Anda di halaman 1dari 35

2.

1 Urgensi Bimbingan dan Konseling


Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah,
bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-
undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya
memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan
potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang
memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman
dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa
proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah.
Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau
searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis
maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang
terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat.
Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka
akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi
(kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku.
Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan
perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah

penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi


masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan
perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri.
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi
di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat
terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan
dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli
(terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak
yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman
keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya, seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan pergaulan
bebas (free sex).
Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai
dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4)
memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut
mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan
untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian
tujuan pendidikan tersebut.
Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan adalah
mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram
untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan
bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang
perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang
mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif
dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan
konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional
dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan konseli
yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau
kematangan dalam aspek kepribadian.
Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling,
yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada
konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan
bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau
bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling).
Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian
tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli.
Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai
konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar
(standard based guidance and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi
kemandirian.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan
para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf
administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi
pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan
proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para
konseli agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Atas dasar tersebut, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah
diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi
aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli
sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan
spiritual).
2.2 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling
2.2.1        Fungsi bimbingan dan konseling
       Pencegahan (preventif)
Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan, artinya merupakan usaha
pencegahan terhadap timbulnya masalah. Layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para
siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.
Kegiatannya dapat berupa program orientasi, bimbingan karir, inventaris data.
       Pemahaman
Maksudnya yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan
siswa dan agar siswa dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif.
Untuk mencapai perkembangan optimal siswa sesuai dengan tujuan institusional
lembaga pendidikan, pada dasarnya membina tiga usaha pokok, yaitu
o   Pengelolaan administrasi sekolah
o   Pengembangan pemahaman dan pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan melalui
program intrakulikuler maupun ekstrakulikuler
o   Pelayanan khusus kepada siswa dalam berbagai bidang yang membulatkan pendidikan siswa/
menunjang kesejahteraan siswa seperti membina Osis, Pelayanan kesehatan, kerohanian,
pengadaan warung sekolah, perpustakaan sekolah.
Dalam fungsi pemahaman disini mencakup: pemahaman tentang diri siswa,
pemahaman tentang lingkungan siswa, pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas.

       Perbaikan (penyembuhan)


Fungsi bimbingan yang kuratif yaitu yang berkaitan erat dengan fungsi bimbingan
dan konseling yang akan mengahasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai
permasalahan siswa baik aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang digunakan
adalah konseling dan remidial teaching.
         Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yang berarti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu siswa
dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan.
Yaitu konselor senantiasa berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
memfasilitasi perkembangan siswa. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan
mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
         Fungsi penyaluran (distributif)
Yaitu fungsi bimbingan memberi bantuan kepada siswa dalam memilih kemungkinan
kesempatan yang ada dalam lingkungan sekolah. Misalnya kegiatan ekstrakurikuler jurusan,
program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
         Fungsi adaptasi (adative)
Yaitu fungsi bimbingan sebagai pemberi bantuan para pelaksana pendidikan
khususnya konselor guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap
latar belakang pendidikan, minat, bakat, kebutuhan serta kemampuan siswa dan
memperhatikan dinamika kelompok.
         Fungsi penyesuaian (adjuditive)
Fungsi bimbingan sebagai pemberi bantuan kepada siswa agar dapat menyesuaikan
diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah atau
norma agama.

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan


bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang
terkandung dalam masing-masing fungsi.
Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara
langsung mengacu pada salah satu atau beberapa fungsi tersebut, agar hasil yang hendak
dicapai secara jelas dapat diidentifikasikan dan dievakuasi.

2.2.2 Tujuan bimbingan dan konseling


         Tujuan umum :
Tujuan umumnya adalah sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana dalam UU
Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 (UU No. 2/1989) yaitu terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan:
o   Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas perkembangannya
o   Mengenal dan memahami potensi/ peluang yang ada dilingkungannya
o   Mengenal dan menentukan tujuan hidupnya
o   Memahami dan mengatasi permasalahan pribadi
o   Menggunakan kemampuan untuk kepentingan pribadi, lembaga dan masyarakat
o   Menyesuaikan diri dengan lingkungan
o   Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya secara tepat dan teratur secara optimal.
    Tujuan khusus :
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik
agar dapat mencapai tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial,
perkembangan belajar (akademik), dan perkembangan karir.
o   Tujuan bimbingan dan konseling yang menyangkut aspek pribadi-sosial siswa antara lain:
o   Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang
ada pada dirinya.
o   Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang mereka
senangi
o   Membuat pilihan secara sehat
o   Mempu menghargai orang lain
o   Memiliki rasa tanggungjawab
o   Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
o   Dapat menyelesaikan konflik
o   Dapat membuat keputusan secara efektif.

Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek perkembangan belajar
(akademik) adalah :
o   Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif.
o   Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
o   Mampu belajar secara efektif
o   Memiliki keterampilan, kemampuan dan minat.
o   Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek perkembangan karir, antara lain:
o   Mampu membentuk identitas karir, dengan mengenali ciri-ciri pekerjaan didalam lingkungan
kerja
o   Mampu merencanakan masa depan
o   Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir
o   Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat.

2.3 Landasan Bimbingan dan Konseling


Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor
yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana
utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Secara teoritik, berdasarkan
hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari
pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan
psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi.
Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan
konseling tersebut :

2.3.1 Landasan Filosofis


Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan
konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan
filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban
yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai
aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan
filsafat post-modern. Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya
bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu
sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan
memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.

2.3.2 Landasan Psikologis


Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi
konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan
bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah
tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu;
(d) belajar; dan (e) kepribadian.
a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang
berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki
oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif
sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau
keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan
digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang
mengarah pada suatu tujuan.
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan
mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir
dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot,
warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu.
Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk
mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu
berada.
c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya
individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya
meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek
perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan
individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia
belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu.
Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-
tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.
e. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang
kepribadian secara bulat dan komprehensif. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan
hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang
dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap
lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri
individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling serta dalam upaya memahami
dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat
memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku
individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat
mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk
memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat
mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap
potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor
dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang
mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya
perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu,
agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat
bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi
perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian.
3. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan
produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya
yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat
mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang
melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan
pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan
klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang
berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan
yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a)
perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan
(e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang
berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali
memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe
cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka
subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain
disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-
reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain
yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan
suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama
sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor
dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu
diantisipasi.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai
metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau
analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-
tulisan ilmiah lainnya.
Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah
menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara
ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).
Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia,
Prayitno (2003) memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan menambahkan
landasan paedagogis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi,
yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah
satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling;
dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal
pokok, yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong perkembangan
dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan (c)
upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang
sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan
pemecahan masalah.

5. Landasan religius
Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
1)      Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan
2)      Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama
3)      Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana
dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk
membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Landasan Religius berkenaan dengan :
a. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan
tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya
bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
b. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap
keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri,
agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi
dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang
kehidupan dunia dan akhirat.
c. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan
tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan
sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama
sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :
d. Memelihara fitrah
e. Memelihara jiwa
f. Memelihara akal
g. Memelihara keturunan
Dalam pengertian bimbingan dan konseling di sekolah, ada beberapa konsep yang dapat
dijadikan sebagai acuan. Hal ini berguna karena konsep penting khusus bagi pengertian
bimbingan dalam lingkup sekolah, yaitu :
a) Bimbingan dalam pelaksanaannya merupakan suatu proses. Maksudnya adalah bimbingan
itu dilaksanakan dalam rentang waktu yang relatif panjang, tidak sepintas lalu, insidental, dan
tidak sepintas jalan. Semua itu karena bimbingan bukanlah peristiwa yang terjadi pada suatu
hari sekolah. Proses tersebut mengandung pengertian bahwa bimbingan dilakukan secara
sistematis dan metodis dalam sifatnya yang berencana, berprogram dan evaluative, yang pada
akhirnya membuat bimbingan dapat berkembang maju.
b) Bimbingan mengandung arti bantuan atau pelayanan. Maksudnya adalah bimbingan itu
tercipta atas kesukarelaan subyek bimbing. Kesukarelaan pembimbing diwujudkan dalam
sifat dan perilaku yang tidak memaksakan kehendaknya untuk membimbing individu, namun
menawarkan dan menciptakan suasana yang membuat individu sadar bahwa dirinya
memerlukan layanan atau bantuan dari pihak lain. Kesukarelaan si individu terbantu,
diwujudkan dengan adanya keleluasaan dalam mengekspresikan pikiran, perasaan dan
perilaku sehubungan dengan arah dan pemahaman diri, pengambilan keputusan, pembuatan
pilihan dan pemecahan masalah dalam proses bimbingan. Pemaduan antara kesukarelaan
subyek bimbing, pembimbing dan kesukarelaan si terbimbing akan melahirkan suatu
hubungan yang demokratis diantara keduanya.
c) Kelancaran pelaksanaan bimbingan dan pencapaian hasil bimbingan diperlukan adanya
subyek pelaksana bimbingan yang kompeten. Kompetensi itu diperoleh dari pendidikan
khusus, ajar-latih, keterampilan serta pribadi dan sikap dasar yang meyakinkan, baik bagi
dirinya sendiri maupun orang lain, khususnya bagi si terbimbing. Ini menunjukan pada
keperluan adanya tenaga professional yang punya kemampuan/ kecakapan/ keterampilan
dalam wujud penggunaan pendekatan metode dan teknik-teknik bimbingan yang memadai.
d) Bantuan diperuntukan bagi semua individu, semua peserta didik yang berada dalam
kondisi tertentu yang memerlukan bantuan, namun mereka (peserta didik) memiliki
kemungkinan untuk “bangkit” atau lebih maju sendiri selama atau sesudah pelayanan. Tidak
hanya bagi peserta didik yang bimbang memilih kelompok program atau jenis pekerjaan/
karier, tidak juga hanya bagi peserta didik yang mengalami gangguan belajar dan tidak pula
hanya bagi peserta didik yang mengalami salah-suai (maladjusted). Ciri semua peserta didik
pada umumnya adalah memiliki kemungkinan untuk “bangkit diri” (self actualization) dan
daya “nyata diri” (self realization). Memang diakui bahwa pemilikan hal-hal tersebut adalah
berbeda derajatnya antara peserta didik satu dengan yang lain. Yang ini menimbulkan
perbedaan diantara para peserta didik mengenai kecakapan memahami diri (self
understanding), menerima diri (self acceptance) dan mengarahkan diri (self direction).
Keperbedaan itu menimbulkan konsekuensi dalam hal derajat pengutamaan bimbingan pada
setiap peserta didik, dan perbedaan jenis layanan yang diutamakan bagi berbagai kelompok
peserta didik.
e) Bimbingan mempunyai tujuan “jangka pendek” dan tujuan “jangka panjang”. Tujuan
jangka pendek merupakan seperangkat kumampuan yang diharapkan dicapai peserta didik
selama dan setelah proses bimbingan diberikan. Tujuan jangka pendek ini antara lain :
kemampuan si terbimbing memahami diri, menerima diri dan mengarahkan diri; kemampuan
nyata diri yang diwujudkan dalam kecakapan memecahkan persoalan-persoalan, membuat
pilihan-pilihan dan mengadakan penyesuaian terhadap diri dan lingkungan sesuai sesuai
dengan tingkat perkembangan yang dicapainya. Adapun tujuan jangka panjang : bimbingan
merupakan suatu patokan ideal yang diharapkan dicapai individu yang telah memperoleh
layanan bimbingan, dengan pencapaian kesejahteraan mental yang optimal bagi individu
(terbimbing) dan pencapaian kebahagian pribadi yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan
sekitarnya. Tujuan jangka pendek bimbingan menjadi dasar bagi pencapaian tujuan jangka
panjang. Hal ini membuat tujuan-tujuan jangka pendek yang efektif dapat memudahkan/
menunjang pencapaian kesejahteraan mental dan kebahagian yang ingin dimaksud

2.4 Peran bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikan


Peranan bimbingan dan penyuluhan disekolah ialah mempelancar usaha-usaha sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan. Usaha untuk mencapai tujuan ini sering mengalami
hambatan, dan ini terlihat pada anak-anak didik. Mereka tidak bisa mengikuti program
pendidikan disekolah karena mereka mengalami masalah, kesulitan ataupun ketidakpastian.
Disinilah letak peranan bimbingan dan penyuluhan, yaitu untuk memberikan bantuan untuk
mengatasi masalah tersebut sehingga anak-anak dapat belajar lebih berhasil. Dengan begitu,
pencapaian tujuan pendidikan lebih dapat diperlancar.

Kedudukan bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikan


Beberapa kriteria yang menjadi syarat bahwa pendidikan dapat dikata bermutu adalah
pendidikan yang mampu mengintregasikan tiga bidang kegiatan utama secara efektif, yaitu:
bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikulum, dan bidang
pembinaan siswa (bimbingan dan konseling).
  Bidang administratif dan kepemimpinan
Bidang ini merupakan kegiatan yang berkaitan dengan masalah administrasi dan
kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara
efesien.
  Bidang pengajaran dan kurikuler
Bidang ini bertanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan
bekal, pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada pesertadidik.
Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung
jawab utama staff pengajar.
  Bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling).
Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam
upaya mencapai perkembangannya yang optimal melalui interaksi yang sehat dengan
lingkungannya.
Menurut Dr. Thari Musnamar, bimbingan dan penyuluhan disekolah dalam
pelaksanaannya mempunyai beberapa pola atau kemungkinannya operasionalnya:
         Bimbingan identik dengan pendidikan.
         Bimbingan sebagai pelengkap pendidikan.
         Bimbingan dan penyuluhan sebagai pelengkap kurikuler.
         Bimbingan dan penyuluhan sebagai bagian dari layanan urusan kesiswaan.
         Bimbingan dan penyuluhan sebagai sub sistem pendidikan.
2.5  Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada
anak,yaitu kemampuan dan kecakapan membaca,menulis dan berhitung,pengetahuan umum
serta perkembangan kepribadian,yaitu sikap terbuka terhadap orang lain,penuh
inisiatif,kreatifitas,dan kepemimpinan,ketrampilan serta sikap bertanggung jawab guru
sekolah dasar memegang peranan dan memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan
membantu perkembangan social pribadi anak.
Bimbingan itu sendiri dapat diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program
pendidikan yang mempunyai fungsi positif,bukan hanya suatu kekuatan kolektif.proses yang
terpenting dalam pentingnya bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal tersebut
akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru,mengembangkan
kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan meerapkannya dalam situasi mendatang.
Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang
dihadapi oleh anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak
sebagai pribadi dengan segala kebutuhan,minat dan kemampuan yang harus berkembang.
1. Tindakan preventif di sekolah dasar
Tuntutan untuk mengadakan identifikasi secara awal diakui kebenarannya oleh para ahli
bimbingan karena:
a.       kepribadian anak masih luwes,belum menemukan banyak masalh hidup,mudah terbentuk dan
masih akan banyak mengalami perkembangan.
b.      orang tua murid sering berhubungan dengan guru dan mudah dibentuk hubungan
tersebut,orang tua juga aktif pendidikan anaknya disekolah.
c.       masa depan anak masih terbuka sehingga dapat belajar mengenali diri sendiri dan dapat
menghadapi suatu masalah dikemudian hari.
Bimbingan tidak hanya pada anak yang bermasalah melainkan pandangan bimbingan dewasa
ini yaitu menyediakan suasana atau situasi perkembangan yang baik,sehingga setiap anak di
sekolah dapat terdorong semangat belajarnya dan dapat mengembangkan pribadinya sebaik
mungkin dan terhindar dari praktik-praktik yang merusak perkembangan anak itu sendiri.
2.    Kesiapan disekolah dasar
Konsep psikologi belajar mengenai kesiapan belajar menunjukkan bahwa hambatan
pendidikan dapat timbul jika kurikulum diberikan kepada anak terlalu cepat/terlalu lambat,
untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pendidikan yang terus menerus perlu
adanya penyuluhan untuk menumbahkan motivasi dan menciptakan situasi balajar dengan
baik sehingga diperoleh kreatifitas dan kepemimpinan yang positif pada aktrifitas melalui
penyuluhan kepada orang tua dan murid.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah adalah menyangkut
upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut
aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Adapun fungsi-fungsi dari
bimbingan dan konseling adalah :
         Pencegahan (preventif)
         Pemahaman
         Perbaikan (penyembuhan)
         Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
         Fungsi penyaluran (distributif)
         Fungsi adaptasi (adative)
         Fungsi penyesuaian (adjuditive)
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling.
Peranan bimbingan dan penyuluhan disekolah ialah mempelancar usaha-usaha sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan. Beberapa kriteria yang menjadi syarat bahwa pendidikan
dapat dikata bermutu adalah pendidikan yang mampu mengintregasikan tiga bidang kegiatan
utama secara efektif, yaitu: bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan
kurikulum, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling).
Muhtar Asngari http://muhtarasngari.blogspot.co.id/2016/10/urgensi-bimbingan-konseling.html

DAFTAR RUJUKAN

Abdillah, Irfad Faiq, 2012. HAKIKAT DAN URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING. (online),
(http://irfadfaiq.blogspot.com/), diakses tanggal 23 Januari 2014.

Anonim, 2010. Perlunya Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.
(online), (http://artikel-makalahpend.blogspot.com/2010/05/perlunya-bimbingan-dan-
konseling-di.html), diakses tanggal 23 Januari 2014.

Huda, Khaerul, 2012. URGENSI BIMBINGAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN. (online),


(http://akademi-pendidikan.blogspot.com/2012/10/urgensi-bimbingan-konseling-dalam.html),
diakses tanggal 23 Januari 2014.

Enter your blog description here.

Enter Keyw

Blogroll

Home » Bimbingan dan Penyuluhan » URGENSI BIMBINGAN KONSELING DALAM


PENDIDIKAN

October 13, 2012


URGENSI BIMBINGAN KONSELING
DALAM PENDIDIKAN
http://akademi-pendidikan.blogspot.co.id/2012/10/urgensi-bimbingan-konseling-dalam.html
A.    Pendahuluan
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu kompenen dari pendidikan kita,
mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan
tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan siswa pada khususnya
disekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Pelayanan bimbingan merupakan bagian
integral dari program pendidikan itu dan karena sebagian besar dari tumpukan masalah yang
yang dihadapi oleh peserta didik justru bersumber dari keaneka ragaman tuntutan belajar
disekolah. Maka, para konselor sekolah harus mengenal bidang pendidikan sekolah secara
konret.
Dari latar belakang masalah diatas, dapat diketahui urgensi bimbingan dan konseling
dalam pendidikan yang akan dipaparkan dalam sub bahasan yaitu fungsi pelayanan
bimbingan dalam keseluruhan pendidikan sekolah, tujuan dari bimbingan dalam sekolah,
faktor yang menjadi latar belakang bimbingan dan konseling dalam pendidikan dan peran
serta kedudukan bimbingan konseling.
B.     Pembahasan
Perlu kita pahami terlebih dahulu, apakah perbedaan antara bimbingan dan pendidikan?
Bukankah pendidikan itu sebenarnya merupakan pendidikan yang telah dilaksanakan
disekolah-sekolah sejak dahulu.
Bimbingan itu sebenarnya menyangkut semua usaha pendidikan yang dilakukan oleh
guru baik didalam maupun diluar sekolah.[1]
Namun demikian, walaupun bimbingan itu menyangkut tiap-tiap aspek dari kegiatan
sekolah, hendaknya perlu diperhatikan bahwa pendidikan dan bimbingan berbeda dalam
tujuan dan prosesnya. Pendidikan itu lebih menyangkut pada masalah perorangan (Individu),
sedangkan bimbingan banyak menyangkut dengan faktor-faktor di luar individu.
Jadi bimbingan itu dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pendidikan. Dalam arti khusus,
bimbingan menyangkut semua teknik konseling dan semua macam informasi yang dapat
menolong individu untuk menolong dirinya sendiri.

1.    Fungsi bimbingan dan konseling


a.       Pencegahan (preventif)
Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah. Layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar
terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.
Kegiatannya dapat berupa program orientasi, bimbingan karir, inventaris data.
b.      Pemahaman
Maksudnya yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman
tentang sesuatu pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa dan agar
siswa dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.[2]
Untuk mencapai perkembangan optimal siswa sesuai dengan tujuan institusional lembaga
pendidikan pada dasarnya membina tiga usaha pokok, yaitu:[3]
 Pengelolaan administrasi sekolah
 Pengembangan pemahaman dan pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan melalui
program intrakulikuler maupun ekstrakulikuler
 Pelayanan khusus kepada siswa dalam berbagai bidang yang membulatkan pendidikan siswa/
menunjang kesejahteraan siswa seperti membina Osis, Pelayanan kesehatan, kerohanian,
pengadaan warung sekolah, perpustakaan sekolah.
Dalam fungsi pemahaman disini mencakup:
 Pemahaman tentang diri siswa
 Pemahaman tentang lingkungan siswa
 Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas.
c.       Perbaikan (penyembuhan)
Fungsi bimbingan yang kuratif yaitu yang berkaitan erat dengan fungsi bimbingan dan
konseling yang akan mengahasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan
siswa baik aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang digunakan adalah
konseling dan remidial teaching.
d.      Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yang berarti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu siswa dalam
memelihara dan mengembangkan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan. Yaitu
konselor senantiasa berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memfasilitasi
perkembangan siswa. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan mengembangkan
berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap
dan berkelanjutan.
e.       Fungsi penyaluran (distributif)[4]
Yaitu fungsi bimbingan memberi bantuan kepada siswa dalam memilih kemungkinan
kesempatan yang ada dalam lingkungan sekolah. Misalnya kegiatan ekstrakurikuler jurusan,
program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
f.       Fungsi adaptasi (adative)
Yaitu fungsi bimbingan sebagai pemberi bantuan para pelaksana pendidikan khususnya
konselor guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan, minat, bakat, kebutuhan serta kemampuan siswa dan memperhatikan
dinamika kelompok.
g.      Fungsi penyesuaian (adjuditive)
Fungsi bimbingan sebagai pemberi bantuan kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri
secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah atau norma
agama.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan
bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang
terkandung dalam masing-masing fungsi.
Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara langsung
mengacu pada salah satu atau beberapa fungsi tersebut, agar hasil yang hendak dicapai secara
jelas dapat diidentifikasikan dan dievakuasi.[5]
2.    Tujuan bimbingan dan konseling
a.       Tujuan umum
Tujuan umumnya adalah sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional tahun 1989 (UU No. 2/1989) yaitu terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnya yang cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan:[6]
-            Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas perkembangannya
-            Mengenal dan memahami potensi/ peluang yang ada dilingkungannya
-            Mengenal dan menentukan tujuan hidupnya
-            Memahami dan mengatasi permasalahan pribadi
-            Menggunakan kemampuan untuk kepentingan pribadi, lembaga dan masyarakat
-            Menyesuaikan diri dengan lingkungan
-            Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya secara tepat dan teratur secara optimal.
b.      Tujuan khusus
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar
dapat mencapai tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, perkembangan
belajar (akademik), dan perkembangan karir.
1.      Tujuan bimbingan dan konseling yang menyangkut aspek pribadi-sosial siswa antara lain:
-       Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang
ada pada dirinya.
-       Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang mereka
senangi
-       Membuat pilihan secara sehat
-       Mempu menghargai orang lain
-       Memiliki rasa tanggungjawab
-       Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
-       Dapat menyelesaikan konflik
-       Dapat membuat keputusan secara efektif.
2.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek perkembangan belajar
(akademik) adalah:
-       Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif.
-       Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
-       Mampu belajar secara efektif
-       Memiliki keterampilan, kemampuan dan minat.
3.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek perkembangan karir, antara lain:
-       Mampu membentuk identitas karir, dengan mengenali ciri-ciri pekerjaan didalam lingkungan
kerja
-       Mampu merencanakan masa depan
-       Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir
-       Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat.
3.    Faktor yang melatarbelakangi bimbingan dan penyuluhan dibutukan dalam lapangan
pendidikan.
a.       Faktor perkembangan pendidikan
 Demokrasi pendidikan
 Perubahan sistem
 Perluasan peraturan pendidikan.
b.      Faktor sosial kultural
Faktor ini muncul sebagai akibat dari perubahan sosial dan budaya yang menimbulkan
kesenjangan antara satu golongan dengan golongan lain.
c.       Faktor psikologi
Dari segi psikologis anak adalah pribadi yang sedang berkembang yang menuju kearah
kedewasaan, perubahan tersebut menyebabkan berada dalam keadaan yang sulit. Untuk itu,
mereka perlu mempersiapkan diri dari segala intelektual emosional.
4.    Peran bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikan
Peranan bimbingan dan penyuluhan disekolah ialah mempelancar usaha-usaha sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan. Usaha untuk mencapai tujuan ini sering mengalami
hambatan, dan ini terlihat pada anak-anak didik. Mereka tidak bisa mengikuti program
pendidikan disekolah karena mereka mengalami masalah, kesulitan ataupun ketidakpastian.
Disinilah letak peranan bimbingan dan penyuluhan, yaitu untuk memberikan bantuan untuk
mengatasi masalah tersebut sehingga anak-anak dapat belajar lebih berhasil. Dengan begitu,
pencapaian tujuan pendidikan lebih dapat diperlancar.
5.    Kedudukan bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikan
Beberapa kriteria yang menjadi syarat bahwa pendidikan dapat dikata bermutu adalah
pendidikan yang mampu mengintregasikan tiga bidang kegiatan utama secara efektif, yaitu:
bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikulum, dan bidang
pembinaan siswa (bimbingan dan konseling).[7]
a.       Bidang administratif dan kepemimpinan
Bidang ini merupakan kegiatan yang berkaitan dengan masalah administrasi dan
kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara
efesien.
b.      Bidang pengajaran dan kurikuler
Bidang ini bertanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan
bekal, pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada pesertadidik.
Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung
jawab utama staff pengajar.
c.       Bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling).
Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam
upaya mencapai perkembangannya yang optimal melalui interaksi yang sehat dengan
lingkungannya.
Menurut Dr. Thari Musnamar, bimbingan dan penyuluhan disekolah dalam
pelaksanaannya mempunyai beberapa pola atau kemungkinannya operasionalnya:
1.      Bimbingan identik dengan pendidikan.
2.      Bimbingan sebagai pelengkap pendidikan.
3.      Bimbingan dan penyuluhan sebagai pelengkap kurikuler.
4.      Bimbingan dan penyuluhan sebagai bagian dari layanan urusan kesiswaan.
5.      Bimbingan dan penyuluhan sebagai sub sistem pendidikan.
C.    Kesimpulan
Dari urian diatas dapat kami simpulkan bahwa dalam keseluruhan proses pendidikan,
program bimbingan dan penyuluhan merupakan suatu keharusan yang tidak dapat dipisahkan
dari proses pendidikan pada umumnya. Dengan melalui program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan yang baik, maka setiap peserta didik diharapkan mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan setiap potensi dan kemampuan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
Selain itu, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu (siswa) agar
memperoleh pencerahan diri (intelektual, emosional, sosial dan moral spiritual) sehingga
mampu menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif serta mampu mencapai
kehidupannya yang bermakna (produktif dan konstributif), baik bagi dirinya sendiri maupun
orang lain atau masyarakat.

[1] Umum khairul, Aminudin A. Achyar, editior: Djaliel, Manan Abd, Bimbingan dan
penyuluhan Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung: Pustaka Setia, 1998, hal.
21
[2] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling,
Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 26
[3] Samsul Yusuf dan A. Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 16
[4] W.S. Winkle, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: PT.
Grafindo, 1997, hal. 97

[5]Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling,


Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 28
[6] Op.Cit, hal. 13
[7] Samsul Yusuf dan A. Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 4

URGENSI BIMBINGAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN Reviewed by Khaerul


Huda on October 13, 2012 Rating: 4.5
Posted by Khaerul Huda at 23:43
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Labels: Bimbingan dan Penyuluhan

BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian yang berbeda mengenai

bimbingan tergantung dan jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut. Untuk itulah

agar dapat secara luas dan komprehensif mengetahui definisi bimbingan, penulis kemukakan

beberapa definisi dari para ahli sebagai berikut :

Bimbingan merupakan terjemahan dan “Guidance” yang berasal dan bahasa Inggris. Secara

harfiah, istilah "Guidance" dan akar kata "Guide" berarti (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu

(to pilot), (3) mengelola (to manage) dan (4) menyetir (to steer)1[1]

Menurut Crov and Crow, bimbingan adalah "bantuan yang diberikan oleh seorang laki-laki

atau perempuan yang memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan yang memadai dan terlatih

dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya

sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri." 2[2]

Menurut Dewa Ketut Sukardi, bahwa "bimbingan adalah merupakan proses pemberian

bantuan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus menerus dan sistematik oleh guru

pembimbing agar individu atau kelompok individu menjadi pribadi yang mandiri”. 3[3]

1[1]Syamsu Yusuf LN, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Rosda Karya,
Cet. I, Bandung, 2005, hlm. 5.

2[2]Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, Ciputat Press, Cet. I, Jakarta, 2002, hlm. 4.

3[3]Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di


Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 20.
Stoops dan Walquist mendefinisikan bahwa "bimbingan adalah proses yang terus menerus

dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam

mengarahkan manfaat sebesar-besarnya bagi dirinya maupun bagi masyarakat." 4[4]

Dari definisi yang telah di kemukakan para ahli di atas, mempunyai cara pandang yang

berbeda-beda dan variasi yang mencolok satu dengan yang lain. Walaupun demikian tetap terdapat

unsur dan tujuan yang menunjukkan kesamaan, di antaranya sebagai berikut :

a.       Bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau
kebetulan. Bimbingan merupakan: serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana
yang terarah kepada pencapaian tujuan.

b.      Bimbingan adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan, makna bantuan dalam hal ini
menunjukkan bahwa pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi hanya berperan
sebagai fasilitator di mana yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau
mengambil keputusan adalah individu itu sendiri.

c.       Individu yang dibantu adalah orang-orang dan berbagai usia baik pria ataupun wanita dalam
perseorangan maupun kelompok dan individu dalam hal ini yaitu individu yang sedang berkembang .
Tetapi bantuan yang berlaku umum bagi setiap individu disesuaikan dengan pengalaman,
kebutuhan, dan masalah individu yang komprehensif.

d.      Bimbingan diberikan oleh tenaga ahli, yang bertujuan untuk perbaikan kehidupan orang yang
dibimbing agar berkembang sesuai dengan potensi dan si sistem nilai tentang kehidupan yang baik
dan benar, yang ditandai dengan perkembangan optimal dalam kondisi yang dinamik. 5[5]

Adapun pengertian konseling berasal dari. bahasa Inggris "to counsel" yang secara

etimologis "to give advice" artinya memberi saran dan nasihat.6[6]

Dalam bukunya, Winkel memaparkan pengertian konseling (counseling) dikaitkan dengan

kata "counsel yang diartikan nasihat (to obtain counsel) : anjuran (to give counsel) dan pembicaraan

[4]Hellen A, Loc Cit.

5[5]Syamsu Yusuf LN, A Juntika Nurihsan, Op Cit., hlm. 7

[6]Hellen A, Op Cit, hlm. 9


{to take counsel)7[7] dengan demikian dari pengertian counselling di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa konseling diartikan sebagai pemberian saran dan nasihat, pemberian anjuran dalam

pembicaraan dengan bertukar pikiran.

Kemudian istilah konseling mengalami perkembangan yang di kemukakan dengan berbeda-

beda tapi 'intinya sama dan saling melengkapi, untuk lebih jelasnya, penulis menampilkan beberapa

pengertian dari berbagai ahli sebagai berikut :

Burks dan Steffle mengartikan konseling adalah :

Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor terlatih dan seorang
klien. Hubungan ini biasanya orang per orang, meskipun Sering kali melibatkan lebih dari dua orang,
meskipun sering kali melibatkan lebih dari dua orang. Hubungan tersebut dirancang untuk
membantu para klien memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, dan belajar mencapai
tujuan yang ditentukan sendiri melalui pilihan-pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah-
masalah emosional atau antar pribadi" 8[8]

Dari pengertian di atas menjelaskan bahwa adanya hubungan yang harmonis antara

konselor dan klien yang nantinya tercipta proses yang dirancang atau direncanakan untuk

membantu klien membuat pilihan-pilihan dalam mengarahkan masalahnya.

ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa : "Konseling adalah

hubungan tatap muka yang bersifat, rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian

kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilan

untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya. 9[9]

[7]W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Gramedia, Jakarta, 1991,
hlm. 62.

8[8]Abu Bakar Braja, Psikologi dan Teknik Konseling, Studia Press, cet I, Jakarta, 2004, hlm.
10

[9]Syamsu Yusuf, LN, Dr. A. Juntika Nurihsan, Op Cit., hlm. 8


Sementara Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bahwa "konseling adalah bantuan yang

diberikan kepada klien dalam memecahkan masalah kehidupan, dengan wawancara yang dilakukan

secara face to face, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien yang dihadapi untuk

mencapai kesejahteraan hidup”.10[10]

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dicermati antara lain :

1.       Konselor adalah seorang yang cukup terlatih (profesional) atau punya Keterampilan khusus dalam

bidang konseling

2.       Interaksi terjadi antara klien dan konselor yang dilakukan, dengan cara face to face

3.       Tujuan konseling membantu dan menolong klien untuk menerima keadaannya, menemukan jalan

keluar atas masalah-masalahnya dan mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diperjelas bahwa konseling merupakan satu saluran bagi

pemberian bimbingan, Di samping itu istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling,

hal ini dikarenakan bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral, konseling

merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan. dengan pandangan ini bimbingan

memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian konseling, dan konseling

merupakan bagian dari bimbingan.

2.      Tujuan Bimbingan dan Konseling

Urgensi bimbingan dan konseling semakin terasa. kemajuan berpikir dan kesadaran manusia

akan dirinya dan dunianya, telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat

kehidupan semakin kompetitif, sehingga membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan

10

[10]Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Usaha


Nasional, Surabaya, 1983, hlm. 67
tingkat kehidupan yang lebih baik. Untuk itulah diperlukan sarana secara tepat dan teratur dalam

mendorong manisi untuk hidup lebih optimal dengan segala permasalahan yang dihadapinya.

Berdasarkan masalah di atas, maka secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah

membantu peserta didik mengenal bakat, minat dan kemampuannya, serta memilih dan

menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan

tuntutan dunia kerja.11[11]

Kemudian secara khusus Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan merinci tujuan bimbingan

konseling meliputi sebagai, berikut:

a.       Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sosial individu dalam hal mi
membantu agar:

1.      Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan, Yang Maha Esa.

2.      Memiliki sikap toleransi, saling menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.

3.      Memiliki, pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif

4.      Memilih pemahaman dan penerimaan diri secara objektif

5.      memiliki sifat positif

6.      Meniliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.

7.      Bersifat respek terhadap orang lain

8.      Memiliki rasa tanggung jawab

9.      Memiliki kemampuan berinteraksi sosial.

10.  Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik.

11.  Memiliki kemampuan mengambil keputusan secara efektif.

b.       Tujuan bimbingan dan konseling yang berkait dengan aspek akademik (Belajar) adalah sebagai
berikut:

1.        Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif

2.        Memiliki motif yang, tinggi untuk belajar sepanjang hayat

11[11]Dewa Ketut Sukardi, Op Cit., hlm. 28


3.        Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif

4.        Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan

5.        Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian

c.       Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karier adalah sebagai berikut :

1.        Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat)

2.        Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja

3.        Memiliki kemampuan untuk membentuk intensitas kerja.

4.        Memiliki kemampuan merencanakan masa depan

5.        Dapat membentuk pola-pola karier yaitu kecenderungan ke arah karier

6.        Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. 12[12]

Selain beberapa tujuan di atas, Rumusan tujuan bimbingan dan konseling dapat diketahui

melalui definisi bimbingan dan konseling yang telah dibahas di muka, Crow and Crow misalnya,

menyebutkan bahwa bimbingan diberikan untuk mengatur kehidupannya sendiri, membuat

Keputusannya sendiri dan menanggung bebannya sendiri. 13[13] Di samping itu, W. S. Winkel

menyebutkan tujuan bimbingan ialah supaya orang mampu mengatur kehidupannya sendiri,

mengambil sikap sendiri, mempunyai pandangan sendiri dan menanggung sendiri

konsekuensi/resiko dan tindakan-tindakannya. 14[14]

Dari dua redaksi yang memaparkan tujuan tersebut di atas mempunyai bahasa yang berbeda

tetapi memiliki inti tujuan yang sama yakni berkembangnya pribadi yang optimal dan mandiri

dengan kemampuan yang dimilikinya.

12[12]Syamsu Yusuf LN dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Op Cit., hlm. 14-15.

13[13]Hellen, A., Op. Cit., hlm. 4

14[14]W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, Gramedia, Jakarta,


1985, hlm. 17
Pribadi mandiri dijelaskan Dewa Ketut Sukardi, hendaknya menjalankan lima fungsi, yaitu

mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya, menerima diri sendiri dan

lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan dan mengarahkan diri serta

mewujudkannya dirinya.15[15]

Melihat penjabaran tujuan bimbingan dan konseling tersebut nampak bahwa tercapainya

pemahaman diri yang diikuti dengan kemampuan diri merupakan tujuan bimbingan dan konseling

yang menjadi prioritas utama, pemahaman diri menjadi sangat penting karena dengan pemahaman

tersebut seorang akan mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya

dengan positif dan dinamis sebagai modal perkembangan diri lebih lanjut, sedangkan kemampuan

pribadi seseorang juga merupakan fondasi dalam memotivasi dan memberikan kekuatan untuk

mengembangkan potensi diri dengan optimal. Orang yang lemah dalam memahami dirinya dan tidak

sadar akan kemampuannya akan kesulitan dalam merealisasikan diri di tengah-tengah masyarakat.

Di samping itu ia menjadi pribadi yang tidak sehat (bersedih hati dan rendah diri) yang akan

berpengaruh ke keadaan dirinya yang senantiasa labil (mudah stres dan frustrasi)

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling


Layanan bimbingan terus berkembang untuk senantiasa memberikan bantuan bagi para

peserta didik agar terhindar dari berbagai masalah yang dihadapinya sehingga masalah-masalah

tersebut tidak menghambat perkembangannya. Bimbingan tidak hanya terpusat membantu

rencana untuk masa yang akan datang, tidak juga terbatas pada pemilihan pekerjaan maupun

pendidikan, akan tetapi lebih luas dalam membina sikap kebiasaan, mental, emosi dan kehidupan

secara umum.

Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada

peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat, berkembang secara optimal sehingga menjadi

pribadi yang utuh dan mandiri.

15[15]Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit., hlm. 20


Oleh karena itu bimbingan konseling yang merupakan satu bentuk layanan mengemban

tugas penting. Untuk itulah dalam memenuhi tanggung jawab tersebut melalui kegiatan bimbingan

dan konseling akan dijabarkan beberapa fungsi bimbingan konseling sebagai berikut :

1.       Fungsi pemahaman

Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuatu dengan kepentingan

pengembangan peserta didik, fungsi ini meliputi

a.        Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, orang tua, guru dan guru pembimbing

b.       Pemahaman tentang lingkungan peserta didik termasuk lingkungan keluarga dan sekolah

c.        Pemahaman tentang lingkungan .yang lebih luas (terutama informasi pendidikan informasi
jabatan/pekerjaan dan informasi sosial budaya serta nilai-nilai.

2.       Fungsi pencegahan

Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

tercegahnya atau terhindarinya peserta didik dan berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang

akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian dalam

proses perkembangannya.

3.       Fungsi pengentasan

Fungsi pengentasan artinya pengobatan atau penyembuhan. Melalui fungsi ini

pelayanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang

dialami, oleh peserta didik. Dalam hal ini bimbingan dan konseling berusaha membantu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik baik dalam sifatnya, jenisnya,

maupun bentuknya.

4.     Fungsi pemeliharaan dan pengembangan


Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling

yang akan terpelihara dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam

rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan yang nantinya diharapkan

peserta didik dapat mencapai perkembangan kepribadian secara optimal

5.     Fungsi advokasi

Fungsi advokasi yaitu fungsi , bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara

optimal.16[16]

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan

dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil yang jelas, teridentifikasi serta dapat

dievaluasi, secara keseluruhan jika semua fungsi-fungsi tersebut berjalan dengan baik dan terpadu,

maka peserta didik akan mampu berkembang secara wajar, mantap menuju aktualisasi diri secara

optimal dalam mewujudkan perkembangan peserta didik yang terpadu. Artinya bahwa pada fungsi

perkembangan lebih khusus akan membatu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya

menjadi sebab munculnya masalah lain dalam diri individu tersebut.

4.       Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling


Prinsip-prinsip yang dimaksud di sini ialah hal-hal yang menjadi pegangan dalam proses

bimbingan dan konseling, prinsip yang berasal dan kata prinsipi diartikan sebagai permulaan yang

dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula itu.

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan

bimbingan, di mana menurut Prayitno dan Erman Amti "rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan

16[16]Hellen A, Bimbingan dan Konseling, Ciputat Pres, Jakarta, 2002, hlm. 61


konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah, klien, tujuan, dan proses

penanganan, masalah program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan". 17[17]

Uraian berikut akan di kemukakan beberapa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling :

1.     Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan

a.      Bimbingan dan Konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,
agama, dan status sosial ekonomi.

b.      Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.

c.      Bimbingan dan konseling memperhatikan perbedaan individu yang menjadi orientasi pokok
pelayanannya.

2.   Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu

a.        Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh lingkungan,
penyesuaian diri dengan umur, kontak sosial pekerjaan dan kondisi mental dan fisik individu.

b.        Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan.

3.   Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan

a.        Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan perkembangan individu,
sehingga program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta
perkembangan peserta didik

b.        Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu,
masyarakat dan kondisi lembaga

c.        Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang
terendah sampai yang tinggi.

d.       Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya penilaian yang teratur
dan terarah.

4.   Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan

a.        Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk perkembangan individu yang akhirnya mampu
membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya

17[17]Ibid., hlm. 63
b.        Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil hendaknya alas kemauan individu
sendiri bukan karena kemauan dan desakan pembimbing atau pihak lain.

c.        Permasalahan- individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi.

d.       Kerja sama antar pembimbing, guru dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.

e.        Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling .ditempuh melalui pemanfaatan yang
maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlihat dalam proses
pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

Dari beberapa prinsip di alas, berarti bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

tidak lain menunjukkan seperangkat patokan praktis/landasan praktis/aturan main yang harus diikuti

dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Dengan kata lain prinsip-prinsip bimbingan dan konseling tersebut merupakan seperangkat

landasan praktis/aturan main dalam program bimbingan dan konseling di mana nantinya guru

pembimbing yang telah memaham, secara benar prinsip-prinsip tersebut dapat menghindarkan diri

dari kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan dalam praktek pemberian layanan bimbingan dan

konseling dan dalam kaitannya dengan penerapan di lapangan.

5.                  Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling


Melihat sejarah tahap perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling yang telah

dijelaskan di atas, dapat diketahui bahwa tiap periode tersebut menunjukkan munculnya jenis

bimbingan dan konseling yang berbeda, hal ini didorong oleh permasalahan dan kebutuhan yang

berkembang saat ini. Demikian pula jenis-jenis bimbingan dan konseling yang ada di sekolah/institusi

pendidikan saat ini tidak terlepas dari beragamnya masalah yang dihadapi oleh peserta didik/klien,

sehingga mereka akan memperoleh jenis bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya.

Pada kenyataannya bahwa dalam ruang lingkup sekolah, peserta didik tidak hanya belajar

dalam artian penumpukan pengetahuan dari kegiatan instruksional. Dalam proses belajar peserta
didik juga dihadapi situasi yang bersangkutan dengan masalah pribadinya (personal) dan

pergaulan/interaksi dalam masyarakat nantinya (sosial).

Di samping itu, perencanaan masa depan pun harus mulai dipersiapkan oleh para peserta

didik. Tiga bidang permasalahan tersebut yang kemudian menjadi fokus perhatian pelayanan

Bimbingan dan Konseling, yang secara langsung merupakan menjadi jenis Bimbingan dan Konseling

itu sendiri, yaitu sebagai berikut :

1.     Bimbingan Akademik

Ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih

program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan

dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. 18[18]

Suatu program bimbingan di bidang belajar akademik meliputi usaha di antaranya :

a.      Memberikan orientasi kepada peserta didik baru tentang tujuan institusional isi kurikulum
pengajaran, struktur organisasi sekolah, cara-cara belajar yang tepat dan penyesuaian diri dengan
corak pendidikan di sekolah bersangkutan.

b.      Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikut) pelajaran di
sekolah dan selama belajar di rumah, secara individual ataupun secara kelompok.

c.      Bantuan dalam hal ini memilih program studi yang sesuai memilih kegiatan non-akademik yang
menunjang usaha belajar dan memilih program studi di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bantuan
ini mencakup pula penyebaran informasi tentang program studi yang tersedia misalnya di jenjang
pendidikan tinggi, serta informasi tentang beberapa Perguruan Tinggi yang bisa dimasuki tanpa
melalui tes, tetapi melalui jalur bakat dan prestasi.

d.     Pengumpulan data mengenai kemampuan intelektual, bakat khusus, minat cita-cita, dan prestasi
belajar peserta didik setiap semester untuk masing-masing bidang studi.

e.      Bantuan dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan belajar, seperti kurang dapat berkonsentrasi,
kurang menguasai cara belajar yang baik dan sebagainya.

f.       Bantuan dalam hal membentuk kelompok-kelompok belajar dan mengajar kegiatan-kegiatan belajar
kelompok supaya berjalan efektif dan efisien. 19[19]

18[18] WS. Winkel, Op Cit., hlm. 125

19[19] Ibid., hlm. 126


Persiapan dalam memilih sekolah lanjutan, bimbingan akademik ini berhubungan erat dengan
bimbingan karier. Kesalahan dalam menentukan atau memilih studi slanjutan akan menyebabkan
kemungkinan tertutupnya lapangan pekerjaan di masa yang kan datang karenanya pembagian jenis
bimbingan dan konseling tidak bersifat mutlak. Dalam pelaksanaannya ketiga jenis bimbingan saling
berkaitan dan saling mempengaruhi. Contohnya : keberhasilan atau kegagalan dalam studi akademik
berpengaruh besar terhadap pandangan tentang diri sendiri, apakah itu akan positif atau negatif.
Dengan demikian bimbingan akademik berperan dalam perkembangan kepribadian.

2.     Bimbingan Karier

Ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, merencanakan

dan mengembangkan masa depan karier. Bidang karier ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok

berikut :

a.    Pematangan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan

b.    Pematangan orientasi dan informasi karier pada umumnya, khususnya karier yang dikembangkan

c.    Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup

d.   Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang
hendak di kembangkan. 20[20]

Peranan sekolah dalam bimbingan karier ini menjadi semakin penting mengingat sekarang

ini di dunia kerja semakin ketat. Upaya sekolah dalam bimbingan karier dapat berupa penyediaan

berbagai studi sebagai persiapan untuk memasuki dunia pekerjaan maupun berupa penyajian

kegiatan-kegiatan bimbingan yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan dunia pekerjaan.

3.       Bimbingan Pribadi Sosial

Adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi pergumulan-

pergumulan dalam hatinya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri, penyaluran seksual dan

20[20]Dewa Ketut Sukardi, Op Cit, hlm. 41.


sebagainya serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai

lingkungannya.21[21]

Bimbingan pribadi sosial ini sangat dibutuhkan terutama oleh peserta didik Pada sekolah

menengah. Usia pada sekolah menengah adalah usia di mana peserta didik sedang dalam masa

pubertas yang ditandai oleh adanya perubahan-perubahan pesat dalam aspek biologis dan

psikologis. Terjadinya perubahan tersebut menimbulkan kebingungan di kalangan mereka sehingga

mereka akan mengalam, gejolak emosi dan konflik-konflik, baik dalam diri maupun konflik antar diri

dengan orang baik, terbelenggu perasaan galau. sedih dan frustrasi serta kekhawatiran yang sangat

tidak akan lulus. Sedang masalah sosial yang kerap dihadapi oleh peserta didik dalam Lingkup

sekolah adalah hubungan dengan teman-teman maupun anggota kelompok. Karenanya bimbingan

pribadi – sosial ini hendaknya mendapat porsi yang lebih untuk peserta didik di sekolah menengah.

Bimbingan pribadi – sosial yang diberikan di tingkat pendidikan menengah sebagian

disalurkan melalui bimbingan kelompok sebagian lagi melalu, bimbingan individual serta

mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a.      Informasi tentang fase/tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh peserta didik remaja, antara
lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang cara-cara bergaul yang baik. Termasuk di
sini apa yang disebut education, yang tidak hanya mencakup penerangan seksual, tetapi juga corak
pergaulan antara jenis kelamin

b.      Pemantapan pemahaman diri yang mencakup tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk
peranannya di masa depan, s erta pemantapan entang kelemahan diri dan usaha
penanggulangannya.

c.      Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini yang semakin berkembang ke arah masyarakat
modern, sehingga peserta didik dapat menghadapinya dan beradaptasi dengan baik.

d.     Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang dialami oleh kebanyakan peserta didik .
Diskusi ini akan membuat peserta didik menyadari bahwa teman-temannya mengalami kesulitan
yang sama (dalam hal pertumbuhan dan perkembangan fase pubertas) untuk kemudian di
diskusikan pemecahannya.

21[21]WS. Winkel, 1991, Op Cit., hlm. 127


e.      Pengumpulan daya yang relevan untuk mengenal kepribadian peserta didik . Misalnya sifat-sifat
kepribadian yang tampak dalam tingkah laku, latar belakang keluarga dan keadaan kesehatan. 22[22]

6.                  Asas-Asas Bimbingan dan Konseling


Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar

kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan Hasil yang memuaskan, dalam

kegiatan/layanan Bimbingan dan Konseling menurut Prayitno (1982) ada beberapa asas yang perlu

diperhatikan :

a.       Asas Kerahasiaan

Asas ini mempunyai makna sangat penting dalam layanan Bimbingan Konseling, asas mi juga

bisa disebut dengan asas kunci dalam pemberian layanan tersebut. Dapat dikatakan bahwa sebagian

keberhasilan layanan Bimbingan Konseling banyak ditentukan oleh asas ini, sebab pada asas ini klien

akan membuka keadaan dirinya menyangkut masalah pribadi yang menuntut konselor dapat

menyimpan rahasia-rahasia tersebut: karena dengan keterbukaan itu konselor akan mudah

menemukan penyebab timbulnya masalah serta mempermudah pula dalam mencarikan pemecahan

masalah yang dihadapi klien.

b.       Asas Keterbukaan

Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam membahas

masalah yang dialami klien. Klien terbuka dan merasa bebas menyampaikan perasaan, pikiran dan

keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya permasalahan dan konselor pun dapat

menerimanya dengan baik dan memberikan tanggapan atas masalah yang disampaikan klien, tetapi

asas ini akan terwujud bilamana asas kerahasiaan mendukung terciptanya kondisi tersebut.

c.        Asas kesukarelaan

Konselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan ini, konselor

harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran klien. Kondisi konselor pun harus

22[22]Ibid., hlm. 128


mendukung, jangan dipaksakan dan sebaliknya bila klien tidak sukarela dalam menyampaikan

masalahnya, konsultasi tidak akan berjalan efektif, dengan kondisi tersebut klien akan enggan

mengemukakan masalah yang dihadapinya, intinya asas ini juga diperlukan keseimbangan dengan

asas keterbukaan.

d.       Asas kekinian

Pemecahan masalah dalam kegiatan konseling seharusnya terfokus pada masalah-masalah

yang dialami pada saat ini apa yang dipikirkan dan dirasakan klien pada saat konsultasi

permasalahannya, hal inilah yang harus menjadi pusat perhatian konselor dalam rangka mencari

pemecahannya, misalnya klien mengeluh prestasi belajarnya rendah, maka hendaknya berorientasi

pada masalah yang berkaitan dengan rendahnya prestasi belajar tersebut.

e.        Asas kegiatan

Usaha layanan bimbingan dan konseling akan dapat berlangsung baik, bilamana klien mau

melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam layana itu. Oleh karena itu konselor

hendaknya mampu memotivasi klien untuk melaksanakan semua saran yang dengan sendirinya,

tetapi harus diusahakan oleh klien itu sendiri.

f.        Asas kedinamisan

Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien yaitu

perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sesuai dengan sifat keunikan manusia, maka konselor

harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahan pada diri klien. Perubahan itu

tidak hanya sekedar pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton, melainkan perubahan

menuju pada suatu kemajuan.

g.       Asas keterpaduan


Kepribadian klien merupakan suatu kesatuan dan berbagai macam aspek dalam

pemberian layanan juga harus memperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan

disamping memperhatikan juga aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai

keharmonisan, karena apabila tidak terwujud keterpaduan tersebut justru akan mendatangkan

masalah baru.

8. Asas kenormatifan

Maksud dan asas ini ialah usaha layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan itu

hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan

dan individu yang dibimbing, baik penolakan dalam prosesnya maupun saran-saran atau keputusan

yang dibahas dalam konseling.

9. Asas keahlian

Layanan bimbingan dan konseling adalah profesional, oleh karena itu tidak mungkin

dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih atau dipersiapkan untuk itu, layanan

konseling menuntut suatu keterampilan khusus. Konselor harus benar-benar terlatih untuk itu,

sehingga layanan tersebut benar-benar profesional.

10. Asas alih tangan

Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layanan yang tidak

tepat, konselor bukanlah tenaga yang serba bisa dan serba tahu, sehingga dalam pemberian layanan

ini perlu membatasi diri sesuai dengan keahliannya. Bila ditemukan masalah-masalah, klien tersebut

di luar bidang keahliannya, maka konselor hendaknya segera mengalih tangankan kepada ahli lain.

Setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.

11. Asas tut wuri handayani


Setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan
tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya, diluar itu makna bimbingan dan
konseling tetap bisa dirasakan, sehingga tercipta hubungan harmonis antara konselor dan kliennya,
dan hendaknya klien merasa terbantu dan aman atas pemberian layanan tersebut. Dalam
pemecahan masalah, konselor sewaktu-waktu siap membantunya bila dalam pelaksanaannya,
klien mengalami masalah atau benturan-benturan lagi. 23[23]

Diposting oleh sudirman

http://makalahpendidikan-sudirman.blogspot.co.id/2012/05/bimbingan-dan-konseling.html

23[23]Soertjipto, A. & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Cet. II, Jakarta, 2004,
hlm. 75

Anda mungkin juga menyukai