Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BUMI ANTARIKSA & KIMIA

“Gempa dan Tsunami”

Kelompok 5
1. Anisa Rahmayani (21129015)
2. Ara Febriani. (2112 9169)
3. Umniati Ersya (21129318)

Dosen Pengampu :
Atika Ulya Akmal, S.Pd,M.Pd

Seksi:
202211290142

Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang 2022

i
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga tugas makalah tentang “Gempa dan Tsunami”
Dapat kami selesaikan sesuai waktu yang ditargetkan.
Makalah ini kami susun untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai
Gempa dan Tsunami serta sebagai bahan penilaian tugas mata kuliah Bumi Antariksa
& Kimia
Kami menyadari dalam makalah ini terdapat kekurangan ataupun kesalahan,
untuk itu kami mohon kritik demi kesempuranaan makalah selanjutnya. Atas
partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Padang, 12 Oktober 2022

Kelompok 5

ii
Peta konsep

Gempa
Bumi
Peristilahan Penyebab
Proses gempa Akibat gempa Karakteristik
dan parameter terjadinya
bumi bumi gempa bumi
gempa bumi gempa bumi

Runtuhnya
ledakkan Kegiatan
gua-gua dalam Tabrakan
gunung api tektonik
bumi

Tsunami

Penyebab
sejarah karakteristik dampak
jenis tsunami terjadinya
tsunami tsunami tsunami
gempa bumi

gempa bumi letusan longsor bawah hantaman


dibawah laut gunung berapi laut meteor

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... ii


Peta Konsep ............................................................................................................. iii
Daftar Isi .................................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1
C. Tujuan ............................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN ...........................................................................................2


A. Gempa Bumi...................................................................................................2
B. Tsunami .........................................................................................................12

BAB III. PENUTUP ................................................................................................. 21


A. Kesimpulan................................................................................................... 21
B. Saran ............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 4 (empat)
lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Eurasia; lempeng Australia; lempeng Pasifik;
dan lempeng Filipina. Lempeng Australia dan lempeng Pasifik merupakan jenis
lempeng samudera yang bersifat lentur, sedangkan lempeng Eurasia berjenis
lempeng benua yang bersifat rigid dan kaku. Pertemuan lempeng tektonik tersebut
menyebabkan terjadinya penunjaman serta patahan aktif di dasar lautan dan di
daratan. Aktifitas zona tumbukan dan patahan-patahan tersebut berpotensi memicu
terjadinya gempa bumi. (Krishna S. Pribadi, dkk, pendidikan siaga bencana ITB.
2008).
Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat pada umumnya menempati lokasi di
pesisir ataupun di pinggir sungai, Wilayah pesisir juga memiliki keragaman potensi
sumber daya alam yang tinggi, dan sangat penting bagi perkembangan sosial,
ekonomi, budaya, dan juga pariwisata. Namun, masih banyak masyarakat yang tidak
mengetahui bahayanya tinggal di pesisir pantai atau di pinggir sungai. Tinggal di
pesisir pantai memiliki potensi bahaya terkena bencana alam, salah satunya adalah
bencana tsunami. Tsunami dapat disebabkan oleh longsor di bawah laut, erupsi
letusan gunung berapi, gempa bumi berskala besar, atau gangguan besar lainnya di
dasar laut sehingga menyebabkan adanya gelombang raksasa yang merambat sangat
cepat dan melanda ke daratan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan gempa bumi ?
2. Bagaimana proses terjadinya gempa bumi?
3. Apa itu tsunami?
4. Apa saja penyebab terjadinya tsunami?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan gempa bumi
2. Menjelaskan proses terbentuknya gempa bumi
3. Menjelaskan tsunami
4. Menjelaskan penyebab terjadinya tsunami

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. GEMPA BUMI
 Bumi
1) Bentuk dan Ukuran Bumi
Bumi berbentuk bulat seperti bola, namun rata di kutub-kutubnya. Jari-jari
Khatulistiwa = 6.378 km, jari-jari kutub=6.356 km. Lebih dari 70 % permukaan bumi
diliputi oleh lautan.

2) Struktur dalam bumi


Bumi memiliki struktur dalam yang hampir samadengan telur. Kuning telurnya
adalah inti,putih telurnya adalah selubung, dan cangkang telurnya adalah kerak.

Berdasarkan penyusunnya lapisan bumi terbagi atas litosfer, astenosfer, dan


mesosfer. Litosfer adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100 km) dan terdiri dari
kerak bumi dan bagian atas selubung. Litosfer memiliki kemampuan menahan beban
permukaan yang luas misalkan gunungapi. Litosfer bersuhu dingin dan kaku. Di bawah
litosfer pada kedalaman kira-kira 700 km terdapat astenosfer. Astenosfer hampir berada
dalam titik leburnya dan karena itubersifat seperti fluida. Astenosfer mengalir akibat
tekanan yang terjadi sepanjang waktu. Lapisan berikutnya mesosfer. Mesosfer lebih
kakudibandingkan astenosfer namun lebih kental dibandingkan litosfer. Mesosfer terdiri
dari sebagian besar selubung hingga inti bumi.

3) Teori Tektonik Lempeng

2
Menurut teori tektonik lempeng, permukaan bumi ini terbagi atas kira-kira 20
pecahan besar yang disebut lempeng. Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan lempeng
kira-kira hampir sama dengan litosfer yang merupakan kulit terluar bumi yang padat.
Litosfer terdiri dari kerak dan selubung atas. Lempengnya kaku dan lempeng-lempeng itu
bergerak diatas astenosfer yang lebih cair.

a) Batas-batas lempeng

Daerah tempat lempeng-lempeng itu bertemu disebut batas lempeng. Pada


batas lempeng kita dapat mengetahui cara bergerak lempeng-lempeng itu.
Lempeng bisa saling menjauh, saling bertumbukan , atau saling menggeser ke
samping.

b) Penyebab gerakan lempeng


Arus konveksi memindahkan panas melalui zat cair atau gas.
Gambar poci kopi menunjukkan dua arus konveksi dalam zat cair.
Perhatikan, air yang dekat dengan api akan naik, saat dingin

3
dipermukaan air kembali turun. Para ilmuwan menduga arus konveksi
dalam selubung itulah yang membuat lempeng-lempeng bergerak.
Karena suhu selubung amat panas, bagian-bagian di selubung bisa
mengalir seperti cairan yang tipis. Lempeng-lempeng itu bergerak
seperti ban berjalan berukuran besar.

 GEMPABUMI
1. Pengertian Gempa Bumi
Gempabumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi , patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan. Kekuatan
gempabumi akibat aktivitas gunungapi dan runtuhan batuan relatif kecil sehinggakita akan
memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng bumi dan
patahan aktif. Gempa bumi merupakan getaran dari kulit bumi yang bersifat sementara dan
kemudian dipancarkan ke segala arah dalam bentuk gelombang seismik, sehingga efeknya
dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi (Sulistiyani, 2012).

2. Proses Gempa Bumi


Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan
lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan lempeng
itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan gerak itu
menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di
zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat batas elastisitas lempeng
terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-
tiba. Proses ini menimbukan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang
gempabumi.

4
3. Penyebab terjadinya Gempa bumi
Berdasarkan penyebabnya gempabumi dapat terjadi akibat
a) Runtuhnya gua-gua dalam bumi
b) Tabrakan (impack)
c) Peledakan gunungapi
d) Kegiatan tektonik :

a) Runtuhnya Gua-gua dalam Bumi


Dugaan para ahli tempo dulu, bahwa gempabumi terjadi akibat runtuhnya
gua-gua raksasa yang terdapat di dalam bumi. Dugaan itu sama sekali tidak
benar, sebab keruntuhan seperti itu tidak pernah ada. Kalau saja terjadi
keruntuhan di dalam bumi, hal itu hanya mungkin pada daerah pertambangan
bawah tanah (under ground), penggalian batukapur dan sejenisnya. Akan tetapi
keruntuhan yang terjadi hanya dapat menimbulkan getaran bumi yang sangat
kecil dan bersifat setempat (lokal) kekuatannya berkisar anatara 2 hingga 3
pada Skala Richter

b) Tabrakan (Impack)
Awalnya banyak juga yang percaya bahwa gempabumi disebabkan adanya
meteor atau shooting star yang menabrak bumi pada tahun 1908 di Rusia, suatu
bintang beralih (meteor) jatuh dan mengakibatkan terjadinya lubang yang
sangat besar menyerupai sebuah kawah. Walaupun gelombang tekanan akibat
jatuhnya meteor tersebut tercatat sampai ke Kota London di Inggris, akan
tetapi efeknya sama sekali tidak terekam pada alat pencatat getaran
gempabumi (seismograf). Ini berarti getaran yang ditimbulkan akibat tabrakan
meteor dengan bumikekuatannya sangat kecil sekali. Lagi pula tabrakan yang
demikian sebenarnya sangat jarang terjadi di bumi.

Kawah di Arizona, USA yang terjadi akibat jatuhnya meteor.

c) Ledakan Gunung api


Aktivitas gunungapi dapat menimbulkan gempabumi yang dinamakan
gempabumi volkanik.Gempabumi volkanik sebenarnya kekuatannya sangat
lemah dan hanya terasa di wilayah sekitar gunungapi yang sedang aktif saja.
Dari seluruh gempabumi yang terjadi, hanya 7% saja yangtermasuk gempa-
bumi volkanik. Kendatipun demikian kerusakan atau efek yang

5
ditimbulkannya cukup luas, sebab gempabumi volkanik biasanya disertai pula
dengan kemungkinan akan meletusnya suatu gunungapi. Berdasarkan
kedudukan sumber gempanya (posisi kegiatan mag-ma), maka dapat dibedakan
menjadi empat jenis gempa bumi volkanik :
- Gempabumi Volkanik Dalam
Kedalaman sumber gempanya antara 2 sampai 30 km. Gempa-bumi
ini banyak persamaannya dengan gempabumi tektonik, terutama
mengenai gempa susulannya (after shocks). Terjadi pada saat
menjelang letusan suatu gunungapi, atau sebagai pertanda bahwa
suatu gunungapi tengah mulai aktif.

- Gempabumi Volkanik Dangkal


Sumber gempanya terletak pada kedalaman kurang dari 2 km. Jenis
ini timbul pada saat mendekati terjadinya letusan, selama ber-
langsungnya letusan, dan setelah letusan itu sendiri berakhir.

- Gempabumi Ledakan
Gempabumi ini terjadi sehubungan dengan tengah berlangsungnya
ledakan suatu gunungapi. Sumber gempanya sangat dangkal, kurang
dari 1 kilo meter.

- Getaran Volkanik atau Tremor


Getaran atau tremor volkanik terjadi terus menerus sehingga
menciptakan suana tidak tenang. Sumber gempanya terletak dari
mulai kedalaman 30 kilo meter sampai permukaan. Gempabumi
dangkal dan gempabumi ledakan bila terjadi terus menerus dengan
selang waktu hanya beberapa detik dapat menyebabkan getaran
volkanik (tremor). Pada gunungapi berbatuan basalt, getaran
volkanik terasa lebih kuat karena sifat batuannya sangat peka
terhadap rambatan gelombang.

d) Kegiatan Tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan tenaga yang terjadi
karena pergeseran lempengan plat tektonik. Teori dari tektonik plate (plat
tektonik) menjelaskan bahwa kulit bumi atau litosfer yang menutupi permukaan
bumi keadaanya tidak utuh, melainkan terpecah-pecah berbentuk lempeng, yang
satu sama lain bergerak saling menjauh, bertumbukan dan ada juga yang saling
berpapasan. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan
bertabrakan satu sama lainnya. Gerakan litosfer tersebut diakibatkan olehadanya
gerakan astenosfer yang sifatnya cair kental. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya gempa tektonik.

4. Intensitas dan kekuatan gempa

6
Intensitas gempabumi adalah tingkat kerusakan yang terasa pada lokasi terjadinya.
Angkanya ditentukan dengan menilai kerusakan yang dihasilkannya, pengaruhnya pada
benda-benda, bangunan, dan tanah, dan akibatnya pada orang-orang. Skala ini disebut
MMI (Modified Mercalli mIntensity) diperkenalkan oleh Giuseppe Mercalli pada
tahun 1902. Magnituda adalah parameter gempa yang diukur berdasarkan yang terjadi
pada daerah tertentu, akibat goncangan gempa pada sumbernya. Satuan yang digunakan
adalah Skala Richter. Skala ini diperkenalkan oleh Charles F. Richter tahun 1934.
Sebagai contoh, gempabumi dengan kekuatan 8 Skala Richter setara kekuatan bahan
peledak TNT seberat 1 gigaton atau 1 milyar ton.

5. Peristilahan dan parammeter gempa Bumi


a. Hipocentrum
Hipocentrum (hypocentre) adalah pusat gempabumi, yaitu tempat
terjadinya perubahan lapisan batuan atau dislokasi di dalam bumi sehingga
menimbulkan gempabumi. Howell (1969) telah membagi jenis-jenis gempabumi
berdasarkan kedalaman hipocentrumnya, yaitu :
- Gempabumi dangkal (normal), pusatnya < 70 km.
- Gempabumi sedang (intermedier), pusatnya 70 - 300 km.
- Gempabumi dalam, pusatnya 300 – 700 km.

Getaran yang terjadi di hipocentrum merambat ke permukaan bumi dengan


dua macam gelaombang, yaitu :
- Gelombang longitudinal, atau gelombang primer (P) dengan kecepatan
rambat 7,5 – 14 km./detik. Gerakannya searah dengan jurus pukulan.
- Gelombang transversal, atau gelombang sekunder (S) dengan kecepatan
rambat 3,5 – 7 km./detik. Gerakannya tegak lurus terhadap jurus pukulan,
bersifat merusak.

Bila hiposentrum terletak di dasar laut maka getaran gempabumi yang


terjadi dapat menimbulkan gelombang air pasang yang sangat besar dengan
ketinggian mencapai puluhan meter. Gelombangair laut yang besar seperti ini
dinamakan tsunami, bersifat sangat merusak dan dapat memporak-porandakan
segala suatu yang diterjangnya di tepi pantai.

7
Titik hiposentrum pada lapisan bumi

Apabila hiposentrum terletak didasar laut maka getaran gempabumi yang


terjadi dapat menimbulkan gelombang air pasangyang sangat besar dengan
ketinggian mencapai puluhan meter. Gelombangair laut yang besar seperti ini
dinamakan tsunami, bersifat sangat merusak dan dapat memporak-porandakan
segala sesuatu yang diterjangnya di tepi pantai.

Ilustrasi terbentuknya gelombang tsunami akibat gempabumi dengan episentrum di dasar


laut

b. Epicentrum
Epicentrum (epicentre) adalah tempat di permukaan bumi yang letaknya
terdekat terhadap hipocentrum. Letak epicentrum tegak lurus terhadap
hipocentrum, dan sekitar daerah ini pada umumnya merupakan wilayah yang
paling besar merasakan getaran gempabumi.

Titik hiposentrum gempa

c. Homoseiste
Tempat-tempat di permukaan bumi yang berjarak samaterhadap hipocentrum
akan merasakan getaran gempabumi pada saat yang bersamaan. Garis-garis
khayal yang menghubungkan tempat-tempat di permukaan bumi yang merasakan
getaran gempabumi pada saat yang sama disebut homoseiste. Sedangkan garis-
garis yang menghubungkan tempat-tempat yang merasakan kekuatan gempanya
sama, dinamakan isoseismik atau isoseisme.

8
Peta yang menggambarkan garis-garis isoseismik dan hubungannya dengan letak
epicentrum.

d. After Shock
Suatu gempabumi yang terjadi dapat mempengaruhi sumber-sumber gempabumi
lainnya yang lokasinya berdekatan. Akibatnya akan memicu terjadinya gempabumi
lain yang dinamakan after shock. Sebenarnya kadang-kadang sulit membedakan
antara after shok dan susunan gempabumi lainnya, yaitu yang sama sekali tidak
disebab-kan oleh gempabumi yang pertama.

e. Teduh Seisma
Inti bumi yang tersusun atas Ni-Fe merupakan bagian yang tidak dapat ditembus
oleh rambatan gelombang gempabumi. Hal ini menye-babkan adanya tempat-
tempat di permukaan bumi yang tidak mengalami getaran apabila terjadi suatu
gempabumi. Daerah tersebut dinamakan teduh seisma(shadow zone), pada
umumnya terletak pada posisi antara 103o– 140o dari hipocentrum. Daerah teduh
seisma hanya merasakan getaran gelombang P yang sangat lemah, sedangkan
gelombang S sama sekali tidak terasa.

Inti bumi yang sangat masif menyebabkan terbentuknya shadow zone atau teduh
seisma, yaitu wi layah di permukaan bumi yang tidak merasakan getaran sewaktu
terjadi gempabumi.

9
f. Skala Richter (Richter Magnitude)
Adalah metoda kira-kira untuk menentukan besarnya energi yang dilepaskan di
pusat gempabumi. Perkiraan tersebut diformulasikan sebagai berikut :

Skala Modified Mercalli (MMI) digunakan untuk melukiskan goncangan


gempabumi secara kwalitatif. Terdiri atas12 skala (1 sampai 12), makin besar
skala, semakin besar pula gempabumi yang dilukiskannya. Skala MMI
diperkenalkan oleh Giuseppe Mercalli pada tahun 1902, yang didasarkan pada
kumpulan pengamatan orang-orang yang pernah mengalami kejadian gempabumi
dan tingkat kerusakan sarana dan prasarana yang diakibatkan kejadian
gempabumi.

6. Akibat Gempa Bumi


Akibat utama gempabumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan
tanah. Jatuhnya korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan,
terkena longsor, dan kebakaran. Jika sumber gempabumi berada di dasar lautan maka
bisa membangkitkan gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di
sekitar sumber gempa tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan.

7. Karakteristik Gempa Bumi


Gempa bumi mempunyai karakteristik yang khas, yaitu :
- Tidak dapat dicegah.
- Peristiwanya sangat mendadak dan mengejutkan.
- Waktu terjadinya, lokasi pusatnya dan kekuatannya tidak dapat diprediksi
(diperkirakan) secara tepat atau akurat oleh siapapun, termasuk pakar-pakar
gempa.

8. Memprediksi Gempa Bumi


Gempa bumi Bencana gempa bumi merupakan bencana yang tidak dapat dicegah,
terjadi secara tiba-tiba dan mengejutkan serta tidak dapat diperkirakan secara akurat
lokasi pusatnya, waktu terjadinya dan kekuatannya secara tepat dan akurat, namun
gempa bumi dapat diprediksi kisaran waktu yang memungkinkan untuk terjadi. Metode
prediksi gempa bumi ada 2 (dua) metode, yaitu :
 Short-range prediction (prediksi waktu pendek). Prediksi ini membutuhkan waktu
yang relatif pendek dan meliputi :

10
- Memprediksi jangka waktu antara fore shock dan main shock atau major
shock atau major earthquake.
- Dari pengalaman sejarah gempa bumi di Jepang, Amerika, China dan
Russia waktu ini bervariasi, ada yang 24 jam, ada yang lebih dari 1 bulan.
- Kenyataannya banyak yang tidak berhasil.
 Long-range prediction (prediksi waktu panjang) Prediksi ini membutuhkan waktu
yang relatif lama dan meliputi :
- Mempelajari interval bencana gempa besar pada waktu yang lalu (siklus).
- Ternyata siklus ini tidak tepat sama seperti Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan RI atau ulang tahun seseorang yang sudah jelas saatnya

9. ALAT PENGUKUR GEMPA BUMI


Seismograf adalah alat yang digunakan atau dipakai untuk mengukur kuat dan
lemahnya suatu gempa bumi. Berdasarkan arah getaran yang diukur, seismograf
dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
- Seismograf horisontal yaitu suatu jenis seismograf yang mencatat kekuatan
gempa ataupun getaran bumi dengan arah secara horizontal (mendatar).
- Seismograf vertikal yaitu jenis dari seismograf yang mencatat getaran bumi
dengan arah secaravertikal.
Besaran gempa didasarkan pada amplitudo gelombang tektonik dan dicatat oleh alat
Seismograf dengan menggunakan Skala Richter.
Demikianlah artikel mengenai pengertian gempa bumi, jenis-jenis, penyebab, akibat,
dan cara menghadapi gempa bumi. Semoga artikel ini dapat berguna serta dapat
bermanfaat untuk Anda semua.(forumteropongid)

(Seismograf)

11
B. TSUNAMI
1. Pengertian Tsunami
a. Pengertian Secara Etimologi
Tsunami sebenarnya berasal dari kosakata bahasa Jepang yang kemudian diadopsi dan
digunakan oleh seluruh masyarakat dunia. Adapun kosakata tersebut adalah ‘tsu’ yang
artinya ‘pelabuhan’ dan ‘nami’ yang artinya ombak. Penggunaan kata tersebut merujuk
pada kebiasaan orang Jepang yang datang ke pelabuhan setelah terjadinya tsunami.

b. Pengertian Menurut Para Ahli


Menurut Simandjuntak (1994), tsunami adalah satu dari sekian kejadian alam yang
ditandai dengan pasangnya air laut dalam skala besar dan terjadi secara mendadak,
kejadian ini biasa terjadi setelah adanya goncangan gempa bumi tektonik. Gelombang
air laut yang dihasilkan mampu menghancurkan area pemukiman di sekitar pantai.

Sementara itu, Djunire (2009) juga menyebutkan bahwa tsunami adalah salah satu jenis
bencana alam yang kerap terjadi di kawasan Indonesia. Menurutnya tsunami merupakan
gelombang besar yang terjadi akibat adanya gempa bumi di bagian dasar samudera,
letusan gunung api, serta longsoran massa batuan di sekitar kawasan basin samudera.

Sedangkan menurut Sudrajat (1994), tsunami yang terjadi mempunyai kaitan erat
dengan terjadinya perubahan bentuk di dasar laut dalam secara cepat yang diakibatkan
oleh berbagai faktor geologi. Faktor-faktor tersebut dapar berupa adanya letusan
gunung berapi dan juga gempa bumi.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG (2006) juga
menjelaskan bahwa pengertian tsunami adalah bencana alam berupa gelombang laut
yang diakibatkan oleh gempa bumi di dasar laut dan memiliki kemampuan untuk
menjalar dengan kecepatan tinggi, bahkan kecepatannya bisa melebihi 900 km/jam.

2. Sejarah Tsunami
Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika, penggunaan istilah tsunami baru mulai
dikenal dunia setelah gempa besar mengguncang Jepang pada tanggal 15 Juni 1896.
Akibat dari gempa tersebut adalah naiknya gelombang tsunami yang menewaskan kurang
lebih 22.000 jiwa serta menghancurkan area pantai timur Honshu sejauh 280 kilometer.
Sebenarnya tidak ada sejarah pasti yang mengisahkan tentang awal mula bencana tsunami.
Akan tetapi sejauh sejarah pengetahuan, Jepang adalah negara yang paling sering
mengalami gempa dan tsunami. Jadi sejarah munculnya tsunami selalu merujuk kepada
negara matahari terbit tersebut, apalagi didukung dengan asal usul istilah tsunami itu
sendiri.Walau banyak negara lain yang juga telah mengalami tsunami sejak lama, termasuk
Indonesia. Namun nenek moyang pada masa itu belum mengenal istilah tsunami sampai
terjadinya bencana di Jepang tahun 1896. Sebagai contoh, masyarakat Sulawesi Tengah
sering menyebut kejadian tersebut sebagai ‘air laut berdiri’.Di Indonesia, tsunami
diperkirakan pertama kali terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 1618. Sejak

12
saat itu jumlah tsunami yang terjadi di Indonesia terus bertambah dan sepanjang tahun
1600 hingga 2018 setidaknya Indonesia telah mengalami tsunami lebih dari 110 kali.
Hal berbeda justru diungkapkan oleh Badan Sains Amerika Serikat dalam hal
ini National Oceanic Atmospheric Administration atau NOAA. Menurut badan tersebut,
tsunami pertama di Indonesia terjadi pada tahun 416 dan sejak saat itu hingga akhir
Desember 2018 tercatat sudah ada 246 kali tsunami terjadi.

3. Karakteristik Tsunami
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari gelombang tsunami
 Panjang gelombang air laut pada tsunami dapat melebihi 150 kilometer dari bibir
pantai.
 Kecepatan gelombang tsunami menyamai kecepatan pesawat jet yaitu kurang lebih
800 km/jam. Pada dasarnya kecepatan tersebut sangat bergantung terhadap
kedalaman laut, jika terjadi di laut dalam maka kecepatannya bisa mencapai 1.000
km/jam.
 Panjang gelombang antara dua puncak gelombang tsunami di laut lepas bisa
melebihi 100 kilometer dan selisih waktu terbentuknya kedua puncak gelombang
tersebut kurang lebih 10 menit hingga 1 jam.
 Kecepatan gelombang akan menurun ketika sudah mencapai area pantai dangkal,
teluk, dan muara sungai. Namun tinggi gelombang justru akan terus bertambah,
sehingga resiko kerusakan yang ditimbulkan semakin besar.
 Perubahan tinggi gelombang tsunami disebabkan oleh terjadinya konversi energi
yang awalnya berbentuk energi kinetik lalu menjadi energi potensial. Konversi
energi ini jugalah yang mengakibatkan penurunan kecepatan gelombang dan
peningkatan tinggi gelombang.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan bahwa


karakteristik tsunami dipengaruhi oleh kedalaman gempa, panjang gelombang tsunami,
dan juga kecepatan gelombang.

Berikut ini adalah hubungan dari ketiga hal tersebut, yakni:

 Gempa yang terjadi pada kedalaman 10 meter di bawah permukaan laut


mengakibatkan tsunami berkecepatan 35,6 km/jam dan panjang gelombangnya
10,6 kilometer.
 Gempa yang terjadi pada kedalaman 50 meter di bawah permukaan laut
menyebabkan tsunami berkecepatan 79 km/jam dengan panjang gelombang 23
kilometer.
 Gempa yang terjadi pada kedalaman 200 meter di bawah permukaan laut memicu
tsunami berkecepatan 159 km/jam dan panjang gelombangnya 47,7 kilometer.
 Gempa yang terjadi pada kedalaman 2.000 meter di bawah permukaan laut memicu
tsunami dengan kecepatan 504,2 km/jam dan kecepatan gelombang adalah 151
kilometer.

13
 Gempa yang terjadi pada kedalaman 4.000 meter di bawah permukaan laut
menyebabkan tsunami dengan kecepatan 712,7 km/jam dan panjang gelombang
213 kilometer.
 Gempa yang terjadi pada kedalaman 7.000 meter di bawah permukaan laut
menyebabkan tsunami berkecepatan 942,9 km/jam dan panjang gelombangnya 282
kilometer.

4. Penyebab Terjadinya Tsunami

a. Gempa bumi di bawah laut

Tsunami Jepang (Sumber: blogspot.com)

Squad, hampir 90 persen peristiwa tsunami di dunia disebabkan oleh gempa bumi yang
terjadi di bawah laut. Gempa bumi yang terjadi di bawah laut akan menimbulkan banyak
getaran yang akan mendorong timbulnya gelombang tsunami. Gempa bumi yang terjadi di
bawah laut ini adalah jenis gempa tektonik yang timbul akibat adanya pertemuan atau
tubrukan dari lempeng tektonik. Namun, perlu kamu ketahui bahwa tidak semua gempa
bumi bawah laut akan menimbulkan tsunami.

Gempa bawah laut yang dapat menyebabkan tsunami hanya jika pusat gempa kurang
dari 30 km di bawah permukaan laut, gempa minimal berkekuatan 6,5 skala richter, dan
pola gempa adalah pola sesar naik atau turun. Jika ciri-ciri ini muncul maka kamu sudah
wajib siaga akan datangnya tsunami.

b. Letusan gunung berapi

14
Erupsi Gunung Anak Krakatau (Sumber: idntimes.com)

Letusan gunung berapi, baik itu di atas atau di bawah laut dapat menjadi penyebab
tsunami. Nah, faktor inilah yang menjadi penyebab tsunami di Banten lalu, Squad. Erupsi
dari Gunung Anak Krakatau diduga menjadi penyebab tsunami yang mengakibatkan
gelombang air laut naik. Namun, gunung berapi yang dapat menyebabkan tsunami hanya
jika kekuatan getarannya cukup besar. Efek getaran dari gunung berapi tersebut setara
dengan gempa tektonik di bawah laut, lho. Indonesia sendiri merupakan negara dengan
banyak gunung api sehingga dijuluki Ring of Fire.

c. Longsor bawah laut

Tahukah kamu bahwa di dasar laut terdapat struktur yang mirip dengan daratan seperti
bukit, lembah, dan cekungan yang bisa longsor sewaktu-waktu? Tsunami yang
disebabkan oleh longsor di bawah laut dinamakan Tsunamic Submarine Landslide.
Longsor bawah laut ini biasanya disebabkan oleh gempa bumi tektonik atau letusan
gunung bawa laut. Getaran kuat yang ditimbulkan oleh longsor kemudian bisa
menyebabkan terjadinya tsunami. Selain itu, tabrakan lempeng di bawah laut ini juga bisa
menyebabkan terjadinya longsor.

d. Hantaman meteor

15
Penyebab yang satu ini memang jarang sekali terjadi dan bahkan belum ada
dokumentasi yang menyebutkan adanya tsunami akibat hantaman meteor. Namun, hal
ini mungkin saja terjadi Squad. Sebuah simulasi dari komputer canggih menampilkan
bahwa apabila ada meteor besar dengan diameter lebih dari 1 km, maka akan
menimbulkan bencana alam yang dahsyat. Efeknya sama seperti saat bola atau benda
berat menghantam air yang berada di sebuah kolam atau bak air.

5. Jenis Tsunami
a. Tsunami Lokal
Tsunami lokal adalah jenis tsunami yang berkaitan dengan episentrum gempa yang
terjadi di sekitar area pantai. Dengan begitu waktu tempuh yang diperlukan dari titik
kejadian hingga tiba di bibir pantai sekitar 5-30 menit. Umumnya gempa lokal
berdampak cukup besar, karena gelombangnya sangat terasa meski telah mencapai
area daratan.

b. Tsunami Regional
Tsunami regional adalah jenis tsunami yang 10 kali lebih besar dari tsunami lokal.
Jarak yang bisa dicapai oleh tsunami jenis ini kurang lebih 100 hingga 1.000 kilometer
dari titik terjadinya. Biasanya waktu yang dibutuhkan gelombang mencapai daratan
cukup lama.

c. Tsunami Jarak
Tsunami jarak juga biasa disebut sebagai ocean wide tsunami atau tele tsunami
merupakan tsunami desktruktif. Artinya jarak tempuh yang bisa dicapai terhitung dari
titik tsunami bawah laut melebihi 1.000 kilometer. Dengan begitu setidaknya butuh
waktu tiga jam untuk tiba di daratan.
d. Tsunami Meteorologi
Tsunami meteorologi juga biasa disebut meteo-tsunami atau tsunami atmosfer
merupakan suatu fenomena alam yang menyerupai tsunami. Hanya saja tsunami ini
disebabkan oleh adanya gangguan pada atmosfer atau meteorologis seperti
gelombang gravitasi atmosfer, lompatan tekanan, angin topan, saluran depan badai,
dan sebagainya.

16
Skala spasial dan skala temporal yang dihasilkan oleh tsunami meteorologi sama
dengan tsunami pada umumnya dan dampaknya juga bisa sampai menghancurkan
pesisir pantai. Apalagi pesisir yang berada di teluk atau ceruk dengan amplifikasi
kuat. Sebenarnya fenomena ini juga dikenal dengan sebutan rissaga.

e. Microtsunami
Microtsunami adalah jenis tsunami yang berukuran sangat kecil, sehingga akan sulit
untuk diketahui dengan mata telanjang atau visual. Meski begitu tsunami juga cukup
berbahaya karena sulit terdeteksi. Dibutuhkan alat tertentu jika ingin mendeteksi
keberadaan microtsunami.

6. Tsunami di Indonesia
Berikut ini adalah daftar tsunami di Indonesia dari tahun 1961 hingga 2018, yaitu:
 Tsunami Flores Tengah, Nusa Tenggara Timur pada tahun 1961 menelan korban
luka-luka sebanyak 6 orang dan korban meninggal 2 orang.
 Tsunami Sumatera pada tahun 1964 memakan 479 jiwa korban terluka dan 110
jiwa korban meninggal.
 Tsunami Maluku, Sanan, dan Seram pada tahun 1965 menelan 71 orang korban
meninggal. Tsunami dengan ketinggian 4 meter ini dipicu oleh gempa
bermagnitudo 7,5 Skala Richter (SR).
 Tsunami Tinambung, Sulawesi Selatan pada tahun 1967 memakan 100 korban
terluka dan 58 korban meninggal. Tsunami ini disebabkan oleh gempa bumi
berkekuatan 5,8 SR.
 Tsunami Tambo, Sulawesi Tenggara pada tahun 1968 menelan 392 jiwa yang
meninggal. Tsunami ini memiliki ketinggian 10 meter dan dipicu oleh gempa
bermagnitudo 7,4 SR.
 Tsunami Majene, Sulawesi Barat pada tahun 1969 memakan 97 korban terluka dan
64 korban meninggal. Tsunami ini disebabkan oleh gempa 6,9 SR dan
ketinggiannya 10 meter.
 Tsunami Pulau Sumbawa dan Nusa Tenggara Barat pada tahun 1977 menelan 316
jiwa korban yang meninggal. Gelombang tsunami ini memiliki ketinggian 15 meter
dan disebabkan gempa 8 SR.
 Tsunami Nusa Tengara Timur, Flores, dan Pulau Atauro pada tahun 1977 menelan
2 korban meninggal dan 25 korban terluka.
 Tsunami Sumbawa, Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara Barat pad atahun 1979
memakan 200 korban terluka dan 27 korban meninggal.
 Tsunami Larantuka, Nusa Tenggara Timur pada tahun 1982 disebabkan oleh
gempa 5,9 SR serta menelan 400 korban luka-luka dan 13 orang korban meninggal.
 Tsunami Flores Timur, Pulau Pantar, dan Nusa Tenggara Timur pada tahun 1987
menelan 108 korban luka-luka dan 83 jiwa melayang.
 Tsunami Pulau Alor dan Nusa Tenggara Timur pada tahun 1989 menyebabkan 7
nyawa melayang.

17
 Tsunami Flores, Pulau Babi, dan Nusa Tenggara Timur pada tahun 1992 memakan
2.126 korban terluka dan 1.952 jiwa meninggal. Bencana ini tercatat sebagai
tsunami paling dahsyat sebelum tsunami Aceh dengan ketinggian 26 meter dan
gempa 7,5 SR.
 Tsunami Banyuwangi, Jawa Timur pada tahun 1994 memiliki ketinggian
gelombang 14 meter yang dipicu gempa 6,8 SR serta mengakibatkan 400 orang
terluka dan 38 orang meninggal.
 Tsunami Palu, Sulawesi Tengah pada tahun 1996 disebabkan oleh gempa 7,7 SR
serta memakan 63 korban terluka dan 3 nyawa melayang.
 Tsunami Pulau Biak di Irian Jaya pada tahun 1996 setinggi 12 meter disebabkan
oleh gempa 8 SR dan mengakibatkan 107 jiwa melayang.
 Tsunami Tabuna Maliabu, Maluku pada tahun 1998 setinggi 3 meter dan
disebabkan gempa 7,7 SR serta memakan 34 nyawa yang meninggal.
 Tsunami Banggai, Sulawesi Tengah pada tahun 2000 mengakibatkan empat orang
meninggal.
 Tsunami Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara pada tahun 2004 sebagai
tsunami terdahsyat memakan lebih 250.000 jiwa melayang. Penyebab tsunami
berketinggian 34,5 meter adalah gempa dengan skala 9,2.
 Tsunami Pulau Nias pada tahun 2005 yang disebabkan gempa 8 SR tidak memakan
korban jiwa.
 Tsunami Pangandaran di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta yang
disebabkan gempa 7,7 SR memiliki tinggi gelombang 8,25 meter pada tahun 2006
menelan korban tewas sebanyak 668 jiwa.
 Tsunami Bengkulu dan Sumatera Barat pada tahun 2007 dengan tinggi 3,8 meter
disebabkan gempa 8,4 SR dan juga tidak memakan korban jiwa.
 Tsunami Mentawai pada tahun 2010 setinggi 7 meter disebabkan gempa 7,2 SR
serta mengakibatkan 448 orang luka-luka dan 413 nyawa melayang.
 Tsunami Palu, Sulawesi Tengah pada tahun 2018 juga merupakan salah satu
tsunami dahsyat di Indonesia dengan ketinggian 11,3 meter yang disebabkan oleh
gempa berkekuatan 7,4 SR dan menyebabkan lebih 2.000 jiwa melayang.
 Tsunami Selat Sunda di Serang, Pandeglang, dan Lampung pada tahun 2018 yang
menelan 431 korban meninggal.

7. Dampak Tsunami
Bencana tsunami sudah dipastikan berdampak buruk untuk kondisi alam, khususnya
kawasan pantai. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya kerusakan material, melainkan
juga selalu memakan korban jiwa.

Berikut ini adalah beberapa dampak yang diakibatkan oleh tsunami, antara lain:
 Kerusakan di mana-mana seperti menghancurkan bangunan yang ada di sekitar
pantai termasuk usaha masyarakat setempat.
 Rusaknya lahan pertanian dan perikanan.
 Kegiatan perekonomian terhambat, karena aktivitas produksi seperti perdagangan
tidak bisa berjalan untuk sementara waktu.

18
 Jumlah kerugian material yang dialami oleh masyarakat mulai dari hancurnya
bangunan hingga usaha mereka.
 Gangguan kejiwaan, biasanya korban yang menghadapi tsunami khususnya
anakkecil mengalami trauma yang membutuhkan terapi untuk menyembuhkannya.
 Munculnya berbagai penyakit baik yang disebabkan oleh sisa-sisa tsunami maupun
kondisi di pengungsian yang tidak sehat.

8. Mitigasi Bencana
Mitigasi merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi
kerusakan termasuk yang diakibatkan bencana alam. Mitigasi bencana alam dapat
dilakukan setelah melakukan serangkaian analisis terhadap resiko bencana, sehingga
dapat dilakukan perencaan mitigasi. Sementara itu, menurut Ihsan (2017) yang
dimaksud mitigasi adalah seluruh tindakan yang dimaksudkan untuk mengurangi
dampak akibat bencana. Tindakan tersebut diterapkan sebelum terjadinya bencana yang
meliputi kesiapan menghadapi serta upaya pengurangan resiko untuk jangka panjang.
Secara umum ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan mitigasi
bencana, khususnya bencana tsunami. Kedua pendekatan tersebut adalah pendekatan
fisik dan pendekatan non fisik, yaitu:
1. Pendekatan Mitigasi Fisik
Pendekatan fisik terhadap mitigasi bencana dilakukan dengan menerapkan upaya
yang berfisat struktural, non-struktural, serta gabungan antara keduanya. Pemilihan
upaya tersebut sangat bergantung pada keadaan fisik tata ruang, pantai, tata guna
lahan, dan juga modal yang ada.
Ada beberapa cara untuk melakukan mitigasi fisik, yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan Non Struktural dengan Sabuk Hijau atau Green Belt
Pendekatan non struktural dengan memanfaatkan sabuk hijau artinya upaya
perlindungan area pantai dengan memanfaatkan vegetasi yang memang
berhabitat di sekitar pantai. Beberapa vegetasi tersebut adalah pohon api-api,
cemara laut, bakau, dan nipah. Hutan mangrove juga dipercaya sangat efektif
untuk meredam gelombang tsunami. Syarat teknis yang harus dipenuhi oleh
vegetasi untuk bisa meredam gelombang adalah lebar hutan bakau terhitung
dari area pantai hingga ujung hutan mangrove yang tepat menghadap ke laut
(B) dan panjang gelombang tsunami (L) yang dirumuskan sebagai B/L harus
besar agar upaya mitigasi dapat berhasil dengan memanfaatkan sabuk hijau.

b. Pendekatan Struktural dengan Peringatan Dini


Peringatan dini merupakan salah satu bentuk pendekatan struktural dari
mitigasi fisik. Artinya ketika terjadi gempa bumi di dasar laut yang berpotensi
tsunami, maka akan segera dikeluarkan pemberitahuan dini untuk bersiap-siap.
Sehubungan dengan itu untuk bisa mendeteksi potensi terjadinya tsunami,
maka diperlukan alat pendeteksi tsunami. Sistem dari peringatan dini ini
memanfaatkan alat sensor yang akan mendeteksi satelit, receiver gelombang,
dan kenaikan ketinggian air laut, serta langsung terkoneksi dengan alat untuk
memberitahu adanya potensi tsunami.

19
c. Bangunan Sipil untuk Menahan Tsunami
Bangunan sipil yang berfungsi untuk menahan tsunami sudah diterapkan di
negara Jepang yang memang langganan tsunami. Sementara di Indonesia
belum ada bangunan sipil dengan manfaat seperti itu. Hanya saja kekurangan
dari keberadaan bangunan sipil seperti ini adalah mengurangi nilai estetika dari
pantai.

d. Bangunan Sipil untuk Evakuasi


Telah disebutkan sebelumnya bahwa waktu untuk menyelamatkan diri dari
tsunami nyaris mustahil untuk dilakukan jika memang sedang berada di sekitar
pantai. Oleh sebab itu di sekitar pantai harus ada bangunan sipil yang bisa
dimanfaatkan untuk evakuasi apabila ada ancaman tsunami. Lokasi evakuasi
wajib berada di atas lahan dengan ketinggian tertentu dan dilengkapi bangunan
yang memiliki ketahanan baik terhadap getaran gempa dan gelombang, serta
akses menuju lokasi evakuasi tersebut mudah untuk dijangkau, khususnya bagi
orang-orang yang ada di sekitar pantai.

2. Pendekatan Mitigasi Non Fisik


Mitigasi bencana melalui pendekatan non fisik dilakukan dengan tiga tahap, yaitu
pemetaan, sosialisasi, dan simulasi. Pemetaan dilakukan untuk mengetahui sejauh
apa tingkat kerawanan suatu daerah terhadap bencana tsunami. Setelah itu
dilakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan tersebut.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gempabumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng
bumi , patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan. Kekuatan gempabumi akibat
aktivitas gunungapi dan runtuhan batuan relatif kecil sehinggakita akan memusatkan
pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif. Akibat
dari gempa bumi adalah naiknya gelombang tsunami yang menewaskan kurang lebih 22.000
jiwa serta menghancurkan area pantai timur Honshu sejauh 280 kilometer.
Penyebab terjadi gempa bumi
-runtuhnya gua- gua dalam bumi
- tabrakan (impack)
- peledakan gunung api
- kegiatan tektonik
Penyebab terjadinya tsunami
- gempa bumi dibawah laut
- letusan gunung berapi
- longsor bawah laut
- hantaman meteor

B. SARAN

Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang
jauh dari kata sempurna.Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah diatas.
.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gempa_Bumi.pdf

Mustoofa,N.A. (2010). Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya.Jurnal Geografi, 7(1), 68-69

BPBD Banda Aceh. (2018). Pengertian Gempa Bumi, Jenis-Jenis, Penyebab, Akibat, dan
Cara Menghadapi Gempa Bumi. Diakses pada 11 Oktober 2022, dari
https://bpbd.bandaacehkota.go.id/2018/08/05/pengertian-gempa-bumi-jenis-jenis-penyebab-
akibat-dan-cara-menghadapi-gempa-bumi/
Mulyo, Agung.(2004). Pengantar Ilmu Kebumian.Bandung: Pustaka Setia

Winardi, A dkk. (2006). Gempa. Jogja, Indonesia & Dunia. Jakarta :Gramedia
Alfari, S. (2018). Apa saja sih faktor yang dapat menjadi penyebab tsunami?.
https://www.ruangguru.com/blog/apa-saja-sih-faktor-yang-dapat-menjadi-penyebab-tsunami.
Diakses pada 11 oktober 2022.

Anonim . (2019). Tsunami – pengertian, jenis, penyebab, dampak & sejarah di indonesia.
https://rimbakita.com/tsunami/. Diakses pada 11 Oktober 2022.

22

Anda mungkin juga menyukai