Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang , Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Endapan Mineral tentang Konsep Tektonik Dan
Mineralisasi untuk pembaca.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Seperti hal-NYA kata pepatah tiada
gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami dengan sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bumi merupakan tempat tinggal manusia yang diciptakan oleh Tuhan dengan
berbagai macam isinya, kita hidup di bumi berada di bagian litosfer atau permukaan
bumi yang terbentuk dari berbagai macam batuan diantaranya batuan sedimen
menyusun kurang lebih sebanyak 80% dengan volume kurang lebih 0,32% dari
volume bumi. Batuan-batuan yang menyusun kerak bumi memiliki ciri khas yang
berbeda-beda dan terangkum dalam sebuah lempeng-lempeng yang tersebar diseluruh
dunia,lempenglempeng tersebut bersifat dinamis, karena adanya perbedaan
perlapisan dan tenaga endogen yang mengakibatkan pergerakan lempeng. Dari
pergerakan tersebut dapat menimbulkan sebuah siklus batuan yang disebut daur
geologi.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi
tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi dan
cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng.
Pada dasarnya konsep teori tektonik lempeng adalah bahwa bumi yang padat ini
terdiri dari banyak lempengan yang pecah-pecah, yang merupakan pembalut keras
bumi, yang terus bergerak mendorong, menjauh, berpapasan, menggilas, mendidih
tiada hentinya. Lempeng ini sedikitnya ada delapan lempeng yang besar, delapan
lempeng yang berukuran kecil, yang semuanya terus bergerak berarak-arak tiada
henti hingga kini. Teori semakin banyak diyakini setelah data dari berbagai dunia
analisis, yang meyakinkan bahwa telah terjadi pergerakan lempeng sejagad.
Misalnya, pada saat batuan kuno di kepulauan Inggris diukur kemagnetanya, tercatat
penyimpangan sejauh 300 drajat dari kutub magnet sekarang.
Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga macam, yaitu pergerakan yang saling
mendekat, saling menjauh, dan saling berpapasan. Pergerakan lempeng saling
mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan
menujam ke bawah. Daerah penujaman membentuk suatu palung yang dalam, yang
biasa merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang alur penujaman akan
terbentuk rangkaian kegiatan magmatic dan gunung api serta berbagai cekungan
pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara kedua
lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan jalur penujaman di
selatan pulau Jawa dan jalur gunung api Sumatera, Jawa dan Nusa tenggara, dan
berbagai cekungan seperti Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan
cekungan Jawa Utara. Pergerakan lempeng saling menjauh akan menyebabkan
penipisan dan peregangan kerak bumi dan akibatnya terjadi pengeluaran material
baru dari mantel membentuk jalur magmatic atau gunung api.
2.2.1 Perkembangan Teori
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-
kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis
seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti
dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai
Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan
Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya
pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari
paparan benua di sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk
menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa
bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan
astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas.
Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik
lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui proses konduksi, sedangkan
astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu
yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara
kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga
sebagian dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada
waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip
kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-
lempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak menumpang di atas
astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida.
Pergerakan lempengan bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari)
seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat
pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.
Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua
memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera.
Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10
km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu
daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan
pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung
samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas
lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang
paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu
lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu
sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut
bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan
dengan fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut
adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan
mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform
(transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang
berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan
dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other),
yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai
maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-
bentuk (transform fault).
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika
dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan
(rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini
menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng
benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat
adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang Tengah-
Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling
terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi
Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika
dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua
(continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut
yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang
terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga
kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan
menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini
dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang
(Japanese island arc). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah
lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction
zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera
dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah
didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik.
Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah
bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke
bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.
Gaya Gesek
Basal drag
Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer,
sehingga pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.
Slab suction
Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona
subduksi di palung samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi
dalam kondisi geodinamik di mana tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada
saat ia masuk ke dalam mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja
pada kedua sisi lempengan, atas dan bawah.
Gravitasi
Runtuhan gravitasi
Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di oceanic ridge.
Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mantel panas yang
merupakan sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini
tenggelam ke dalam mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan
sedikit inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam teks-teks
geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering disebut sebagai sebuah doronga.
Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan karena topografi sebuah
lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda dan topografi pematang (ridge) yang
melakukan pemekaran hanyalah fitur yang paling dominan. Sebagai contoh,
pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke bawah lempeng yang bersebelahan
menghasilkan kenampakan yang bisa memengaruhi topografi. Lalu, mantel plume
yang menekan sisi bawah lempeng tektonik bisa juga mengubah topografi dasar
samudera.