Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BAPAK EKO WITANTO

DAN AGUS TRIONO DI RT 002/001 DUSUN 001/002 PEKON


SUMBERREJO KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN
PRINGSEWU LAMPUNG

Laporan Individu KK Binaan Praktik Kebidanan Komunitas

Disusun Oleh :
SEPTI MUTIARA
2019205202023

PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWULAMPUNG
TAHUN 2021/2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN KEBIDANAN KOMUNITAS PEKON SUMBERREJO


KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU LAMPUNG

Laporan Individu KK Binaan Praktik Kebidanan Komunitas Telah


Memenuhi Persyaratan dan Persetujuan
Tanggal ….. Januari 2022

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Sumi Anggraeni,M.Keb Vivi Indriyani, A.Md. Keb

Mengetahui
Ketua Prodi DIII Kebidanan
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Wahyu Widayanti, M.Keb

2
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN KEBIDANAN KOMUNITAS PEKON SUMBERREJO


KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU LAMPUNG

Laporan Individu KK Binaan Praktik Kebidanan Komunitas Telah


Memenuhi Persyaratan dan Persetujuan
Tanggal …… Januari - 2022

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing Akademik Kepala Keluarga

Sumi Anggraeni,M.Keb Agus Triono

Mengetahui
Ketua Prodi DIII Kebidanan
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Wahyu Widayati, M.Keb

3
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN KEBIDANAN KOMUNITAS PEKON SUMBERREJO


KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
LAMPUNG

Laporan Individu KK Binaan Praktik Kebidanan Komunitas Telah


Memenuhi Persyaratan dan Persetujuan
Tanggal …… Januari- 2022

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing Akademik Kepala Keluarga

Sumi Anggreini,M.Keb Eko Witanto

Mengetahui
Ketua Prodi DIII Kebidanan
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Wahyu Widayati, M.Keb

4
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Laporan Praktik Kebidanan Komunitas ini yang
dilaksanakan di Pekon Sumberrejo.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Atas
dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Elmi Nuryati, M.Epid , Selaku Dekan Universtas Muhammadiyah Pringsewu
Lampung
2. Wahyu Widayati, M.Keb , Selaku Ketua Prodi Kebidanan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu, Lampung.
3. Sumi Anggraeni, M.Keb , selaku Dosen Pembimbing Pada Praktik Kebidanan
Komunitas.
4. Bidan Vivi Indriyani, Amd. Keb, Selaku Bidan Desa Sumberrejo di Pekon
Sumberrejo.
5. Chintya Pusparini, S.ST.,M.Keb, Selaku ketua pelaksana Praktik Komunitas
6. Bapak Firli, Selaku Kepala Pekon Sumberrejo Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu Lampung dan Para Aparat Desa
7. Ayah M Sodri dan Ibu Dewi Maryani tercinta yang telah member dukungan
baik material maupun spiritual.
8. Semua teman – temanProdi DIII KebidananFakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Semoga laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya pada


pelaksanaan praktik Praktik Kebidanan Komunitasini pada semua pihak yang
telah membantu terealisasinya kegiatan ini, saya mengucapkan terima kasih.
Laporan ini dan pencapaian target masih banyak kurang nya. Oleh karna itu kritik
dan saran sangat saya harapkan.

Pringsewu, Januari 2022


Penyusun

Septi Mutiara
NIM : 2019205202023

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan Umum dan Khusus.................................................................2
C. Manfaat...............................................................................................2
D. Metode................................................................................................3
E. Langkah Kerja....................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Keluarga................................................................................4
B. Peran Bidan di Komunitas..................................................................10
C. Manajemen/Asuhan Kebidanan Komunitas.......................................15

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Genogram...........................................................................................37
B. Denah Rumah.....................................................................................38
C. Pengkajian S dan O.............................................................................
D. Assesment...........................................................................................39
E. Planning..............................................................................................39

BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Proses Penatalaksanan Asuhan Kebidanan Komunitas pada
Keluarga....................................................................................................45
B. Hambatan, Rintangan dan Evaluasi dalam Pelaksanaan Asuhan
Kebidanan Komunitas pada Keluarga.......................................................46

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................50
B. Saran...................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN

6
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SAP Hipotensi


Lampiran 2 SAP pentingnya tablet Fe
Lampiran 3 SAP Merokok
Lampiran 4 SAP dan Leaflat perilaku hidup sehat dan bersih
Lampiran 5 SAP dan Leaflat stunting
Lampiran 6 SAP Pap Smear
Lampiran 7 Lembar Konsul

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk
pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga
dimasyarakat. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau
kelanjutan dari pelayanan yang diberikan dirumah sakit dalam upaya
menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran.

Bidan komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek


dalam kehamilan dan persalinan karena tugasnya adalah bersama-sama
perempuan sebagai partner untuk menerima secara positif pengalaman proses
kehamilan dan persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat mengambil

7
keputusan atau pilihan secara individual berdasarkan informasi yang telah
diberikan Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko
tinggi dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. (Lusiana,
2017).

Dalam rangka mempersiapkan tenaga bidan yang terampil dan bermutu dalam
melaksanakan tugas seperti yang diharapkan, Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Fakultas Kesehatan memberikan kesempatan bagi mahasiswa
diploma kebidanan untk menerapkan pelayanan kebidanan dengan melakukan
praktik kebidanan komunitas yang dilakukan di desa Sumberrejo kecamatan
Pagelaran.Setiap individu diberikaan tugas untuk melakukan penyuluhan pada
KK Binaan.Dan satu KK Binaan minimal memiliki 3 masalah yang dikaji,
kemudian dilakukan penyuluhan.Setiap Individu wajib melakukan kunjungan
terhadap KK Binaan yang di ambil dalam waktu beberapa hari.

Setelah dilakukan Survey Mawas Diri (SMD) di rumah keluarga Bapak Eko
dan Bapak Agus ternyata banyak masalah yang muncul seperti Stunting,
Kurangnya Pengetahuan tentang pola asuh,. Sedangkan pada keluarga Bapak
Eko mengalami kehamilan dengan hipotensi, Kurangnya pengetahuan ibu
tentang pap smear dan PHBS.
Oleh sebab itu, Penulis tertarik untuk melakukan KK Binaan pada Keluarga
Bapak Agus dan Bapak Eko.

B. Tujuan Kegiatan
1) Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara nyata pelaksanaan kegiatan Asuhan
Kebidanan di masyarakat dengan menerapkan konsep problem solving
dalam pemecahan masalah yang terdapat di masyarakat.

8
2) Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan kegiatan Kebidanan Komunitas diharapkan
mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan seperti :
a. Hipotensi
b. Pentingnya tablet Fe
c. Merokok
d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
e. stunting
f. Pap Smear
g. Pola Asuh
C. Manfaat Kegiatan
1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dalam bidang kesehatan dan sebagai pengalaman
proses belajar mengajar khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat.

2. Bagi Institusi
Menambah khasanah keilmuan terutama bagi Universitas Muhammadiyah
sebagai institusi pendidikan.
3. Bagi KK Binaan
Memberikan informasi untuk mengubah perilaku kesehatan masyarakat.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan gambaran pada masyarakat khususnya Desa Sumberrejo
tentang keadaan kesehatannya.

D. Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam penulisan laporan study kasus ini adalah
deskriptif. Yaitu metode yang menggambarkan keadaan yang sebenar-
benarnya melalui pendekatan Asuhan Kebidanan mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi.

9
E. Langkah Kerja
Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : a.Survey Mawas Diri (SMD) : 04 – 05 Januari 2022
b. Pelaksanaan KK Binaan dan Implementasi KK
Binaan : 05 – 21 Januari2022
c.Pelaksanaan Evaluasi KK Binaan : 22- Januari –
2022

2. Lokasi
Kegiatan KK Binaan dilaksanakan di rumah Bapak Eko Witanto dan Agus
Triono Desa Sumberrejo Rt/Rw 002/001/001/002 Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu.

10
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan(friedman,
2010)

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan RI 2014)

Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan sekumpulan


orang yang tinggal dalam satu rumah yang terikat oleh ikatan perkawinan dan
mempunyai ikatan darah .
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga ada beberapa macam, diantaranya :

11
1)      Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalah keluarga
adalah dipihak ayah.
2)      Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasan dalam keluarga
adalah dipihak ibu.
3)      Equalitarian, yang memegang kekuasan dalam keluarga adalah ayah
dan ibu.
4)      Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
5)      Keluarga Kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluaraga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suatu atau istri.

3. Ciri-Ciri Keluarga
Ciri-ciri struktur keluarga menurut Anderson Carter :
1)      Terorganisasi
Adalah saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2)      Ada keterbatasan
Adalah setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3)      Ada perbedaan dan kekhususan
Adalah setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing-masing.

4. Bentuk-Bentuk Keluarga
1)   Nuclear Family (keluarga inti)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
2)   Extendet Family (Keluarga Besar)
Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara misalnya: nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3)    Serial Family (Keluarga Berantai)

12
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih
dari 2x dan merupakan satu keluarga inti.
4)    Single Family (Keluarga Duda atau Janda)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5)    Composite Family (Keluarga Berkomposisi)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami atau hidup bersama.
6)     Cahibitation Family (Keluarga habitas)
Adalah dua orang yang menjadi satu keluarga.

5. Peran Keluarga
Menurut Hartan dan Hunt peran keluarga terdiri dari sebagai berikut :
1)      Peran Ayah.
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anaknya berperan
mencari nafkah, pendidikan, perlindungan dan member rasa aman
sebagai kepala keluarga, sebagai kelompok masyarakat.
2)      Peran Ibu
Sebagai istri dan suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peran mengurus rumah tangga pengasuh anak-anaknya dan sebagai
satu kelompok dari peran sentral darianggota masyarakat dan pencari
nafkah
3)      Peran Anak
Anak melaksanakan perahan psikososial sesuai tingkat perkembangan
baik,fisik, mental, social , dan spiritual.

6. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga sehari-hari menurut Horton dan Hunt yaitu :
1) Fungsi pengaturan seksual
Yaitu keluarga merupakan wadah sah baik ditinjau dari agama
maupun maryarakat dalam pengetahuan dan pemuasan keinginan
seksual.
2) Fungsi Reproduksi

13
Yaitu keluarga berfungsi menghasilkan anggota baru sebagai penerus
keturunan.
3)     Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan
Yaitu memberikan perlindungan dan pemeliharaan terhadap stress.
4)     Fungsi Pendidikan
Yaitu keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama karena anak-anak mengenal pendidikan sejak lahir.
5) Fungsi Sosialisasi
Yaitu individu atau anggota keluargamempelajari kebiasaan ide-ide
nilai dan tingkah laku dalam masyarakat.Melalui lingkungan keluarga.
6)     Fungsi Toleran dan Efektif
Yaitu apabila rasa cinta kasih saying dalam keluarga dapat dirasakan
oleh semua anggota maka anggota keluarga akan merasakan
kesenangan kegembiraan dan ketentraman sehingga mereka akan
kerasan tinggal dirumah maka keluarga merupakan tempat rekreasi
bagi anggota keluarga.
7)     Fungsi Ekonomi.
Yaitu anggota keluarga sebagai penghasil ekonomi terutama orang tua
sedangkan anggota keluarga yang lain atau anak berfungsi sebagai
konsumen.
8)     Fungsi Status Sosial
Yaitu suatu dasar yang menunjukan kedudukan atau status bagi
anggota nya.

7. Tugas Keluarga
Pada dasarnya ada 8 tugas pokok dalam keluarga, yaitu :
1)         Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2)         Pemeliharaan sumber-sumbr daya yang ada pada keluarga.
3)         Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4)         Sosialisasi antar anggota keluarga.
5)         Pengaturan jumlah anggota keluarga.

14
6)         Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7)         Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas.
8)         Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

8. Tahap-Tahap Kehidupan Keluarga


Tahap tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
1)      Tahap pembentukan kelurga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam
membentuk rumah tangga.
2)      Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai
generasi penerus, melahirkan ank merupakan kebanggan bagi keluarga
yang merupakan saat-saat yang dinantikan.
3)      Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih
sayang kepada anak karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat
tergantung pada kedua orang tuanya dan kondisinya masih sangat
lemah.
4)      Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah
mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam
masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan
mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat stress terhadap
pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan
norma-norma kehidupan,norma-norma agama, norma-norma social
budaya dan sebagainya.
5)      Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak,
mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya.Membiasakan
anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan
meningkatkan pengetahuan umum anak.

15
6)      Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak
akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena
itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan.Komunikasi dan
saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan
dikembangkan.
7)      Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan
pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak
kemasyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam
tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.
8)      Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempu kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggalah suami istri berdua saja.dalam tahap ini kelurga akan merasa
sepi,dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan
depresi dan stress.
9)      Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua mempersiapkan
diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
9. Gambaran Keluarga Sehat
Pelayanan kebidanan komunitas diarahkan untuk mewujudkan keluarga
yang sehat dan sejahtera.Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian
upaya kesehatan keluarga.Keluarga sehat adalah kondisi yang mendorong
terwujudnya keluarga sejahtera (Syahlan, 1996).
Gambaran keluarga sehat dapat dikemukaan sebagai berikut :
1) Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental, maupun sosial.
2) Cepat meminta bantuan kepada tenaga kesehatan atau unit pelayanan
kesehatan bila timbul masalah kesehatan pada salah satu anggota
keluarga.
3) Di rumah tersedia kotak berisi obat-obatan sederhana untuk P3K.
4) Tinggal di rumah dan lingkungan yang sehat.
5) Selalu memperhatikan kesehatan keluarga dan masyarakat.

16
Seorang bidan yang bekerja di komunitas harus mengetahui data wilayah
kerjanya, data tersebut mencakup komposisis keluarga, keadaan sosial,
ekonomi, adat kebiasaan, kehidupan beragama, status kesehatan, serta
masalah ibu dan anak balita.Keberhasilan bidan yang bekerja di bidang
komunitas tergantung pada peningkatan kesehatan ibu dan anak balita di
wilayah kerjanya.Sasaran umum pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu
dan anak dalam keluarga.Menurut Undang-Undang No. 12 tentang
Kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan
anggota keluarga lainnya.
Didalam kesehatan keluarga, kesehatan istri mencakup kesehatan masa pra
kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan masa diluar masa kehamilan
(masa interval) serta persalinan.Upaya kesehatan ibu dan anak dilakukan
melalui peningkatan kesehatan anak di kandungan, masa bayi, masa balita,
dan masa pra sekolah (Syahlan, J.H., 1996).

B. Peran Bidan di Komunitas


1. Peran pelaksana asuhan/pelayanan kebidanan
Dalam peran ini mencakuptugas mandiri, kolaborasi/kerja sama, dan
rujukan.Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan
kebidanan kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana
pelayanan kebidanan.
1) melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar professional
a. menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
yang diberikan.
b. memberikan pelayanan pada wanita, bayi baru lahir, dan
keluarganya.
a) Mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan.
b) Membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan
laporan asuhan.
2) melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal dengan
komplikasi,patologis,dan risiko timggi dengan melibatkan
klien/keluarga:

17
a. mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi asuhan yang diberikan.
b. membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan
asuhan
3) melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal, komplikasi,
patologis, dan risiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga:
a. mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi asuhan yang diberikan.
b. membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan
asuhan.
4) melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal,
komplikasi,patologis, dan risiko tinggi dengan melibatkan
klien/keluarga:
a. mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi asuhan yang diberikan.
b. membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan
asuhan.
5) melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu pada saat masa nifas pada
menyusui dalam keadaan normal dan komplikasi dengan melibatkan
klien/keluarga:
a. mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi asuhan yang diberikan.
b. membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan
asuhan.
6) melaksanakan asuhan kesehatan pada bayi (>1 bulan -1 tahun) dan
anak (>1 tahun -5 tahun) dengan melibatkan klien/keluarga:
a. mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi asuhan yang diberikan.
b. membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan
asuhan.
7) melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan
gangguan reproduksi dengan melibatkan klien/keluarga:

18
a. mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi asuhan yang diberikan.
b. membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan
asuhan.
8) melaksanakan asuhan kebidanan komunitas dengan melibatkan
klien/keluarga:
a. mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi asuhan yang diberikan.
b. membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan
asuhan.
9) melaksanakan pelayanan keluarga berencana dengan melibatkan
klien/keluarga:
a. mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi asuhan yang diberikan.
b. membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan
asuhan.

2. Peran Pengelola Pelayanan KIA/KB


Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan
praktek mandiri.Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang
dilakukannya.Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan
kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan.
Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau
tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah
1) Mengelola dan mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat
terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus,
dan masyarakat di wilayah kerjanya dengan melibatkan klien/masyarakat
tugasnya:
a. bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan
kesehatan masyarakat terutama yang berhubungan dengan kesehatan
ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.

19
b. menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan
melibatkan klien / masyarakat.
c. mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan ibu dan anak, serta KB sesuai dengan rencana.
d. mengorganisasi, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau
petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program / kegiatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB.
e. mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan anak, serta KB termasuk pemanfaatan
sumber-sumber yang ada pada program dan sector lain.
f. menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat, dan
memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan sumber-sumber yang
ada.
g. mempertahankan, meningkatkan mutu, dan keamanan praktik
professional melalui pendidikan, pelatihan, dan kegiatan-kegiatan
dalam kelompok profesi.
2) Berpatisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan
program sector lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan
dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada di
wilayah bimbingannya atau wilayah kerjanya, tugasnya:
a. bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dan
memberikan asuhan kepada klien, dalam bentuk konsultasi, rujukan,
dan tindak lanjut.
b. Membina hubungan dengan dukun, kader kesehatan / PLKB dan
masyarakat.
c. Melaksanakan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader, dan petugas
lain.
d. Memberikan asuhan pada klien yang dirujuk dukun bayi.
e. Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat.

3) Peran Pendidik

20
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat.Sebagai
pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya
sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh
bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara
lain dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya
kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi
dan sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara
langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan
poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.
a) mengkaji, merencanakan, menyiapkan, melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan pendidikan, bimbingan/penyuluhan yang
diberikan
b) menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan
dan pendidikan
c) mendokumentasikan hasil kegiatan

4) Peran Investigator Dalam Asuhan Kebidanan


a) mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilaksanakan
b) menyusun rencana kerja
c) melaksanakan investigasi sesuai rencana
d) mengolah dan menginterpretasi data hasil investigasi
e) menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
f) memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan kerja atau pelayanan kesehatan
5) Peran Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,
perkembangan keluarga dan masyarakat.Secara sederhana bidan dapat
memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga
bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat
tentang permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan
segera melaksanakan tindakan.

21
6) Peran Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam
memecahkan permasalahan yang terjadi.  Bidan perlu menggerakkan
individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya
pemeliharaan kesehatan diri sendiri, 
7) Peran sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan
keluarga serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat
luas untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan.
(Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 8)

C. Manajemen/Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga


Identifikasi data merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan,
langkah yang merupakan kemampuan intelektual dalam mengidentifikasi
masalah klien, kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka identifikasi data
dasar meliputi pengumpulan data dan pengolahan.
a.    Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data mencari dan menggali data/fakta atau
informasi baik dari klien, keluarganya maupun tim kesehatan lainnya
atau data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada pencatatan
dokumen medik, hal yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi:
1)      Wawancara
Wawancara/anamnese adalah tanya jawab yang dilakukan antara
bidan dan klien, keluarga maupun tim medis lain dan data yang
dikumpulkan mencakup semua keluhan klien tentang masalah yang
dimiliki.
2)      Observasi dan pemeriksaan fisik
Pada saat observasi dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi. Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung kepala sampai ujung
kaki (head to toe).
a. Pengolahan data

22
Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan benar maka selanjutnya
dikelompokkan dalam :
1)      Data subyektif
Meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit,
riwayat menstruasi, riwayat persalinan, riwayat nifas dan laktasi
yang lalu, riwayat ginekologi, dan KB, latar belakang budaya,
pengetahuan dan dukungan keluarga serta keadaan psikososial.
2)      Data obyektif
Menyangkut keadaan umum, tinggi dan berat badan, tanda-tanda
vital dan keadaan fisik obstetri.

3)      Data penunjang


Meliputi hasil pemeriksaan laboratorium.
1. Merumuskan diagnosa/masalah actual
Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan
berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar.Dalam
menetapkan diagnosa bidan menggunakan pengetahuan profesional
sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang
ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan hidup klien.
3.      Merumuskan diagnose/masalah potensial
Bab ini mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin akan terjadi
pada klien jika tidak mendapatkan penanganan yang akurat, yang
dilakukan melalui pengamatan, observasi dan persiapan untuk segala
sesuatu yang mungkin terjadi bila tidak segera ditangani  dapat membawa
dampak yang lebih berbahaya sehingga mengancam kehidupan klien.
4.      Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan atau
dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita  gawat darurat yang
membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang
lebih ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan
tindakan emergency sesuai kewenangannya,kolaborasi maupun konsultasi
untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Pada bagian ini pula,bidan

23
mengevaluasi setiap keadaan klien untuk menentukan tindakan selanjutnya
yang diperoleh dari hasil kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Bila
klien dalam keadaan normal tidak perlu dilakukan apapun sampai tahap
kelima.
a. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada tahap
sebelumnya, juga mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan secara
komprehensif yang didasari atas rasional  tindakan yang relevan dan diakui
kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan asumsi
yang seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan.
b. Impelementasi
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan bekerja sama
dengan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap
tindakan langsung,konsultasi maupun kolaborasi,implementasi yang
efisien akan mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan
kualitas pelayanan pada klien.
c.Evaluasi
Langkah akhir manajemen kebidanan adalah evaluasi. Pada langkah
ini,bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan
yang diberikan kepada klien.

D. Konsep dasar penyakit


A. Kehamilan dengan Hipotensi
Menurut American Heart Association, tekanan darah dikatakan sehat atau
normal ketika menunjukkan angka di bawah 120/80 mmHG. Sementara
itu, dokter juga biasanya akan mendiagnosis seseorang mengalami tekanan
darah jika setelah pemeriksaan tekanan darah pengidap menunjukkan
angka 90/60 mmHG.

24
Gangguan hipotensi atau tekanan darah rendah bisa menyerang wanita
yang sedang dalam masa kehamilan.Hal ini terjadi karena pengaruh dari
hormon kehamilan. Hipotensi biasanya akan dialami pada usia kehamilan
trimester kedua dan akan hilang dengan sendirinya setelah melahirka.
Hipotensi ditandai dengan adanya gejala ringan seperti sakit kepala,
pusing, mata berkunang-kunang, dan badan menjadi lemas.Bahkan dalam
beberapa kasus, hipotensi dapat menyebabkan ibu hamil terjatuh saat
bangkit dari posisi duduk atau berbaring.

Penyebab Hipotensi saat Hamil


Perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan dapat memengaruhi
tekanan darah wanita. Apabila kamu sedang hamil, kebutuhan pasokan
darah menjadi meningkat, karena janin juga harus dialiri darah. Nah, hal
ini yang menimbulkan tensi rendah saat hamil.
Alasan itu lah yang menjadi penyebab utama tekanan darah atau hipotensi
pada sebagian besar wanita hamil. Namun, ada juga penyebab lain,
termasuk memiliki anak kembar, riwayat medis hipotensi, atau penyakit
medis seperti dehidrasi, penyakit jantung tertentu, dan anemia.
Selain itu, faktor-faktor seperti kekurangan vitamin B12 atau asam folat,
serta berbaring di tempat tidur untuk jangka waktu yang lama juga dapat
menyebabkan tekanan darah rendah. Bahkan, penggunaan epidural juga
sering kali menyebabkan penurunan tekanan darah saat hamil.
Selama kehamilan, tekanan darah normal adalah tanda kesehatan ibu dan
janin
Dampak Tekanan Darah Rendah Selama Hamil
Tekanan darah yang sangat rendah dapat memicu kegagalan organ
atau syok pada ibu hamil.Sementara itu, efek pada janin adalah rendahnya
berat badan lahir.
Cara mengatasi darah rendah pada ibu hamil
 Hindari perubahan posisi mendadak dari duduk atau berbaring
 Usahakan tidak berdiri dalam waktu yang lama
 Istirahat yang cukup

25
 Makan sedikit namun sering sepanjang hari
 Usahakan untuk tidak mandi air hangat
 Minum lebih banyak air, terutama bila mengalami muntah
 Gunakan pakaian yang longgar
 Konsumsi suplemen untuk mencegah timbulnya tekanan darah rendah
B. Merokok
Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa
dihindari bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap
rokok.Rokok merupakan salah satu bahan adiktif artinya dapat
menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya.Sifat adiktif rokok berasal
dari nikotin yang dikandungnya. Setelah seseorang menghirup asap rokok,
dalam 7 detik nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010).
Bahaya Merokok bagi Kesehatan
Kandungan zat kimia yang terdapat dalam rokok sangat berbahaya bagi
kesehatan Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Ada beberapa bahaya
merokok bagi kesehatan, di antaranya:.
1. Gangguan kardiovaskular
Orang yang sering merokok, baik merokok secara aktif atau hanya
menghirup asap rokok dari orang sekitarnya, berisiko lebih tinggi terkena
penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke.Risiko ini
bisa semakin meningkat pada perokok yang jarang berolahraga, kurang
menjaga pola makan, dan sering stres.
2. Kerusakan otak
Merokok dapat mengganggu perkembangan dan fungsi otak, baik pada
anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Selain itu, merokok juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit pada otak, seperti
stroke, aneurisma otak, dan pikun atau demensia.
3. Penyakit mulut dan tenggorokan
Bau mulut, gigi bernoda, dan penyakit gusi merupakan efek yang kerap
timbul akibat merokok. Tak hanya itu, merokok juga bisa menimbulkan

26
masalah serius lain, seperti kanker pada mulut, bibir, lidah, dan
tenggorokan.
4. Penyakit paru-paru
Salah satu efek paling berbahaya akibat merokok adalah kanker paru-paru.
Bahan-bahan kimia pada rokok berpotensi merusak sel paru-paru yang
kemudian bisa berubah menjadi sel kanker.
Selain itu, merokok juga bisa menyebabkan terjadinya berbagai penyakit
pada paru-paru, seperti bronkitis, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
dan emfisema.
5. Penyakit lambung
Merokok bisa melemahkan otot yang mengontrol bagian bawah
kerongkongan, sehingga memungkinkan asam lambung naik ke
kerongkongan. Kondisi ini dikenal dengan penyakit asam lambung atau
GERD.
Beberapa risiko penyakit lambung lainnya yang dapat terjadi pada seorang
perokok adalah ulkus atau tukak lambung dan kanker lambung.
6. Tulang keropos atau rapuh
Racun pada rokok bisa menimbulkan kerapuhan pada tulang. Oleh karena
itu, perokok lebih berisiko mengalami tulang rapuh atau osteoporosis.
Riset pun menyebutkan bahwa wanita yang merokok lebih rentan
mengalami osteoporosis daripada wanita yang tidak merokok.
7. Penuaan dini
Tanda-tanda penuaan dini, seperti kerutan di sekitar mata dan mulut,
berisiko muncul lebih awal pada perokok aktif. Hal ini karena kurangnya
asupan oksigen ke kulit, sehingga orang yang merokok akan terlihat lebih
tua daripada orang yang tidak merokok.
Cara Menghentikan Merokok dan Cara Menghindarinya
Agar terhindar dari kebiasaan merokok, maka sepatutnya kita
menanamkan keyakinan yang kuat bahwa kebiasaan merokok tidak akan
pernah menguntungkan diri sendiri dan orang lain. Kita harus terbiasa
untuk bersikap asertif, untuk tetap mengatakan tidak pada rokok. Apabila

27
telah mampu kita terapkan, maka teman sebaya atau kelompok kita bisa
dijadikan kader pendidik sebaya.
 Bagi para perokok, khususnya remaja, untuk berhenti dari kebiasaan
merokok bukanlah suatu hal yang mustahil. Apabila remaja meninggalkan
kebiasaan merokok hari ini, maka badan akan terbebas dari nikotin dalam
masa 8 jam. Setelah satu minggu efek dari kebiasaan merokok tersebut
akan hilang. Lama-kelamaan, tubuh akan memperbaiki kerusakannya
akibat tembakau dan bahan kimia lain yang pada rokok. Menghentikan
kebiasaan merokok, bisa tetap dilakukan, antara lain dengan cara sebagai
berikut.
 Berhenti secara mendadak
Tidak ada suatu cara terbaik bagi perokok untuk berhenti merokok, karena
pengaruhnya terhadap setiap perokok adalah berbeda. Namun, hanya ada
satu hal yang sama diantara mantan perokok yang berhasil, yaitu mereka
semua memang berkeinginan untuk berhenti merokok. Sebagaian besar,
perokok memilih cara ini untuk menghentikan kebiasaannya. Cara ini bisa
dipilih sebagai salah satu alternatif.
 Cara menunda secara perlahan
tanpa rokok. Atau anda bisa menunda untuk menyalakan batang rokok
dalam beberapa menit Cara ini mengajak anda menunda masa menghisap
batang rokok yang pertama sehingga anda tetap dapat bertahan, sampai
anda bisa bertahan sepenuhnya setiap kali anda ingin merokok.
 Cara mengurangi
Cara ini dilakukan dengan mengurangi jumlah batang rokok yang anda
hisap setiap merokok. Dalam satu hari, setiap kali merokok, bisa dikurangi
jumlah rokok yang anda hisap, mulai dari hitungan satu batang, dua
batang, hingga separuh dari jatah rokok anda setiap harinya, atau bahkan
mengurangi sepenuhnya.
 Tidak mengikuti kebiasaan perokok
Pada umumnya, merokok identik dengan minum kopi ataupun minuman
keras. Apabila seseorang mengkonsumsi kopi ataupun minuman
beralkohol, maka biasanya dilengkapi dengan sebatang atau sebungkus

28
rokok. Dengan mengurangi atau sama sekali tidak mengkonsumsi kopi
atau minuman beralkohol secara berlebihan, maka keinginan untuk
merokok bisa dikurangi.
 Terapi penggantian nikotin
Terapi ini memanfaatkan koyo atau tempelan nikotin yang bisa menembus
kulit ke dalam tubuh dan bisa mengurangi efek adiksi (ketagihan) akibat
merokok. Cara ini bisa ditempuh tanpa anda harus berhenti secara
mendadak. Cara ini juga menolong anda untuk menghadapi kebiasaan
merokok serta ketergantungan psikologis. Konsultasikan dengan dokter
anda untuk keterangan lebih lanjut.
 
C. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh
dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak
lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan
memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan
makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita
stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang
ditetapkan WHO (20%). Tahun 2015 Indonesia tertinggi ke-2 dibawah
Laos untuk jumlah anak stunting. Indonesia merupakan negara nomor
empat dengan angka stunting tertinggi di dunia. Lebih kurang sebanyak 9
juta atau 37 persen balita Indonesia mengalami stunting (kerdil).
Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek
antara lain status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan
kalori, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan
angka kejadian infeksi di awal kehidupan seorang anak. Selain faktor
lingkungan, juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal.
Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek disebabkan oleh malnutrisi.
Jika gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki
efek jangka pendek dan efek jang ka panjang. Gejala stunting jangka
pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan,

29
perkembangan otak yang tidak maksimal yang dapat mempengaruhi
kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang
buruk. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan
toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Penyebab stunting pada balita
1. Rendah nya berat badan bayi ketika lahir
Berat janin mencerminkan hasil perkembangan dalam kandungan pada
kecukupan nutrisinya saat dilahirkan.Bayi dikatakan memiliki berat lahir
rendah atau BBLR apabila memiliki berat badan kurang dari 2500 gr (2,5
kg) atau di bawah 1,5 kg.Dengan kondisi bayi yang memiliki berat lahir
rendah, kemungkinan akan mengalami masalah kesehatan dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi stunting.Salah satu faktor yang
memengaruhi berat badan rendah pada bayi ialah status gizi buruk pada
sang ibu sebelum maupun selama kehamilan.Selain itu, postur tubuh ibu
hamil yang pendek di bawah rata-rata (maternal stunting) juga bisa
membuat pertumbuhan janin di dalam kandungan jadi terhambat dan terus
berlanjut sampai kelahiran.
2. Kurangnya kebersihan lingkungan yang menyebabkan anak terkontaminasi
bakteri
Ada kemungkinan besar bahwa ada hubungan antara pertumbuhan linier
anak-anak dengan praktik sanitasi rumah tangga.Anak-anak
yang terkontaminasi bakteri karena kurangnya kebersihan di lingkungan
rumah bisa mengarah ke infeksi usus. Hal inilah yang juga memengaruhi
status gizi mereka.Bahkan anak yang sering mengalami penyakit berulang
seperti diare dan infeksi cacing usus (helminthiasis) akibat paparan
lingkungan kotor juga dapat dikaitkan dengan stunting.Pasalnya, kondisi
ini berpengaruh besar pada penurunan kemampuan sistem pencernaan dan
kekebalan sebagai penangkal organisme penyebab penyakit. Akibatnya,
nutrisi sang anak tidak diserap dengan sempurna.Sementara memelihara
kebiasaan yang sehat di rumah seperti mencuci tangan dengan sabun
antiseptik dan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan
cara terbaik untuk mencegah stunting.

30
3. Janin kekurangan asupan makanan bernutrisi di masa kehamilan
Sebenarnya sejak bayi di dalam kandungan, ia harus tercukupi
kebutuhan gizinya sampai dilahirkan dan tumbuh besar.Jika ibu
hamil kurang mengonsumsi makanan bernutrisi seperti asam folat, protein,
kalsium, zat besi dan omega-3 maka bisa melahirkan anak dengan kondisi
kurang gizi.Pasalnya, stunting adalah kejadian yang tak dapat
dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi gangguan pertumbuhan
pada sang anak karena kekurangan gizi sejak ia di dalam kandungan.
4. Melewatkan imunisasi bisa mengalami infeksi berulang pada anak
Stunting sendiri bisa diartikan sebagai pertumbuhan yang terhambat akibat
gizi buruk maupun terjadinya infeksi berulang.Sedangkan manfaat
imunisasi adalah untuk menstimulasi sistem imun dalam membentuk
antibodi yang dapat mengurangi anak dari resiko infeksi.Di mana
peran imunisasi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian
stunting. Apabila sedari kecil mereka melewatkan jadwal imunisasi,
maka ketika anak terkena penyakit ia pun mengalami perubahan seperti
tidak nafsu makan.Ketika kebutuhan zat gizi anak tidak terpenuhi dengan
baik, kemungkinan besar akan menghambat pertumbuhan dan
kecerdasannya yang mengakibatkan stunting.
5. Tidak mendapatkan ASI eksklusif menyebabkan malnutrisi pada anak
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama akan memberikan
perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal dan berkaitan dengan
stunting. Infeksi tersebut dapat menyebabkan malnutrisi yang parah.
Malnutrisi merupakan kondisi di mana tubuh tidak menerima asupan gizi
yang cukup.
Sementara, jika sang anak tidak mendapatkan ASI sejak dilahirkan, ia
akan kekurangan gizi maupun sistem kekebalan dan pada akhirnya
menyebabkan stunting.
Sedangkan ASI merupakan asupan nutrisi dan sumber protein berkualitas
baik 

31
Agar anak tidak mengalami stunting, Mama bisa mencegahnya sejak awal
kehamilan. Memperbaiki pola makan dan mencukupi kebutuhan gizi
selama kehamilan adalah langkah yang tepat.
Ciri ciri balita stanting
 Keterlambatan pertumbuhan
 Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
 Tanda pubertas terlambat
 Anak menjadi pendiam, sulit melakukan eye contact saat usia 8-10 tahun
 Wajah tampak lebih muda dari usianya
 Mudah mengalami penyakit infeksi
Dampak yang terjadi pada stunting
1) Gangguan kognitif
Stunting dapat menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan
otakStudi menemukan bahwa anak dengan kondisi stunting memiliki
kemampuan kognitif rendah dan performanya di sekolah juga menjadi
lebih buruk.Dampak stunting anak sering dihubungkan dengan kecerdasan
yang lebih rendah pada usia sekolah. Terlihat dengan jelas bahwa stunting
tidak semata memengaruhi tampilan fisik, melainkan juga aspek
intelektual sang anak.
2) Kesulitan belajar
Selain kemampuan kognitifnya menurun, stunting turut berdampak kepada
tingkat fokus anak. Stunting dapat mengakibatkan gangguan pemusatan
konsentrasi yang membuat anak lebih sulit belajar.
Penelitian juga menunjukkan, anak yang berperawakan pendek memiliki
fokus dan tingkat konsentrasi yang lebih rendah sehingga bisa
memengaruhi prestasinya di sekolah. 
3) Rentan mengalami peyakit tidak menular
Anak yang mengalami stunting lebih rentan mengalami penyakit tidak
menular saat ia dewasa nanti. Penyakit tidak menular tersebut bisa berupa
obesitas, penyakit jantung, dan hipertensi.

32
Hubungan antara dampak stunting dan penyakit tidak menular terus
diteliti. Selain berisiko mengidap penyakit tidak menular di kemudian hari,
anak stunting juga dapat memiliki sistem imunitas tubuh yang lebih rendah
4) Kepercayaan diri menurun
Dampak jangka pendek stunting bisa berupa gangguan pertumbuhan
tubuh, gangguan metabolisme, gangguan perkembangan otak, hingga
memengaruhi kecerdasan anak. 
Tidak sampai disitu, ada sebuah studi yang menghubungkan antara anak
bertubuh pendek dengan pendapatan yang lebih rendah saat ia dewasa.
Disebutkan bahwa kondisi stunting berisiko menyebabkan sang anak
mengalami kemiskinan di kemudian hari.
Pencegahan stunting
a) Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada
anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga
kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu
yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi
maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang
menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau bidan.
b) Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada
anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu
disarankan untuk tetap memberikan ASIX selama enam bulan kepada sang
buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun
dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang
rentan.
c) Dampingi ASI dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang

33
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan.
Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk
tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
d) Terus memantau tumbuh kembang anak
Tidak sulit mengenali anak yang mengalami stunting.Dari segi fisik,
mereka biasanya mempunyai postur tubuh lebih pendek dibandingkan
anak-anak seusianya.Jadi, penting bagi ibu untuk terus memantau tumbuh
kembang mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak.Bawa si Kecil
secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu,
akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan
penanganannya.
e) Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit,
terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang
secara tak langsung meningkatkan peluang stunting.Studi yang dilakukan
di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang
menyebabkan gangguan kesehatan tersebut.

D. Pola Asuh Anak


Pola asuh anak adalah suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan
serta mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan
intelektual seorang anak sejak bayi hingga dewasa. Hal ini menjadi
tanggungjawab orangtua sebab orangtua merupakan guru pertama untuk
anak dalam mempelajari banyak hal, baik secara akademik maupun
kehidupan secara umum.buhan otak dan gangguan pertumbuhan
intelegensia.
Pemberian makanan bergizi mutlak dianjurkan untuk anak melalui peran
ibu atau pengasuhnya.Waktu yang dipergunakan ibu rumah tangga untuk
mengasuh anak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
status gizi batita.

34
Menurut Enggle tahun 1997, pola asuh terhadap anak merupakan salah
satu faktor penting terjadinya gangguan status gizi.Yang termasuk pola
asuh adalah pemberian ASI, penyediaan dan pemberian makanan pada
anak, dan memberikan rasa aman kepada anak.
Berdasarkan bagan UNICEF (1998) tentang faktor – faktor yang
menyebabkan timbulnya kurang gizi secara langsung adalah makanan
yang tidak seimbang dan penyakit infeksi, sedangkan faktor penyebab
tidak langsung adalah tidak cukup persediaan pangan, pola asuh anak tidak
memadai, sanitasi dan air bersih / pelayanan kesehatan dasar tidak
memadai. Anak balita yang mendapatkan kualitas pengasuhan yang lebih
baik besar kemungkinan akan memiliki angka kesakitan yang rendah dan
status gizi yang relatif lebih baik.
Selanjutnya menurut Widayani, dkk tahun 2001, ada hubungan yang
sangat kuat antara pola asuh dengan status gizi batita. Menurut Satoto
dalam Harsiki, T, tahun 2002 faktor yang cukup dominan yang
menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang ialah perilaku yang kurang
benar dikalangan masyarakat dalam memilihdan memberikan makanan
kepada anggota keluarganya, terutama pada anak – anak. Memberikan
makanan dan perawatan anak yang benar mencapai status gizi yang baik
melalui pola asuh yang dilakukan ibu kepada anaknya akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Selanjutnya Engle tahun 1997 mengatakan bahwa praktek pengasuhan
ditingkat rumah tangga adalah memberikan perawatan kepada anak dengan
pemberian makanan dan kesehatan melalui sumbersumber yang ada untuk
kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangan.Perawatan
anak sampai tiga tahun merupakan periode yang paling penting bagi anak-
anak.Seorang anak perlu mendapatkan perawatan dan pengasuhan yang
tepat dalam masa tiga tahun pertama karena masa tersebut merupakan
masa yang kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk
mencapai tingkat perkembangan otak yang maksimal maka dibutuhan
berbagai macam nutrisi sejak bayi tersebut dalam kandungan dan harus
berlanjut minimal sampai ia berusia 3 tahun

35
a. Macam Macam Pola asuh

Pola Asuh Permisif


Pola asuh anak jenis ini memberikan kebebasan pada anak untuk
menyatakan dorongan atau keinginannya.Pola asuh ini enggak
memberikan batasan yang tegas pada anak. Biasanya orangtua akan
mengikuti apapun yang anak inginkan sehingga ia cenderung enggak
memiliki keteraturan dan kemampuan untuk meregulasi diri.
Dampak pola asuh permisif akan membawa pengaruh atas sifat-sifat
anak, seperti:
 Suka memberontak.
 Prestasinya rendah.
 Suka mendominasi.
 Kurang memiliki rasa kepercayaan diri.
 Kurang bisa mengendalikan diri.
 Tidak jelas arah hidupnya.
Pola Asuh Otoriter
Pola asuh anak jenis ini enggak memberikan ruang diskusi pada
anak.Sederhananya, peraturan dibuat untuk mengontrol anak.Enggak cuma
itu, orangtua yang menerapkan pola asuh ini sering kali terbilang keras
dengan alasan mendidik.Mereka cenderung memberikan kontrol yang
sangat kuat pada perilaku anak.Singkatnya, anak harus patuh, dan kalau
melanggar maka enggak jarang konsekuensinya adalah hukuman, bahkan
hukuman fisik.   
Dampak pola asuh otoriter akan membawa pengaruh atas sifat-sifat anak,
seperti:
 Tidak mempunyai kekuatan memilih.
 Tidak bisa mengambil keputusan sendiri.
 Takut salah.
 Tidak mempunyai kekuatan untuk mengatakan tidak.
 Takut mengemukakan pendapat.

36
 Kurangnya motivasi internal.
Pola Asuh Autoritatif
Pola asuh ini memberikan batasan perilaku yang jelas dan konsisten.Selain
itu, pola asuh autoritatif enggak menggunakan kekerasan dalam mengasuh
anak. Di sini, orangtua akan mendorong adanya diskusi dengan anak.
Dampak pola asuh autoritatif pada anak:
 Memiliki keterampilan sosial yang baik.
 Terampil menyelesaikan permasalahan.
 Mudah bekerjasama dengan orang lain-lain.
 Lebih peracaya diri.
 Tampak lebih kreatif.

E. PHBS
Pengertian
Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
masyakat.Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan
bentuk perwujudan paradigma sehat, utamanya pada aspek budaya
perorangan, keluarga dan masyarakat. Program Perilaku Hidup.Perilaku
Bersih dan Sehat (PHBS) adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan,
kelompok atau masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan,
menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam pembangunan
kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya.
(Muttaqin, 2009)

Pelaksanaan PHBS
Pelaksanaan PHBS dapat dilakukan di setiap kegiatan seperti : rumah
tangga, sekolah, tempat- tempat kerja (Institusi/ sarana kesehatan), tempat-
tempat umum, organisasi kemasyarakatan dan lain- lain. (Muttaqin, 2009).

Indikator PHBS

37
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Persalinan yang ditolong oleh tenaga medis (Bidan, dokter, dan tenaga
para medis lainnya).
2) Memberi bayi ASI eksklusif
Memberikan bayi ASI saja dari usia 0 bulan sampai 6 bulan.
3) Menimbang Bayi dan Balita Setiap Bulan
Penimbangan bayi dan balita setiap bulan ditujukan untuk memantau
pertumbuhannya setiap bulan.
4) Menggunakan air bersih
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar ¾ bagian tubuh kita adalah air. Air dipergunakan untuk memasak,
mencuci, memandi, membersihkan kotoran sekitar rumah, keperluan
industri, pertania, dan transportasi.
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Tangan merupakan alat tubuh yang melakukan segala kegiatan.
Perpindahan bakteri masuk kedalam tubuh melalui tangan yang kotor
sangat berbahaya bagi kesehatan. Menjaga kebersihan tangan dengan cara
memotong kuku dan mencuci tangan dengn sabun dan air mengalir adalah
hal yang penting.
6) Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang memounyai fasilitas oembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau langsung pada kolam atau penampungan.
7) Memberantas Jentik nyamuk di rumah
Memberantas jentik nyamuk di rumah bisa dilakukan dengan cara
menguras bak mandi minimal 2x setiap minggu mengubur barang- barang
bekas, menutup penampungan air, tidak menggantung pakaian dan
menggunakan bubuk abate.
8) Makan buah dan sayur setiap hari
Setiapa anggota keluarga mengkonsumsi 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran
atau sebaliknya. Makan buah dan sayur setiap hari sangat penting untuk

38
memenuhi kebutuhan vitamin, mineral serta serat untuk kesehatan
pencernaan.
9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Untuk menjaga kesehatan yang mencegah terjadinya penyakit jantung di
anjurkan berolahraga minimal 15 menit dalam sehari.
10) Tidak merokok di dalam rumah
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok
ibarat pabrik bahan kimia yang berbahaya. Dalam satu batang rokok akan
dikeluarkan 4000 bahan kimia, berbahaya, diantaranya yang paling
berbahaya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida (Muttaqin, 2009).

Budaya atau perilaku hidup bersih dan sehat menjadi integral dari
kehidupan kita. PHBS harus tertanam sejak kecil sehingga mereka terbiasa
untuk melakukan kebiasaan baik hingga dewasa. Kesehatan adalah
investasi masa kini dan masa depan. (Muttaqin, 2009)
F. PAP SMEAR
Pengertian Pap Smear
Pap smear adalah pemeriksaan sel – sel pada servik uteri untuk
mengetahui apakah ada perubahan abnormal yang bersifat prakanker.Umur
penderita kanker leher rahim antara 30 – 60 tahun, terbanyak antara 45 –
50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif
memakan waktu sekitar 10 tahun. Dalam kurun aktu yang selama itu,
mungkin saja seorang penderita tidak akan merasakan nyeri pada alat
genitalnya, karena memang sel – sel pada leher rahim tidak terdapat sensor
nyeri.
Tujuan Pap Smear
Tujuan dilakukan pap smear adalah untuk mendeteksi secara dini
perubahan – perubahan sel pada servik uteri, apakah normal atau tidak.
Sehingga apabila ditemukan sel pra kanker dapat diupayakan pengobatan
yang optimal.
Syarat dilakukan Pap Smear

39
a. Tidak boleh sedang haid atau ada perdarahan. Jika ingin melakukan pap
smear sebaiknya tiga hari sesudah haid selesai.
b. Tidak boleh berhubungan seksual walaupun menggunakan kondom
sekalipun, minimal tiga hari terhitung 3×24 jam.
c. Tidak boleh memakai douch, cairan pembersih vagina, sabun sirih atau
antiseptik sejenisnya yang dimasukkan ke dalam vagina (bila sekadar
untuk membersihkan daerah bagian luar vagina atau untuk cebok
diperbolehkan).
d. Tidak sedang hamil. Jika hendak pap smear sebaiknya dilakukan dua atau
tiga bulan setelah melahirkan. Pada masa ini, umumnya darah nifas atau
cairan pada masa nifas sudah tidak ada. Ibu juga lebih siap untuk
melakukan pemeriksaan dalam.
Kelompok Usia dan Rentan Waktu dilalukan Pap Smear
a. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau
belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
b. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau
pernah menderita infeksi HPV (Human Papilloma Virus) atau kutil
kelamin.
c. Setiap tahun untuk wanita yang berumur diatas 35 tahun.
d. Setiap tahun untuk wanita yang mengunakan pil KB.
e. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun atau untuk
wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker, jika 3 kali
berturut-turut hasil pap smear menunjukan negative.
f. Setahun sekali bagi wanita yang berumur 40-60 tahun.
g. Sesudah 2x pap tes hasilnya negative dengan interval 3 tahun dengan
catatan bahwa wanita yang resiko tinggi harus lebih sering menjalakan pap
tes .
h. Sering mungkin jika hasil pap smear menunjukan abnormal sesering
mungkin setelah penilain dan pengobatan prakanker maupun kanker
serviks.
Prosedur pemeriksaan Pap Smear

40
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa
menstruasi.Waktu terbaik untuk melakukan skrining adalah antara 10-20
hari setelah hari pertama masa menstruasi.Selama kira-kira dua hari
sebelum pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari penggunaan
pembersih vagina, karena bahan-bahan ibi dapat menghilangkan atau
menyembunyikan sel-sel abnormal.
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan diatas kursi periksa kandungan oleh
dokter atau bidan yang sudah ahli dengan menggunakan alat untuk
mambantu membuka kelamin wanita.Ujung leher rahim diusap dengan
spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher
rahim.  Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya dibawah
mikroskop.
Hasil pemeriksaan Pap Smear biasanya keluar setelah dua atau tiga
minggu. Pada akhir pemeriksaan Pap Smear, setiap wanita hendaknya
menanyakan kapan dia bias menerima hasil pemeriksaan Pap Smearnya
dan apa yang harus dipelajari darinya.
Pap Smear hanyalah sebatas skirining, bukan diagnosis adanya kanker
servik. Jadi apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel
abnormal, maka harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan
pengobatan oleh dokter ahli.Pemeriksaan tersebut berupa kolposkopi yaitu
pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan
untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks
yang abnormal. Dengan kolposkopi, akan tampak jelas lesi-lesi pada
permukaan serviks. Setelah itu, dilakukan biopsy pada lesi-lesi tersebut
(wijaya, 2010).

Cara Melakukan Pap Smear


Adapun langkah – langkah dalam melakukan pap smear adalah:
a. Spekulum dipasang dalam vagina
b. Spatula Ayre yang dimodifikasi dengan cytobrush dimasukkan ke dalam
leher rahim, kemudian diputar 180° searah jarum jam
c. Usaplah sekret yang didapat pada obyek glass

41
d. Sediaan difiksasi dalan alkohol 95% selama 30 menit
e. Kirim sampel ke laboratorium sitologi.
G. TABLET FE
Pengertian tablet Fe
Tablet Fe adalah suplemenyangmengandungzat besi. Zat besi adalah
mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(Hemoglobin) Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen
untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot),
kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan
penyambung), serta enzim.
Tujuan pemberian tablet Fe.
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memperbaiki status zat besi ibu,
yang masih belum tercukupi dari makanan sehari-hari.
Manfaat tablet Fe bagi ibu hamil
Tablet besi selama kehamilan sangat penting karena dapat membantu
proses pembentukan sel darah merah sehingga dapat mencegah terjadinya
anemia/ penyakit kekurangan darah. Kekurangan zat besi (anemian
defisiensi zat besi) selama hamil dapat berdampak tidak baik bagi ibu
maupun janin. Perdarahan
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KELUARGA BINAAN PRAKTIK KEBIDANAN
KOMUNITAS PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
Nama KK : Tn. E Nama Pewawancara : Septi Mutiara
Kelurahan :Sumberrejo Tanggal : 06 Januari 2022
Kecamatan : Pagelaran
Responden : Ny. S
A. GENOGRAM
Genogram keluarga bapak Eko

42
Keterangan : laki laki
:perempuan

B. Denah Rumah
Denah Rumah Keluarga bapak Eko

Dapur Wc
R.keluarga Kamar

R Kamar
Kamar
Tamu

Keterangan:
Jendela :
Pintu :

43
Sumur :
Kandang :

C. Pengkajian S dan O

D. Assesment
a. Diagnosa
keluarga bapak Eko dengan Kehamilan normal.
b. Masalah
Keluarga Bapak Eko dengan Hipotensi dan pentingnya Tablet Fe
Keluarga Bapak Eko dengan Kurangnya pengetahuan Rendah tentang PAP
SMEAR
Keluarga bapak rahmat dengan pengetahuan rendah mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat
c. Kebutuhan
Keluarga Bapak Eko KIE tentang kehamilan Hipotensi,PAP SMEAR,
Tablet Fe,dan PHBS

E. Planning
1) Hari/Tanggal : Kamis, 20-Januari-2022
Waktu : 09.00 WIB

44
Menjelaskan pada Keluarga Eko Rahmat tentang kehamilan Hipotensi dan Tablet
Fe
a. Pengertian kehamilan Hipotensi dan Tablet fe
b. Dampak kehamilan Hipotensi
c. tujuan pemberian Tablet Femanfaat tablet Fe bagi ibu hamil
d. kebutuhan/dosis pemberian Tablet Fe selama kehamilan
e. Efek samping Tablet Fe
f. Waktu yang tepat mengonsumsi Tablet Fe
Hasil: Keluarga Bapak Eko mengerti tentang kehamilan Hipotensi dan dampak
kehamilan Hipotensi
2) Menjelaskan pada Keluarga Bapak Eko tentang PAP SMEAR
a. Pengertian PAP Smear
b. Tujuan PAP Smear
c. Kelompok usia dan rentan waktu dilakukan Pap Smear
d. Prosedur pemeriksaan Pap Smear
e. Cara melakukan Pap Smear
Hasil: Keluarga Bapak Eko sudah mengerti mengenai Pap Smear
1. Menjelaskan pada Keluarga Bapak Eko tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
2. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Keluarga Bapak Eko sudah mengerti mengenai Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)

45
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS
KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU PRAKTIK
KEBIDANAN KOMUNITAS
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
Nama KK : Bapak Agus Nama Pewawancara : Septi Mutiara
Kelurahan : Sumberrejo Tanggal : 16 – Januari –
2020
Kecamatan : Pagelaran
Responden : Ibu S

A. Genogram Keluarga Bapak Agus

46
Keterangan :
: Perempuan

: Laki-laki

B. Denah Rumah Bapak Agus

Keterangan :
: Pintu Depan
: Pintu Belakang

: Tembok
Rumah

C. Pengkajian Data S dan O

47
D. Assesment
a. Diagnosa
Keluarga Bapak Agus dengan Stunting
b. Landasan Dasar
Balita A berada dibawah garis merah
c. Masalah
Keluarga bapak Agus kurangnya pengetahuan tentang stunting
Keluarga bapak Agus kurangnya pengetahuan tentang Pola Asuh Anak
Keluarga bapak Agus kurang nya pengetahuan tentang merokok
d. Kebutuhan
Keluarga Bapak Agus dengan pengetahuan tentang stunting, pola Asuh
dan merokok
E. Planning
Hari/Tanggal : Kamis, 13 januari 2022
Waktu : 09.00 WIB
1. Menjelaskan pada Keluarga Bapak Agus tentang Stunting
a. Pengertian Stunting
b. Penyebab dan ciri ciri Stunting
c. Akibat dan efek dari stunting
Keluarga Bapak Agus sudah Mengerti tentang Stunting
2. Menjelaskan pada keluarga bapak Agus Tentang:
a. Pentingnya pola asuh untuk pemenuhan Gizi Seimban
b. Macam macam pola asuh

48
Keluarga Bapak Agus sudah mengerti tentang pentingnya pola asuh
3. Menjelaskan pada keluarga Bapak Agus tentang
a.Bahaya merokok
b.Cara menghentikan merokok dan menghindarinya
Keluarga Bapak Agus mengerti tentang bahaya merokok dan cara
menghentikan merokok dan menghindarinya

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam BAB ini penulis akan melakukan pembahasan mengenai proses, masalah
atau kesenjangan antara BAB II dan BAB III dengan melakukan asuhan
kebidanan komunitas yang dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang ada dimasyarakat.

A. Proses Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan komunitas pada keluarga


Asuhan kebidanan ini dilakukan mulai dari Survey Mawas Diri yaitu door
to door ke masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang status
kesehatannya.Saat Survey Mawas Diri dilakukan anamnesa, pemeriksaan
keadaan rumah dan pemeriksaan fisik seperti berat badan anak dan tinggi
badan anak untuk mendapatkan informasi secara subjective maupun
objective. Setelah melakukan Survey Mawas Diri kemudian didapatkan
hasil dan assessment yang akan dijadikan dasar oleh saya dalam
melakukan planning dan evaluasi. Proses penentuan penatalaksanaan
berdasarkan teori yang ada dan hasil penelitian-penelitian para ahli. Proses
pelaksanaan dilakukan pada tanggal 04-07 januari 2022 dengan kegiatan
peyuluhan kesehatan berdasarkan masalah yang ada dan pentingnya pola
asuh pada anak dengan Gizi Kurang dan Stunting. Selanjutnya dilakukan
observasi selama 10 hari dan melakukan kunjungan ulang pada tanggal 20
Januari 2022 untuk observasi pentingnya pola asuh pada anak. Dan
terakhir yaitu proses Evaluasi pada tangga 22 Januari dengan kegiatan
mengukur kembali tinggi badan dan berat badan anak untuk mengetahui

49
penambahan status kesehatan setelah diberikan pentingnya pola asuh pada
anak dan gizi tambahan seperti Susu biskuit dan vitamin dan bertanya
kembali kepada keluarga mengenai penkes yang sudah diberikan mengenai
masalah-masalah yang ada.
a) Asuhan Kebidanan pada keluarga Bapak Eko :
1. Hari/tanggal :Kamis, 06 Januari - 2022
Waktu :09.00 WIB s/d selesai
Kegiatan : Survey Mawas Diri.
2. Hari/tanggal :Jumat, 07-20Januari 2022
Waktu :10.00 WIB s/d selesai
Kegiatan : Penyuluhan Kesehatan
3. Hari/tanggal :kamis, 21 Januari 2022
Waktu :08.00 WIB s/d selesai
Kegiatan : Observasi
4. Hari/tanggal :sabtu , 22 Januari 2022
Waktu :08.00 WIB s/d selesai
Kegiatan : Evaluasi
b) Asuhan Kebidanan pada keluarga Bapak Agus :
1. Hari/tanggal :Jumat,07 Januari 2022
Waktu :09.00 WIB s/d selesai
Kegiatan : Survey Mawas Diri.
2. Hari/tanggal :Senen, 10 Januari 2022
Waktu :09.00 WIB s/d selesai
Kegiatan : Penyuluhan Kesehatan
3. Hari/tanggal :Kamis, 13 Januari 2022
Waktu :09.00 WIB s/d selesai
Kegiatan : Observasi
4. Hari/tanggal :Jumat, 21 Januari 2022
Waktu :09.00 WIB s/d selesai
Kegiatan : evaluasi

50
B. Hambatan, Rintangan dan Evaluasi dalam Melakukan Asuhan
Kebidanan
Saat melakukan Survey Mawas Diri keluarga Bapak Eko bersedia
menceritakan dengan terbuka sehingga pengkajian data berjalan dengan
baik. Masalah yang terdapat dalam keluarga Bapak Eko dan Agus yaitu :
1. Keluarga bapak Eko dengan Hipotensi
2. Keluarga Bapak Eko dengan Kurangnya pengetahuan Rendah tentang
PAP Smear
3. Keluarga bapak rahmat dengan pengetahuan rendah mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat
4. Keluarga bapak agus dengan Stunting
5. keluarga bapak Agus dengan Pengeahuan Rendah mengenai pentingnya
Pola Asuh
6. Keluarga Bapak Agus dengan Merokok
Dan juga ada 2 masalah yang di temukan akan tetapi tidak saya angkat
kedalam penatalaksanaan KK Binaan ini yaitu :
1) Anggota Keluarga bapak Eko yang sakit ISPA 1 bulan yang lalu
2) Anggota Keluarga Bapak Agus tidak memiliki Kartu BPJS
Masalah ini tidak teridentifikasi karena saya pikir saya tidak bisa
membantu memcahkan masalah ini.Karena keluarga mengatakan tidak
mempunyai biaya untuk membayar iuran BPJS dan juga tidak mendapat
bantuan dari pemerintah.
Masalah ini tidak teridentifikasi karena bagi keluarga anak sudah sembuh
sehingga tidak menjadi masalah.

Memberikan penyuluhan mengenai Hipotensi, ibu telah mengetahui


tentang Hipotensi. Memberikan penyuluhan mengenai Pap Smear, ibu
telah mengetahui tentang Pap Smear, tujuan Pap Smear, dan waktu
pemeriksaan Pap Smear Dan telah dilakukan pemberian penyuluhan
kesehatan dan hasil evaluasi nya ibu mampumau mengkikuti pemeriksaan
Pap Smear . Kemudian memberikan penyuluhan kepada keluarga bapak
Eko mengenai perilaku hidup bersih dan seha,pelaksanaan PHBS,indikator

51
PHBS dan hasil evaluasi keluarga bapak Eko mampu mengaplikasikan
hasil penyuluhan ke dalam kehidpan sehari hari karena keluarga Bapak
Eko kurang akan kesadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dari hasil
Survey Mawas Diri di temukan dari 10 indikator PHBS Rumah Tangga
terdapat 3 indikator yang tidak dilakukan oleh keluarga Bapak Eko yaitu :
Mencuci tangan dengan Sabun dan Air mengalir
Rajin berolahraga dan isirahat cukup
Tidak merokok.
Setelah dilakukan Penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Rumah Tangga, sekarang keluarga Bapak Eko dan Agus
mengenai pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan akan berusaha
merubah kebiasaan keluarganya untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat.
Saat melakukan Survey Mawas Diri pada keluarga Bapak Agus, keluarga
Bapak Agus juga bersedia menceritakan dengan terbuka sehingga
pengkajian data berjalan dengan baik.Ibu suryanti mengeluhkan bahwa
menurutnya anaknya termasuk dalam kategori stunting, untuk itu saya
melakukan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan dan menghitung z-
score pada buku KIA anak.Dan dari hasil pemeriksaan anak Bapak Agus
yaitu Assyifa tidak terindikasi pendek dalam scala z-score dan tenyata
Assyifa berada dibawah garis merah. Untuk itu saya memberikan
penyuluhan kepada Suryanti mengenai Stunting, dan setelah dilakukan
penyuluhan suryantii mengerti mengenai pengertian stunting, penyebab
stunting dan cara menangani stunting dan pemberian makanan tambahan
Kemudian memberikan penyululuhan tentang pentingnya pola asuh pada
anak dalam gizi seimbang, dan sekarang ibu Suryanti telah mengetahui
mengenai apa itu pola suh, macam macam pola asuh serta pentingnya pola
asuh dalam pemenuhan gizi seimbang. Dan memberikan penyuluhan
tentang pentingnya gizi tambahan seperti susu dan vitamin Dan
memberikan penyuluhan mengenai bahay merokok,cara menghentikan
merokok dan cara menghidarinyasetelah diberikan penyuluhan tersebut
keluarga bapak sugi hartono mampu mengaplikasikan didalam kehidupan

52
sehari harinya masalah Kurangnya pengetahuan ibu mengenai Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dari hasil Survey Mawas Diri di
temukan dari 10 indikator PHBS Rumah Tangga terdapat 4 indikator yang
tidak dilakukan oleh keluarga Bapak Agus yaitu :
 Makan dengan Gizi seimbang
 Rajin berolahraga
 Tidak merokok
 Minum air minimal 8 gelas per hari
Dan setelah diberikan penyuluhan mengenai PHBS, keluarga Bapak Agus
mengerti mengenai pengertian PHBS, apa saja indicator PHBS dalam
Rumah tangga, dan Keluarga Agus juga bersedia untuk bisa menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

53
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil survey KK Binaan diatas pada keluarga Bapak Eko dan Bapak
Agus maka masalah yang ditemukan pada keluarga Bapak Eko dan Bapak
Agus di Pekon Rejosari RT/RW 001/002/002/001 yaitu :
1. Kehamilan dengan Hipotensi
2. Kurangnya Pengetahuan tentang Pap Smear
3. Kurangnya kesadaran akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
4. Stunting
5. Kurangnya Pengetahuan mengenai pola asuh anak
6. Merokok
Dari kedua Kk Binaan tersebut telah dilakukan penatalaksanaan dengan
diberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan
Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan dalam bidang
kesehatan dan sebagai pengalaman proses bealajar mengajar.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan terutama bidan desa agar dapat memberikan
penyuluhan atau pendidikan kesehatan terhadap masyarakan Desa Rejosari
agar masyarakat mengerti dan menyadari tentang pentingnya kesehatan.
3. Bagi Institusi
Diharapkan institusi kedepannya bisa menempatkan mahasiswanya didesa
yang benar benar memerlukan pendidikan kesehatan.

54
DAFTAR PUSTAKA

Andi Sofyan. 2012. Konsep Kebidanan Komunitas Jakarta: EGC.


Departemen Kesehatan RI. 2011. Krida Bina Lingkungan Sehat. Jakarta : Balai
Pustaka.

Effendi, N. 2011.Perawatan Lingkungan Sehat.Jakarta : EGC.

Leveno. 2009. Modul Penggolongan Darah Dalam Masyarakat. Jakarta Gramedia.

Manuaba. 2009. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta : EGC.

Mochtar. 2010. Modul Tumbuh Kembang Balita. Jakarta : Sinar Agung.

Adawiah,R (2017) Pola Asuh Anak. Jakarta :PPM

Notoatmodjo. 2010. Program Upaya Peningkatan Kesehatan. Jakarta : Graha


Medika.

Rukiah. 2014. Statistik Despriptif Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan


Komunitas. Jakarta : Fitramaya.

Saifuddin. 2011. Kapita Selekta Kesehatan. Jakarta : Media Aesculapius.

Syahlan. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Asdi Mahastya.

Tohani. 2011.Asuhan Kehamilan Fisiologi. Jakarta : Balai Pustaka.

R ikmjcH. 2010.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

55
1

Anda mungkin juga menyukai