Anda di halaman 1dari 17

Kesadaran Akan Keamanan Diri Dalam Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook pada

Kalangan Pengguna Remaja dan Mahasiswa

I. Latar Belakang

Fenomena penggunaan situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace, Twitter, Plurk dan lain-
lain semakin meluas dan mendunia, terutama sejak 3 (tiga) tahun belakangan. Awalnya, pada
1997 mulai muncul cikal-bakal media jejaring sosial dengan SixDegrees.com, yang kemudian
disusul dengan generasi-generasi penerusnya, seperti LiveJournal, Friendster, LinkedIn hingga
kemunculan MySpace, Facebook dan Hi5 di kurun waktu 2003-2005 (Boyd & Ellison, 2007).
Situs-situs jejaring sosial ini dikenal dengan teknologi web 2.0, yang menurut istilah salah satu
praktisi internet, Tim O’Reilly, merupakan generasi terbaru teknologi web interaktif seperti situs
jejaring sosial, blog, RSS, dan lain-lain (Kompas, 8 Juni 2009)
http://tekno.kompas.com/read/xml/2009/06/08/09092245/kasus.prita.dan.tek

nologi.marketing.2.0

Kepopuleran media baru ini meningkat dengan cepat berkat kelebihannya yang memungkinkan
individu-individu menampilkan diri sesuai dengan keinginan mereka, membangun jaringan
sosial yang terdiri dari lingkaran pertemanan, serta berfungsi pula untuk memperkuat dan
memelihara hubungan pertemanan. Menurut Ellison, Steinfeld dan Lampe dalam Journal of
Computer Mediated Communication (2007), situs-situs jaringan sosial ini memiliki orientasi
yang bervariasi, mulai dari konteks pekerjaan (LinkedIn.com), penjajakan hubungan romantis
(tujuan awal didirikannya Friendster.com), berbagi kesamaan minat di bidang musik atau politik
(MySpace.com), maupun populasi mahasiswa kampus (awal terbentuknya Facebook.com).
(http://jcmc.indiana.edu/vol12/issue4/ellison.html)

Merebaknya fenomena penggunaan situs jejaring sosial ini didukung oleh Data Nielsen NetView
(April 2009) Menurut riset mereka, waktu yang dibutuhkan untuk bersosialisasi di situs jejaring
sosial nomor satu, Facebook, naik 700 persen dibandingkan dengan April tahun sebelumnya
(2008). Menurutwww.checkfacebook.com (11 Maret 2009) total jumlah pengguna Facebook di
Indonesia adalah 11.746.760 berjenis kelamin wanita di Indonesia tercatat sebanyak 4,922,240
orang dan jumlah pria sebanyak 6,824,520 orang. Rentang usia pengguna bervariasi, mulai di
bawah 13 tahun sebanyak 228,240 (1,9%), kategori 14-17 tahun sebanyak 2,486,380 (21,0%), 18
-24 tahun sebanyak 4,749,580 (40%), 25-34 tahun sebanyak 3,000,200 (25,3%), 35- 44 tahun
sebanyak 1,009,920 (8,5 %), 45-54 tahun sebanyak 252,800 (2,1%), serta 55-64 tahun sebanyak
(0,7%)

Namun, meluasnya fenomena situs jejaring sosial belakangan ini ternyata juga diikuti oleh
munculnya kasus-kasus akibat dari penggunaan media komunikasi ini, khususnya facebook. Dari
kejadian remaja yang melarikan diri dari rumah karena berkenalan dengan pacarnya dari
facebook, penculikan hingga kasus pencabulan dan pemerkosaan, bahkan pembunuhan yang
dilakukan oleh pelaku yang dikenal korban dari situs jejaring sosial Facebook. Berikut adalah
data-data sebagian kasus akibat penyalahgunaan Facebook di Indonesia dalam kurun waktu
2009-2010, berdasarkan pantauan di beberapa media.

Merebaknya fenomena penggunaan situs jejaring sosial ini didukung oleh Data Nielsen NetView
(April 2009) Menurut riset mereka, waktu yang dibutuhkan untuk bersosialisasi di situs jejaring
sosial nomor satu, Facebook, naik 700 persen dibandingkan dengan April tahun sebelumnya
(2008). Menurutwww.checkfacebook.com (11 Maret 2009) total jumlah pengguna Facebook di
Indonesia adalah 11.746.760 berjenis kelamin wanita di Indonesia tercatat sebanyak 4,922,240
orang dan jumlah pria sebanyak 6,824,520 orang. Rentang usia pengguna bervariasi, mulai di
bawah 13 tahun sebanyak 228,240 (1,9%), kategori 14-17 tahun sebanyak 2,486,380 (21,0%), 18
-24 tahun sebanyak 4,749,580 (40%), 25-34 tahun sebanyak 3,000,200 (25,3%), 35- 44 tahun
sebanyak 1,009,920 (8,5 %), 45-54 tahun sebanyak 252,800 (2,1%), serta 55-64 tahun sebanyak
(0,7%)

Namun, meluasnya fenomena situs jejaring sosial belakangan ini ternyata juga diikuti oleh
munculnya kasus-kasus akibat dari penggunaan media komunikasi ini, khususnya facebook. Dari
kejadian remaja yang melarikan diri dari rumah karena berkenalan dengan pacarnya dari
facebook, penculikan hingga kasus pencabulan dan pemerkosaan, bahkan pembunuhan yang
dilakukan oleh pelaku yang dikenal korban dari situs jejaring sosial Facebook. Berikut adalah
data-data sebagian kasus akibat penyalahgunaan Facebook di Indonesia dalam kurun waktu
2009-2010, berdasarkan pantauan di beberapa media.

3. 3/02/2010

Kepolisian Surabaya melacak akun


prostitusi 'Tiduri Aku' di Facebook.
Modus para ABG pelaku prostitusi,
memasang foto di facebook dan
transaksi via chatting.

Vivanews.com

4. 04/02/2010 Penipuan dengan membuat group


di Facebook dan mengatasnamakan
perusahaan Coca-cola dan Sony

Detikinet

5. 04/02/2010 Di Mataram, seorang pria


menyebarkan foto bugil kekasihnya
karena akan diputus hubungan
kekasih

detikNews

6. 09/02/2010 Febriari alias Ari (18) terancam 15


tahun penjara karena telah
membawa kabur dan merayu Nova
(14) yang dikenal melalui Facebook

detikNews
7. 10/02/2010 Di Makasar, Palopo, seorang gadis
diperkosa oleh pria yang dikenalnya
lewat Facebook

Tribun Timur

8. 11/02/2010 Di Semarang, seorang mahasiswi


Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro (Undip), ditengarai
dibawa lari pria yang dikenalnya
dari Facebook.

detikNews
11.

11/02/2010 Di Jakarta, Abelina Tiur Napitupulu


(14), hilang selama 5 hari karena
ditengarai dibawa kabur teman
yang dikenalnya lewat Facebook
dan mengalami kehilangan ponsel.

detikNews
12.

11/02/2010 Di Tangerang, terjadi kasus


persetubuhan terhadap anak
dibawah umur (14 tahun) dengan

detikNews

ANONIM
Anonimitas dalam Penggunaan Aplikasi Internet

Forum internet merupakan fasilitas yang tersedia di internet, dan penggunanya dapat berdiskusi.
Forum berbasis internet ini sudah dikenal sejak tahun 1995, dan fungsinya mirip
bahkan lebih baik dari papan buletin dan milis internet yang sudah ada sejak tahun
1980-an. Perasaan komunitas virtual sering muncul pada fourm-forum yang
memiliki anggota tetap. Teknologi, permainan komputer, dan politik merupakan
tema paling populer yang menjadi pokok bahasan forum internet, tetapi masih
banyak lagi topik-topik lainnya. Forum anonim menawarkan anonimitas secara
penuh atau anonimitas semu, memperbolehkan pengiriman secara anonim. captcha,
otentikasi email, dan tripcode merupakan cara-cara yang diterapkan untuk mencegah
serangan spam pada forum-forum anonim. Anggota yang terdaftar di forum
memiliki hak yang lebih baik, misalnya kemampuan untuk menyunting kirimannya
sendiri, memulai topik, mengontrol pengaturan dan akses ke profil pengguna lain.
Anggota diindentifikasikan dengan nama pengguna (username) yang unik. Profil
umumnya memiliki gambar berupa avatar dan blok tanda tangan yang ditambahkan
pada akhir setiap kiriman. Anggota juga memiliki hak untuk mengirim pesan pribadi
ke pengguna lainnya. Terkadang anggota terdaftar juga memiliki hak untuk
menghapus kiriman sebelumnya dan menutup topik yang dibuatnya.

What is cyberbullying, exactly?

"Cyberbullying" is when a child, preteen or teen is tormented, threatened, harassed, humiliated,


embarrassed or otherwise targeted by another child, preteen or teen using the Internet, interactive
and digital technologies or mobile phones. It has to have a minor on both sides, or at least have
been instigated by a minor against another minor. Once adults become involved, it is plain and
simple cyber-harassment or cyberstalking. Adult cyber-harassment or cyberstalking is NEVER
called cyberbullying.
It isn't when adult are trying to lure children into offline meetings, that is called sexual
exploitation or luring by a sexual predator. But sometimes when a minor starts a cyberbullying
campaign it involves sexual predators who are intrigued by the sexual harassment or even ads
posted by the cyberbullying offering up the victim for sex.

The methods used are limited only by the child's imagination and access to technology. And the
cyberbully one moment may become the victim the next. The kids often change roles, going
from victim to bully and back again.

Children have killed each other and committed suicide after having been involved in a
cyberbullying incident.

Cyberbullying is usually not a one time communication, unless it involves a death threat or a
credible threat of serious bodily harm. Kids usually know it when they see it, while parents may
be more worried about the lewd language used by the kids than the hurtful effect of rude and
embarrassing posts.

Cyberbullying may arise to the level of a misdemeanor cyberharassment charge, or if the child is
young enough may result in the charge of juvenile delinquency. Most of the time the
cyberbullying does not go that far, although parents often try and pursue criminal charges. It
typically can result in a child losing their ISP or IM accounts as a terms of service violation. And
in some cases, if hacking or password and identity theft is involved, can be a serious criminal
matter under state and federal law.

When schools try and get involved by disciplining the student for cyberbullying actions that took
place off-campus and outside of school hours, they are often sued for exceeding their authority
and violating the student's free speech right. They also, often lose. Schools can be very effective
brokers in working with the parents to stop and remedy cyberbullying situations. They can also
educate the students on cyberethics and the law. If schools are creative, they can sometimes
avoid the claim that their actions exceeded their legal authority for off-campus cyberbullying
actions. We recommend that a provision is added to the school's acceptable use policy reserving
the right to discipline the student for actions taken off-campus if they are intended to have an
effect on a student or they adversely affect the safety and well-being of student while in school.
This makes it a contractual, not a constitutional, issue.

Situs Jejaring Sosial (Social Networking Sites/SNS

Definisi situs jejaring sosial menurut Boyd & Ellison (2007) adalah “layanan berbasis web yang
mengizinkan individu untuk: (1) mengkonstruksi profil publik/semi-publik di dalam sistem
terikat, (2) menghubungkan sekelompok pengguna yang saling berbagi koneksi, dan (3)
“melintasi” koneksi-koneksi ini dan lainnya dalam sebuah sistem. Jenis dan tatacara koneksi ini
mungkin beragam satu sama lain.

Keunikan situs jejaring sosial adalah bukan karena semata-mata media ini mampu membuat
individu bertemu orang tak dikenal (strangers), namun karena media ini dapat membuat para
penggunanya terhubung dan memperlihatkan jaringan sosial mereka. Pada sebagian situs jejaring
sosial besar, para anggotanya tidak menggunakan jaringan untuk bertemu dengan orang baru,
namun lebih untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang memang telah menjadi bagian dari
perpanjangan jejaring sosial mereka (Boyd & Ellison, 2007).

Media jejaring sosial sendiri termasuk kategori media baru (new media). Media baru, secara
umum mengacu pada panggunaan teknologi Internet, terutama pengunaan publik seperti berita
online, iklan, penyiaran, aplikasi broadcasting (misalnya mengunduh musik), forum dan aktivitas
diskusi, world wide web, pencarian informasi, dan potensi pembentukan komunitas tertentu
(McQuail,2005:136). Lebih lanjut lagi, McQuail (2005:138) menyatakan bahwa karakteristik
media baru menembus keterbatasan model media cetak dan penyiaran dengan (1) kemampuan
many-to-many conversations; (2) kemampuan penerimaan, perubahan dan re- distribusi obyek
cultural, (3) dislokasi tindakan komunikatif (4) menyediakan kontak global secara instan, dan (5)
memasukkan subyek modern ke dalam seperangkat mesin berjaringan.

Situs jejaring sosial memiliki beragam fitur teknis, namun pada umumnya mereka memuat dan
memperlihatkan profil penggunanya serta daftar teman yang juga merupakan pengguna dalam
sistem tersebut (Boyd & Ellison, 2007). Profil merupakan halaman yang unik, dimana pengguna
dapat “menampilkan sosok mereka” (Sundén, 2003, p. 3). Umumnya, profil disusun berdasarkan
pertanyaan yang mengacu ada usia, lokasi, minat serta bagian “tentang saya”. Beberapa situs
juga mengizinkan penggunanya meng-upload foto profil, konten multimedia (mis. video) serta
memodifikasi tampilan profil, status serta aplikasi (seperti Facebook) untuk membuat profil
profil mereka tampil semakin menarik.

Penggunaan Media Jejaring Sosial

Dalam penelitian ini, salah satu pendekatan yang digunakan dalam melihat penggunaan media
adalah jejaring sosial adalah pendekatan berbasis Uses and Gratification yang telah diadaptasi
untuk penggunaan media internet.

Beberapa konsep awal dari pendekatan ini adalah apa yang dikemukakan oleh Blumler (1979)
dalam mengidentifikasi makna konsep “aktivitas” dalam konsep uses and gratifications dapat
dilihat dari sejumlah faktor, yaitu: (1)utility (kegunaan), (2)intentional ity (motivasi/tujuan
penggunaan, (3)s electivi ty (pemilihan dan minat), (4) imperviousness to influence (penolakan
terhadap pengaruh.

McQuail, Blumler dan Brown (1972) mengemukakan bahwa beberapa kategori “uses of the
media” adalah: (1) sexual arousal (membangkitkan seks), (2) emotional release (pelepasan
emosi), (3) filling time (pengisi waktu), (4) getting intrinsic culture/aesthetic enjoyment
(menikmati budaya), (5)r elaxing (relaksasi), (6) escaping from problems (pelepasan diri dari
masalah) dan (7) having a substitute for real-life companinionship (pengganti/substitusi
pertemanan di dunia nyata) (Baran, 2000:255).

Berangkat dari studi mengenai motif komunikasi interpersonal dan media, para peneliti telah
mengembangkan tipologi untuk berbagai motif dalam penggunaan Internet. Papacharissi dan
Rubin (2000) mengidentifikasi 5 (lima) motif dalam penggunaan Internet, yaitu: (1) kegunaan

interpersonal,
(2)
mengisi
waktu
luang,
(3)
pencarian
informasi,
($)
kemudahan/kenyamanan, dan (5) hiburan (Nabi dan Oliver, 2009:153).
Facebook

Facebook merupakan aplikasi jejaring sosial online yang membuat penggunanya dapat
menampilkan diri mereka dalam profil online, menambah “teman” yang dapat mem-posting
komentar serta saling melihat profil satu sama lain (Ellison, Steinfeld, et al, 2007). Para
anggotanya juga dapat bergabung dengan grup virtual berbasis kesamaan minat, seperti kelas,
hobi, minat, selera musik dan status hubungan romantis melalui profil mereka.

Di Facebook, tingkat visibilitas untuk melihat profil pengguna lainnya cukup tinggi. Para
pengguna yang merupakan bagian dari jaringan yang sama dapat bebas melihat profil satu sama
lain, kecuali jika si pemilik profil memutuskan untuk menutup profil mereka, membatasi hanya
dapat dilihat oleh lingkaran teman terdekat saja.

Seperti yang dikutip dalam Ellison, Steinfeld & Lampe (2007), sebagian besar riset awal
mengenai komunitas online berasumsi bahwa individu menggunakan situs jejaring sosial untuk
berhubungan dengan orang lain di luar kelompok sosial dan lokasi tempat mereka berada. Media
jejaring sosial membebaskan penggunanya untuk membentuk komunitas dalam berbagi
kesamaan minat, berbagi lokasi geografis (Wellman, Salaff, Dimitrova, Garton, Gulia, &
Haythornthwaite, 1996)

Pengukuran mengenai penggunaan Internet yang diadaptasi dari LaRose, Lai, Lange, Love, dan
Wu (2005) dalam Ellison, Steinfeld & Lampe (2007) yang diaplikasikan dalam penelitian ini
diantaranya meliputi: (1) intensitas penggunaan, seperti durasi/frekuensi, jumlah waktu yang
dihabiskan serta berapa jumlah teman yang dimiliki, (2) alasan/motivasi penggunaan (mis.
apakah untuk bertemu orang baru, atau memperkuat hubungan), serta (3) preferensi dan fungsi
dari situs jejaring sosial tersebut.
Kesadaran Terhadap Keamanan Diri Dalam Menggunakan Situs Jejaring Sosial

Riset-riset sebelumnya mengenai Facebook menyatakan, pengguna media ini lebih memilih
untuk mencari orang-orang yang mereka telah kenal sebelumnya di dunia nyata dibanding
merekabr ows ing untuk berkenalan dengan orang asing yang belum dikenal (Lampe, Ellison, &
Steinfield, 2006).

Namun dari kasus-kasus yang terjadi di Indonesia mengungkapkan bahwa sebagian kasus seperti
penculikan dan pelecehan seksual terjadi karena pengguna berkenalan dan bertemu dengan orang
yang baru dikenal (stranger) . Temuan dari riset sebelumnya mungkin dapat menjelaskan hal ini,
bahwa ternyata hubunganonline yang dibangun cenderung mengarah ke pertemuan

offline (pertemuan tatap muka di dunia nyata). Parks and Floyd (1996) menyatakan bahwa
sepertiga dari responden mereka pada akhirnya bertemu dengan koresponden yang awalnya
mereka kenal secaraonline (Ellison, Steinfeld & Lampe, 2007).

Sebagian riset akademik yang telah dilakukan mengenai Facebook memfokuskan pada
bagaimana pengguna menampilkan identitas diri dan terkait dengan isu privasi (e.g., Gross &
Acquisti, 2005; Stutzman, 2006). Melihat banyaknya jumlah informasi yang ditampilkan oleh
pengguna Facebook, kecenderungan terbukanya informasi yang mereka tampilkan serta

kurangnya kontrol pengguna akan privasi, Gross and Acquisti (2005) dalam (Ellison, Steinfeld &
Lampe, 2007) mengemukakan bahwa kemungkinan besar pengguna mempertaruhkan keamanan
diri mereka di dunia nyata (offline) (mis. dibuntuti/stalking) sekaligus di dunia maya (online)
(mis. pencurian identitas).

Selaincyber s talking, dampak lainnya dari bahaya penggunaan internet, termasuk situs jejaring
sosial adalah ancaman eksploitasi dan pelecehan seksual terhadap kaum perempuan
(cybersexploitation), ancaman terhadap anak-anak untuk menjadi target kaum penyimpangan
seksual (cyberpaedophilia) serta pengungkapan rasa kebencian terhadap suatu isu atau fenomena
tertentu (cyberhate) (Carter & Weaver, 2003).

Isu privasi dan keamanan diri dalam penggunaan stus jejaring sosial umumnya tidak
terdefinisikan atau tidak disadari secara luas (Dwyer, 2007 dalam Dwyer, et.al, 2007). Kita bisa
melihat sendiri dalam berbagai jenis interaksi, seringkali transaksi serta data-data pengguna
tersebar secara eksplisit dalam situs jejaring sosial. Selain itu, terdapat salah satu karakteristik
dalam komunikasi bermediasi komputer (CMC) yang dianggap rentan menyebabkan dampak
negatif di internet, yaitu anonimitas (Thurlow, Lengel & Tomic, 2007:99). Anonimitas ini
mendorong ke arah timbulnyadisembodiment- sebuah identitas yang tidak tergantung atau
dibatasi oleh tampilan fisik. Seperti yang diungkapkan oleh Turkle (1995): “Anda dapat menjadi
siapa saja di internet. Anda dapat sepenuhnya menciptakan identitas baru sesuai keinginan.”
(Thurlow, Lengel & Tomic, 2007:99)

Pada umumnya, pengguna situs jejaring sosial tidak menyadari akan bahaya yang tersembunyi di
balik karakteristik anonimitas ini. Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Acquisti
and Gross, 2006, Lampe, Ellison, and Steinfield, 2007, Stutzman, 2006) menunjukkan bahwa
para pengguna Facebook membuka lebar informasi tentang diri mereka, dan tidak sadar dengan
opsi privasi mengenai siapa yang dapat menyaksikan profil mereka (Acquisti and Gross, 2006
dalam Dwyer, et.al, 2007).

Dalam penelitian ini, yang akan dilihat adalah kesadaran (awareness) akan keamanan diri yang
terkait dengan privacy concern (data-data pribadi) terhadap dampak penggunaan situs jejaring
sosial seperti yang terkait dalam kasus-kasus yang terjadi di Indonesia, seperticyberstalking,

cybersexploitations erta cyberpaedophilia.

Dari paparan di atas, yang menjadi dimensi dari variabel kesadaran diri (awareness) terhadap
keamanan diri saat menggunakan situs jejaring sosial adalah kesadaran mengenai isu privasi,
perilaku pengungkapan diri (self-disclosure) saat berbagi informasi, serta kesediaan pengguna
dalam menjalin pertemanan. Dimensi-dimensi ini kemudian diaplikasikan ke dalam bentuk
pertanyaan, seperti: informasi pribadi apa saja yang pengguna tampilkan di profil mereka,
seberapa besar kemungkinan/kesediaan mereka dalam menjalin pertemanan dan membuka
hubungan dengan orang yang tidak dikenal, serta bagaimana pemahaman mereka mengenai

setting privasi di situs jejaring sosial Facebook.

III. METODE PENELITIAN


3.1.Metode Penelitian

Untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai topik penelitian maka peneliti
menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu penelitian
yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala
atau fenomena (Prasetyo & Jannah 2005:42

3.2.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja dan mahasiswa di Jakarta dan luar Jakarta
(Cilegon dan Sukabumi) usia 15-25 tahun (yang dibagi menjadi 3 kategori: 14-17 thn, 18-
21 thn, 22-25 thn) yang memiliki akun facebook.

Sementara sampel untuk dibagikan kuesioner adalah remaja dan mahasiswa usia 15-25 tahun
pemilik akun facebook yang akan diambil secara acak dari satu sekolah (satu SMU dan satu
universitas) dan satu warnet dari wilayah Jakarta dan luar Jakarta. Untuk tiap wilayah, akan
diambil sampel sejumlah 180 tiap wilayah, dengan perincian 60 untuk tiap tingkat populasi
(SMU, universitas dan warnet). Dari jumlah 60 tiap kategori tersebut, 30 sampel diambil untuk
keperluan uji validitas serta 30 sisanya untuk penelitian.

3.3.Metode Pengumpulan Data


a. Data primer: data primer pada penelitian ini akan dikumpulkan melalui:
1.Wawancara mendalam semi terstruktur

Dalam jenis wawancara semi terstruktur, pertanyaan penelitian akan termuat


pada panduan wawancara. Urutan pertanyaan tidak sama untuk setiap
narasumber, tergantung dari proses dan respon tiap individu. Panduan
wawancara memungkinkan peneliti untuk memastikan bahwa kita
mengumpulkan data yang serupa dari tiap informan. Panduan wawancara juga
memperbolehkan peneliti untuk mengembangkan pertanyaan dalam proses
wawancara dan memperbolehkan peneliti untuk agak mengendalikan proses
wawancara agar kita bisa mengeksplorasi topik dan tujuan penelitian kita.
(Daymon & Holloway, 2002:171)

2. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang berisikan pertanyaan


penelitian yang didesain untuk memperoleh informasi yang layak dianalisis
(Babbie, 2008: 521)

3. Focus Group Discussion yaitu teknik pengumpulan data yang di dalamnya


terdapat moderator yang memimpin interaksi dan diskusi di dalam teknik yang
terstruktur dan tidak terstruktur. (Denzin & Lincoln, 1994:365) Pelaksanaan
focus group discusion ini akan disesuaikan lagi dengan tujuan penelitian
a. Data sekunder:

Peneliti memperoleh data sekunder melalui studi kepustakaan dari buku-buku referensi, surat
kabar, website, jurnal-jurnal ilmiah, dan literatur yang terkait dengan topik penelitian

3.4.Metode Analisa
Metode analisa untuk data hasil wawancara dan diskusi adalah:
a. Mengorganisir data: memastikan bahwa data telah dikumpulkan secara sistematis dan
layak untuk dianalisa lebih jauh.

b. Melakukan koding dan kategorisasi data: Setelah membaca semua data yang
terkumpul maka kemudian Peneliti akan mengidentifikasi dan membandingkan
persamaan dan perbedaan kategori, pola, dan konsep antara data satu dengan data
lainnya untuk menyatukannya pada tahap interpretasi selanjutnya. Dengan koding
akan membantu Peneliti untuk mereduksi dan menyederhanakan bukti-bukti agar
mulai didapatkan ide tertentu dari keseluruhan gambar besar data tersebut.
c. Menginterpretasi data: di sini Peneliti menentukan data mana saja yang disertakan dan membuat
benang merah di antara data tersebut dengan meletakkan analisa dan pengertian Peneliti serta
membandingkannya dengan hasil penelitian terdahulu

d. Mengevaluasi hasil interpretasi data: Mengingat peranan Peneliti yang terikat di


dalam proses analisa hasil penelitian maka Peneliti akan melakukan evaluasi pada
metode, nilai, serta bias yang mungkin muncul pada hasil interpretasi dengan cara
melakukan refleksi diri secara kritikal dengan cara membandingkan antara hasil
pengumpulan data satu dengan lainnya serta melihat kembali literatur terkait.
(Daymon & Holloway, 2002:234-244)

Berikut adalah metode analisa untuk data dari kuesioner:


a. Validitas dan reliabilitas

validitas: menjelaskan “goodness of fit” atau kesesuaian antara apa yang telah
didefinisikan peneliti sebagai karakteristik sebuah fenomena dan apa yang dilaporkan
peneliti di dalam pengukuran atau secara singkat adalah pengukuran yang dipakai
secara akurat menunjukkan konsep yang ingin diukur.

Reliabilitas: menunjukkan konsistensi pengukuran di dalam hal jika teknik


pengukuran diaplikasikan secara berulang pada objek dan fenomena yang sama
apakah akan mendapatkan hasil yang sama. (Williams, 1992:29)

b. Distribusi Frekuensi
Adalah susunan data dalam suatu tabel yang telah diklasifikasikan menurut kategori
tertentu (Prasetyo & Jannah 2005:185)
c. Ukuran Pemusatan

Adalah suatu ukuran yang digunakan untuk melihat seberapa besar kecenderungan data memusat
pada nilai tertentu. Ukuran pemusatan yang akan dipakai adalah rata- rata atau mean. (Prasetyo
& Jannah 2005:186)

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Carter, Cynthia & C. Kay Weaver. Violence and The Media. Philadelphia: Open University
Press, 2003.
Daymon, Christine and Immy Holloway. Qualitative Research Methods in Public Relations and
Marketing Communications. London: Routledge, 2002

Denzin, Norman K. Yvonna S.Lincoln. Handbook of Qualitative Research. USA: Sage


Publications, 1994.
Lister, Martin. et al. New Media A Critical Introduction . New York: Routledge. 2009.
McQuail, Dennis. McQuail’s Mass Communication Theory Fifth Edition. London: Sage
Publication Ltd, 2005.
Nabi, Robin L & Mary Beth Oliver. Media Processes and Effects. London: Sage Publication
Ltd, 2009
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005
Safko, Lon & David Brake. The Social Media Bible. Wiley & Sons, 2009
Thurlow, Crispin, Laura Engel and Alice Tomic. Computer Mediated Communication: Sosial
Interaction and the Internet. London: Sage Publication Ltd, 2007
Williams, Frederick. Reasoning with Statistics. USA: Harcourt Brace Jovanovich College
Publishers, 1992

Sumber Lain
Jurnal Online
Boyd, d. m., & Ellison, N. B. (2007). Social network sites: Definition, history, and scholarship.
Journal of Computer-Mediated Communication, 13(1), article 11.
http://jcmc.indiana.edu/vol13/issue1/boyd.ellison.html
Lampe, C., Ellison, N. and Steinfield, C. (2007). The Benefits of Facebook "Friends:" Social
Capital and College Students' Use of Online Social Network Sites. Journal of Computer-
Mediated Communication, 12 (4). Retrieved January 14, 2009 from
http://jcmc.indiana.edu/vol12/issue4/ellison.html
Penelitian
Dwyer, C., Roxanne Hiltz, S and Passerini (2007) Trust and Privacy Concern within Social
Networking Sites: A Comparison of Facebook and MySpace. Proceedings of the Thirteenth
Americas Conference on Information Systems, Keystone, Colorado August 9th – 12th
Lampe, C., Ellison, N. and Steinfield, C. (2007) A Face(book) in the Crowd: Social Searching
Versus Social Browsing. Proceedings of the 20th Anniversary Conference on Computer
Supported Cooperative Work, Banff, Alberta, Canada, 2007, pp. 167-170.
OfCom (2008) Social Networking: Quantitative and Qualitative Research Report into Attitudes,
Behaviours and Use. Available athttp://w w w .ofcom.org.uk

Young, Alyson L., Anabel Quan-Haase. Information Revelation and Internet Privacy Concerns
on Social Network Sites: A Case Study of Facebook. C& T’ 09, June 25-27, 2009,
University Park, Pennsylvania, USA
Situs Internet
http://www.antaranews.com/berita/1266227063/guru-takutkan-ancaman-
pembunuhan-via-facebook
http://asia.cnet.com/blogs/toekangit/post.htm?id=63008431
http://www.checkfacebook.com/
http://www.detiknews.com/read/2010/03/09/092949/1314145/10/penipuan-korban-
di-kemayoran-kasus-pertama-dalam-bahasa-indonesia
http://www.detikinet.com/read/2010/03/09/072554/1314067/323/waspadai-
penipuan-di-facebook-menggunakan-akun-milik-teman
http://www.detiknews.com/read/2010/02/16/171514/1300805/10/4-siswa-
yang-dipecat-akhirnya-diterima-di-sekolah-lain
http://www.detiknews.com/read/2010/02/16/134623/1300580/10/terbukti-
menghina-lewat-facebook-farah-divonis-2-bulan-bui
http://www.detiknews.com/read/2010/02/15/173921/1300034/10/nurhayati-
hilang-diduga-pergi-dengan-kenalan-di-facebook
http://www.detiknews.com/read/2010/02/11/233854/1297989/10/setubuhi-anak-di-bawah-umur-
gara-gara-fb-pemuda-ditangkap
http://www.detiknews.com/read/2010/02/11/181047/1297869/10/abelina-tak-alami-
perlakuan-senonoh-cuma-hp-dicuri
http://www.detiknews.com/read/2010/02/11/131500/1297559/10/mahasiswi-
kedokteran-undip-hilang-diduga-diculik-kenalan-di-facebook
http://www.detiknews.com/read/2010/02/04/170559/1293244/10/diancam-putus-
pria-sebar-foto-bugil-pacar-di-facebook
http://www.ictwatch.com/internetsehat
http://www.insidefacebook.com/2008/12/31/facebook-indonesia-outpaces-
southeast-asian-counterparts-in-2008/
http://nasional.vivanews.com/news/read/126311-polisi_lacak_akun__tiduri_aku__di_facebook
http://nasional.vivanews.com/news/read/125793-
membedah_prostitusi_di_kalangan_abg

http://tekno.kompas.com/read/xml/2009/06/08/09092245/kasus.prita.dan.teknologi.marketing.2.0
http://www.tribun-
timur.com/read/artikel/77242/Kenalan_di_Facebook_Gadis_Palopo_Diperkosa
http://video.liputan6.com/videodetail/201002/263460/Lagi.Facebook.Memakan.Korb
an

Anda mungkin juga menyukai