DIVI SISWANTI
I1031131016
NASKAH PUBLIKASI
PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TANJUNGPURA PONTIANAK
2018
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan
Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang
Dirawat di RSUD Dr. Soedarso dan RSU Yarsi
Pontianak
Divi Siswanti*, Ramadhaniyati**, Sukarni**
*Mahasiswa Keperawatan Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura, **Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
ABSTRAK
1
Therapeutic Communication Relationships Level
Nurses Anxiety of Preschoolers Preschooled atRSUD
Dr. Soedarso and RSU Yarsi Pontianak
Divi Siswanti*, Ramadhaniyati**, Sukarni**
*Nursing Student Tanjungpura University, **Departement Kalimantan Barat
Provincial Health
ABSTRACT
2
PENDAHULUAN hidup mandiri (Hidayat, 2008).
Anak adalah individu yang masih Perkembangan anak usia prasekolah
memiliki ketergantungan pada orang sebagian besar sudah memiliki
dewasa dan lingkungan sekitarnya. keterampilan verbal dan mampu
Anak memerlukan lingkungan yang beradaptasi dengan berbagai situasi.
dapat memfasilitasi dalam kebutuhan Pada usia ini, anak membutuhkan
dasar serta belajar mandiri. Periode lingkungan yang nyaman untuk
usia perkembangan anak meliputi proses tumbuh kembangnya, seperti
periode pranatal dimulai dari lingkungan bermain dan teman
konsepsi sampai lahir, masa bayi sepermainan yang menyenangkan.
dimulai dari lahir sampai 1 tahun, Anak belum mampu membangun
masa kanak-kanak awal 1 sampai 6 suatu gambaran mental terhadap
tahun, pada periode ini dibagi pengalaman kehidupan sebelumnya
menjadi dua, yaitu Toodler dan sehingga dengan demikian harus
Prasekolah (3 sampai 6 tahun). menciptakan pengalamannya sendiri
Periode ini berasal dari waktu anak- (Soetjiningsih, 2013).
anak dapat bergerak sambil berdiri Anak usia prasekolah
sampai mereka masuk sekolah, merupakan populasi yang sangat
ditandai dengan aktivitas yang tinggi. rentan terhadap penyakit karena di
Periode ini merupakan usia ini, anak aktif untuk bermain
perkembangan fisik dan kepribadian dan rasa ingin tahunya tinggi, anak
yang besar. Perkembangan motorik cenderung mencoba apapun untuk
berlangsung terus-menerus. Masa dilakukan, sehingga dapat
kanak-kanak pertengahan 6 sampai menyebabkan anak terpapar
12 tahun. Masa kanak-kanak akhir lingkungan dan menyebabkan anak
11 sampai 19 tahun (wong, 2008). mudah terserang penyakit. sebagian
Anak usia prasekolah 3-6 besar anak usia prasekolah sudah
tahun sudah mampu menjalani toilet training, sehingga
mengembangkan kreativitas dan anak rentan terkontaminasi
sosialnya untuk berinteraksi dengan lingkungan oleh urine dan feses yang
orang lain dan akan mulai belajar akan menyebabkan terserang
3
penyakit. Penyakit yang sering banyak mengalami masalah yang
menyerang anak prasekolah yaitu lebih serius dan kompleks
cacar air (varisela), campak (rubela), dibandingkan kejadian hospitalisasi
diare, Hepatitis A, meningitis otitis pada tahun-tahun sebelumnya.
media, infeksi saluran pernapasan Timbul tantangan-tantangan yang
(Wong, 2009). Selain itu, anak harus dihadapi anak, seperti
prasekolah merupakan populasi yang mengatasi suatu perpisahan,
sangat rentan terutama ketika penyesuaian dengan lingkungan yang
menghadapi situasi yang membuat asing baginya, penyesuaian dengan
cemas dan stress, yaitu salah satunya banyak orang yang mengurusnya,
lingkungan yang baru seperti harus berhubungan dan bergaul
lingkungan rumah sakit dengan anak-anak lain yang sakit
(hospitalisasi). Hal ini dikarenakan serta harus menerima terapi yang
kemampuan koping yang digunakan menyakitkan.
oleh orang dewasa berbeda, pada Penelitian membuktikan
anak-anak koping belum bahwa hospitalisasi anak dapat
berkembang dengan sempurna (Kyle menjadi suatu permasalahan yang
& Carman, 2015). menimbulkan trauma baik bagi anak
Sakit pada anak usia maupun orang tua sehingga
prasekolah, merupakan sesuatu yang menimbulkan reaksi tertentu yang
menakutkan. Selain itu, perawatan di akan sangat berdampak pada
rumah sakit dapat menimbulkan kerjasama anak dan orang tua dalam
cemas karena anak merasa perawatan anak selama di rumah
kehilangan lingkungan yang sakit (Supartini, 2004). Berdasarkan
dirasakanya aman, penuh kasih survei dari WHO pada tahun 2008,
sayang, dan menyenangkan. Anak hampir 80% anak mengalami
juga harus meninggalkan lingkungan perawatan di rumah sakit. Sedangkan
rumah yang dikenalnya, permainan, di Indonesia sendiri berdasarkan
dan teman sepermainannya survei kesehatan ibu dan anak tahun
(Supartini, 2004). Kondisi anak yang 2010 didapatkan hasil bahwa dari
dirawat di rumah sakit saat ini 1.425 anak mengalami dampak
4
hospitalisasi, dan 33,2% diantaranya Hospitalisasi merupakan
mengalami dampak hospitalisasi proses karena suatu alasan bencana
berat, 41,6% mengalami dampak atau darurat yang mengharuskan
hospitalisasi sedang, dan 25,2% anak untuk tinggal di rumah sakit,
mengalami dampak hospitalisasi menjalani terapi dan perawatan
ringan (Rahma & Puspasari, 2010). sampai pemulangannya kembali ke
Berdasarkan studi rumah. Meskipun demikian dirawat
pendahuluan di ruang anak RSUD di rumah sakit merupakan masalah
Dr. Soedarso Pontianak, tahun 2016 besar yang menimbulkan ketakutan
terdapat 707 anak yang mengalami dan cemas bagi anak. Hospitalisasi
perawatan di rumah sakit, 80% anak juga dapat diartikan adanya beberapa
yang dirawat menunjukkan tanda perubahan psikis yang dapat menjadi
kecemasan, seperti wajah menjadi sebab anak di rawat dirumah sakit.
kemerahan, keringat dingin, gelisah, Ada beberapa dampak hospitalisasi
ketegangan fisik, gemetar, dan pada anak, salah satunya adalah
menghindar. Ruang anak RSUD dr. kecemasan (Supartini, 2012).
Soedarso Pontianak sudah diterapkan Kecemasan merupakan
komunikasi terapeutik antara perawat kondisi emosional yang tidak
dan anak. Belum ada upaya menyenangkan yang ditandai oleh
penerapan komunikasi terapeutik perasaan-perasaan subjektif atau
yang baik pada anak usia prasekolah perasaan yang tidak diketahui jelas
selama dirawat di rumah sakit, sebabnya atau sumbernya seperti
sehingga memungkinkan kecemasan ketegangan, ketakutan, dan
anak lebih panjang masanya. Hal ini kekhawatiran. Respon anak terhadap
merupakan hal yang penting bagi kecemasan bervariasi, dipengaruhi
rumah sakit yang berupaya oleh berbagai faktor seperti usia
memberikan pelayanan keperawatan perkembangan anak, jenis kelamin,
terbaik bagi masyarakat, sehingga lama perawatan, dan pengalaman
mampu mencegah gangguan sebelumnya terhadap sakit (Widianti,
perkembangan pada anak. 2011).
5
Anak usia prasekolah respon fisiologis, biasanya anak juga
biasanya mengalami separation akan menampakkan respon perilaku,
anxiety atau kecemasan perpisahan seperti gelisah, ketegangan fisik,
karena anak harus berpisah dengan tremor atau gemetar, reaksi kaget,
lingkungan yang dirasakannya aman, bicara cepat, menghindar, hingga
nyaman, penuh kasih sayang, dan menarik diri dari hubungan
menyenangkan seperti lingkungan interpersonal. Respon kognitif yang
rumah, permainan, dan teman mungkin muncul adalah perhatian
sepermainannya (Ardiningsih S, dkk, terganggu, pelupa, salah dalam
2006). Berdasarkan hasil penelitian memberikan penilaian, hambatan
yang dilakukan Januarsih (2014) berpikir, tidak mampu
menunjukkan dari 20 responden berkonsentrasi, dan ketakutan.
frekuensi tertinggi anak dengan Sedangkan respon afektif yang biasa
tingkat kecemasan berat, yaitu muncul adalah tidak sabar, tegang,
sebanyak 14 responden (70%), dan waspada (Stuart & Sundeen,
frekuensi terendah anak dengan 2007).
tingkat kecemasan sedang, yaitu Perasaan cemas merupakan
sebanyak 6 responden (30%). dampak dari hospitalisasi yang
Anak yang mengalami dialami oleh anak karena
kecemasan akan memunculkan menghadapi stressor (hal yang dapat
respon fisologis, seperti perubahan menimbulkan stress) yang ada
pada sistem kardiovaskuler, dilingkungan rumah sakit
perubahan pola nafas yang semakin (Sujatmiko, 2013). Dampak dari
cepat atau terengah-engah. Selain itu, kecemasan pada anak yang
dapat pula terjadi perubahan pada menjalani perawatan, apabila tidak
sistem pencernaan dan segera ditangani akan membuat anak
neuromuscular seperti nafsu makan melakukan penolakan terhadap
menurun, gugup, tremor, hingga tindakan perawatan dan pengobatan
pusing dan insomnia. Kulit yang diberikan sehingga akan
mengeluarkan keringat dingin dan berpengaruh terhadap lamanya hari
wajah menjadi kemerahan. Selain rawat anak dan dapat memperberat
6
kondisi penyakit yang diderita anak dengan anak selama perawatan di
(Widianti, 2011). rumah sakit. Sekalipun anak menolak
Untuk mengurangi dampak orang asing (perawat), namun
akibat hospitalisasi yang dialami perawat harus tetap memberikan
anak selama menjalani perawatan, dukungan dengan meluangkan waktu
diperlukan suatu media yang dapat secara fisik dekat dengan anak
mengungkapkan rasa cemasnya yaitu menggunakan komunikasi yang baik
dengan terapi bermain (Sujatmiko, yaitu suara bernada tenang, pilihan
2013). kata yang tepat, kontak mata dan
Upaya untuk mengatasi sentuhan secara empati (Wong,
kecemasan pada anak antara lain 2008).
yang pertama melibatkan orang tua Komunikasi terapeutik
anak, agar orang tua berperan aktif merupakan komunikasi yang
dalam perawatan anak dengan cara direncanakan secara sadar, yang
membolehkan mereka untuk tinggal bertujuan dan kegiatannya
bersama anak selama 24 jam. Jika dipusatkan untuk kesembuhan pasien
tidak mungkin, beri kesempatan (Indrawati, 2003). Komunikasi
orang tua untuk melihat anak setiap terapeutik merupakan komunikasi
saat dengan maksud untuk yang mempunyai efek penyembuhan
mempertahankan kontak antara karena komunikasi terapeutik
mereka. Yang kedua melakukan merupakan salah satu cara untuk
modifikasi lingkungan rumah sakit, memberikan informasi yang akurat
agar anak tetap merasa nyaman dan dan membina hubungan saling
tidak asing dengan lingkungan baru. percaya terhadap klien, sehingga
Upaya yang ketiga adalah peran dari klien akan merasa puas dengan
petugas kesehatan rumah sakit pelayanan yang diterimanya. Apabila
(dokter, perawat), dimana diharapkan perawat dalam berinteraksi dengan
petugas kesehatan khususnya klien tidak memperhatikan sikap dan
perawat harus menghargai sikap teknik dalam komunikasi terapeutik
anak karena selain orang tua perawat dengan benar dan tidak berusaha
adalah orang yang paling dekat untuk menghadirkan diri secara fisik
7
yang dapat memfasilitasi komunikasi komunikasi terapeutik perawat
terapeutik, maka hubungan yang baik dengan tingkat kecemasan pada anak
antara perawat dengan klienpun akan prasekolah di ruang perawatan anak
sulit terbina (Anggraini, 2009). RSUD ambarawa, hasil dari
Komunikasi terapeutik antara penelitian ini menunjukan adanya
perawat dan anak adalah hubungan hubungan pelaksanaan komunikasi
kerjasama yang ditandai dengan terapeutik perawat dengan tingkat
tukar-menukar perilaku, perasaan, kecemasan pada anak prasekolah di
pikiran, pengalaman dalam membina ruang perawatan anak RSUD
hubungan intim yang terapeutik. ambarawa.
Dalam proses membina hubungan Berdasarkan hasil penelitian
terapeutik perawat harus yang dilakukan oleh Santoso, dkk
menyesuaikan dengan tingkat (2013) dengan penelitian yang
perkembangan anak dalam berjudul pengaruh penerapan
menyadari dan mengidentifikasi komunikasi terapeutik perawat
masalah dan membantu dalam terhadap tingkat kecemasan anak
pemecahan masalah (Stuart & usia prasekolah yang menjalani
Sudden, 2007). hospitalisasi di RSUD Tugurejo
Cara berkomunikasi pada Semarang. Hasil dari penelitian ini
anak berbeda dengan komimikasi menunjukkan adanya pengaruh
terapeutik pada orang dewasa. penerapan komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik pada anak perawat terhadap tingkat kecemasan
hendaknya selalu memperhatikan anak usia prasekolah yang menjalani
nada suara, jarak interaksi dengan hospitalisasi di RSUD Tugurejo
anak, sentuhan yang diberikan Semarang.
kepada anak harus atas persetujuan Berdasarkan hasil penelitian
anak (Mundakir, 2006). yang dilakukan oleh Winokan, dkk
Pada penelitian terkait (2015) dengan penelitian yang
komunikasi terapeutik perawat yang berjudul hubungan komunikasi
dilakukan oleh Hannan, dkk (2013) terapeutik perawat dengan tingkat
dengan judul hubungan pelaksanaan kecemasan anak usia 5-12 tahun
8
dalam pelaksanaan pemasangan infus variabel bebas maupun variabel
diruang perawatan anak RSUD terikat dilakukan pada suatu saat atau
lapangan sawang Kabupaten satu periode tertentu pada waktu
Kepulauan Sitaro. Hasil dari yang bersamaan (Dharma, 2011).
penelitian ini menunjukkan adanya Populasi pada penelitian ini
hubungan komunikasi terapeutik yaitu semua perawat yang ada di
perawat dengan tingkat kecemasan ruang anak RSUD Dr. Soedarso dan
anak usia 5-12 tahun dalam RSU Yarsi Pontianak dan anak-anak
pelaksanaan pemasangan infus yang menjalani hospitalisasi di
diruang perawatan anak RSUD RSUD Dr. Soedarso dan RSU Yarsi
lapangan sawang Kabupaten Pontianak Tahun 2017.Teknik
Kepulauan Sitaro. pengambilan sampel yaitu
METODE menggunakan total sampling yaitu
Penelitian ini merupakan jenis perawat yang bekerja di ruang anak
penelitian kuantitatif non eksperimen dan anak usia prasekolah yang di
dengan menggunakan desain rawat di ruang perawatan anak
penelitian Observasional Analitik RSUD Dr. Soedarso Pontianak
karena penelitian ini hanya dalam bulan Juli 2017, sebanyak 20
mengamati tanpa memberikan perawat dan 20 anak. Perawat yang
perlakuan yang bertujuan untuk bekerja di ruang anak dan anak usia
mengungkapkan hubungan korelatif prasekolah yang dirawat di RSU
antar variabel yaitu penelitian untuk Yarsi Pontianak dalam bulan Juli
mengetahui hubungan komunikasi 2017, sebanyak 10 perawat dan 10
terapeutik perawat terhadap tingkat anak. Total sampel dalam penelitian
kecemasan anak usia prasekolah ini, sebanyak 30 perawat dan 30
yang menjalani hospitalisasi di anak.
RSUD Dr. Soedarso dan RSU Yarsi Instrumen dalam penelitian ini
Pontianak dengan pendekatan Cross berupa kuesioner/angket, observasi
Sectional. Penelitian ini dan wawancara. Dimana peneliti
menggunakan pendekatan Cross akan melakukan wawancara kepada
Sectional karena pengumpulan data orangtua anak usia prasekolah yang
9
menjalani hospitalisasi di RSUD Dr. karakteristik dari responden anak
Soedarso dan RSU Yarsi Pontianak, berupa jenis kelamin dan lama rawat.
selanjutnya memberikan kuesioner Karakteristik dari responden perawat
yang berisi pernyataan untuk berupa pendidikan dan lama bekerja.
mengetahui tingkat kecemasan anak Sedangkan analisa bivariat
serta peneliti melakukan observasi menggunakan uji Statistik Uji
secara langsung kepada responden. Analisa korelasi Chi Square
Kemudian peneliti mengobservasi dilakukan untuk mengetahui
perawat terhadap teknik komunikasi hubungan komunikasi terapeutik
perawat anak untuk mengisi lembar perawat dengan tingkat kecemasan
kuesioner teknik komunikasi perawat anak usia prasekolah yang dirawat di
anak. ruang anak RSUD Dr. Soedarso dan
Pada penelitian ini, analisa RSU Yarsi Pontianak.
univariatemenjelaskan tentang
HASIL PENELITIAN
Analisis univariat dalam berupa pendidikan dan lama bekerja.
penelitian ini menjelaskan tentang Adapun karakteristik responden yang
karakteristik dari responden anak diperoleh dari kuesioner
berupa jenis kelamin dan lama rawat. sebagaimana terdapat dalam tabel
Karakteristik dari responden perawat berikut.
Variabel f %
10
Berdasarkan table 1 perempuan sebanyak 18 orang
menunjukkan bahwa sebagian besar (60,0%), dan dengan lama rawat
pasien anak di dua Rumah Sakit paling lama yaitu 1-3 hari sebanyak
Pontianak memiliki jenis kelamin 17 orang (36,7%)
11
Analisa korelasi Chi Square anak usia prasekolah yang dirawat di
dilakukan untuk mengetahui ruang anak RSUD Dr. Soedarso dan
hubungan komunikasi terapeutik RSU Yarsi Pontianak. Adapun
perawat dengan tingkat kecemasan hasilnya dapat dilihat di baawah ini :
PEMBAHASAN
13
kecemasan pada anak yang dirawat Menurut Wong (2008)
di rumah sakit. Hubungan perawat lingkungan yang asing, sikap protes
dengan pasien yang terapeutik dapat dan menolak makan akan semakin di
memberikan pengalaman perbaikan dukung saat menghadapi petugas
emosi bagi pasien. Hal ini kesehatan (perawat atau dokter),
menyebabkan perawat kebiasaan yang berbeda dan prosedur
mengaplikasikan dirinya secara penyembuhan. Anak harus
terapeutik dan memakai berbagai menjalani prosedur yang tidak
teknik komunikasi agar perilaku menyenangkan dan menimbulkan
pasien berubah ke arah yang positif nyeri (disuntik, diinfus, dan
(Dalawi, E., Rochimah, Gustina, sebagainya). Penyakit dan
Roselina, E., Banon, E., 2009). hospitalisasi menjadi masalah utama
Cara berkomunikasi pada yang harus di hadapi anak.
anak berbeda dengan orang dewasa. Faktor lain yang
Komunikasi terapeutik pada anak menyebabkan kecemasan yaitu
hendaknya selalu memperhatikan teknik komunikasi terapeutik
nada suara, jarak interaksi dengan perawat. Semakin baik komunikasi
anak, sentuhan yang diberikan yang dilakukan perawat dengan
kepada anak harus atas persetujuan pasien maka angka kecemasan pada
anak (Munandar, 2006). Apabila anak akan semakin berkurang.
perawat dalam berinteraksi dengan Sebaliknya jika komunikasi
pasien tidak memperhatikan sikap terapeutik perawat dilakukan kurang
dan teknik dalam komunikasi baik maka akan menyebabkan
terapeutik dengan benar dan tidak tingginya tingkat kecemasan yang
berusaha untuk menghadirkan diri terjadi pada anak. Dukungan
secara fisik yang dapat memfasilitasi keluarga juga berperan penting
komunikasi terapeutik, maka dalam tingkat kecemasan pada anak.
hubungan yang baik antara perawat Anak akan merasa aman jika berada
dengan pasein pun akan sulit terbina didekat orang-orang yang dia
(Anggraini, 2009). sayangi.
14
KESIMPULAN Keperawatan. Jakarta: Trans
Info Media.
Berdasarkan hasil dan
Hastono, S. P. & Sabri (2010).
analisis penelitian, secara umum
Statistik Kesehatan. Jakarta:
dapat disimpulkan bahwa Terdapat PT. Raya Grafindo Persada.
hubungan yang bermakna antara Hannan, dkk(2012). Hubungan
komunikasi terapeutik perawat Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik Perawat dengan
dengan tingkat kecemasan pada anak
Tingkat Kecemasan pada
usia prasekolah yang dirawat di Anak Usia Prasekolah di
RSUD Dr. Soedarso dan RSU Yarsi Ruang Perawatan Anak
RSUD Ambarawa.Jurnal
Pontianak. Keperawatan.
15
Lumiu, Stella Engel, dkk (2013). Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Hubungan Dukungan Penelitian Kesehatan.
Keluarga dengan Tingkat Jakarta: Rineka Cipta.
Kecemasan Akibat
Hospitalisasi pada Anak di Nursalam, dkk. (2005). Asuhan
Usia Prasekolah di IRINA E Keperawatan Bayi dan Anak.
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Jakarta: Salemba Medika.
Kandou Manado. Ejournal Patmonodewo, S (2008). Pendidikan
Keperawatan. Volume I. Anak Usia Prasekolah.
Margono. (2013). Metodologi Jakarta : Rineka Cipta.
Penelitian Pendidikan. Putra, Ardia. (2013). Hubungan
Jakarta: Rineka Cipta. Komunikasi Terapeutik
Montolalu. (2008). Bermain Perawat dengan Tingkat
Permainan Anak . Jakarta: Kepuasan Pasien di Ruang
Universitas Terbuka. Rawat Inap RSUD Dr.
Zainoel Abidin.Jurnal Ilmu
Mubin, M. F & Dessy M. H. (2010). Keperawatan.
Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Sabri, H. D. (2012). Statistik
Kecemasan pada Anak Usia Kesehatan. Jakarta: Rajawali
Prasekolah di Bangsal Melati Pers.
RSUD Tugurejo
Santoso, S. (2010). Teori-Teori
Semarang.FIKKes.Jurnal
Psikologi Sosial. Bandung:
Keperawatan.Volume 3
Refika Aditama.
Marfuedz, (2005). Metodologi
Santoso, Dwi A, dkk. (2012).
Penelitian Bidang Kesehatan,
Pengaruh Penerapan
Keperewatan, Kebidanan,
Komunikasi Terapeutik
Kedokteran. Yogya:
Perawat Terhadap Perilaku
Fitramaya.
Kooperatif Anak Usia
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Toodler di RSUD Tugurejo
dan Perilaku Kesehatan. Semarang: Jurnal
Jakarta: Rineka Cipta. Keperawatan.
16
Stuart & Sudden. (2007). Buku Saku Manusia (KDM).
Keperawatan Jiwa (4 ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
Jakarta: EGC.
Wong, D. L. (2009). Buku Ajar
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Keperawatan Pediatrik (Vol.
Kuantitatif, Kualitatif Dan R Volume 2). Jakarta:
& D. Bandung: Alfabeta. EGC.(Naskah Publikasi).
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Riset Kesehatan Dasar Provinsi
Keperawatan Kesehatan Kalimantan Barat, 2013,
JIwa. Jakarta: EGC. Pedoman Pewawancara
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Petugas Pengumpul Data.
Konsep Dasar Keperawatan
Wong, D. L. (2008). Buku Ajar
Anak. Jakarta: EGC.
Keperawatan Pediatrik (Vol.
Supartini, Y. (2012). Buku Ajar Volume 2). Jakarta: EGC.
Konsep Dasar Keperawatan
Yulianty I, R. (2011). Permainan
Anak. Jakarta: EGC.
Yang Meningkatkan
Suriadi & Yuliani, R. (2010). Asuhan Kecerdasan Anak. Jakarta:
Keperawatan Pada Anak. Laskar Aksara.
Jakarta: CV. SAGUNG
Zuhdataini, M. (2015). Hubungan
SETO.
Dukungan Keluarga dengan
Wahyuni, A. A. (2016). Tingkat Tingkat Kecemasan Akibat
Kecemasan Pada Anak Hospitalisasi pada Anak Usia
Prasekolah. GASTER, Prasekolah (3-6 tahun) di
Volume XIV, 100-111. Ruang Anak RSUD
Balung.Jurnal Ilmu
Widianti, S. &. (2011). Catatan
Keperawatan.
Kuliah Kebutuhan Dasar
17