Tahun 1896, seorang ilmuwan Italia, Guglielmo Marconi mematenkan
temuannya mengenai telegraf nirkabel yang menggunakan dua sirkuit.
Alat yang ditemukannya itu menjadi awal penggunaan teknologi untuk menciptakan radio. Awalnya sinyal yang dapat dikirim oleh jaringan nirkabel itu kurang dari 10 mil. Namun pada 1897, Guglielmo Marconi kembali mempublikasikan temuan baru yang dapat mengirim sinyal nirkabel pada jarak yang lebih jauh dari sebelumnya, yaitu 12 mil.
Tahun 1899, Guglielmo Marconi berhasil melakukan komunikasi
nirkabel antara Perancis dan Inggris melalui Selat Inggris dengan menggunakan osilator tesla. Kemudian pada 1904, John Ambrose Fleming berhasil menemukan tabung audio yng dapat digunakan sebagai penerima sinyal nirkabel untuk teknologi radio yang sebelumnya dikembangkan oleh Guglielmo Marconi. Tahun 1906, Dr. Lee de Forest mengembangkan teknologi tabung audio yang terdiri dari tiga elemen, disebut triode audion. Penemuan Lee de Forest memungkinkan sinyal gelombang suara ditransmisikan melalui sistem komunikasi nirkabel. Walaupun sinyal yang ditangkap oleh alatnya itu masih sangat lemah. Sekitar tahun 1912, Edwin Howard Armstrong menciptakan alat yang disebut radio amplifier, yaitu sebuah alat untuk penguat gelombang radio. Alat ini bekerja dengan cara menangkap sinyal elektromagnetik dari transmisi radio dan mengirim sinyal balik dari tabung audio. Dengan penguat gelombang radio ini, sinyal yang dihasilkan akan meningkat sebanyak 20.000 kali per detik. Alat ini pun dapat memungkinkan keluarnya suara lebih keras, sehingga dapat didengar langsung tanpa membutuhkan earphone. Penemuan alat ini kemudian menjadi sangat penting dalam sistem komunikasi radio karena jauh lebih baik dan efisien dibandingkan temuan alat sebelumnya.