Anda di halaman 1dari 4

Kisah Letusan Gunung Toba yang

Membuat Separuh Bumi Tertutup


Abu Bertahun-Tahun
Kedahsyatan letusan gunung api raksasa (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun lalu bersumber
dari gejolak bawah bumi yang hiperaktif.

 NEWS

 Danang Nur Ihsan

 12 December 2020 22:30:23 WIB



SOLOPOS.COM - Kaldera Toba (Kemendikbud)

Solopos.com, SOLO — Kaldera Toba ditetapkan sebagai Global Geopark pada


Juli 2020 lalu. Kaldera itu lahir dari letusan mahadahsyat Gunung Toba pada
74.000 tahun silam.

PromosiKado Manis Ultah Solo, Omzet UMKM Naik 5 Kali Lipat Lewat Tokopedia

Gunung Toba sudah tiga kali mengalami letusan hebat yang disebut
dengan supereruption. Letusan Gunung Toba terakhir kalinya pada 74.000 tahun
silam.

Letusan ini membuat lebih setengah permukaan bumi tertutup abu vulkanik
selama bertahun-tahun. Jejak letusan Gunung Toba kala itu ditemukan di hampir
seluruh permukaan bumi, berupa sisa-sisa abu vulkanik yang menyatu dalam
tanah.

Di India misalnya, ditemukan jejak abu vulkanik Gunung Toba setebal 12


sentimeter. Debu vulkanik yang terhambur dari Gunung Toba menyelimuti lebih
dari separuh permukaan bumi.

Hal itu membatasi masuknya sinar matahari hingga mengubah iklim dan memicu
gagal panen di banyak belahan dunia. Tragedi berikutnya pascasupererupsi
Gunung Toba yang dihadapi manusia yang hidup di zaman itu adalah kelaparan
dan kematian.

Wajah Wanita Ini Bengkak Setelah Pencet Jerawat di Hidung

Letusan itu membentuk kaldera raksasa dengan panjang 100 kilometer dan lebar
30 kilometer. Pakar Kaldera dari Eastern Illinois University, Amerika Serikat,
Craig Alan Chesner, menjadi salah satu peneliti yang intensif menguak letusan
pada 74.000 silam.
Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, beberapa wkatu lalu, Chesner
sudah bolak-balik meneliti Toba dan menyebut Toba adalah rumah keduanya.

Letusan Muda

Craig dan koleganya sesama ahli kaldera sepakat, Toba adalah laboratorium
terlengkap di muka bumi mengenai kaldera. Pasalnya, warisan letusan gunung
itu masih banyak yang bisa ditemukan secara utuh. Menurut mereka, peristiwa
74.000 tahun lalu itu termasuk letusan muda secara geologis.

Ketuk Pintu Misterius Meneror Malaysia

Penelitian Chesner yang paling fenomenal adalah tentang bathymetric atau


kedalaman serta pemetaan dasar air, seperti danau atau laut (pada 2005 dan
2008).

Berdasarkan penelitian itu, Chesner menyebutkan, kedalaman Danau Toba tidak


rata, tetapi bervariasi, antara 50 meter dan 500 meter.
Pengukuran bathymetric yang dilakukan Chesner menggunakan metode
pengambilan data kedalaman dengan single-beam sonar.

Metode ini memakai proses pendeteksi perambatan suara (frekuensi) di bawah


kapal penarik. Selanjutnya, pencatatan perambatan suara itu menghasilkan peta-
peta kedalaman air yang akurat.

Penelitian terkini tentang letusan Gunung Toba menyimpulkan, letusan pertama


terjadi sekitar 800.000 tahun silam. Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan
Danau Toba meliputi daerah Prapat dan Porsea.
Sedangkan letusan kedua memiliki kekuatan lebih kecil terjadi sekitar 500.000
tahun lalu dan menghasilkan kaldera di sisi utara danau. Tepatnya di daerah
antara Silalahi dan Haranggaol.

Anda mungkin juga menyukai