NEWS
SOLOPOS.COM - Kaldera Toba (Kemendikbud)
PromosiKado Manis Ultah Solo, Omzet UMKM Naik 5 Kali Lipat Lewat Tokopedia
Gunung Toba sudah tiga kali mengalami letusan hebat yang disebut
dengan supereruption. Letusan Gunung Toba terakhir kalinya pada 74.000 tahun
silam.
Letusan ini membuat lebih setengah permukaan bumi tertutup abu vulkanik
selama bertahun-tahun. Jejak letusan Gunung Toba kala itu ditemukan di hampir
seluruh permukaan bumi, berupa sisa-sisa abu vulkanik yang menyatu dalam
tanah.
Hal itu membatasi masuknya sinar matahari hingga mengubah iklim dan memicu
gagal panen di banyak belahan dunia. Tragedi berikutnya pascasupererupsi
Gunung Toba yang dihadapi manusia yang hidup di zaman itu adalah kelaparan
dan kematian.
Letusan itu membentuk kaldera raksasa dengan panjang 100 kilometer dan lebar
30 kilometer. Pakar Kaldera dari Eastern Illinois University, Amerika Serikat,
Craig Alan Chesner, menjadi salah satu peneliti yang intensif menguak letusan
pada 74.000 silam.
Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, beberapa wkatu lalu, Chesner
sudah bolak-balik meneliti Toba dan menyebut Toba adalah rumah keduanya.
Letusan Muda
Craig dan koleganya sesama ahli kaldera sepakat, Toba adalah laboratorium
terlengkap di muka bumi mengenai kaldera. Pasalnya, warisan letusan gunung
itu masih banyak yang bisa ditemukan secara utuh. Menurut mereka, peristiwa
74.000 tahun lalu itu termasuk letusan muda secara geologis.