Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KESULITAN PEMAHAMAN MATEMATIKA BAGI SISWA/I TUNANETRA DI


SLB-A KARYA MURNI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

Aisyah Nadila (4213111020)

Alyu Witriamay Fhutu Neva (4212111016)

Dewi Mawarni (4211111001)

Jeki Chrisman Situmeang (4213311040)

Jhon Very Alihandro Siregar (4213111027)

Raudotul Jannah (4213111021)

DOSEN PENGAMPU:

Rafael Lisinus Ginting, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat
dan kasih karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rafael Lisinus Ginting, S.Pd., M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah mengajarkan dan membimbing mahasiswa/i
agar dapat memahami pembelajaran ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak - pihak yang turut membantu penyusunan makalah ini yang tidak dapat penyusun
sebutkan satu per satu. Adapun makalah disusun untuk memenuhi tugas case method pada
mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Kami selaku penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap
adanya kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini kedepannya. Semoga
makalah ini dapat dipahami dengan baik dan bermanfaat bagi kita semua. Kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan. Terima kasih.

Medan, Maret 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................1
1.3 Manfaat........................................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................................................2
2.1 Pendidikan...................................................................................................................2
2.1.1 Pengertian Pendidikan..........................................................................................2
2.1.2 Pengertian SLB....................................................................................................2
2.2 Tunanetra.....................................................................................................................2
2.2.1 Pengertian Tunanetra...........................................................................................2
2.2.2 Karakteristik Tunanetra........................................................................................3
2.3 Matematika..................................................................................................................5
2.3.1 Pengertian Matematika.........................................................................................5
2.3.2 Kesulitan Siswa Tunanetra Mempelajari Matematika.........................................5
2.4 Gaya Belajar................................................................................................................6
2.4.1 Gaya Belajar Siswa Tunanetra.............................................................................6
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Belajar.....................................................................6
2.5 Media Belajar Siswa Tunanetra...................................................................................7
2.5.1 Papan Berpaku.....................................................................................................7
2.5.2 Alat Peraga Manipulatif.......................................................................................7
2.5.3 Kotak Sortasi........................................................................................................8
2.5.4 Berbasis Van Heile...............................................................................................8
2.5.5 Braille...................................................................................................................8
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................9
3.1 Studi Kasus..................................................................................................................9
3.1.1 Identifikasi Kasus.................................................................................................9
3.1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................................9
3.1.3 Diagnosis..............................................................................................................9
3.1.4 Prognosis............................................................................................................10

ii
3.1.5 Treatment...........................................................................................................10
3.1.6 Follow Up (Tindak Lanjut)................................................................................11
3.2 Kendala, Hambatan, dan Solusi.................................................................................11
BAB IV PENUTUP................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan................................................................................................................12
4.2 Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
LAMPIRAN14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah untuk anak-anak berpendidikan khusus.
Berbicara tentang SLB, tidak akan lepas dari keberadaan ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus), ABK ialah anak yang memiliki grafik perkembangan yang berbeda dengan
anak normal. SLB biasanya memiliki fasilitas-fasilitas yang tidak biasa dimiliki oleh
sekolah pada umumnya, dikarenakan fungsinya dari sekolah itu sendiri yang memang
hanya akan memberikan pengajaran sesuai dengan kemampuan anak-anak berkebutuhan
khusus. Misalnya, ruang bina komunikasi dan persepsi bunyi dan irama, ruang bina
persepsi bunyi dan bicara, ruang keterampilan dan lainlain. Ruangan-ruangan tersebut
hampir mirip dengan ruangan kelas pada sekolahsekolah pada umumnya tetapi
didukung dengan alat-alat yang dapat membantu para anak berkebutuhan khusus (ABK)
untuk menangkap pelajaran yang diberikan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Pemenuhan tugas case method pada mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2. Mengetahui permasalahan yang terjadi pada siswa/i di sekolah SLB.
3. Mengetahui aspek apa saja yang berlaku dalam penetuan solusi yang tepat guna
menunjang keberhasilan pembelajaran siswa/i di sekolah SLB.
4. Memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi pada siswa/i di sekolah SLB.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini yaitu:

1. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam membuat karya ilmiah.


2. Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya. 
3. Mengembangkan pola pikir kritis dan analitis.

1
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pendidikan

2.1.1 Pengertian Pendidikan


Menurut Makmun (2009:272) lembaga pendidikan umum ataupun sekolah
khusus adalah tempat dimana orang tua menumpukan harapan untuk anaknya agar
memperoleh pengetahuan, keterampilan sikap, karakter yang mengagumkan dan
sarana pengembangan karir. Orang tua dan masyarakat mengandalkan pendidikan
untuk meningkatkan status sosial dan bekal hidup bagi anaknya. Pendidikan tidak
hanya ditujukan kepada suatu golongan orang, namun untuk semua golongan tanpa
memandang perbedaan atau status apapun.
2.1.2 Pengertian SLB
Pemerataan pendidikan masih menjadi bahasan dalam dunia pendidkan.
Pendidikan adalah hak dasar yang dimiliki oleh semua anak. Setiap warga negara
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak
mendapatkan pendidikan khusus.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dibuatlah sekolah luar biasa oleh
pemerintah. Sekolah luar biasa (SLB) adalah suatu pendidikan formal yang
disediakan bagi mereka yang memiliki kelainan. Lembaga pendidikan SLB
memiliki tujuan untuk membantu peserta didik yang menyandang kelainan agar
mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai individu
maupun kelompok dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungannya.

2.2 Tunanetra

2.2.1 Pengertian Tunanetra

Di dunia ini banyak orang yang terlahir dengan kelainan . Baik itu kelainan
fisik, emosional, mental, intelektuan dan sosial. Kelainan tersebut bisa saja karena
bawaan lahir atau karena suatu insiden. Salah satu kelainan yang panling menjadi
perhatian adalah kelainan penglihatan atau dengan kata lain tunanetra. Menurut

2
Praptaningrum (2020) tunanetra adalah seseorang yang memiliki kondisi dimana
indra penglihatan tidak dapat berfungsi dengan normal, tidak dapat melihat (buta
total) dan dapat melihat hanya melihat cahaya (kurang awas). Tunanetra adalah
individu yang memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan indera penglihatannya
untuk melihat.
Siswa tunanetra mendapatkan berbagai fasilitas belajar khusus yang
disesuaikan dengan kondisi fisik. Diantara fasilitas tersebut yaitu buku bacaan
dalam bentuk tulisan brille, alat tulis khusus brille yang disebut slate dan stilus,
abacus, gambar timbul, benda benda konkret dan masih banyak yang lainnya
(Nurmitasari, 2015).
Siswa tunanetra membutuhkan perhatian khusus agar mencapai tujuan
pendidikan dengan baik. Berdasarkan tingkat gangguannya tunanetra dibagi dua
yaitu buta total (total blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (low
visioan). Keterbatasan fungsi indra penglihatan maka tunanetra berusaha
memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, dan
pendengaran sehingga tidak sedikit penyandang tunanetra yang memiliki
kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan. Dan
siswa tunanetra sebagaimana siswa lainnya, membutuhkan pendidikan untuk
menegembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

2.2.2 Karakteristik Tunanetra


Ketika anak tunanetra memiliki hambatan untuk melakukan berbagai hal
layaknya seperti anak normal pada umunya, maka perlu bagi kita untuk memahami
karakteristik anak tunanetra tersebut antara lain (Widjaya, 2012):
a. Karakteristik Kognitif
 Tingkat dan keanekaragaman pengalaman
Pengalaman anak tunanetra diperoleh dengan memanfaatkan indera-
indera yang masih berfungsi, seperti pendengaran dan perabaan. Tetapi
dengan indera-indera tersebut tidak mudah mendapat informasi,
misalnya seperti warna yang sebenarnya diperoleh melalui penglihatan.
Berbeda dengan perabaan, ketika ingin mengekplorasi benda dengan
perabaan merupakan proses keseluruhan dan orang tersebut yang harus
melakukan kontak dengan benda yang dirabanya selama dia melakukan
eksplorasi tersebut.

3
 Kemampuan untuk berpindah tempat
Tunanetra memiliki keterbatasan untuk bergerak dengan leluasa dalam
suatu lingkungan. Keterbatasan tersebut menyebabkan keterbatasan
dalam memperoleh pengalaman dan berpengaruh pada hubungan sosial.
 Interaksi dengan lingkungan
Tunanetra sulit menggambarkan tentang lingkungan sekitarnya seperti
melihat orang-orang disekitarnya, melihat ruangan dimana dia berada,
bergerak bebas di lingkungan sekitar, walaupun dengan keterampilan
mobilas yang dimilikinya.
b. Karakteristik Akademik.
Dampak ketunanetraan juga berpengaruh pada perekembangan
keterampilan akdemis, khusunya dalam bidang membaca dan menulis. Dalam
membaca dan menulis tunanetra menggunakan braille, sehingga tunanetra
dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulisnya.
c. Karakteristik Sosial
Tunanetra memiliki keterbatasan dalam belajar melalui pengamatan dan
menirukan, sehingga tunanetra sering kesulitan dalam melakukan perilaku
sosial yang benar. Akibat dari ketunaannya tersebut berpengaruh terhadap
keterampilan sosial, seperti memperagakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah
dengan benar.
d. Karakteristik Perilaku
Tunanetra sering menunjukkan perilaku streotip seperti membuat suara
dengan jarinya, menekan matanya, dan sebagainya yang dapat dikenali dengan
karakteristik sebagai berikut.
 Tidak dapat melihat
 Tidak dapat mengenali orang pada jarak 6 meter
 Pada kedua bola mata terdapat kerusakan
 Tunanetra sulit ketika mengambil benda yang berukuran kecil
disekitarnya
 Ketika berjalan sering meraba-raba dan tersandung
 Pada bagian bola mata yang hitam berwarna keruh, kering, dan bersisik
 Peradangan pada kedua bola mata
 Mata bergoyak atau bergoyang terus (Marlina, 2015)

4
2.3 Matematika

2.3.1 Pengertian Matematika


Mempelajari matematikan merupakan ilmu yang harus dipelajari oleh seluruh
individu. Di dalam kehidupan sehari-hari, tanpa kita sadari segala sesuatu
membutuhkan matematika. seperti dalam kegiatan jual beli, pengukuran panjang,
menghitung jarak, dan lain sebagainya. Menurut Hudojo (dalam Indriani, 2019)
Matematika merupakan ilmu yang tidak hanya berhubungan dengan bilangan-
bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasaranya.
Abdurrahman (2012:211) mengatakan bahwa anak berkesulitan belajar
matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagi objek dalam
hubungannya dengan kelompok atau set. Dalam pelajaran matematika fungsi
penglihatan sangat dibutuhkan karena terdapat simbol- simbol yang sulit dijelaskan
secara lisan dan sulit dipahami oleh siswa jika diperdengarkan saja (Afidah &
Andajani, 2015). Sehingga untuk anak yang jelas memiliki kelainan fisik khusunya
kelainan dalam hal penglihatan, secara otomatis akan mengalami kesulitan untuk
mengidentifikasi objek.
2.3.2 Kesulitan Siswa Tunanetra Mempelajari Matematika
Keterbatasan fisik yang dimiliki oleh siswa tunanetra menjadi hambatan bagi
mereka untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Kesulitan belajar
matematika menjadi akibat dari kondisi yang mereka miliki. Kesulitan belajar
merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan seseorang siswa tidak dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya yang
disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan tidak dapat
mencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan (Irham &
Wiyani, 2013). Kendala yang mereka peroleh menyebabkan mereka mengalami
ketidakberhasilan atau kurang berhasil dalam meraih tujuan belajarnya.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri siswa, misalnya kesehatan, bakat minat, motivasi, intelegensi dan
sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
diri siswa misalnya dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat.

5
Menghindari terjadinya salah persepsi pada siswa tunanetra ketika
mempelajari matematika, maka sangat diperlukan sebuah media pembelajaran
yang konkret untuk membantu mereka dalam memvisualisasikan materi. Proses
mempelajari matematika membutuhkan pemahaman dan suatu penalaran karena
matematika merupakan ilmu abstrak.
Sementara itu, kendala yang ditemui oleh siswa tunanetra ketika mereka
belajar matematika yaitu peran aktif indera visual sangat dibutuhkan untuk
menerima banyaknya materi matematika, misalnya dalam materi sistem koordinat
kartesius, sehingga diperlukan media yang dapat membantu penggantian peran
visual mereka. Penerimaan informasi seorang tunanetra hanya dapat didapatkan
melalui indera yang lain (selain mata) karena keterbatasan atau bahkan
ketidakmampuan yang mereka miliki pada indera penglihatannya. (Mutmainah,
2015)

2.4 Gaya Belajar

2.4.1 Gaya Belajar Siswa Tunanetra

Gaya belajar siswa tunetra adalah Auditori dan kinestetik karena indra
penglihatan yang tidak berfungsi secara normal.
 Auditori (Auditory Learners)
Gaya belajar auditori adalah gaya belajar yang berfokus pada pendengaran.
Individu dengan gaya belajar ini akan lebih mudah memahami dan mengingat
informasi dari apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat.
 Kinestetik (Kinesthetic Learners)
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang banyak melibatkan gerakan.
Individu dengan gaya belajar ini akan lebih mudah memahami dan mengingat
informasi dengan mempraktekannya langsung disbanding hanya mendengarkan
dan membaca teori.

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar seseorang, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
 Faktor Internal

6
Faktor fisiologi, yaitu segala hal berhubungan dengan kondisi fisik dan
Kesehatan individu yang dapat mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Faktor ini meliputi kondisi fisik yang normal dan kondisi kesehatan.
Faktor psikologis, psikologi seseorang sangat mempengaruhi proses belajarnya.
Faktor ini meliputi minat dan usaha, intelegensi, bakat, motivasi, konsentrasi
belajar, kesiapan dan kematangan, kelelahan, dan kejenuhan dalam belajar.
 Faktor Eksternal
Faktor lingkungan keluarga, lingkungan keluarga merupakan hal pertama
utama dalam perkembangan belajar anak. Faktor ini meliputi perhatian orang
tua, keadaan ekonomi dan hubungan antar anggota keluarga.
Faktor lingkungan sekolah, sekolah merupakan lebaga forman dalam proses
belajar dan pembelajaran. Beberapa hal penunjang keberhasilan belajar
disekolah, yaitu kurikulum yang baik, sarana dan prasarana yang lengkap, tata
tertib dan disiplin, dan guru yang profesional.
Faktor lingkungan masyarakat, lingkungan masyarakat juga menjadi foktor
penting dalam perkembangan belajar seseorang. Faktor ini meliputi bagaimana
kegiatan individu dalam masyarakat, media masa yang dilihat, teman bergaul
dan lingkungan sekitar.

2.5 Media Belajar Siswa Tunanetra

2.5.1 Papan Berpaku

Papan berpaku barguna sebagai alat bantu pembelajaran Matematika di SLB-


A (Tunanetra) untuk menanamkan konsep atau pengertian geometri, seperti
pengenalan geometri, seperti pengenalan geometri bangun datar, keliling bangun
datar, menghitung luas bangun datar.

2.5.2 Alat Peraga Manipulatif


Pembelajaran dengan alat peraga manipulatif adalah suatu pembelajaran yang
menyediakan alat dimana pengunanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi
pengajaran. Alat peraga manipulatif tidak hanya disediakan sebagai sarana untuk
memvisualisasikan pengetahuan siswa tunanetra terhadap suatu benda atau obyek
yang mereka ketahui secara verbal. Namun juga sebagai sarana untuk mengajarkan
suatu konsep baru kepada mereka.

7
2.5.3 Kotak Sortasi
Media pembelajaran ini dirancang khusus untuk siswa tunanetra dalam
mempelajari geometri materi bangun ruang. Media kotak sortasi adalah salah satu
jenis mainan sekaligus media edukatif terutama dalam menstimulasi
perkembangan anak yang diterapkan dalam pembelajaran mengenal geometri.
2.5.4 Berbasis Van Hiele
Pembelajaran yang dapat diterapkan pada siswa adalah pembelajaran berbasis
Van Hiele. Pembelajaran berbasis Van Hiele Model pembelajaran geometri
berbasis teori Van Hiele bertujuan untuk meningkatkan tingkat berpikir siswa
dalam geometri. Sintak dari teori Van Hiele adalah pada level pertama (visualisasi)
siswa mengenali bangun-bangun datar berdasarkan bentuknya dan membedakan
bangun segi banyak dan bukan segi banyak. Pada level kedua (Analisis) siswa
mengenal sifat-sifat dari masing-masing bangun datar. Pada level ketiga
(Abstraksi) siswa mempersepsi suatu hubungan diantara sifat-sifat , yang mana
mereka menghubungkan sifat tersebut pada bentuk permukaan suatu benda.
2.5.5 Braille
Papan Koordinat Kartesius (PANDIKAR) bagi siswa tunanetra yang
dilengkapi dengan angka dan huruf braille sehingga siswa mampu memahami
materi dengan baik melalui indera peraba mereka. Materi sistem koordinat
kartesius merupakan materi yang membutuhkan peran aktif dari indera visual
sehingga diharapkan media PANDIKAR berkode braille dapat digunakan sebagai
alternatif media pembelajaran untuk siswa tunanetra.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus

3.1.1 Identifikasi Kasus


Pada laporan studi kasus ini, kelompok kami mengidentifikasi permasalahan
yang berkaitan dengan pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi ABK. Kami
menemukan sebuah permasalahan dalam pembelajaran di salah satu kelas di SLBA
Karya Murni, meraka mengatakan bahwa mereka tidak menyukai pelajaran
matematika. Kami kemudian mencoba mencari informasi lebih lanjut terkait alasan
dan solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
3.1.2 Identifikasi Masalah
 Subjek Kasus
Subjek pada pengamatan ini adalah siswa-siswi kelas 9 SLBA Karya Murni
yang berjumlah 3 orang.
 Hasil Pengamatan
Dalam mengidentifikasi kasus ini, kami mengumpulkan informasi melalui studi
lapangan.
Pada saat berbincang-bincang dengan siswa-siswi kelas 9 SLBA Karya Murni
kami mememukan bahwa mereka ternyata tidak menyukai pelajaran
matematika, mereka sepakat bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran
yang sulit.
Tunanetra mengalami keterbatasan dalam menerima informasi visual
dikarenakan indera penglihatannya tidak berfungsi dengan baik. Tunanetra
biasanya mengubah informasi yang didapat menjadi sebuah bentuk dalam
imajinasi mereka. Dalam hal ini, kesulitan siswa dalam menginterpresentasikan
sebuah kalimat menjadi bentuk menjadi salah satu penyebab siswa tidak
menyukai pelajaran matematika.
3.1.3 Diagnosis
Beberapa factor terkait kesulitan siswa dalam menginterpresentasikan sebuah
kalimat menjadi bentuk, yaitu:
 Kurangnya pendekatan guru kepada siswa.

9
 Media belajar tidak dimanfaatkan secara maksimal, atau memang kurangnya
media belajar yang dimiliki.
 Kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika, dan terus beranggapan
bahwa matematika itu sulit.
 Kemampuan siswa yang memang kurang dalang bidang matematika.
3.1.4 Prognosis
Apabila masalah ini tidak diatasi, maka kemungkinan yang terjadi sebagai
berikut.
 Siswa-siswi akan terus merasa bahwa matematika sulit
 Siswa-siswi kurang menguasai pelajaran metematika
 Tujuan pembelajaran akan sulit tercapai
Apabila kasus ini segera diatasi, maka kemungkinan yang terjadi sebagai
beriku.
 Memotivasi siswa untuk lebih semangat belajar matimatika
 Siwa-siswi lebih menyukai pelajaran matematika
 Siswa-siswi lebih terampil dalam pelajaran matematika
 Tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai
3.1.5 Treatment
Berdasarkan permasalahan tersebut, upaya yang dapat dilakukan, yaitu:

a) Mengembangkan media pembelajaran yang mendukung untuk memahami


pembelajaran matematika, Beberapa inovasi yang dapat dijadikan referensi
media belajar:
 PANDIKAR (Papan Koordinat Kartesius) berkode braille
Materi sistem koordinat kartesius merupakan materi yang
membutuhkan peran aktif dari indera visual sehingga diharapkan media
PANDIKAR berkode brailledapat digunakan sebagai
alternatifmediapembelajaranuntuk anak tunanetra.
 INVIGRAM (Blind Visual Venn Diagrams)
 INVIGRAM adalah media pembelajaran himpunan khususnya digaram venn
yang di atur menjadi tiga dimensi serta dikombinasikan dengan angka braille
untuk memudahkan siswa-siswi tunanetra mengenal bentuk-bentuk diagram
venn serta cara penyelesaiannya.

b) Memanfaatkan media belajar yang dimiliki semaksimal mungkin


c) Menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan,

10
d) Guru mengajarkan secara pelan-pelan hingga siswa dapat mengerti sedikit demi
sedikit dalam artian guru dituntut untuk sabar.
3.1.6 Follow Up (Tindak Lanjut)
Dari banyaknya materi pembelajaran matematika, guru dapat melihat pada
materi mana anak dapat lebih memahami, sehingga guru dapat lebih memfokuskan
anak pada materi itu, hal ini bermaksud guru jangan memaksa anak untuk dapat
memahami pelajaran yang ia tidak suka, terlebih lagi mereka memang memiliki
keterbatasan yang menghambat mereka untuk dapat memaksimalkan pembelajaran
matematika tersebut. Berikan motivasi dan semangat kepada mereka agar mereka
tidak mudah menyerah dan merasa tidak mampu dalam pelajaran matematika
karena keterbatasan yang mereka miliki. Dan juga guru dituntun untuk
mengembangkan dan menggunakan media belajar yang lebih inovatif, yang
sekiranga dapat lebih membantu siswa dalam pembelajaran.

3.2 Kendala, Hambatan dan Solusi

Kendala dan hambatan yang kami hadapi dalam studi kasus ini, yaitu:
 Harus meminta surat izin pelaksanaan terlebih dahulu.
 Tugas-tugas yang juga banyak dari mata kuliah lain yang kami jalani.
 SLB sedang melaksanakan ujian jadi tidak dapat dilakukan pengamatan proses
pembelajaran.
Solusi yang kami terapkan untuk mengatasi kendala dan hambatan tersebut, yaitu:
 Segera mengurus surat izin pelaksanaan ke Universitas.
 Memanajemen waktu pengerjaan tugas.
 Melaksanakan wawancara ke beberapa siswa tunanetra SLBA.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa siswa-siswi kelas 9 SLBA
Karya Murni mengatakana bahwa mereka tidak menyukai pelajaran matematika. mereka
kesulitan dalam menginterpresentasikan sebuah kalimat menjadi bentuk. Beberapa
faktor yang mungkin menjadi penyebab hal tersebut, yaitu:
 Kurangnya pendekatan guru kepada siswa
 Media belajar tidak dimanfaatkan secara maksimal, atau memang kurangnya media
belajar yang dimiliki
 Kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika, dan terus beranggapan bahwa
matematika itu sulit
 Kemampuan siswa yang memang kurang dalang bidang matematika
Berdasarkan permasalahan tersebut, upaya yang dapat dilakukan, yaitu:
 Mengembangkan media pembelajaran yang mendukung untuk memahami
pembelajaran matematika
 Memanfaatkan media belajar yang dimiliki semaksimal mungkin
 Menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan
 Guru mengajarkan secara pelan-pelan hingga siswa dapat mengerti sedikit demi
sedikit dalam artian guru dituntut untuk sabar

4.2 Saran

Guru sebaiknya sebisa mungkin menciptakan suasanan menyenangkan dalam


pembelajaran, misalnya dengan tidak memaksakan kemampuan siswa namun tetap
berusaha memberikan yang terbaik diimbangi dengan kesabaran dan juga swlalu
memberikan motivasi untuk menggugah semangat siswa dalam pelajaran matematika.
tidah hanya itu, media belajar juga sangat perlu dimaksimalkan terutama media
belajar yang dapat digunakan dengan memanfaatkan indra lain terutama perabaan,
untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman.M.2012.Anak Berkesulitan Belajar:Teori, Diagnosis, Dan


Remediasinya.Jakarta:Rineka Cipta.

Afidah, N., & Andajani, S. J. (2015). Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunanetra Kelas V SLBA. Jurnal
Pendidikan Khusus, 7(2), 1–8.

Indriani, Rusdiana, Umi Safiul Ummah dan Sikhabuden. 2019. Pembelajaran Berbasis
Teori Van Hiele Terhadap Pemahaman Bangun Geometri Tunanetra. 5(1). 33-38.

Irham, M., & Wiyani, N., A. 2013. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Makmun,Abin Syamsuddin.2009.Psikologi Kependidikan;Perangkat Sistem Pengajaran


Modul. Bandung: Pt.Remaja Rosdakarya.

Marlina. (2015). Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Padang: UNP Press.

Mutmainnah, R. N. 2015. Pemahaman Siswa Tunanetra (Buta Total Sejak Lahir dan
Sejak Waktu Tertentu) Terhadap Bangun Datar Segitiga. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Matematika, Fibonacci. Vol. 1 (1), pp: 15-2.

Nurmitasari. (2015). Pola Penerimaan Siswa Tunanetra dalam Pembelajaran Matematika


di SMPLB. Jurnal E-DuMath, 1(2), 82–88.

Praptaningrum, A. 2020. Penerapan Bahan Ajar Audio Untuk Anak Tunanetra Tingkat
SMP di Indonesia. Jurnal Teknologi Pendidikan, 5(1):1-19.

Rumantinigsih, Dini K., dkk. 2020. MENGATASI KESULITAN BELAJAR


MATEMATIKA PADA SISWA TUNANETRA MELALUI PENGEMBANGAN
MEDIA PANDIKAR BERKODE BRAILLE. Jurnal Pendidikan Matematika dan
Matematika. 6(2), 105 – 114. DOI: https://dx.doi.org/10.24853/fbc.6.2.105-114.

Widjaya, A. (2012). Seluk- Beluk Tunanetra & Strategi Pembelajarannya. Jogjakarta:


Javalitera.

https://www.kompasiana.com/indah14866/5f9249008ede48718507f0a2/blind-visual-
venn-diagrams-untuk-anak-tunanetra-smplb-a-ypab-surabaya (Diakses pada
27/03/2022)

14
LAMPIRAN

Berikut dokumentasi berdasarkan kunjungan di sekolah SLB-A Karya Murni

15
Berikut surat izin dalam melakukan kunjungan di SLB-A Karya Murni

16

Anda mungkin juga menyukai