Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH LETUSAN GUNUNG TOBA

Disusun Oleh:
FIRNA NAHWA FATTIA
2204109010014
PUTRI AMILIAWATI
2204109010008

MATA KULIAH PENGETAHUAN KEBENCANAAN DAN LINGKUNGAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH 2023


DAFTAR ISI

BAB I INFORMASI UMUM..........................................................................................................3


1.1 Administrasi...........................................................................................................................3
1.2 Populasi Penduduk.................................................................................................................4
1.3 Mata Pencaharian...................................................................................................................5
1.4 Daya Tarik Pariwisata............................................................................................................6
BAB II GEOGRAFIS......................................................................................................................7
2.1 Morfologi dan Geologi...........................................................................................................7
2.2 Tutupan Lahan.......................................................................................................................9
BAB III HAZARD (BAHAYA)....................................................................................................10
3.1 Sejarah Bencana...................................................................................................................10
3.2 Peta Hazard (Bahaya)...........................................................................................................10
3.3 Parameter Hazard (Bahaya).................................................................................................11
BAB IV KERAPUHAN................................................................................................................12
4.1 Jenis-Jenis Bangunan...........................................................................................................12
4.2 Peta Kerapuhan....................................................................................................................12
BAB V RESIKO............................................................................................................................13
5.1 Cara Menghitung Resiko.....................................................................................................13
5.2 Peta Resiko...........................................................................................................................13
BAB VI MITIGASI.......................................................................................................................16
6.1 Langkah-Langkah Mitigasi..................................................................................................16
6.2 Contoh Mitigasi....................................................................................................................17
6.3 Capacity Building................................................................................................................19
BAB VII SARAN DAN KESIMPULAN......................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22

2
BAB I

INFORMASI UMUM

1.1 Administrasi

Letusan super (supereruption) Toba adalah letusan Gunung Toba, sebuah gunung berapi
super, yang terjadi antara 69.000 dan 77.000 tahun yang lalu di kawasan Danau Toba, Sumatra
Utara, Indonesia. Danau Toba terletak di koordinat 3,5 º Lintang Utara dan 98,67° Bujur Timur.
Tak diketahui ukuran persis Gunung Super Toba. Yang jelas, lubang peninggalannya menjelma
menjadi Danau Toba yang panjangnya 100 kilometer dengan lebar 30 kilometer, dan kedalaman
mencapai 505 meter. Saking besarnya bahkan bisa dilihat dari angkasa luar. Letusan ini diakui
sebagai salah satu letusan gunung terdahsyat di Bumi. Hipotesis bencana Toba berpendapat
bahwa peristiwa alam ini mengakibatkan musim dingin vulkanik di seluruh dunia selama 6–10
tahun dan masa pendinginan selama 1.000 tahun. Letusan ini merupakan yang terakhir dan
terbesar dari empat letusan Toba selama kala Kuarter. Letusan ini dikenal juga dengan sebutan
Youngest Toba Tuff atau YTT. Gunung Toba memuntahkan sekitar 3.000 kilometer kubik batu
dan abu vulkanik yang menyebar ke seluruh penjuru. Di Pulau Samosir, tebal lapisan abu bahkan
mencapai 600 meter. Seperti dimuat situs NASA, aliran piroklastik atau awan yang merupakan
campuran gas panas, serpihan batu, dan abu, mengubur wilayah sekitar 20.000 kilometer persegi
di sekitar kaldera. Debu vulkanik juga mengendap di Samudra Hindia, Laut Arab, dan Laut Cina
Selatan. Inti laut dalam yang diambil dari Laut Cina Selatan telah membuktikan besarnya
jangkauan letusan, sehingga perhitungan massa letusan sebesar 2800 km 3 dianggap sebagai
jumlah minimum atau bahkan terlalu kecil. Teori bencana Toba berpendapat bahwa penyusutan
populasi manusia terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu. Jumlah manusia berkurang menjadi
kurang lebih 15.000 orang ketika Toba meletus dan mengakibatkan perubahan lingkungan besar,
termasuk musim dingin vulkanik. Teori ini didasarkan pada bukti geologi perubahan iklim
mendadak pada waktu itu dan penggabungan beberapa gen (termasuk DNA mitokondria,
kromosom Y, dan sejumlah gen inti) serta variasi genetik yang relatif rendah pada manusia
modern.
Kompleks Kaldera diperkirakan masih aktif semenjak letusan besar terbarunya,
keberadaan magma di bawah kerak di dukung oleh keberadaan mata air panas di sepanjang
rekahan barat, kebangkitan lantai depresi pasca 74.000 tahun, yang membentuk pulau Samosir.
Kubah kebangkitan membelah terbelah menjadi pulau Samosir dan blok Uluan oleh sesar graben
yang sejajar dengan sumbu panjang depresi kaldera. Keberadaan gunung api muda Pusuk Buhit,
Sipiso-piso di barat dan Tandukbenua serta Singgalang di ujung barat laut kaldera mendukung
kesimpulan bahwa magmatisme masih berlajut di bawah Toba.

3
1.2 Populasi Penduduk

Pada saat letusan terjadi, tidak diketahui secara pasti jumlah populasi penduduk di area
Gunung Toba. Namun diperkirakan manusia yang hidup pada masa itu ialah manusia purba.
Oleh karena itu informasi mengenai populasi penduduk pada masa itu hanya berdasarkan teori
semata. Ilmuwan memperkirakan jika letusan itu hampir memusnahkan manusia yang sedang
bermigrasi, membuat mereka tertahan di Afrika timur dan India. Bahkan, beberapa ahli
mengatakan peristiwa itu hampir mendorong spesies kita ke jurang kepunahan. Bahkan menurut
para ilmuwan NASA, letusan tersebut membinasakan sekitar 60% makhluk hidup di Bumi.
Ternyata dampak yang diperkirakan oleh para ilmuwan itu bisa jadi meleset. Hal kitu
diungkapkan sebuah studi terbaru yang diterbitkan di Nature Communications. Studi ini
mengungkapkan jika manusia purba justru bisa melewati peristiwa letusan gunung berapi
supervulkanik yang terjadi 74.000 ribu tahun yang lalu. Temuan tersebut berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Univeristy of Queensland, Australia terhadap alat-alat batu di situs Dhaba,
Middle Son River Valley, India Tengah. Hasilnya menunjukkan jika manusia pertama kali tiba di
situs tersebut pada 80.000 tahun yang lalu dan tetap berada di sana sampai setidaknya 48.000
tahun yang lalu. Selain itu, tidak ditemukan pula gangguan dalam produksi alat batu. Bentuknya
tidak berubah secara drastis ataupun menghilang dalam periode tertentu. Artinya, situs tersebut
terus ditempati dan menunjukkan jika letusan Gunung Toba tak mengganggu migrasi manusia
purba saat meninggalkan Afrika. Peneliti menilai temuan ini tidak mendukung teori, populasi
hominin punah karena letusan super Toba. Sebaliknya, bukti arkeologis menunjukkan manusia
selamat dari salah satu peristiwa vulkanik terbesar dalam sejarah manusia.
Meski begitu, studi terbaru ini juga masih tetap meninggalkan tanda tanya. Menurut Kira
Westaway, peneliti dari Macquarie University di Australia yang tak terlibat dalam penelitian
mempertanyakan bagaimana manusia purba bisa selamat. Apakah ini berarti jika letusan Gunung
Toba tidak sebesar dan sedahsyat yang dibayangkan, ataukah memang manusia lebih bisa
beradaptasi dalam menghadapi bencana besar. Akan tetapi soal adaptasi itu, Michael Petraglia
peneliti dari Max Planck Institute punya pendapat lain. Ia mengatakan jika orang-orang yang
tinggal di sekitar Dhaba tampaknya tidak berkontribusi secara signifikan pada gen manusia
sekarang ini. Jadi mungkin saja benar jika manusia purba bisa menghadapi bencana besar seperti
letusan dahsyat Gunung Toba, namun tidak selalu bisa lolos melewati tantangan kelangsungan
hidup mereka dalam jangka panjang.
Di masa sekarang populasi penduduk di area Danau Toba mengalami peningkatan. Danau
Toba terletak di Provinsi Sumatera Utara dan dikelilingi oleh 7 Kabupaten. Kabupaten itu
meliputi Tobasa, Karo, Samosir, Dairi, Humbang Hasundutan, Simalungun dan Tapanuli Utara.
Oleh karena itu tak heran jika jumlah penduduknya mencapai 206.199 jiwa (2020) dengan
mayoritas suku Batak Toba.

4
1.3 Mata Pencaharian

Untuk mata pencaharian pada masa letusan itu terjadi tidak dapat diketahui secara pasti.
Karena letusan Gunung Toba diperkirakan terjadi 74.000 tahun yang lalu atau pada zaman batu,
maka kemungkinan besar mata pencaharian manusia purba ialah bertani dan berburu. Sebab pada
zaman batu manusia mulai dapat membuat peralatan dari batu yang masih sederhana.

Gambar 1.3 Alat batu yang ditemukan di situs Dhaba.

Di masa sekarang, pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan
ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah
tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan
Hal ini dikarenakan tanah di sekitar Danau Toba menjadi subur akibat letusan Gunung Toba
yang pernah terjadi. Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain
perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan
sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun,
anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata. Jasa penginapan
dan jasa angkutan/transportasi juga lazim menjadi mata pencaharian masyarakat sekitar Danau
Toba. Dikarenakan Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan menjadi salah satu
wisata geologi yang memiliki daya jual tinggi.

5
1.4 Daya Tarik Pariwisata

Asal usul Danau Toba yang istimewa dan keindahan alam yang luar biasa serta
kepopuleran cerita legendanya membuat Danau Toba menjadi salah satu destinasi andalan di
Sumatra Utara. Di tahun 2021 lalu, Danau Toba ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Super
Prioritas (DPSP) oleh Menparekraf, Sandiaga Uno. Danau Toba sempat menduduki peringkat
pertama dunia di sosial media Twitter dibandingkan danau lain di dunia yang juga indah dan
menawan. Danau Toba juga menjadi destinasi wisata (DTW) di Sumatera Utara baik wisatawan
lokal, nasional, dan mancanegara. Bahkan sejak era 1990-an, tepatnya sebelum tahun 1997,
Danau Toba merupakan destinasi yang sangat populer bagi turis-turis luar negeri, terutama
berasal dari Belanda, Malaysia, Singapura, Jerman, Jepang, Korea, bahkan ada juga yang berasal
dari Amerika. Tak hanya itu, Pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba, memiliki 2
danau indah di tengahnya yang diberi nama Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang. Destinasi
unggulan Indonesia ini menjadi habitat ikan khas daerah batak, yaitu ‘ikan batak'
(Neolissochillus thienemanni) yang punya nilai sejarah dan budaya tinggi.
Keunggulan Danau Toba selain pemandangannya adalah wisata budaya yang sangat
identik dengan Suku Batak. Wisatawan bisa mempelajari budaya batak melalui museum. Seperti
di Museum Huta Bolon yang berada di Desa Simanindo, Kecamatan Ambarita, Kabupaten
Samosir. Museum ini menyimpan berbagai barang bersejarah Suku Batak Toba.

6
BAB II

GEOGRAFIS

2.1 Morfologi dan Geologi

Gambar 2.1 Kenampakan Danau Toba

Danau Toba terbentuk akibat letusan gunung berkekuatan besar, sehingga struktur
gunung toba menjadi Kaldera Toba yang luas. Kaldera adalah kawah besar berbentuk wajan
karena runtuhan atau erupsi gunung saat melempar material letusan seperti bebatuan dan magma.
Letusan Gunung Toba terjadi lebih dari tiga kali sekitar 74 ribu tahun lalu menciptakan
depresi kaldera membentuk sebuah danau dan menghasilkan aliran besar mineral, abu, batu
apung dan puing, yang dikenal sebagai ignimbrite. Ignimbrite yang berupa bebatuan termasuk
batu apung yang telah berusia 74 ribu tahun diberi nama Toba Tuff Termuda atau YTT dan salah
satu ignimbrite yang banyak dipelajari di bidang vulkanologi dan seismologi.
Dahsyatnya erupsi yang terjadi pada Gunung Toba tersebut diakibatkan oleh adanya
pergerakan yang sangat tinggi pada lapisan bawah bumi. Kantong magma Gunung Toba
bertambah besar dikarenakan adanya suplai dari banyaknya lelehan sedimen akibat tumbukan
Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Benua Eurasia. Gesekan kedua
lempeng tersebut diperkirakan mecapai kedalaman hingga 150 km di bawah bumi. Menurut
penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa di bawah Kaldera Toba itu sendiri

7
terdapat dua dapur magma yang terpisah. Masing-masing dapur magma itu diperkirakan dapat
menampung volume kurang lebih 34.000 km3.
Selain dari adanya aktivitas vulkanik dari dapur magma, terbentuknya Kaldera Toba juga
dipengaruhi oleh adanya kegiatan vulkano-tektonik. Tumbukan lempeng yang sangat kuat dari
lempeng Indo-Australia menyebabkan timbulnya sesar geser. Sesar tersebut merupakan sesar
yang cukup besar yaitu memanjang hingga 1.700 km dari Teluk Lampung hingga Aceh. Sesar
tersebut dijuluki dengan Sumatera Fault Zone.
Pada 26 Juni 2013 Pemerintah Provinsi Sumatera Utara meresmikan Geopark Kaldera
Toba sebagai destinasi wisata di Sumatera Utara dan menjadi salah satu UNESCO Global
Geopark. Adapun geosite yang ada di kawasan Geopark Kaldera Toba terdiri dari 16 geo-site
utama yakni:
1. Geosite Sipiso Piso Tongging
2. Geosite Silahi Sabungan
3. Geosite Haranggaol
4. Geosite Huta Ginjang
5. Geosite Pusuk Buhit
6. Geosite Sibaganding
7. Geosite Taman Eden 100 di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa)
8. Geosite Balige, Liang Sipege dan Meat
9. Geosite Air Terjun Situmurun – Blok Uluan
10. Geosite Muara Sibandang
11. Geosite Sipinsur
12. Geosite Bakara dan Tipang
13. Geosite Tele dan Panguruan
14. Geosite Huta Tinggi dan Danau Sidihoni
15. Geosite Simanindo dan Batu Hoda
16. Geosite Ambarita, Tuktuk dan Tomok

8
2.2 Tutupan Lahan

Tutupan lahan di DTA Toba sangat beragam dan sebagian bersifat dinamis, terdiri dari
kawasan hutan, lahan pertanian (yang bersifat dinamis mengikuti musim), lahan terbuka, hingga
daerah terbangun (pemukiman, transportasi, industri). Berdasarkan laporan Badan Lingkungan
Hidup Sumatera Utara 2012, luas hutan di daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba pada 1985
adalah 78.558,18 ha (28,14% dari luas DTA). Pada 1997 dan 2001, luas hutan ini menyusut
menjadi 22,15% dan 13,47%. Dan hasil analisa satelit pada 2012, luas hutan di DTA Danau
Toba hanya tinggal 12,6%, dengan lahan dan luas tutupan DTA Danau Toba hanya 22%
(57.604,88 ha) sebagai hutan walaupun faktanya hanya 12,6%. Karena sisanya adalah areal
pertanian 31,2 % (81.918,23 ha), padang rumput 38,4% (100.590,47 ha) ,dan sawah 8,4%
(22.100,03 ha).

Gambar 2.2 Peta tutupan lahan di DTA Danau Toba (2020)

9
BAB III

HAZARD (BAHAYA)

3.1 Sejarah Bencana

Letusan pertama terjadi sekitar 800.000 tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera sisi
selatan gunung, meliputi daerah Prapat dan Porsea, Sumatera Utara. Letusan kedua memiliki
kekuatan lebih kecil, terjadi 500.000 tahun lalu. Letusan ini membentuk kaldera di sisi
utara,yaitu di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Letusan ketiga terjadi 74.000 tahun lalu
yang menghasilkan kaldera, mengubah Gunung Toba menjadi Danau Toba yang sekarang
dengan Pulau Samosir di tengahnya

3.2 Peta Hazard (Bahaya)

Meletusnya Gunung Toba dulu mengakibatkan pengaruh yang sangat besar, ditemukan
bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik di dunia. Bahkan yang cukup
mengejutkan, ternyata penyebaran debu akibat meletusnya Gunung Toba itu sampai terekam
hingga di Kutub Utara. Debu Riolit (rhyolite) yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia,
bahkan juga ditemukan sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah, selain itu
ditemukan pula di Samudera Hindia. Erupsi yang terjadi pada gunung Toba juga mampu
menyebabkan banyaknya kematian. Hal ini disebabkan karena material erupsi dan letusan
tersebar hampir di seluruh penjuru dunia. Erupsi tersebut menyebabkan bumi tidak mendapatkan
akses terhadap sinar matahari. Dampak berikutnya adalah tumbuhan yang mulai mati karena
tidak mendapatkan sinar matahari, dan kemudian makhluk lain mulai kekurangan bahan
makanan dan selanjutnya mereka mengalami kematian. Terlebih lagi efek ledakan dan erupsi
gunung Toba tidak berlangsung dalam waktu yang singkat. Selain itu efek ledakan dan erupsi
gunung toba yang terjadi salah satunya adalah jutaan ton asam belerang yang dimuntahkan. Efek
lanjutannya adalah dunia dipenuhi dengan asap yang beracun. Asap beracun tersebut tentunya
menjadi salah satu penyebab terbunuhnya semua makhluk hidup yang berada di sekitarnya.
Dampak lainnya ledakan Gunung Toba adalah dunia menjadi gelap total. Diprediksikan dampak
gelap yang ditimbulkan akan berlangsung selama bertahun-tahun.
Seorang peneliti New York University melakukan penelitian untuk mencari tahu
bagaimana iklim Bumi di masa lalu. Ia berhasil menemukan sebuah benda bernama foraminifera
di dasar laut, yang menjadi indikasi kalau dulu suhu Bumi sangat ekstrem. Si peneliti akhirnya
menemukan fakta jika penyebabnya adalah erupsi Gunung Toba saat itu. Peneliti ini juga
menyebutkan jika gara-gara erupsi tersebut, samudera seluruh dunia mengalami penurunan suhu
sampai 5 derajat celcius. Penurunan suhu yang ekstrim tidak hanya terjadi pada lautan, di
daratan, dan udara sekitar akan jauh lebih ekstrim. Kondisi bumi yang seperti ini akan
menyebabkan cuaca bumi menjadi sangat dingin. Bahkan diperkirakan pada masa itu bumi

10
mengalami zaman es akibat erupsi dan letusan gunung Toba. Hal ini jg menjadi salah satu
penyebab kepunahan makhluk hidup akibat cuaca dingin yang berlangsung lama. Pada saat itu,
zaman es masih membuat lautan Indonesia menyerupai sebuah daratan yang kita kenal dengan
istilah Sundaland. Dimana beberapa pulau di Indonesia seperti Sumatera, Jawa dan Kalimantan,
termasuk Malaysia menyatu. Tak hanya itu, bencana ini juga memicu erupsi gunung berapi lain.
Antara satu gunung api dengan yang lainnya memiliki saluran yang saling menghubungkan dan
mengalirkan lava. Dapat diartikan bahwa apabila salah satu gunung mengalami erupsi atau
ledakan maka gunung-gunung yang berdekatan ikut bereaksi. Dapat diperkirakan setelah gunung
Toba meletus atau erupsi, maka sejumlah gunung yang berada pada jalur tektonik dari Gunung
Toba akan ikut erupsi. Hal inilah salah satu yang memicu dampak yang lebih besar. Itulah
perkiraan efek ledakan dan erupsi Gunung Toba yang diprediksi sejumlah peneliti.

3.3 Parameter Hazard (Bahaya)

Letusan ini memiliki Indeks Letusan Vulkanik sebesar 8 ("apokaliptik") atau magnitudo
≥ M8; efek letusan terhadap kompleks kaldera seluas 100x30 km sangat besar. Perkiraan
ekuivalen batuan padat (DRE) terhadap volume eruptif letusan ini berkisar antara 2000 km 3 dan
3000 km3 – perkiraan DRE yang paling lazim adalah 2800 km 3 (sekitar 7×1015 kg) berwujud
magma letusan dan 800 km3 di antaranya mengendap dalam bentuk debu vulkanik. Massa
letusannya 100 kali lebih besar daripada letusan gunung terbesar dalam sejarah modern, letusan
Gunung Tambora.

11
BAB IV

KERAPUHAN

4.1 Jenis-Jenis Bangunan

Dikarenakan peristiwa Letusan Gunung Toba terjadi kurang lebih 74.000 tahun
yang lal, maka belum ada bangunan yang dapat ditemukan.

4.2 Peta Kerapuhan

Ketiadaan bangunan pada masa itu menyebabkan tidak ada peta kerapuhan ketika
Letusan Gunung Toba terjadi.

12
BAB V

RESIKO

5.1 Cara Menghitung Resiko

Risiko adalah ketidakpastian suatu peristiwa yang akan datang terkait kemungkinan atau
potensial kehilangan, bahaya dan cedera (Chou & Chiu, 2021). Suatu bencana dapat berdampak
terhadap jiwa, ekonomi dan sosial politik. Kemungkinan terjadinya bahaya bencana dengan
besaran tertentu dapat diukur menggunakan probabilitas kejadian. Oleh karena itu, risiko bahaya
dapat dinyatakan dalam perkalian antara probabilitas kejadian bencana dan dampak dari bencana
itu sendiri (European Commission, 2010).
Menurut rumus populernya, Risiko Bencana terjadi karena adanya faktor Bahaya
(H/Hazard), Kapasitas (C/Capacity) dan Kerentanan (V/Vulnarability) sebagaimana rumus
berikut:

Gambar 5.1 Rumus Risiko Bencana

Jadi menurut rumus diatas ialah Kemungkinan terjadinya Bencana akan menjadi tinggi
jika Tingkat bahaya tinggi, kerentanan tinggi dan kapasitas rendah.

5.2 Peta Resiko

Tiadanya aktivitas Gunung Toba, setelah letusan terakhir puluhan ribu tahun lalu,
menjadikan wilayah ini relatif aman dihuni. Masyarakat umumnya tidak khawatir akan tertimpa
bencana meskipun hidup di atas sumbu Bumi yang pernah meledak hebat. Gunung api aktif
terdekat adalah Pusuk Buhit di dekat Pangururan, ibu kota Kabupaten Samosir, yang sejauh ini
belum pernah menimbulkan bencana. Namun, sebagai daerah yang berada di zona sesar gempa,
sebetulnya daerah sekitar Gunung Pusuk Buhit dan Danau Toba cukup berbahaya. Menurut data
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Samosir, wilayah paling rawan gempa terdapat di
Kecamatan Harian dan Sitio-Tio. Di Kecamatan Harian, luas cakupan rawan gempa meliputi
wilayah seluas 1.771 hektar, sedangkan di Kecamatan Sitio-Tio seluas 1.600 hektar. Meskipun
dinyatakan berbahaya, sejauh ini persiapan masyarakat dalam menghadapi bencana gempa nyaris
tidak terlihat.

13
Masyarakat setempat tidak menyadati magmatisme masih berlangsung dibawah Toba.
Hal ini terbukti dengan terjadinya Gempa bumi di Pulau Samosir yang mulai terdeteksi sejak 23
Januari dan hingga 19 April 2021 telah terjadi sebanyak 63 kali. Semua sumber gempa sangat
dangkal, yaitu kurang dari 5 Km di bawah tanah. Sebagian gempa ini memang tidak dirasakan
masyarakat karena terlalu kecil kekuatannya tetapi terekam oleh seismograf Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Rentetan gempa ini memiliki magnitudo (M) terkecil 0,8
dengan kedalaman 2 kilometer pada 19 April 2021. Sementara gempa dengan magnitude terbesar
mencapai 3,9 yang terjadi pada 15 Maret 2021 dengan kedalaman 5 Km. Guncangan gempa M
3,9 ini dirasakan lemah oleh warga Samosir dalam skala intensitas II MMI (Modified mercalli
intensity). Sehingga Lapisan tanah di Pulau Samosir yang terdiri dari endapan danau ambles.
Melihat frekuensinya, fenomena di Pulau Samosir ini diklasifikan sebagai gempa
kerumuman atau swarm. Fenomena swarm merupakan serangkaian aktivitas gempa dengan
magnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadiannya sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu
yang relatif lama di wilayah sangat lokal.

Gambar 5.2 Warna titik merah menandakan lokasi rentetan gempa bumi yang terjadi di
Pulau Samosir, Sumatera Utara.

Kebanyakan kasus swarm terjadi karena proses kegunungapian (vulkanik) dan hanya
sedikit diakibatkan oleh aktivitas tektonik murni. Gempa swarm vulkanik terjadi karena adanya

14
gerakan fluida magmatik yang mendesak dengan tekanan ke atas dan ke samping tubuh gunung
melalui saluran magma conduit atau bagian yang lemah fracture dan patahan) dari gunung
tersebut. Intrusi magmatik yang memotong lapisan batuan ini disebut dike. Dengan energi
dorong dan tekanan dike ke atas yang terus-menerus melewati bagian tubuh gunung, maka akan
terjadi proses rekahan perlahan-lahan hingga menyebabkan gempa kecil yang terjadi berulang-
ulang dan tercatat oleh sensor seismograf. Sekalipun kekuatannya relatif kecil, tetapi karena
frekuensinya sangat tinggi, gempa swarm bisa menimbulkan kerusakan. Seperti terjadi di Jailolo
pada September 2017, dalam tiga hari bisa mencapai 1.248 kali gempa bumi.

15
BAB VI

MITIGASI

6.1 Langkah-Langkah Mitigasi

Area Danau Toba rawan terkena gempa karena berada di zona patahan dan
adanya aktivitas magma yang menyebabkan gempa swam terjadi. Oleh karena itu penting untuk
mengetahui langkah-langkah mitigasi bencana gempa.
Langkah-langkah Mitigasi Bencana Gempa:
a. Mitigasi Sebelum Terjadi Gempa Bumi:
1. Kunci utama adalah:
- Mengenali apa itu gempa bumi, penyebab, jenis, dan dampaknya
- Pastikan struktur dan letak rumah dapat terhindar dari bahaya oleh gempa bumi
- Mengevaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan agar terhindar dari bahaya
gempa bumi.
2. Kenali lingkungan tempat bekerja:
- Perhatikan letak pintu, lift, tangga darurat, dan tempat paling aman untuk berlindung
- Belajar melakukan P3K (Pertolongan pertama pada kecelakaan)
- Belajar menggunakan alat pemadam kebakaran
- Catat nomor telepon penting untuk dihubungi ketika terjadi gempa bumi.
3. Persiapan rutin pada tempat bekerja dan tinggal:
- Perabotan diatur menempel pada dinding untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser
ketika terjadi gempa bumi.
- Simpan bahan mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari
kebakaran.
- Selalu mematikan air, gas dan listrik jika tidak sedang digunakan.
Penyebab celaka paling banyak ketika terjadi gempa bumi adalah akibat kejatuhan
material, maka:
- Atur benda yang berat sebisa mungkin berada pada bagian bawah
- Cek kestabilan benda tergantung yang dapat jatuh ketika gempa bumi terjadi.
4. Persiapkan alat-alat seperti kotak P3K, senter/lampu baterai, makanan dan minuman,
dll.

b. Mitigasi Saat Terjadi Gempa Bumi:


1.Jika berada di dalam bangunan:
- Lindungi badan dan kepala dari reruntuhan bangunan dengan berlindung di bawah meja
- Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan goncangan
- Lari ke luar bangunan apabila masih dapat dilakukan.
2. Jika berada di luar bangunan atau area terbuka:
- Menghindari bangunan yang ada di sekitar seperti gedung, tiang listrik, pohon, dll.

16
- Perhatikan tempat berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah.
3. Jika sedang mengendarai mobil:
- Keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran
- Lakukan langkah mitigasi ketika berada di area terbuka.
Jika tinggal atau berada di pantai:
- Jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
4. Jika Anda tinggal di daerah pegunungan:
- Hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.

c. Mitigasi Setelah Terjadi Gempa Bumi:


1, Jika berada di dalam bangunan:
- Keluar dari bangunan tersebut dengan tertib
- Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa
- Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K
- Telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah.
2. Periksa lingkungan sekitar:
- Periksa apabila terjadi kebakaran
- Periksa apabila terjadi kebocoran gas
- Periksa apabila terjadi hubungan arus pendek listrik
- Periksa aliran dan pipa air
- Periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan (mematikan listrik, tidak menyalakan
api, dll.).
3. Jangan memasuki bangunan yang sudah terkena gempa karena kemungkinan masih
terdapat reruntuhan.
4. Jangan berjalan di daerah sekitar gempa karena kemungkinan terjadi bahaya susulan
masih ada.
5. Mengikuti informasi mengenai gempa bumi dan jangan mudah terpancing oleh isu atau
berita yang tidak jelas sumbernya.
6. Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar
kerusakan yang terjadi
7. Jangan panik dan jangan lupa selalu berdoa untuk keamanan dan keselamatan.

6.2 Contoh Mitigasi

 Mitigasi Bencana Tsunami


Mitigasi bencana tsunami adalah sistem untuk mendeteksi tsunami dan memberi peringatan
untuk mencegah jatuhnya korban. Ada dua jenis sistem peringatan dini tsunami, yaitu sistem
peringatan tsunami internasional dan sistem peringatan tsunami regional.

 Mitigasi Bencana Gunung Berapi


Upaya mitigasi bencana gunung berapi meliputi pemantauan aktivitas gunung api. Data hasil
pemantauan dikirim ke Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di
Bandung dengan komunikasi radio SSB.

17
Selain pemantauan, mitigasi bencana gunung api juga melibatkan keterlibatan untuk
mengetahui lokasi rawan bencana gunung api. Ini juga memungkinkan untuk menjelaskan jenis
dan sifat bahaya, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, pengungsian, dan pos
penanggulangan bencana gunung api.
Bagian yang tidak kalah penting dari mitigasi bencana gunung berapi adalah sosialisasi.
Tujuannya langkah penanggulangan adalah untuk menyadarkan masyarakat terkait risiko
bencana di lereng gunung berapi.

 Mitigasi Bencana Gempa Bumi


Langkah penanganan gempa bumi pun dibedakan menjadi tiga, yakni langkah sebelum
gempa, langkah saat terjadi gempa, dan langkah pasca gempa.
Langkah yang bisa dilakukan sebelum gempa yang dapat mengurangi jalurnya adalah sebagai
berikut:
1. Mendirikan bangunan sesuai aturan baku (tahan gempa)
2. Kenali lokasi bangunan tempat tinggal Anda
3. Tempatkan mobil pada tempat yang proporsional
4.Siapkan peralatan seperti senter, P3K, makanan instan, dll
5.Periksa penggunaan listrik dan gas
6. Catat nomor telepon penting
7. Kenali jalur perbaikan
8. Ikuti kegiatan simulasi bantuan bencana gempa

Ketika terjadi gempa, ikuti langkah berikut ini:


1. Tetap tenang
2. Hindari sesuatu yang kemungkinan akan roboh, kalau bisa ke tanah lapang
3.Perhatikan tempat Anda berdiri, kemungkinan ada retakan tanah
4. Turun dari kendaraan dan jauhi pantai.

Setelah gempa, ikuti langkah berikut ini:

18
1. Cepat keluar dari bangunan. Gunakan tangga biasaPeriksa di sekitar Anda. Jika ada yang
terluka, lakukan pertolongan pertama.
2. Hindari bangunan yang berpotensi roboh.

 Mitigasi Tanah Longsor


Terkait dengan tanah longsor, longsoran adalah upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi
dampak tanah longsor. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan:
1. Hindari daerah rawan bencana untuk membangun pemukiman
2. Mengurangi tingkat keterjalanan lereng
3. Terasering dengan sistem drainase yang tepat
4. Penghijauan dengan tanaman berakar dalam
5. Mendirikan bangunan berpondasi kuat
6. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air cepat masuk
7. Relokasi (dalam beberapa kasus)
6.3 Capacity Building

Pengertian Capacity building adalah pembangunan keterampilan (skills) dan kemampuan


(capabilities), seperti kepemimpinan, manajemen, keuangan dan pencarian dana, program dan
evaluasi, supaya pembangunan organisasi efektif dan berkelanjutan.Secara umum capacity
building adalah proses atau kegiatan memperbaiki kemampuan seseorang, kelompok, organisasi
atau sistem untuk mencapai tujuan atau kinerja yang lebih baik. Ini adalah proses membantu
individu atau kelompok untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan dan menambah
wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan
melakukan perubahan. Capacity building difasilitasi melalui penetapan kegiatan bantuan teknik,
meliputi pendidikan dan pelatihan, bantuan teknik khusus (specific technical assitance) dan
penguatan jaringan.

Salah satu contoh penerapan Capacity building adalah membangun keberdayaan ekonomi
rakyat yang mencakup : 1) kelembagaan; 2) pendanaan, 3) pelayanan. Di samping itu masalah
internal yang harus dihadapi adalah masalah efisiensi, keterbatasan SDM dan teknologi.
Penguatan lembaga pendamping melalui Peningkatan Capacity Building:
a. pelatihan-pelatihan kepada lembaga pendamping UMKM, dalam rangka meningkatkan
kemampuan kredit UMKM
b. Pendirian Pusat Pengembangan Pendamping UKM (P3UKM), sebagai pilot project. P3UKM
antara lain bertugas melakukan pelatihan dan akreditasi pendamping UKM.
c. Pengembangan Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SIPUK) sebagai
sarana untuk lebih menyebarluaskan secara cepat hasil-hasil penelitian dan berbagai informasi
lainnya. SIPUK terdiri dari Sistem Informasi Baseline Economic Survey (SIB), Sistem Informasi
Agroindustri Berorientasi Ekspor (SIABE), Sistem Informasi Pola Pembiayaan/ lending model
Usaha Kecil (SILMUK), Sistem Penunjang Keputusan Untuk Investasi (SPKUI); dan Sistem
19
Informasi Prosedur Memperoleh Kredit (SIPMK). SIPUK ini dapat diakses melalui website
Bank Indonesia.
d. Berbagai penelitian dalam rangka memberikan informasi untuk mendukung pengembangan
UMKM. Kegiatan penelitian terutama diarahkan untuk mendukung penetapan arah dan
kebijakan Bank Indonesia dalam rangka pemberian bantuan teknis dan juga dalam rangka
penyediaan informasi yang berguna dalam rangka pengembangan UMKM.
Penelitian tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan UMKM serta untuk menggali
potensi sektor UMKM di tiap-tiap daerah di Indonesia. Dalam upaya meningkatkan peran
UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia melakukan kajian identifikasi
peraturan pusat dan daerah dalam rangka pengembangan UMKM serta kajian dan implementasi
pilot project klaster pengembangan UMKM.

20
BAB VII

SARAN DAN KESIMPULAN

Letusan Danau Toba terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu. Akibat yang
dihasilkan sangat dahsyat dan berdampak besar ke seluruh penjuru dunia. Letusan ini
pula yang membentuk Kaldera Toba atau yang lebih dikenal dengan sebutan Danau
Toba. Masyarakat setempat tidak menyadati magmatisme masih berlangsung dibawah
Toba sehingga kurang waspada dengan resiko terkena bencana. Apalagi Danau Toba
berada di sekitar zona patahan yang menambah kemungkinan bencana bagi daerah
tersebut, Untuk itu diperlukan engetahuan tentang mitigasi dan resiko bencana didaerah
danau toba harus dipelajari dan diketahui oleh warga setempat dan orang yg berkunjung,
untuk mengurangi korban jiwa dan kerusakan fasilitas yang parah. Dan pemantauan serta
pencatatan data melalui alat seismograf untuk Gunung Sibayak harus segera terpenuhi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Chou, J. S., & Chiu, Y. C. (2021). Identifying critical risk factors and responses of river
dredging projects for knowledge management within organisation. Journal of Flood Risk
Management.
European Commission. (2010). Risk Assessment and Mapping Guidelines for Disaster
Management. Commission Staff Working Paper SEC 1626 final, European Commission.
Brussels: European Commission.

https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Toba
Teori bencana Toba - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Letusan Gunung Toba dan Hilangnya Jejak Manusia Purba di Kawasan Asia Tenggara
(goodnewsfromindonesia.id)
Populasi Manusia ini Selamat dari Letusan Super Gunung Toba, Kok Bisa? Halaman all -
Kompas.com
Kabupaten Toba - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mata Pencaharian - Titir Nauli Napitu Kebudayaan Suku Batak Toba (weebly.com)
Alat-alat batu menunjukkan manusia purba di India selamat dari letusan dahsyat Toba
74.000 tahun lalu (theconversation.com)
Keindahan dan Daya Tarik Danau Toba Sumatra Indonesia - Bergas Media
(bergasku.com)
Budaya Batak Jadi Daya Tarik Danau Toba untuk Turis (detik.com)
(PDF) DANAU TOBA, KONDISI KEKINIAN, PERMASALAHAN DAN
PENGELOLAANNYA Jaya Arjuna | jaya arjuna - Academia.edu
Desain Ulang Pariwisata Danau Toba (detik.com)
Peneliti BP2KLHK Lakukan Kajian DTA Danau Toba dan HTI Eucalyptus - Vianews.id
16 Geosite Geopark Kaldera Toba - Pariwisata Sumut
https://naqiyaaiko.blogspot.com/2017/10/penting-hubungan-khusus-bencana-dan.html
https://jelajah.kompas.id/ekspedisi-cincin-api/baca/ancaman-toba-yang-jauh-dari-ingatan/
https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2021/04/23/mengelola-pesona-
dan-bahaya-kaldera-toba

22
https://news.detik.com/berita/d-6426641/mitigasi-bencana-gempa-bumi-simak-langkah-
langkahnya
https://hot.liputan6.com/read/5019750/mitigasi-adalah-upaya-mengurangi-risiko-berikut
langkah-langkah-dan contohnya#:~:text=Mitigasi%20adalah%20langkah%20yang
%20juga
https://juraganoutboundindonesia.id/capacity-building/

23

Anda mungkin juga menyukai