Anda di halaman 1dari 19

JURNAL PRAKTIKUM

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN


ORGANISME

Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Mikrobiologi yang
diampu oleh:

Dr. Hj. Peristiwati, M. Kes.

Dr. Hj. Any Fitiani, M.Si.

Disusun oleh:

Yollanda Amalia Husna

2001510

Pendidikan Biologi A 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2022
A. Judul
Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Organisme

B. Tujuan
1. Menentukan pengaruh oksigen terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
2. Menentukan pH optimum yang diperlukan mikroorganisme untuk tumbuh.
3. Menentukan suhu optimum yang diperlukan mikroorganisme untuk tumbuh.

C. Landasan Teori
Kebutuhan mikroorganisme yang digunakan untuk pertumbuhan dapat
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi.
Aspek-aspek fisik yang menjadi kebutuhan mikroorganisme dapat mencakup
suhu, pH, oksigen, dan tekanan osmotik. Sedangkan untuk kebutuhan kimiawi
meliputi air, sumber karbon, nitrogen, oksigen, mineral-mineral, dan faktor
penumbuh. Kondisi lingkungan juga dapat memicu pertumbuhan dan
reproduksi mikroorganisme. (Jeneng, 2010).

Terdapat perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan


sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan
nutrien yang sesuai untuk aktivitasnya, juga memerlukan faktor lingkungan
yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya
bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang
berbeda-beda. Untuk hasil kultivasinya, berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu
kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar dan Chan,
2007).

Kebutuhan Oksigen
• Mikroorganisme Obligat aerob yang memerlukan oksigen sebagai
akseptor elektron dalam proses respirasi.
• Mikroorganisme mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang
memerlukan oksigen dalam jumlah terbatas karena jumlah oksigen yang
berlebih akan menghambat kerja enzim oksidatif dan menimbulkan
kematian.
• Mikroorganisme fakultatif anaerob adalah mikroorganisme yang tetap
tumbuh dalam lingkungan kelompok fakultatif aerob.
• Mikroorganisme aerotoleran adalah mikroorganisme yang toleran
terhadap O2.
• Mikroorganisme Obligat anaerob adalah mikroorganisme yang tidak
memerlukan O2 karena oksigen akan membentuk H2O2 yang bersifat
toksik dan meyebabkan kematian.

Derajat Keasaman pH

Suhu
• Psikrofil : Tumbuh pada suhu 0°- 20°C. Optimum kisaran 13°C.
Karakteristik istimewanya dapat tumbuh pada 0-5° C.
• Mesofil : 20°C-45°C.
• Termofil : Tumbuh pada suhu lebih dari 45°C. Karakteristik istimewanya
dapat tumbuh pada suhu diatas 45°C. a. Fakultatif termofil : Optimum
pertumbuhan 45-60° C. b. Obligat termofil : tumbuh diatas 50°C,
pertumbuhan optimum diatas 60°C.
• Minimum : enzim inaktif , sehingga belum terjadi pertumbuhan.
• Optimum : terjadi reaksi enzimatis sehingga terjadi pertumbuhan.
• Max : enzim terdenaturasi, sehingga terjadi kematian pada mikroba.

1. Pengaruh Oksigen Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme


a. Tujuan
i. Untuk menentukan pengaruh Oksigen terhadap pertumbuhan
mikroorganisme
ii. Untuk mempelajari pengelompokkan mikroorganisme berdasarkan
kebutuhan oksigen

b. Prinsip Kerja
Mikroorganisme menunjukkan keragaman yang besar dalam
kemampuan untuk menggunakan oksigen bebas (O2) untuk respirasi seluler.
Mikroorganisme dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok
berdasarkan kebutuhan O2 mereka:
• Aerob obligat membutuhkan kehadiran atmosfer oksigen untuk
pertumbuhan.
• Mikroaerofil membutuhkan jumlah oksigen terbatas untuk
pertumbuhan. Oksigen melebihi jumlah yang dibutuhkan akan
menghambat pertumbuhan.
• Anaerob obligat tidak membutuhkan oksigen. Adanya oksigen akan
mematikan mikroorganisme.
• Anaerob Aerotoleran tidak mati jika ada oksigen karena mereka tidak
menggunakan O2 sebagai akseptor elektron terakhir.
• Anaerob fakultatif dapat tumbuh di ada atau tidak adanya oksigen
bebas. Mereka lebih suka menggunakan oksigen untuk respirasi aerobik.
Namun, dalam lingkungan yang miskin oksigen, Respirasi sel dapat terjadi
secara anaerobik (Cappuccino, 2019)

Kebutuhan oksigen mikroorganisme dapat ditentukan dengan


mencatat distribusi pertumbuhannya setelah inokulasi tabung goyang.
Prosedur ini dilakukan dengan menginokulasi bakteri ke dalam media agar
cair lalu mengocok tabung reaksi untuk menyebarkan mikroorganisme ke
seluruh agar-agar, dan pemadatan medium yang cepat untuk memastikan
bahwa mikroorganisme tetap tersebar.

Distribusi pertumbuhan menunjukkan kebutuhan oksigen organisme.


Bakteri aerobik tumbuh di permukaan, sedangkan pertumbuhan anaerobik
terbatas pada bagian bawah tabung dalam. Fakultatif anaerob, karena tidak
terpengaruh terhadap ada atau tidak adanya oksigen, menunjukkan
pertumbuhan di seluruh media. Mikroaerofil tumbuh di zona sedikit di
bawah permukaan.

c. Alat dan Bahan


Tabel c.1. Alat yang Digunakan

No. Alat Jumlah


1. Waterbath 1 unit
2. Pembakar spirtus 1 unit
3. Pipet volume 1 unit
4. Gelas beaker 1 unit
5. Tabung reaksi 3 unit
6. Kapas 1 unit
7. Korek api 1 unit

Tabel c.2. Bahan yang Digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Kultur cair Staphylococcus 1 ml
aureus (bakteri) umur 24-48 jam
2. Kultur cair Saccharomyces 1 ml
cerevisisae (jamur) umur 24-48
jam
3. Kultur cair Aspergilus niger 1 ml
(jamur) 12-24 jam
4. Media NA tegak 3 unit
d. Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Area kerja dibersihkan menggunakan alkohol 70%
3. Masing-masing tabung diberi label sesuai dengan jenis bakteri dan
tanggal inokulasi
4. Tabung reaksi yang berisi NA tegak dipanaskan dalam penangas air
pada suhu 100°C hingga media mencair
5. Setelah mencair, medium didiamkan pada suhu ruang hingga mencapai
temperatur sekitar 45°C
6. Inokulasi tiap tabung dengan biakan yang telah disediakan sesuai
dengan tanda yang sudah diberikan. Lakukan secara aseptic

7. Organisme diratakan ke seluruh permukaan media agar cair dengan


cara
memutar tabung menggunakan telapak tangan

8. Kultur mikroba dimasukkan ke dalam air es agar membeku Kembali

9. Inkubasi tiap biakan selama 2x24 jam pada suhu yang telah ditentukan
(37oC)

Langkah Aseptis :

1. Tabung kultur cair bakteri dibuka dan lewatkan mulut tabung dekat api
2. Kultur cair bakteri diambil sebanyak 1 ml
3. Lewatkan kembali mulut tabung dekat api dan ditutup Kembali
4. Simpan kembali kultur cair bakteri pada rak tabung
5. Media NA cair disiapkan lalu mulut tabung dipanaskan di dekat api
6. Kultur cair diteteskan secara perlahan ke dalam media NA cair
7. Mulut tabung dipanaskan kembali di dekat api
8. Media NA cair ditutup Kembali

Lakukan hal yang sama pada kultur mikroba yang lainnya (Saccharomyces
cereviseae dan Aspergillus niger)

e. Hasil

Staphylococcus aureus Saccharomyces cerevisiae

Aspergillus niger

f. Pembahasan
Nama Species Tempat Tumbuh Jenis Mikroba
Staphylococcus aureus Terdapat dipermukaan Anaerob fakultatif
atas dan bawah
Saccharomyces Terdapat dipermukaan Aerob fakultatif
cereviseae atas dan bawah
Aspergillus niger Terdapat dipermukaan Aerob
atas

2. Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme


a. Tujuan
Untuk menentukan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Untuk menentukan suhu optimum yang diperlukan mikroorganisme untuk
tumbuh.

b. Prinsip
Pertumbuhan mikroba secara langsung tergantung pada bagaimana suhu
mempengaruhi enzim seluler. Dengan meningkatnya suhu, aktivitas enzim
meningkat sampai konfigurasi tiga dimensi molekul ini hilang karena
denaturasi struktur proteinnya. Ketika suhu diturunkan menuju titik beku,
inaktivasi enzim terjadi dan metabolisme sel secara bertahap berkurang.
Pada 0°C, reaksi biokimia berhenti di sebagian besar sel. Bakteri, sebagai
kelompok organisme hidup, mampu tumbuh dalam kisaran suhu
keseluruhan -5°C hingga 80°C (Capuccino, 2019). Setiap spesies,
bagaimanapun, membutuhkan rentang yang lebih sempit yang ditentukan
oleh sensitivitas panas dari sistem enzimnya. Rentang suhu spesifik terdiri
dari titik suhu kardinal (signifikan) berikut:
1. Suhu pertumbuhan minimum: Suhu terendah di mana pertumbuhan
akan terjadi. Di bawah suhu ini, aktivitas enzim dihambat dan sel-sel
menjadi tidak aktif secara metabolik sehingga pertumbuhan dapat
diabaikan atau tidak ada.
2. Suhu pertumbuhan maksimum: Suhu tertinggi di mana pertumbuhan
akan terjadi. Di atas suhu ini, sebagian besar enzim sel dihancurkan dan
organisme mati.
3. Suhu pertumbuhan optimal: Suhu di mana laju reproduksi paling cepat;
namun, itu belum tentu optimal atau ideal untuk semua aktivitas
enzimatik sel.

Semua bakteri dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu dari tiga


kelompok besar, tergantung pada persyaratan suhunya:

• Psikrofil: Spesies bakteri yang akan tumbuh dalam kisaran suhu 5°C
hingga 20°C. Bakteri psikrofil dapat ditemukan pada air es/kulkas.
• Mesofil: Spesies bakteri yang akan tumbuh dalam kisaran suhu 20°C
hingga 45°C. Ciri khas dari semua mesofil adalah kemampuannya
untuk tumbuh pada suhu tubuh manusia (37°C) dan
ketidakmampuannya untuk tumbuh pada suhu di atas 45°C. Bakteri
mesofil dapat ditemukan di tubuh manusia sebagai bakteri patogen
dan bakteri yang merusak pangan.

Termasuk di antara mesofil adalah dua kelompok berbeda:

• Mesofil dengan suhu pertumbuhan optimum antara 20°C dan 30°C


merupakan saprofit tumbuhan. b.Mesofil dengan suhu pertumbuhan
optimum antara 35°C sampai 40°C merupakan organisme yang lebih
suka tumbuh di dalam tubuh inang berdarah panas.
• Termofil: Spesies bakteri yang akan tumbuh pada suhu 35°C ke
atas. Bakteri yang tergolong pada kelompok ini dapat ditemukan
pada sumber air panas, kawah gunung berapi, dan sebagainya. Ada
dua kelompok termofil: a.Termofil fakultatif: organisme yang akan
tumbuh pada suhu 37°C, dengan suhu pertumbuhan optimum 45°C
sampai 60°C b.Termofil wajib: organisme yang hanya akan tumbuh
pada suhu di atas 50°C, dengan suhu pertumbuhan optimum di atas
60°C.
c. Alat dan Bahan
Tabel c.1. Alat yang Digunakan

No. Alat Jumlah


1. Pembakar bunsen 1 unit
2. Inokulasi 6 unit
3. Inkubator 1 unit
4. Refrigerator 1 unit
5. Tabung reaksi 10 unit
6. Rak tabung reaksi 1 unit
7. Pipet Pasteur 2 unit
8. Oven 1 unit

Tabel c.2. Bahan yang Digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Biakan murni bakteri Bacillus Secukupnya
stearothermophilus (24-
48jam)
2. Biakan murni bakteri Secukupnya
Escherichia coli (24- 48jam)
3. Biakan murni bakteri Serratia Secukupnya
marcescens (24-48 jam)
4. Biakan murni bakteri Secukupnya
Pseudomonas fluorescens (24-
48 jam)
5. 24 Nutrien Broth 18 media
d. Cara Kerja
1. Tangan dibersihkan terlebih dahulu
2. Area kerja disterilkan menggunakan alkohol 70%
3. Media NB diberi label dengan nama bakteri uji (ada 4) yang akan
diinokulasi dengan temperatur 5° C, 25° C, 38° C, 42° C, dan 55° C.
Gunakan satu media NB sebagai pembanding
4. NB (yang sudah diberi label) disimpan pada rak tabung reaksi
5. Pembakar spirtus/bunsen dinyalakan
6. Jarum inokulasi dipijarkan di atas pembakar spirtus hingga membara
7. Biakan murni diinokulasi menggunakan jarum inokulasi, dilakukan
secara aseptic
8. Jarum inokulasi diadukkan ke media NB
9. Tabung reaksi (media NB) ditutup dengan sumbat dan diletakan pada
rak tabung reaksi
10. Untuk perlakuan suhu 5° C, media NB diletakan dalam refrigerator
11. Untuk perlakuan suhu 25° C, media NB diletakan di ruangan terbuka
12. Untuk perlakuan suhu 38° C, 42° C dan 55° C, media NB miring
diletakan dalam inkubator yang berbeda
13. Simpan selama 24-48 jam lalu amati perubahan yang terjadi

e. Hasil

Pseudomonas fluorescens termasuk bakteri psikrofil dengan suhu optimum


5°C dan ditandai adanya kekeruhan warna pada media.
Escherichia coli termasuk bakteri Mesofil dengan suhu optimum 38°C dan
ditandai adanya kekeruhan warna pada media.

Serratia marcescens termasuk bakteri Mesofil dengan suhu optimum 25°C


dan ditandai adanya kekeruhan warna pada media juga terdapat warna
merah diatasnya.

Bacillus stearothermophilus termasuk bakteri Termofil dengan suhu


optimum 55°C dan ditandai adanya kekeruhan warna pada media.
f. Pembahasan
Pengaruh suhu pada pertumbuhan bakteri dan pigmentasi

Warna koloni dari Serratia marcescens berwarna orange-merah yang


berasal dari pigmen prodigiosin dan suhu optimal dari mikroorganisme ini
adalah 22°C. Jadi ketika dipanaskan pada suhu 22°C akan mengekspresikan
morfologinya yaitu berwarna merah. Berdasarkan hasil praktikum pengaruh
suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme dihasilkan, terdapat perbedaan
hasil dari setiap mikroorganisme yang diuji. Indikator dari pengaruh suhu
terhadap pertumbuhan bakteri yaitu dilihat dari kekeruhan warna pada
media. Semakin keruh warna media, semakin tinggi pertumbuhan
mikroorganisme uji. Berdasarkan perlakuan suhu pada saat praktikum,
Pseudomonas fluorescens termasuk bakteri psikrofil, Escherichia coli,
Serratia marcescens termasuk bakteri mesofil, dan Bacillus
stearothermophilus termasuk bakteri termofil.

3. Pengaruh Ph Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

a. Tujuan
Untuk menentukan pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroorganisme
dan untuk menentukan pH optimum yang diperlukan mikroorganisme untuk
tumbuh.

b. Prinsip Kerja
Sebagian besar bakteri tumbuh paling baik pada pH antara 6,5 dan 7,5, dan
jamur menunjukkan pertumbuhan optimal antara pH 4 dan 6. Namun,
selama pertumbuhan mikroorganisme pH dapat berubah naik atau turun,
bergantung kepada komposisi medium yang diuraikan.
1. Untuk menurunkan pH, tambahkan larutan asam seperti HCl ke dalam
medium.
2. Untuk menaikkan pH, tambahkan larutan basa seperti NaOH atau KOH
ke dalam medium.
3. Bila ingin pH konstan selama pertumbuhan harus diberikan larutan
penyangga atau buffer yang sesuai dengan media dan jenis
mikroorganisme.

c. Alat dan Bahan


Tabel c.1. Alat yang Digunakan

No. Alat Jumlah


1. Pembakar bunsen 1 unit
2. Autoclave 1 unit
3. Inkubator 1 unit
4. Jarum inokulasi 1 unit
5. Tabung reaksi 1 unit
6. Pipet ukur 1 ml 1 unit
7. Sumbat kapas Secukupnya

Tabel c.2. Bahan yang Digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Larutan HCl 1N Secukupnya
2. Larutan NaOH 1N Secukupnya
3. Alkohol 70% Secukupnya
4. 3 biakan murni jamur 24-48 jam 1 unit
5. Nutrien both dengan pH 9 ml
2,4,6,8,10
9. Nutrient Broth (NB) 1 unit
d. Langkah Kerja
i. Langkah Kerja Mengukur pH
1. Disiapkan tabung reaksi.
2. Tulis label untuk menandai isolat bakteri dan perlakuan.
Kemudian tempel label pada tabung reaksi.
3. Tambahkan media NB sebanyak 9 ml sebagai kontrol (tidak
diinokulasi). Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
tutup dengan sumbat kapas.
4. Kertas pH dicelupkan pada media NB untuk mengukur pH netral.
5. Sesuaikan warnanya dengan pH indikator universal
6. Jika sudah sesuai, masukkan media NB tersebut ke dalam tabung
reaksi sesuai dengan labelnya dan tutup dengan sumbat kapas.
7. Selanjutnya turunkan pH media menjadi pH Asam dengan
meneteskan HCl secara perlahan.
8. Tes pH media dengan mencelupkan kertas pH indikator universal.
9. Kemudian sesuaikan warnanya dengan pH indikator universal.
10. Jika sudah sesuai, masukkan media tersebut ke dalam tabung
reaksi sesuai dengan labelnya dan tutup dengan sumbat kapas.
11. Kemudian Atur pH media menjadi basa dengan meneteskan
NaOH secara perlahan.
12. Tes pH media dengan mencelupkan kertas pH indikator universal.
13. Kemudian sesuaikan warnanya dengan pH indikator universal.
14. Jika sudah sesuai, masukkan media tersebut ke dalam tabung
reaksi sesuai dengan labelnya dan tutup dengan sumbat kapas.
15. Sterilisasi semua media NB tersebut Menggunakan autoclave
dengan suhu 121 derajat celcius dan tekanan 1,5 atm selama 15-
20 menit.

ii. Langkah Kerja Proses Inokulasi Bakteri


1. Disiapkan alat dan bahan meliputi bunsen, korek api, jarum ose,
alkohol 70%, isolat bakteri, dan media NB steril.
2. Nyalakan api pada pembakar bunsen.
3. Meja kerja disterilisasi dengan alkohol 70%
4. Sterilisasi jarum ose dengan alkohol 70% dan pijarkan pada api
pembakar bunsen.
5. Biakan murni Lactobacillus acidophilus diinokulasi
menggunakan jarum inokulasi ke dalam media-media yang sudah
disesuaikan pH nya (pH 2, 4, 6, 8, dan 10) secara aseptic
6. Tabung reaksi (media NB) ditutup dengan sumbat dan diletakan
pada rak tabung reaksi.
7. Lakukan langkah yang sama pada biakan murni Staphylococcus
aureus dan Alcaligenes faecalis.
8. Semua media NB yang sudah diinokulasikan biakan murni
diletakan pada rak tabung reaksi.
9. Diinkubasikan biakan bakteri dengan perlakuan pH dan suhu 37
derajat celcius selama 24 jam.
10. Amati perubahan yang terjadi setelah 24 jam.
11. Natrium klorida ditimbang 0,9 gram lalu dilarutkan dengan
aquades secukupnya ke labu takar 100 ml.
12. Larutan disterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121 derajat
celcius dengan tekanan 1-2 atm.

e. Hasil Pengamatan
a. pH Effect Lactobacillus acidophilus

Tabung Reaksi Hasil Praktikum Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan


Mikroorganisme pada Lactobacillus acidophilus (Dok. Julie Wells, tanpa
tahun)
Pada Lactobacillus acidophilus mengalami perubahan warna pada tabung
dengan pH 2 menjadi lebih keruh yang tandanya ada aktivitas di dalamnya.
Acidofil merupakan jenis bakteri yang bisa hidup pada pH <6. Menurut
Hardiningsih,Titin, dkk. Tahun 2005. pH 6,5 merupakan pH optimum
untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus

b. pH Effect Staphylococcus aureus

Tabung Reaksi Hasil Praktikum Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan


Mikroorganisme pada Staphylococcus aureus (Dok. Julie Wells, tanpa
tahun)

Staphylococcus aureus mengalami perubahan kekeruhan warna pada


tabung dengan pH 6. Jenis bakteri Neutrofil merupakan jenis bakteri yang
dapat hidup pada suhu optimum sekitar >5,5 - <8 Menurut Krihariyani,
Diah, dkk. tahun 2016. pH optimal untuk pertumbuhan Staphylococcus
aureus adalah 7,4.
c. pH Effect Alcaligenes faecalis

Tabung Reaksi Hasil Praktikum Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan


Mikroorganisme pada Alcaligenes faecalis (Dok. Julie Wells, tanpa tahun)

Alcaligenes faecalis mengalami perubahan kekeruhan warna pada tabung


dengan pH 8 sehingga termasuk ke dalam bakteri alkalofil yang berarti
dapat hidup pada suhu kisaran 8.4-9.5. Menurut Putri Eka, tahun 2017
lebih tepatnya bakteri Alcaligenes faecalis mampu tumbuh optimum pada
pH 7.0.

D. Kesimpulan
• Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu oksigen,
suhu, dan pH.
• Berdasarkan perlakuan kebutuhan oksigen pada saat praktikum,
Saccharomyces cereviseae termasuk ke dalam jenis mikroba anaerob
fakultatif. Sedangkan Aspergillus niger termasuk ke dalam jenis mikroba
aerob.
• Berdasarkan perlakuan suhu pada saat praktikum, Escherichia coli, Serratia
marcescens termasuk bakteri mesofil. Pseudomonas fluorescens termasuk
bakteri psikrofil, dan Bacillus stearothermophilus termasuk bakteri termofil.
• Berdasarkan perlakuan pH pada saat praktikum, Lactobacillus acidophilus
termasuk bakteri Acidofil, Staphylococcus aureus termasuk bakteri
Neutrofil, dan Alcaligenes faecalis termasuk bakteri Alkalofil.
E. Daftar Pustaka
Cappuccino, James G., dan Welsh, Chad T. (2019). Microbiology: A Laboratory
Manual, 11thED. Missouri: Lindenwood University.
Hardiningsih,Titin, dkk. (2005). Isolasi dan Uji Resistensi Beberapa Isolat
Lactobacillus pada pH Rendah. Volume 7, Nomor 1 Januari 2006 Halaman:
15:17 J
ulie Wells. (Tanpa tahun). Lab 2-9: Effect of Temperature on Microbial Growth.
https://www.youtube.com/watch?v=qGkpw5W25K0
Krihariyani, Diah, dkk. (2016). POLA PERTUMBUHAN Staphylococcus
aureus PADA MEDIA AGAR DARAH MANUSIA GOLONGAN O, AB,
DAN DARAH DOMBA SEBAGAI KONTROL. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan, Vol. 3 No. 2, Maret 2016, hal : 191-200
Madigan, M.T., et.all. (2019). Brock Biology of Microorganisms. London:
Pearson Education Limited Praktikum Prodi TL Itenas Bandung. (2021).
Praktikum Mikling : Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Mikroba. [online].
Diakses dari : https://www.youtube.com/watch?v=4NuKe7AVNLQ
Rahma, Fina. (2020). Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Mikroba. Bandung : FPMIPA UPI
Putri Eka. (2017). Bioakumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Berdasarkan
Waktu Paparannya Oleh Bakteri Endapan Sedimen Perairan Sekitar Rumah
Susun Kota Makassar. Diakses melalui http://repositori.uin-alauddin.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai