Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT ILMU

Cara Berfikir Filsafati


DOSEN PENGAMPUH :

Dr. Sriwahyuni, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok I

Nurul Fadilla

Siti Fatimah

PRODI: PERBANKAN SYARIAH

SEMESTER : IVA

SEKOLAH TINNGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH TANJUNG PURA

T.A 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu!

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu tepat pada waktunya. Shalawat

serta salam juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, sang

manajer sejati Islam yang selalu becahaya dalam sejarah hingga saat ini.

Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima

kasih kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing penulis selama ini. Tentunya

makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat

bagi kita semua. Amiin Yaa Robbal „Aalamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu!

Tanjung Pura, 23 Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 6
A. Kearah Pemikiran Filsafat ............................................................................................................. 6
B. Definisi Filsafat............................................................................................................................. 8
C. Defenisi ilmu ................................................................................................................................ 9
D. Hubungan Antara Ilmu Dan Filsafat ............................................................................................ 10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak

pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran

yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun

setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus

mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini

bukanlah kebenaran yang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu

kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.

Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah

menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, semakin

menggiatkan manusia untuk terus mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan

teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji sesuatu teori baru atau

menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi

melakukan penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari setiap

permasalahan yang dihadapinya. Karena itu bersifat statis, tidak kaku, artinya ia

tidak akan berhenti pada satu titik, tapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu

manusia dalam memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunia.

Untuk itulah setiap manusia harus dapat berfikir filosofis dalam menghadapi

segala realitas kehidupan ini yang menjadkan filsafat harus dipelajari. Filsafat

merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal kebijaksanaan.

Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia, karena ia dapat

4
menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar pertimbangan

kemanusiaan yang tinggi (actus humanus), bukan asal bertindak sabagaimana yang

biasa dilakukan manusia (actus homoni). Kebijaksanaan tidaklah dapat dicapai

dengan jalan biasa, ia memerlukan langkah-langkah tertenu, khusus, istimewa.

Beberapa langkah menuju kea rah kebijaksanaan itu antara lain:

1. membiasakan diri

untuk bersikap kritis terhadap kepercayaan dan sikap yang selama ini sangat kita junjung

tinggi,

2. Berusaha untuk memadukan (sintesis) hasil bermacam-macam

sains dan pengalaman kemanusian, sehingga menjadi pandangan yang konsisten

tentang alam semesta beserta isinya,

3. mempelajari dan mencermati jalan pemikiran

para filsuf dan meletakkannya sebagai pisau analisis untuk memecahkan masalah

kehidupan yang berkembang dalam kehidupan konkrit, sejauh pemikiran itu memang

relevan dengan situasi yang kita hadapi,

4. menelusuri hikmah yang terkandung

dalam ajaran agama, sebab agama merupakan sumber kebijaksanaan hidup manusia. 1

1
http://repositori.uin-alauddin. ac. Kumpulan makalah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kearah Pemikiran Filsafat

Apakah Filsafat?
Individu yang berfilsafati diumpakan sebagai seseorang yang ingin mengetahui hakikat dirinya

dalam semesta.

Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seseorang yang

mempelajari ilmu tidak hanya mengenal ilmu dari sudut pandang ilmu itu sendiri melainkan

ingin mengetahui hakikat ilmu dengan konstelasi pengetahuan lainnya. Misalnya ingin

mengetahui kaitan ilmu dengan moral atau kaitan ilmu dengan agama.

Karakteristik berpikir filsafati yang kedua adalah sifat mendasar. Seorang yang berpikir filsafati

akan membongkar pemikirannya secara fundamental. Individu tidak percaya begitu saja bahwa

ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu dapat dikatakan benar? Bagaimana proses penilaian

berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apa kriteria itu sendiri benar? Lalu benar itu sendiri

apa?

Terkait dengan mencari kebenaran suatu ilmu, maka individu berspekulasi dan hal ini menjadi

ciri berfikir filsafati yang ketiga, yaitu spekulatif. Dengan hal ini maka akan timbul pertanyaan

terhadap filsafat, bukankan spekulasi merupakan suatu dasar yang tidak dapat diadakan? Seorang

filsuf akan menjawab memang benar demikian, tetapi hal ini tidak bisa dihindarkan. Hal yang

terpenting adalah bahwa dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, individu
6
dapat memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak dapat diandalkan.

Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.

Dari hal tersebut dapat disadari bahwa semua pengetahuaan saat ini berawal dari spekulasi. Dari

serangkaian spekulasi dapat dipilih pemikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal

dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria apa yang disebut benar maka tidak

mungkin pengetahuan dapat berkembang di atas kebenaran. Tanpa menetapakan apa yang

disebut baik atau buruk maka tidak mungkin berbicara mengenai moral. Demikan pula tanpa

wawasan apa yang disebut indah atau jelek tidak mungkin kita berbicara tentang kesenian.

Bidang telaah Filsafat

Apa yang sebenarnya ditelaah filsafat?. Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka filsafat

menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya

yang pionir, filsafat mempemasalahkan hal-hal yang pokok.

Pada tahap permulaan sekali, filsafat mempersoalkan hakikat manusia. Tahap ini dimulai dari

segenap pemikiran ahli-ahli filsafat sejak zaman dahulu hingga saat ini dan tidak kunjung selesai

memahami hakikat manusia. Setiap ilmu, utamanya ilmu-ilmu sosial memiliki asumsi tertentu

mengenai manusia.

Tahap kedua adalah pertanyaan yang berkisar tentang ada: tentang hakikat hidup dan eksistensi

manusia. Tahap ketiga, terkait dengan tugas utama filsafat, menurut Wittegenstein bukanlah

menghasilkan susunan pernyataan filsafati, melainkan menyatakan sebuah pernyataan sejelas

mungkin.

7
Cabang-Cabang Filsafat

Pokok bahasan yang dikaji filsafat meliputi tiga segi yaitu:

- Logika : apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika)

- Etika : mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika)

- Estetika : apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika)

- Metafisika : teori tentang ada (hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran serta

kaitan antara zat dan pikiran)

- Politik : kajian mengenai organisasi sosial/ pemerintah yang ideal (politik)

Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang

mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik diantara filsafat ilmu.

Cabang-Cabang filsafat tersebut antara lain : Epistemologi (filsafat pengetahuan), Etika ( filsafat

moral), Estetika (filsafat seni), Metafisika, Politik (filsafat pemerintahan), Filsafat agama,
2
Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah, dan Filsafat Matematika.

B. Definisi Filsafat
Secara etimologi filsafat berasal dari beberapa bahasa yaitu bahasa inggris dan yunani.

Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, sedangkan dalam bahaa Yunani filsafat

merupakan gabungan dari dua kata yaitu philein yang berarti cinta dan philos yang berarti

mencintai, menghormati,menikmati, dan Sophia dan sofeinyang artinya

kehikmatan,kebenaran,kebaikan,kebajika, aau kejernihan. Berdasarkan teori tersebut, berfilsafat

atau filsafat berate mencintai, menikmati kebajikan dan kebenaran. Hal ini sejalan dengan apa
2
https://www.researchgate.net/publication/pamikiran filsafat

8
yang diucapkan ahli filsafat yunani kuno, socretes, bahwa filosof adalah orang yang mencintai

atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi , filosof bukanlah orang yang bijaksana atau

berpengetahuan benar, melainkan orang yang sedang belajar mencari kebenaran atua

kebijaksanaan. Dalam bahasa Indonesia, fisafat berasal dari bahasa Arab filsafah, yang juga

berakar pada istilah yunani.

Pengertian filsafat juga dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi statis dan dari

segi yang dinamis. Dikatakan dinamis karena dimana pada akhirnaya orang harus mencari

kebijaksanaan itu dengan beraneka macam cara dan metode yang dimiliki oleh kemampuan yang

ada, dan dikatakan staris karena orang yang dapat mencukupkan diri atau meras cukup untuk

sekedar mencintai kebijaksaan itu dengan beraneka macam cara dan metode yang dimiliki dan

kemampuan yang ada, dikatakan statis karena dapat mencukupkan diri atau merasa cukup

sekedar mencintai kebijaksaan tersebut. Akan tetapi walupun demikian, secara terinci dan secara

khusus filsafat itu dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mencari kebenaran sesungguhnya

dari segala sesuatu yang ada dan mungkin mencari hakikat segala sesuaatu secara ringkas dapat

dikatakan sebagai usaha mencari kebenaran yang hakiki.

C. Defenis ilmu
Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda,

yaitumengandung lebih daripada satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai istilah tersebut

seseorangharus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari arti mana yang

dimaksud. Menurutcakupannya pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum

untuk menyebut segenappengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Jadi,

dalam arti yang pertama iniilmu mengacu pada ilmu seumumnya (science-in-general).Ilmu

9
adalah merupakan suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan informasiyang

didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui manusia. Itulah bedanya filsafat dengan

ilmu,karena ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan yang berupa informasi yang didalami

sehinggamenguasai pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu. Ilmu pengetahuan

merupakanrangkaian kata yang sangat berbeda namun memiliki kaitan yang sangat

kuat. Ilmu danpengetahuan memang terkadang sulit dibedakan oleh sebagian orang

karena memiliki maknayang berkaitan dan sangat berhubungan erat. Membicarakan

masalah ilmu pengetahuan dandefinisinya memang sebenarnya tidak semudah yang

diperkirakan. Adanya berbagai definisitentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat

menolong untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan itu

D. Hubungan Antara Ilmu Dan Filsafat


Filsafat berbicara tentang ilmu, begitlah Kattsof mengutarakan jalinan filsafat dengan

ilmu bahasa yang dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara mengnai ilmu dan bukannya

dadalamnya ilmu. Sementara sifullah memberikan kesimpulan umum bahwa dasaranya filsafat

tidak lain adalah hasil pemikiran manusia, hasil filsafat dan ilmu memiliki persamaan, dalam hal

bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan pikiran manusia, yaitu berfikir filosofis, sepekulatif,

empiris ilmiah. Perbedaan antara keduanya,terutama untuk filsafat menentukan tujuan hidup dan

ilmu menentukan saran untuk hidup. Karenanya, filsafat inilah kemudia disebut sebagai

induknya ilmu pengetahuan

Meskipun secara historis antar, ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu

kesatuan, namun dalam perkembangannya dialami divergensi, diman adominasi ilmu lebih kuat

mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan

keduanyan secara tepat sesuai dengan batasan wilayahnya masing-masing, bukan untuk

10
mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam kontes lebih

memahami khazanah intelektual manusia. Harold H. titus mengakui kesulitan untuk menyatakan

secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antar ilmu dan filsafat, karena terdapat persamaan

sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat , di samping di kalangan ilmuwan sendiri terhadap

perbedaan pandangan dalam hal sifat keterbatasan ilmu, demikian juga di kalangan filsuf

terdapat perbedaan panangan dalam hal sifat dan keterbatasab ilmu, demikian juga di kalangan

filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna tugas filsafat. Adapun persamaan

(lebih tepatnya persesuaian) antar ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan

berfikir selektif dalam upaya menghadapi atau memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan,

terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berfikiran terbuka serta

sangat konsen pada kebenaran, di samping perhatikannya pada pengetahuan yang terorganisasi

dan sistematis.

Sementara itu perbadaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan, dimana

ilmu mengkaji bidang yang terbats, ilmu lebib bersifat analitis dan deskritig dalam

pendekatannya, ilmu yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam

pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra

setra berupa untu menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sednagkan filsafat

berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan

mencangkup hal-hal umum dalan berbagai pengalaman manusia, filsafat lebih bersufat sintetis

dan kalaupun analitis maka analisanya memasuku dimensi kehidupan secara menyelurub dan

untun, filsafat lebuh tertarik pada pernyataan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan

masalah hubungan antara fakta khususnya skena masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji

hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni. Dengan

11
memperhatikan ungkapan atas Nampak bahwa filsafat menpunyai batsan yang lenih luas dan

menyeluruh ketimbang ilmu, ini berartu bahwa aoaya yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu,

maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau

dijadikan objek kajian filsafat ( filsafat ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai

kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berfikir reflektif dan sistematis, meski

dengan titik tekanan pendekatan yang berbeda.

Filsafat dan keseluruhan ilmu itu bertemu pada suatu titik itu adaklah semuanya ada dan

ynag mungkin ada, ynag disebut dengan objek material, akan tetapi ilmu filsafat tetap berbeda,

tidak sama, karena berbeda pada objek formanya. Objek forman ilmu adalah mencari sebab ynag

sedalam-dalamnya, sedangkan objek forma filsafat adalah mencari keterangan yang sedalam-

dalamnya, sedangkan objek forma filsafat adalah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya.

Ilmu pengetahuan, dengan metodenya sendiri mencoba berusaha mencari kebenaran tentang

alam beserata isinya dan termaksud dalamnya adalah manusia filsafat dengan watak sendiri, juga

berusaha mencari kebenaran,baik kebenaran tentang alam maupun tentang manusia (suatu yang

belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan, karena diluar atau diatas jangkauannya)

ataupun tentang tuhan, sang pencipta segalagalanya.

Filsafat mencoba mencari kebenaran dengan berusaha menjelajahi atau menziarahi akal-

budi secara radikaln( berfikir sampai ke akar-akarnya), mengakar’sistematis ( logis dengan

ururtan dan adanya saling berhubungan yang teratur) dan integral ( universal atau berfikit

mengenai keseluruhan) serta tdak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan

tangannya sendiri, yaitu logika. Ilmu pengetahuan menacari kebenaran dengan menggunakan

metode atau cara penyelidikan (riset) dan percobaan (eksperimen) atau sangan terkait dengan

tiga aspek,yaitu aspek hipotesis, aspek teori, dan aspek dalil hokum. Selanjutnya kebenaran ada

12
yang bersifat sepekulatif atau kebetulan saja adalah kebenaran ynag bersifat dugaan atau

perkiraan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, secara riset dan secara eksperimental.

Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran yang bersifat positif, bukan bersifat spekulasi

atau kebetulan saja, yaitu kebenaran yang masih berlaku hinnga saat ini yang dapat diuji, bail

kebenaran filsafat maupun kebenaran ilmu pengetahuan kedua-duanya nibsi atau relative, artinya

sifatnya sementara dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan perkembangan pemikiran

manusia, yang sangat bergantung pada situasi dan kondisi, termaksud perubahan alam.

Mengenai lapangan pembahasan ilmu filsafat lapangan ilmu pengetahuan

mempunyai daerah-daerah tertentu, yaitu alam dengan kejadiannya, sedangkan lapangan filsafat

asalah tentangbhakikat yang umum dan luas. Mengenai tujuannya, tujuan ilmu pengetahuan ialah

berusaha menenukan sifat-sifat dari kejadian alam yang didalamnya nuga terdapat manusia,

sedangkan filsafat bertujuan untuk mengetahui asal usul manusia, hubungan manusia dengan

alam semesta dan bagaimana akhirnya (hari kemudian). Mengenai cara pembahsannya, filsafat

dalam pembahasannya tidak mempergunakan percobaan-percobaan serta penyelidikannya

memperguanakan pikiran dan akal. Sedangkan ilmu pengetahuan dalam pembahsan

penyelidikannya mempergunakan pikiran dan akal. Sedangkan ilmu pengetahuan

dalampembahasan dan penyelidikannya mempergunakan panca indera dan percobaan-

percobaan.Mengenai kesimpulannya, ilmu pengetahuan dalam menentukan kesimpulan-

kesimpulannyadapat diterapkan dengan dalil-dalil yakin yang didasarkan pada

penglhatan dan percobaan-percobaan. Sebaliknya, filsafat dalm menentukan kesimpulan tidak

memberi keyakinan mutlak,sebagai kesimpulan selalu mengandung keraguan yang

mengakibatkan perbedaan-perbedaanpendapat di antara ahli-ahli filsafat, serta jauh dari

kepastian, kerja sama, serta keyakinan.Dengan demikian, ilmu mengkaji hal-hal yang

13
bersifat empiris dan dapat dibuktikan,filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-

masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmudan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan

Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat

dan jawabannya bersifat mutlak atau dogmatis.22

Menurut Sidi Gazalba, Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (risetdan

atau eksperimen) batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan

penelitian.Pengetahuan filsafat segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia

yang alami(bersifat alam) dan nisbi batasnya ialah batas alam namun demikian ia

juga mencobamemikirkan sesuatu yang di luar alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”.

Sementara itu OemarAmin Housin, mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita

pengetahuan, dan filsafatmemberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat

mempunyai wilayah kajian-kajian tersendiri.Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian)

antara ilmu dan filsafat adalah bahwakeduanya menggunakan berpikir reflektif dalam upaya

menghadapi atau memahami fakta-faktadunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut

baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis,berpikiran terbuka serta sangat konsen

pada kebenaran, di samping perhatiannya padapengetahuan yang terorganisir dan

sistematis. Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebihberkaitan dengan titik tekan,

dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifatanalitis dan deskriptif

dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen danklasifikasi data

pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut,

sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehinggalebih bersifat

inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia,filsafat lebih

bersifat sintetis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensikehidupan

14
secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa

danbagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan

skemamasalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu

denganklaim agama, moral serta seni. Dengan kata lain, filsafat mempunyai batasan yang lebih

luas danmenyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab

oleh ilmu,maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa

dipertanyakan ataudijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat

dan ilmu mempunyaikesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berpikir

reflektif dan sistematis, meskidengan titik tekan pendekatan yang berbeda. 3

3
https://www.researchgate.net/publication/hubungan_antara_filsafat-dengan ilmu

15
BAB III

PENUTUP
Sebagai penutup dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu

carayang digunakan untuk mengetahui kebenaran atau kebijakan tentag alam semesta dan

isinyamelalui pemikiran yang mendalam dan tidak terbatas terhadap suatu kajian atau

objek yangditeliti. Sedangkan ilmu adalah serangkaian pengetahuan yang sistematis, dapat diuji,

dan danhanya sampai pada tahap tahu yang diperoleh melalui beberapa proses untuk

mendapatkannya. Filsafat dan ilmu tidak dapat dipisahkan dalam suatu pembelajaran.

Filsafat dan ilmumerupakan suatu pengetahuan yang hampir sama. Keduanya memiliki

tujuan yang sama yaituuntuk mencari kebenaran, tetapi memilki metode-metode yang berbeda

dalam menemukan suatukebenaran tersebut. Ilmu membutuhkan pemikiran yang mendalam

agar bisa dipahami dengansangat baik. Maka dari itu filsafat dan ilmu sangat berhubungan

erat karena saling berkaitandalam menemukan kebenaran. Meskipun kebenaran keduanya

hanya sementara atau sewaktu-waktu dapat berubah dikarenakan perkembangan zaman

yang semakin maju dan perubahankondisi alam. Filsafat mencoba menjawab petanyaan-

pertanyaan yang tidak bisa dijawab olehilmu, maka dari itu bisang kajian filsafat lebih luas

daripada ilmu. Dalam mempelajari filsafat kita mendapatkan banyak manfaat yang salah satu

adalah bisamengembangkan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai rasa

keingintahuanyang dalam terhadap sesuatu yang dianggap baru. Filsafat juga bisa

membuat pemikiran-pemikran menjadi tidak terbatas pada satu objek kajian saja, tetapi pada

banyak objek lainnya. 4

4
http://repositori.uin-alauddin. ac. Kumpulan makalah

16
DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.uin-alauddin. ac. Kumpulan makalah

https://www.researchgate.net/publication/pamikiran filsafat

https://www.researchgate.net/publication/hubungan_antara_filsafat-dengan ilmu

17

Anda mungkin juga menyukai