatkan oleh umat Islam setiap hari untukl mengetahui waktu-
waktu shalat sehingga umat Islam dapat menunaikan ibadah shalat tepat pada
waktunya, begitu pula kompas dimanfaatkan untuk mengetahui arah kiblat sehingga
tidak terjadi salah arah dalam shalat. Dalam hal produk teknologi pangan, dengan
banyaknya produk makanan yang beredar di masyarakat, kita mampu mengetahui
komponen-komponen yang dipergunakan sebagai bahan, proses pembuatannya,
sehingga kita dapat mengetahui apakah makanan yang kita konsumsi itu halal atau
haram, begitu pula dengan produk-produk teknologi lainnya.
4) Memperoleh Kesenangan dan Kebahagiaan Hidup
Kemudahan-kemudahan yang diperoleh manusia melalui pemanfaatan
teknologi membuat manusia dapat memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup
serta tetap dalam koridor kesenangan dan kebahagiaan yang halal, yang diridhai
Allah. Allah tidak menghendaki manusia hidup susah, tetapi sebaliknya Allah
menghendaki manusia hidup senang, hidup bahagia. Ketika Allah menempatkan
Adam dan istrinya di bumi, Allah berfirman:
“ …. dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai
waktu yang ditentukan” (Qs. Al-Baqarah : 36).
Untuk memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup yang disediakan oleh
Allah itu, manusia diberikan sarana kebutuhan yang serba lengkap di bumi,
sebagaimana Allah nyatakan:
“Dia-lah Alah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu sekalian dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah : 29)
34
5) Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Kekayaan Alam
Teknologi meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi
kekayaan alam tersebut secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki
kekayaan alam memadai tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih hidup
lebih sejahtera dibandingkan dengan negara, bangsa yang memiliki kekayaan alam
melimpah tetapi teknologinya tertinggal. Jepang umpamanya, adalah sebuah negara
kecil, yang miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan teknologinya tinggi, ia lebih
kaya dibandingkan dengan Indonesia yang kekayaannya melimpah tetapi tertinggal
kemajuan teknologinya dibandingkan dengan Jepang. Masih banyak negara di dunia
ini yang kaya seperti Jepang dan yang tertinggal seperti Indonesia.
Eksplorasi kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak
terkontrol sehingga berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan
kerusakan alam, terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan
mengakibatkan timbulnya malapetaka bagi manusia, seperti banjir, pencemaran
lingkungan, ,dan lain-lain. Dalam firman Allah:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum : 41).
6) Menumbuhkan Rasa Syukur Kepada Allah.
Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal
yang diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada-Nya sebagai
pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu melipat-gandakan
nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada-Nya pun juga akan berlipat ganda.
Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah mengucapkan “alhamdulillahi
rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang sebenarnya adalah memanfaatkan
nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah. Karena itu
diperlukan tekad, kesungguhan untuk mewujudkan rasa syukur dalam amal
kehidupan secara riil. Allah mengingatkan: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah
35
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)
Teknologi membuat manusia semakin mudah meraih keinginannya, semakin
ringan beban hidup yang harus ditanggung, semakin besar hasil yang bisa diperoleh.
Kemudahan, keringanan, dan kenikmatan itu tidak mustahil membuat manusia
semakin lupa kepada Allah, semakin jauh dari-Nya, apabila tidak disikapi secara
cermat dan diiringi dengan iman yang teguh. Karena itu ilmu pengetahuan dan
teknologi harus dilandasi oleh iman agar pemanfaatannya terarah untuk
meningkatkan kualitas takwanya kepada Allah SWT.
36
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1. Hakikat Iptek dari sudut pandang Islam yaitu pengkajian terhadap sunnatullah
secara obyektif, memberi kemaslahatan kepada umat manusia, dan yang
terpenting adalah harus sejalan dengan nilai-nilai keislaman. Allah SWT.
secara bijaksana telah memberikan isyarat tentang ilmu, baik dalam bentuk
uraian maupun dalam bentuk kejadian, seperti kasus mu’jizat para Rasul.
Manusia yang berusaha meningkatkan daya keilmuannya mampu menangkap
dan mengembangkan potensi itu, sehingga teknologi Ilahiyah yang transenden
ditransformasikan menjadi teknologi manusia yang imanen (Imam Mushaffa).
2. Dari perspektif agama Islam, semua ilmu pengetahuan bersumber pada Allah
SWT, yang diketahui oleh manusia melalui wahyuNya yang tercantum dalam
kitab suci AlQur‟an. Sebagai sumber pengetahuan yang utama sesungguhnya
Al-Qur‟an telah memberikan banyak informers dan petunjuk mengenai cara
manusia memperoleh ilmu pengetahuan. Beberapa ayat Al-Qur‟an
mengisyaratkan agar AlQur‟an dijadikan sebagai sumber ilmu dengan
memakai katakata antara lain: ya‟qilun (memikirkan),dan yudabbirun
(memperhatikan). Adapun petunjuk-petunjuk Al-Qur‟an tentang cara-cara
memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada dasarnya ada 3 macam, yaitu
melalui panca indera, melalui akal, dan melalui wahyu.
3. Dalam memandang hakikat ilmu, Islam dan Barat memiliki pandangan
yang berbeda. Jika Islam mengatakan ilmu adalah milik Allah s.w.t., dan
bersumber dari-Nya, maka Barat mengatakan bahwa ilmu itu bersumber
dari akal dan panca indra manusia.
37
4. Dalam agama islam, imu pengetahuan, teknologi terdapat hubungan yang
harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu sistem yang
disebut Dinul Islam. Didalmnya ada tiga unsur pokok yaitu iman, islam, dan
amal sholeh. Dalam pandangan Al Qur’an umat manusia harus memiliki ilmu
(sains) untuk memaknai penciptaan Allah.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan sebagai bahan
pembelajaran kita bersama. Semoga dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Selanjutnya kritik dan saran selalu kami nantikan dari para pembaca
yang budiman demi terciptanya makalah kami yang lebih baik lagi
kedepannya.
38
DAFTAR PUSTAKA
39