Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Kesehatan Masyarakat
HASRUDDIN
Kepada
i
DAMPAK FASILITATOR MASYARAKAT PADA PROGRAM
PERBAIKAN GIZI MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
TERHADAP STATUS GIZI BADUTA DI KABUPATEN JENEPONTO
PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011
HASRUDDIN
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Nama : Hasruddin
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini benar – benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pemikiran orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Hasruddin
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulir panjatkan khadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai
salah satu syarat penyelesaian pendidikan pada program studi Gizi Kesehatan
semangat dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan penulisan tesis ini, maka tesis ini tidak akan terselesaikan sebagaimana
adanya sekarang.
bimbingan dan arahan dari penasehat kami. Oleh karena itu pada kesempatan ini
bantuan dan bimbingan yang telah dicurahkan, mulai dari pengembangan ide
Pada kesesmpatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
v
1. Rektor dan Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin yang
2. Bapak Dr.dr. Noer Bachry Noor., M.Sc, selaku ketua Program Studi Ilmu
perkuliahan.
4. Tim Penguji Tesis : Prof.Dr.dr. Veny Hadju, Phd, Prof.Dr. Faisal Attamimi
dan DR. Saifuddin Sirajuddin, MS atas segala masukan dan saran yang
ke program pascasarjana
7. Rekan DPIU NICE Proyek Jeneponto, Haerullah Lodji dan H. Arifin serta
rekan – rekan PPCU propinsi Sulawesi – selatan Pak Ahmad, Pak Herman
dan Pak Agus windiarso yang telah memberikan bantuan dan masukan
8. Kepala seksi gizi beserta stafnya atas bantuannya memberikan data data
vi
9. Para staf kami di Puskesmas Binamu kota atas pengertian dan kerjasamanya.
sempat penulis sebutkan satu persatu dan telah lebih dahulu menyelesaikan
11. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu - perssatu, atas segala
penyusunan hasil penelitian ini, semoga segala yang telah diberikan bernilai
khusus kepada orang tua saya yang telah memelihara saya sejak kecil dengan
penuh kasih sayang sehingga saya tumbuh seperti sekarang ini. Ucapan terima
kasih yang tak terhingga pula penulis sampaikan khusus kepada istri tercinta
Kasmayanti, dan anak – anakku yang sangat saya banggakan Muh Yusuf dan
tercinta, kedua mertua dan adik iparku dan keluarga lainnya yang tidak sempat
disebutkan satu persatu yang telah mendukung perjuangan selama ini. Semoga
tenaga yang penulis miliki secara maksimal, namun penulis tetap menyadari
akan adanya keterbatasan sebagai manusia biasa sehingga penulisan tesis ini
vii
dengan penuh kerendahan hati penulis sangat mengharapkan masukan dan saran
viii
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................. ix
ABSTRACT ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xi
xi
C. Populasi dan Sampel .......................................................... 52
D. Jenis dan cara Pengumpulan Data ...................................... 53
E. Kontrol Kualitas ................................................................. 53
F. Teknik Analisa Data .......................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Karakteristik Desa/kelurahan Binaan....................................... 57
xiii
Tabel 15 Hubungan indikator kinerja input dan proses........................... 79
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
angka kematian ibu, bayi dan balita, rendahnya tingkat kecerdasan yang
mendasari masalah Gizi menjadi salah satu faktor penting penentu pencapaian
Secara nasional pada tahun 2005 terdapat 100 juta penduduk Indonesia
mengalami berbagai jenis masalah gizi (Gizi dalam angka 2005). Sekitar 1,7
juta bayi dan anak balita menderita gizi buruk. Anemia Gizi Besi (AGB) masih
diderita pada sekitar 1,9 juta ibu hamil dan 8,8 juta pada kelompok balita. KVA
juga masih merupakan masalah karena 11 juta balita memiliki serum retinol
daerah endemis sedang dan berat serta sekitar 40 juta penduduk tinggal di
asuhan gizi keluarga dan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Pada
saat ini, 50% rumah tangga masih mengalami kekurangan konsumsi pangan
dengan
1
rata-rata asupan kalori dibawah kecukupan sehari-hari (<2100 K.kal). Hal ini
diperberat dengan asuhan gizi keluarga yang belum mendukung seperti praktik
cukup masih rendah (73%), dan keluarga makan belum beraneka ragam. (Gizi
Cakupan suplementasi kapsul vitamin A pada anak balita masih rendah (60%),
cakupan distribusi tablet besi pada ibu hamil juga masih rendah (60%), cakupan
suplementasi kapsul vitamin A pada ibu nifas masih sangat rendah (45%).
Belum semua Puskesmas dan Rumas Sakit mampu menyediakan pelayanan gizi
yang berkualitas seperti; konseling gizi, konseling menyusui dan tatalaksana gizi
daerah, aktivitas posyandu yang menurun, sistem surveilans gizi yang tidak
jalan, terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga ahli gizi puskesmas, keterbatasan
air minum (Susenas, 2002). Di area perdesaan angka ini bahkan lebih rendah
yaitu hanya 41%. Baru 10 kota di Indonesia yang memiliki jaringan air limbah
dengan tingkat pelayanan sekitar 1,3% dari seluruh jumlah populasi. Sedangkan
di daerah
2
perdesaan dilaporkan 52% penduduk yang memiliki akses sanitasi dasar, angka
ini diperkirakan lebih rendah karena data ini tidak mencantumkan kepemilikan
sarana dan bagaimana standar teknis dan kesehatannya. (Gizi dalam angka
2005)
terobosan yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk mengatasi masalah tersebut
di atas. Upaya yang akan dikembangkan adalah model perbaikan gizi melalui
Kajian terhadap penyebab naiknya gizi kurang dan gizi buruk di Sulsel
antara tahun 2007 ke tahun 2010 tidak linier dengan program kesehatan gratis
Propinsi Sulawesi Selatan pada kurun waktu 2004 sd 2006 telah memiliki
penempatan ahli gizi madya di tingkat desa sebagai tenaga gizi pendamping
3
(TGP)masyarakat dengan label asuhan gizi keluarga. Cakupan kapsul vitamin
awal dan akhir kegiatan pendampingan gizi. Cakupan vitamin A meningkat dari
(D/S) meningkat dari 44.7% menjadi 78.1%. Program pendampingan gizi dapat
menurunkan angka gizi kurang dan gizi buruk, yaitu gizi kurang dari 26.97
menjadi 11.6% dan gizi buruk dari 2.29% menjadi 0.7%. Kontribusi
pendampingan sangat korelasi dengan penurunan gizi buruk dan gizi kurang
pada tahun 2007 sesuai dengan publikasi riset kesehatan dasar tahun 2007.
(Ismail A, 2008)
pada studi Dobusson at.all (1994) mampu menurunkan 30,6% (intervensi) dan
perbaikan pola
4
pengasuhan gizi pada kelompok intervensi setelah dilakukan pendampingan
selama 3 bulan.
kabupaten pada tahun 2006. Pada tahun 2007 program gizi pendamping meliputi
pendampingan gizi dapat menurunkan angka gizi kurang dan gizi buruk, yaitu
gizi kurang dari 26.97 menjadi 11.6% dan gizi buruk dari 2.29% menjadi 0.7%.
gizi dan kesehatan yang dihadapinya. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil,
ibu menyusui dan anak sekolah terutama keluarga miskin. Unsur pokok kegiatan
NICE adalah Pemberdayaan gizi masyarakat yang terdiri dari paket gizi
Masyarakat (FM).
periode 2007 sampai saai ini (2011) adalah NICE Project. Salah satu kabupaten
yang menjadi area NICE adalah Kabupaten Jeneponto. Hasil baseline data di
5
Kabupaten Jeneponto dalam rangka studi evaluasi implementasi pemberdayaan
masyarakat melalui project NICE dengan 200 sampel rumah tangga diketahui
bahwa status gizi balita (BB/U) adalah gizi buruk dan gizi kurang masing
masing 10,6%, 19,8%, status gizi menurut indeks TB/U adalah sangat pendek
dan pendek masing masing 23,5% dan 23%. Status Gizi menurut indeks BB/TB
adalah sangat kurus dan kurus masing masing 6.9% dan 12%.
kontrol 60.5%. Pola konsumsi makanan ibu hamil yang baik adalah 17.3%
Kontrol 91.5%. Konsumsi suplemen vitamin A dua kali setahun adalah 87,9%
sedangkan kontrol 87%. Data diatas membuktikan bahwa tidak semua parameter
kinerja perbaikan gizi menunjukkan proporsi yang lebih baik daerah NICE
dengan daerah kontrol. Jawaban atas penyebab hasil yang bervariasi atas
Dari data diatas terlihat bahwa masih begitu banyak masalah gizi dan
kesehatan yang di alami oleh bangsa ini sehingga diperlukan suatu upaya
tersebut di atas. Upaya yang dikembangkan adalah model perbaikan gizi melalui
6
pemberdayaan masyarakat (NICE). Salah satu propinsi yang memperoleh
program tersebut adalah Sulawesi Selatan dan salah satu kabupatennya adalah
Jeneponto.
Jeneponto ada sejak tahun 2008 namun pelaksanaannya efektif berjalan sejak
dikeluarkan oleh Depkes tahun 2010 yaitu untuk kabupaten jeneponto prevalensi
gizi buruk dan kurang berdasarkan indeks BB/U adalah 10,6% dan 19,8%
sedangkan status gizi kurus dan sangat kurus berdasarkan indeks BB/TB adalah
Hal ini masih jauh dari tujuan yang diharapkan pada program ini yaitu
meningkatkan status gizi balita, ibu hamil dan ibu menyusui terutama keluarga
miskin. Dan dampak yang di harapkan dalam program ini yaitu (1). Prevalensi
gizi kurang BB/U setinggi tingginya 20%. (2) Prevalensi Balita Gizi kurus
BB/TB,PB setinggi tingginya 5%. (3). Prevalensi anemia Bumil 30% (4)
Prevalensi anemia balita 35%. Oleh sebab itu perlu dilakukan penilaian kinerja
karena sampai saat ini belum pernah dilakukan studi terhadapkinerja fasilitator
Kabupaten Jeneponto.
7
B. Rumusan Masalah Penelitian.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
8
D. Manfaat Penelitian
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur dan memberi nilai secara
umpan balik bagi perencanaan kembali. Dalam tahap penilaian pihak penilai
MA, 1999).
pencapaian itu dengan standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih
diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila
objektif yang menganalisa sifat dan ciri pekerjaan di dalam suatu organisasi atau
jadment, it involves comparing, something with another and then making either
10
Secara ekplisit, pengertian evaluasi sering digunakan untuk menunjukkan
tahap-tahap di dalam suatu siklus program, yang secara umum dapat dibagi tiga
kategori, yaitu (1) evaluasi pada tahap perencanaan (input), (2) evaluasi pada
tahap pelaksanaan (process) dan (3) evaluasi pada tahap akhir pelaksanaan
(output).
sebelumnya. Untuk itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh para
perencana. Satu hal yang patut dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa
metode- metode yang ditempuh dalam pemilihan prioritas tidak selalu sama
sendiri.
Evaluasi pada tahap pelaksanaan ini adalah suatu kegiatan yang dilakukan
sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai
rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan.
tujuannya, apakah tujuan tersebut sudah berubah, atau dengan kata lain, apakah
11
pencapai hasil program tersebut akan memecahkan masalah yang ingin
menghambat.
b. apakah sudah sesuai dengan rencana dan strategi yang dikembangkan, yaitu:
- kepada siapa
- oleh siapa
- berapa kali
- bagaimana caranya
- kapan
- dimana
kecil yang dibuat, sebelum kesalahan tersebut menjadi kesalahan yang lebih
besar. Evaluasi proses juga memberikan informasi tentang cara yang paling
12
3. Evaluasi pada tahap akhir pelaksanaan (output)
dengan evaluasi pada tahap pelaksanaan, hanya perbedaaanya yang dinilai dan
tercapainya tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Pendapat yang hampir sama
program sebagai upaya sadar yang dirancang atau dirumuskan guna tercapainya
ditujukan.
Perencanaan adalah usaha untuk mencapai tujuan dengan segala macam metoda
berapa, dimana, bilaman dan oleh siapa (Aji FB, Sirait SM, 1990).
baik
13
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional dalam pengelolaan logistik,
yang akan dikerjakan. Pada umumnya suatu rencana yang baik memuat enam
unsur yaitu: tha what, the why, the where, the when, the who, the how. Jadi
suatu rencana yang baik harus memberikan jawaban kepada enam pertanyaan
berikut:
14
yang diinginkan masyarakat setempat. Sehubungan dengan pengertian
(d) rencana pelaksanaan program (kegiatan), dan (e) rencana evaluasi hasil
15
Maksud pemantauan adalah agar seawal mungkin bisa menemukan dan
pengujian pihak luar terhadap pelaksanaan program, tetapi merupakan alat yang
Evaluasi (penilaian)
Evaluasi ialah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Proses ini paling sedikit
kegagalan itu terjadi dan apa yang bisa dilakukan terhadap hasil-hasil tersebut.
3) apa buktinya bahwa perubahan yang terjadi disebabkan oleh cara yang dipakai
16
5) adakah pengaruh-pengaruh yang diharapkan yang terjadi akibat adanya
perubahan tersebut.
berdasarkan pendapat, catatan atau data objektik atau subjektif) hasil (apakah
diharapkan atau tidak; sementara atau permanen, hasil langsung atau hasil yang
dilihat beberapa waktu kemudian) yang diperoleh sebagai hasil suatu kegiatan,
yang didesai untuk mencapai suatu tujuan tertentu (apakah tujuan jangka
1. Latar Belakang
angka kematian ibu, bayi dan balita, rendahnya tingkat kecerdasan yang
kemiskinan. Hal ini mendasari masalah Gizi menjadi salah satu faktor penting
Secara nasional pada tahun 2005 terdapat 100 juta penduduk Indonesia
mengalami berbagai jenis masalah gizi (Gizi dalam angka 2005). Sekitar 1,7
juta bayi dan anak balita menderita gizi buruk. Anemia Gizi Besi (AGB) masih
diderita pada sekitar 1,9 juta ibu hamil dan 8,8 juta pada kelompok balita. KVA
juga masih merupakan masalah karena 11 juta balita memiliki serum retinol
17
Gangguan Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan masalah gizi
daerah endemis sedang dan berat serta sekitar 40 juta penduduk tinggal di
asuhan gizi keluarga dan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Pada
saat ini, 50% rumah tangga masih mengalami kekurangan konsumsi pangan
Hal ini diperberat dengan asuhan gizi keluarga yang belum mendukung seperti
dengan kualitas cukup masih rendah (73%), dan keluarga makan belum
beraneka ragam.
Cakupan suplementasi kapsul vitamin A pada anak balita masih rendah (60%),
cakupan distribusi tablet besi pada ibu hamil juga masih rendah (60%), cakupan
suplementasi kapsul vitamin A pada ibu nifas masih sangat rendah (45%).
Belum semua Puskesmas dan Rumas Sakit mampu menyediakan pelayanan gizi
yang berkualitas seperti; konseling gizi, konseling menyusui dan tatalaksana gizi
daerah, aktivitas posyandu yang menurun, sistem surveilans gizi yang tidak
jalan,
18
terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga ahli gizi puskesmas, keterbatasan sarana
air minum (Susenas, 2002). Di area perdesaan angka ini bahkan lebih rendah
yaitu hanya 41%. Baru 10 kota di Indonesia yang memiliki jaringan air limbah
dengan tingkat pelayanan sekitar 1,3% dari seluruh jumlah populasi. Sedangkan
dasar, angka ini diperkirakan lebih rendah karena data ini tidak mencantumkan
tersebut di atas. Upaya yang akan dikembangkan adalah model perbaikan gizi
bersama pula yang didasarkan pada potensi yang ada dalam masyarakat yang
bersangkutan.
19
2. Tujuan
meningkatkan status gizi balita, ibu hamil dan ibu menyusui terutama keluarga
miskin.
penduduk rawan
propinsi. Dasar pemilihan kabupaten/kota adalah (1) prevalensi gizi kurang; (2)
20
4. Pemberdayaan Gizi Masyarakat
masyarakat agar masyarakat secara mandiri dapat mengatasi masalah gizi dan
kesehatan sendiri.
Agar kegiatan paket gizi masyarakat dapat berjalan dengan baik dan efektif,
berikut:
dan desa/kelurahan.
21
4. Memahami proses dan prosedur mendapatkan PGM, mulai dari
b. Pemilihan Desa/Kelurahan
Keputusan Bupati/Walikota.
KGM.
KGM adalah kelompok masyarakat yang dipilih dan dibentuk oleh masyarakat
rapat yang dipimpin oleh Kepala Desa/Kelurahan, yang anggotanya tidak lebih
22
kurangnya 60% anggotanya adalah perempuan. Pengurus KGM ditetapkan
3) Mengecek dan mencairkan uang dari rekening Bank oleh ketua dan
bendahara KGM
23
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten melakukan
perusahaan terpilih.
keuangan
dengan standar yang ditetapkan. Dalam melakukan tugasnya, FGM dibina oleh
24
petugas Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten dan kinerjanya akan
Paket Gizi Masyarakat (PGM) akan diberikan kepada 1800 desa dan kelurahan.
Besar paket untuk masing-masing desa dan kelurahan tidak lebih dari Rp.
140.000.000 (+$ 15,000) untuk paling lama 3 tahun sesuai dengan proposal.
Kegiatan yang diusulkan dalam PGM harus terkait langsung dengan sasaran
yaitu: keluarga miskin yang mempunyai anak umur 0-2 tahun, ibu hamil dan
menyusui; keluarga miskin dengan anak umur 2-5 tahun; posyandu; dan
SD/Madrasah.
. kegiatan kelas ibu tentang pola asuh anak, menyusui, demonstrasi masak,
. penyediaan air bersih skala kecil dan sanitasi di sekolah dasar/ madrasah
25
. dukungan untuk biaya operasional KGM (transport ke bank, alat-alat
. membeli obat gizi dan MP-ASI yang telah disediakan oleh dana APBN
Setelah desa diberitahu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, bahwa desa tersebut
telah di seleksi dan ditetapkan sebegai desa penerima paket dengan Surat
Keputusan Bupati/Walikota.
masalah yang berkaitan dengan gizi, kesehatan dan penyediaan air bersih
Proposal diharapkan telah siap dalam jangka waktu paling lama 6 bulan. Setelah
Kabupaten/Kota (DPIU).
26
Proposal akan direview dan dinilai oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota
(DTT).
persetujuan.
Pemberian Bantuan/SPPB)
dengan dibantu oleh FGM dapat memperbaiki proposal (tidak melebih 6 bulan
KGM, Dana Paket Gizi Masyarakat dapat dibayarkan oleh PPCU yang langsung
ditransfer ke rekening KGM di Bank yang dipilih. Proses pencairan dana PGM
adalah sbb:
dana (seperti dokumen kontrak/SPPB, nama Ketua dan Bendahara KGM, nama
27
Kemudian Surat Persetujuan dan dokumen yang diperlukan untuk proses
pencairan dananya.
pembayaran sbb:
Sebanyak 40% dari total dana Paket Gizi Masyarakat yang telah disetujui
akan disalurkan setelah proposal disetujui, SPPB antara PPCU dan KGM telah
Setelah 75% dari dana kegiatan Tahap I telah selesai dilaksanakan yang
pembayaran tahap III sebesar 30% untuk menyelesaikan seluruh kegiatan yang
PGM yang telah dikirim oleh propinsi. Untuk menjaga kelancaran tahapan
28
pembayaran, KGM perlu memperhatikan pencatatan dan pelaporan
KADARZI, berperilaku makan dan memberi makan yang sehat sesuai dengan
keluarga agar dapat mencegah dan mengatasi masalah gizi (gizi kurang dan gizi
29
buruk) anggota keluarganya. Pendampingan dilakukan dengan cara memberikan
1. Sasaran kegiatan Falitator masyarakat yaitu bayi, balita, bumil, busui, SD/MI, dan
posyandu (hal ini tertuang dalam pedoman umum program perbaikan gizi melalui
gizi melakukan pembinaan dan fasilitasi pada keluarga atau masyarakat yang
status gizi bayi, balita, Bumil, dan busui dalam wilayah kerjanya sedangkan
kegiatan
30
pendamping gizi bertujuan meningkatkan status gizi bayi dan balita yang menjadi
binaannya.
dimasyarakat yaitu;
3. sebagai mediator
penembangan dirina
31
5. sebagai motivator; serng ditemui masyarakat jarang mengetahui dan
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka seorang fasilitator perlu
2. Kemampuan komunikasi
32
(g) Kemampuan melakukan hubungan antar manusia
petugas gizi.
PGM.
33
8. Manfasilitasi pelaksanaan kegiatan yang direncanakan didalam proposal
keuangan
34
Adapun bentuk pendampingan yang dilakukan FM terhadap paket gizi
masyarakat (PGM) yang ada dalam proposal secara garis besarnya dapat dlihat
III Peningkatan Cakupan Posyandu: Sosialisasi dan promosi kesehatan, gizi buruk,
1.Sosialisasi dan Promosi taburia, cetak spanduk/baliho, pengadaan buku
demo masak, lomba balita sehat, lomba
pengolahan makanan jajanan sehat, lomba
Kadarzi, dll
2. Penyuluhan Penyuluhan gizi, ASI Eks, Taburia, KIA,
PHBS, Kadarzi, pemakaian zat berbahaya pada
makanan, dll
3. Konseling Konseling gizi bagi ibu balita,ibu hamil, ibu
menyusui.
4. Kelas Ibu Kelas ibu balita, ibu hamil, ibu menyusui
dengan topik sesuai masalah dan kesepakatan
KGM,FM dan TPG.
5. Demo Masak Makanan bayi,balita, ibu hamil an ibu
menyusui (cara memasak yang benar, tidak
merusak kandungan zat gizi makanan,
kelengkapan
asupan gizi, dll).
6. Pelatihan Kader Pelatihan dan refreshing kader.
APE, alat masak untuk mengolah makanan anak
7. Penyediaan alat pendukung balita dan ibu hamil, dll.
8. dan lain-lain Kegiatan lain yang dilakukan
35
rembug desa, dll.
1.Pertemuan tingkat desa SMD, MMD, rembug desa, pembahasan
proposal, dll
VII Pelatihan Warung Sekolah dan penjaja Pelatihan bagi pengelola warung sekolah dan
makanan: penjaja makanan: cara pengolahan bahan
1.Peningkatan kualitas jajanan sekolah makanan dan minuman sehat dannbergizi,
penggunaan bahan berbahaya pada makanan
anak sekolah, pengolahan makanan tambahan
an sekolah, dll.
2. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Praktek cuci tangan dan gosok gigi, kebersihan
dan Sehat bagi siswa lingkungan sekolah, pengadaan alat kebersihan
sekolah, penyuluhan UKS, lomba tulis siswa
tentang Kadarzi, pemilihan duta kesehatan, dll
36
D. STATUS GIZI
antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan
keadaan kesehatan tubuh. Status gizi adalah kondisis tubuh sebagai akibat
antara zat gizi dengan kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelainan patologi
bagi tubuh manusia. Keadaan demikian disebut malnutrition (gizi salah atau
yaitu over nutrition (kelebihan gizi) dan under nutrition (kekurangan gizi).
Over nutrition adalah suatu keadaan tubuh akibat mengkonsumsi zat-zat gizi
tertentu melebihi kebutuhan tubuh dalam dalam waktu yang relative lama.
Under nutrition adalah keadaan tubuh yang disebabkan oleh asuapan zat gizi
(Supariasa, 2002).
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
menyediakan
37
waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang
pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak, dan makin banyak
sebaliknya.
(baik dari hasil produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain), harga
pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan
kesehatan. Sebagai contoh, air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi utama
tidak perlu dibeli. Namun tidak semua keluarga dapat memberikan ASI
kepada bayinya oleh karena berbagai masalah yang dialami ibu. Akibatnya,
bayi tidak diberikan ASI atau diberi ASI dalam jumlah yang tidak cukup
38
ketahanan pangan keluarga ini rawan karena tidak mampu
39
memberikan makanan yang baik bagi bayinya sehingga berisiko tinggi
Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh
berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan (fisik dan mental),
pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau dimasyarakat, sifat
yang baik seperti posyandu, puskesmas, praktek bidan atau dokter, rumah
(karena jauh dan atau tidak mampu membayar), kurangnya pendidikan dan
secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak
juga pada status gizi anak. Berbagai faktor langsung dan tidak langsung
mengatasi masalah
40
kerawanan ketahanan pangan keluarga, ketidaktahuan pengasuhan anak
tersedia.(Thaha, 1999)
PERAWATAN
AKSES YANG TDK ADEKUAT YG TDK ADEKUAT
PD MAKANAN BAGIKESEHATAN
PELAYANAN IBU DAN ANAK
YANG KURANG DAN LINGKUNGAN YG TDK SEHAT
PENYEBAB DASAR
STRUKTUR EKONOMI
yaitu selisih antara konsumsi zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tersebut.
mobilisasi himpunan lemak tubuh. Kurang energi protein (KEP) atau gizi
41
kurang pada tingkat perubahan biokimia dapat dikenal dari pemeriksaan
darah dan urine dengan menggunakan antara lain: hidroksi prolin indeks
dalam urin, rasio asam amino bebas dalam plasma, plasma albumin,
plasma prealbumin dan plasma transferin. Pada tingkat yang lebih berat
dalam metode langsung dan matode tidak langsung. Metode penilaian status
42
2) Alat yang dibutuhkan tidak mahal, mudah dibawah, dan tahan
pengukuran terjamin.
dilakukan melalui ukuran: berat badan, lingkar lengan atas, dan tebal
ukuran
43
komposisi tubuh menggambarkan keadaan gizi masa sekarang atau
gizi meliputi: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan atau
cukup panjang (dua tahun atau lebih) pilihan utama adalah indeks
status gizi, baik gambaran masa lalu mamupun masa kini atau
44
NCHS (National Center for Health Statistic) sebagai standar atau
(Minarto, 2009)
45
Klasifikasi Status Gizi menurut Standar WHO 2005
Pendek < -2 SD
46
E. Kerangka Teori
dipengaruhi oleh asupan zat gizi dan penyakit infeksi sebagai penyebab
pola asuh dalam keluarga, ketahanan pangan rumah tangga serta sanitasi dan air
DAMPAK
STATUS GIZI
PENYEBAB LANGSUNG
PENGETAHUAN DAN
KETERAMPILAN
47
F. Kerangka Konsep
disetiap kabupaten/kota. Sampai saat ini program ini telah berjalan tiga tahun
berturut- turut. Oleh karena itu sangat penting dilakukan penilaian untuk melihat
sistem pelaksanaan program tersebut, yaitu input, proses, out put dan outcome.
evaluasi pada tahap input yang akan menghasilkan informasi yang dibutuhkan
apabila terlaksana dengan baik akan bermuara pada satu titik outcome yaitu
peningkatan status gizi balita sebagai tujuan akhir dari program pendampingan
tersebut.
48
Kerangka Konsep
KINERJA
PAKET
KELOMPOK GIZI GIZI MASYARAKAT
MASYARAKAT (PGM) MASYARAKAT (FM)
FASILITATOR
(KGM)
49
G. Definisi Operasional
1. Penilaian input adalah menilai segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang
tempat penugasannya
50
d. Laporan Keuangan: yang dimaksud yaitu fasilitator membantu KGM
pelaksanaan.
hari posyandu.
darah)
di desa/kelurahan.
51
beserta jajarannya, kepala puskesmas dan seluruh staf, dan lintas sektor
terkait.
3. Penilaian output adalah dampak posisitif timbul sebagai akibat dari kegiatan
status gizi baduta. Status gizi baduta dinilai berdasarkan nilai Z-Skor indeks
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Selatan pada bulan agustus 2009 sampai dengan Februari 2012. Jumlah
1. Populasi
2. Sampel
clauster dalam penelitian ini adalah desa yang menjadi binaan NICE.
Sampel adalah semua sasaran baduta yang ada didalam desa clauster. Unit
53
kreteria responden untuk menilai kinerja kegiatan pendampingan oleh
Fasilitator.
1. Data prevalensi status gizi balita setiap desa yang diambil adalah data
E. Kontrol Kualitas
melakukan wawancara.
54
2. Standarisasi kemampuan kelompok gizi masyarakat (KGM) yakni
3. Uji coba lapangan bertujuan untuk : (a) uji coba enumerator dalam
pengumpulan data
4. Instrumen penelitian
Jika dari hasil uji coba ditemukan adanya kekurangan dalam instrumen,
data menggunakan uji korelasi pearson. Hal ini ditujukan untuk mengetahui
ada
55
tidaknya korelasi antara skor kinerja fasilitator masyarakat dengan prevalensi
status gizi balita di setiap desa. Jika ditemukan korelasi negatif antara skor
kinerja kegiatan pendampingan dengan prevalensi status gizi buruk dan gizi
dampak positif terhadap perbaikan status gizi masyarakat. Dan uji Wilcoxon
56
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
dimana luas kabupaten Jeneponto hanya 1,2% dari luas wilayah sulawesi
sebagai berikut:
Takalar
Menurut data BPS kabupaten jeneponto pada tahun 2010 jumlah penduduk
dalam wilayah NICE sebanyak 27.052 KK (60,9%) dari 44.737 KK, jumlah
posyandu yang ada 206, jumlah balita 11.899 dan baduta 4.952. Dengan
57
Tabel. 1
Karakteristik Desa/kelurahan Binaan
58
Dari data tersebut dapat dikatan bahwa pemilihan lokasi NICE sudah
gizi kurang; (2) angka kemiskinan; (3) adanya komitmen Pemerintah Daerah
mengalokasikan anggaran untuk dua desa replikasi pada tahun pertama 2010
59
intervensi program NICE begitu pula dengan persentase cakupan posyandu
Evaluasi proses memberikan informasi tentang cara yang paling efektif dan
tersebut.
60
Tabel 2
Distribusi Kinerja Fasilitator Masyarakat Berdasarkan indikator Input
N= 50 Persentase
Variabel
ketua kgm (%)
Domisili Tidak, jauh dari tempat tugas 5 10,0
Tidak, tapi dekat dari tempat
tugas 6 12,0
Tidak tapi didesa tetangga
tempat tugas 26 52,0
Ya, FM tinggal di desa/kel
tempat tugas 13 26,0
Mengenal Kurang 5 10,0
wilayah Ya, cukup Mengenal 23 46,0
kerja Ya, sangat mengenal 22 44,0
Sumber : Data Primer, 2012
Tabel 2 menunjukan faslitator masyarakat yang bertempat tinggal
didesa tempat tugas sudah cukup baik yakni sebesar 78% dengan rincian
tinggal dan jauh dari desa tetangga tempat tugas sebesar 10% atau ada 5
jeneponto, bertempat tinggal dirumah sendiri yang jauh dari lokasi tempat
mengenal wilayah kerja, aparat pemerintah desa, tokoh agama dan tokoh
61
44% dan yang kurang mengenal 10% atau ada 5 desa (Kareloe, Lentu,
Turatea Timur, Tompo bulu, Manjang loe). Hal ini terkait dengan tempat
kerja akan lebih mudah membaur dengan masyarakat dan lebih mudah
dikenali oleh oleh aparat desa, TOMA dan TOGA sehingga proses
(gunawan, 2008).
otentik hanya
62
bisa ditumbuhkan manakala fasilitator live in, tinggal bersama
. Tabel 3
Melaksanakan SMD,
N= 50 ketua kgm Persentase(%)
MMD, DKT,Positif
Deviance
hanya melaksanakan satu 1 2,0
kegiatan tersebut 64% dan yang melakukan hanya satu diantara kegiatan
63
64
Venugopal (Mardikanto,1993) mendefinisikan perencanaan
tercapainya tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Tujuan ini tidak dapat
dicapai jika fasilitator tidak melaksanakan SMD, MMD, DKT dan Positif
Deviant.
desa/kelurahan yang ada, hasil dari SMD ini adalah masalah gizi dan
2009)
ini dilakukan setelah draf proposal PGM telah selesai. MMD II ini
rapi, hasil dari MMD III yaitu adanya kesepakatan seluruh masyarakat
65
Sedangkan pelaksanaan DKT (diskusi kelompok terarah)
dilakukan sebelum permintaan Dana Tahap II, hal ini untuk menampung
atau ada kegiatan dalam proposal yang sudah tidak terlalu penting lagi
untuk dilaksanakan.
Tabel 4
Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator
pembuatan proposal
N= 50 ketua
Pembuatan Proposal Persentase(%)
kgm
pembuatan
66
proposal juga harus mengikuti sistimatika penulisan dan aturan tentang
jenis kegiatan yang boleh dan tidak boleh di danai seperti membangun
dari SMD dan MMD yang telah dilaksakan pada awal kegiatan fasilitator.
paket yang tidak bisa dipisahkan. Jadi dalam proposal tersebut berisikan
jawab setiap kegiatan, jadwal kegiatan dan rincian budget yang diusulkan.
Tabel 5
Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator
Fasilitasi Penyusunan rencana Kerja PGM (Paket Gizi
Masyarakat)
sedangkan
67
fasilitator yang sedikit aktif dalam memfasilitasi 4% (Desa Manjang Loe
Dari laporan pelaksanaan program NICE tahun 2011 yang di buat oleh
KGM untuk memilih jenis kegiatan apa yang harus didahulukan, siapa
Tabel 6
Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan
Indikator Laporan keuangan dan kegiatan
KGM
68
Dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa fasilitator yang
laporan keuangan dirasa paling sulit bagi fasilitator maupun KGM, ini
ibu dll, yang jumlah dananya kecil namun kegiatannya banyak dan
69
independent dan BPKP propinsi hal tsb membuat fasilitator lebih
ini.
dengan kegiatan lain. Begitu pula jika dilihat dari jenis kegiatan
70
memiliki porsi volume kegiatan yang terbesar dari jenis kegiatan
terwujud.
berkunjung keposyandu.
Tabel 8
Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan
Indikator penggerakan sasaran untuk berkunjung
ke posyandu
N= 50
Pergerakan Sasaran ketua Persentase
kgm (%)
mendampingi secara pasif 3 6,0
agak sedikit aktif menfasilitasi 6 12,0
cukup aktif memfasiliasi 14 28,0
sangat membantu 27 54,0
Sumber: Data Primer, 2012
71
yang
72
menunjukan adanya gerakan pemberdayaan masyarakat. sebagaimana
Tabel 9
Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan
Indikator pemberian paket intervensi gizi
73
pemberian paket intervensi yaitu 6% (desa Kareloe, Manjangloe
kab. Jeneponto.
Tabel 10
Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan
Indikator pelayanan gizi
N= 50
Pelayanan Gizi ketua Persentase
kgm (%)
sedikit aktif menfasilitasi 5 10,0
cukup aktif memfasiliasi 13 26,0
sangat membantu 32 64,0
Sumber: Data Primer, 2012
74
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa fasilitator
gizi yakni 64% dan fasilitator yang agak sedikit aktif memfasilitasi
yaitu 10% (Desa Turatea Timur, Manjang Loe, Lentu, Kareloe dan
Bulo bulo).
NICE.
Tabel 11
Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan
Indikator Inisiator Rapat/Pertemuan
N= 50 Persentase
Inisiator Rapat/Pertemuan
ketua kgm (%)
sedikit berinisiatif 2 4,0
cukup berinisiatif 13 26,0
sangat berinisiatif 35 70,0
75
Loe dan Turatea Timur).
76
Salah satu peran fasilitator masyarakat dalam melakukan
suatu keputusan.
77
b.10 Evaluasi
PGM Tabel 12
Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan
Indikator Evaluasi PGM
N= 50 Persentase
Evaluasi PGM
ketua kgm (%)
sedikit berinisiatif 3 6,0
cukup berinisiatif 14 28,0
sangat berinisiatif 33 66,0
berdiri sendiri.
mengapa keberhasilan atau kegagalan itu terjadi dan apa yang bisa
b.11 Koordinasi
Tabel 13
Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator
Koordinasi Dengan Pemangku Kepentingan
beserta
79
jajarannya, kepala puskesmas dan seluruh staf, dan lintas sektor
80
b.12 Kunjungan rumah;
Tabel 14
Distribusi Kinerja Proses FM Berdasarkan Indikator
Kunjungan Rumah
N= 50 ketua
Kunjungan Rumah Persentase(%)
kgm
tidak berinisiatif 3 6,0
sedikit berinisiatif 3 6,0
cukup berinisiatif 24 48,0
sangat berinisiatif 20 40,0
Sumber: Data Primer, 2012
berat ringannya masalah gizi yang dihadapi keluarga, jika tidak ada
81
jadwal kunjugan rumah maka sasaran yan mempunyai masalah
yang lebih berat dapat saja mendapat kunjungan yang tidak sesuai
terhadap pertumbuhannya.
26%,
Tabel. 15
Hubungan Indikator Kinerja Input dan Proses
Skor Proses
Variable
r p
0.574 0.000
Skor Input
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis data diketahui, bahwa ada korelasi positif antara
skor input dengan skor proses (p=0.000). Hal ini membuktikan bahwa semakin baik
82
indikator input maka akan diikuti oleh membaiknya indikator proses. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa ada 5 desa (kareloe, bontosunggsu, manjang loe, turatea
timur dan beroanging) yang kinerja FM berdasarkan indikator inputnya paling rendah
(manjang loe, Turatea timur, Lentu, Kareloe dan bulo bulo) dari gambaran ini
diketahui ada 3 desa yang kinerja FM berdasarkan indikator input maupun prosesnya
paling rendah yaitu desa turatea timur, manjang loe dan didesa kareloe.
kinerja input dan proses merupakan tahapan tahapan dalam proses pemberdayaan
sehingga apabila kinerja input baik maka akan baik pula kinerja prosesnya begitu pula
sebaliknya. Hal ini sesuai dengan rekomendasi United Nations (1956), dalam
karakteristik yang membedakan masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya dalam
mengumpulkan
tersebut merupakan informasi faktual tentang distribusi penduduk menurut umur, sex,
83
nilai, sikap, ritual dan budaya.Jenis pengelompokan serta faktor kepemimpinan baik
karena mereka mempunyai pengaruh yang kuat di dalam masyarakat. segala usaha
pemberdayaan masyarakat akan sia sia apabila tidak memperoleh dukungan dari
memegang kekuasaan dimasyarakat baik itu organisasi masyarakat, tokoh agama, atau
tokoh etnis dan lain lain menjadi langkah penting untuk mendapatkan penerimaan
pada kelompok masyarakat paling bawah (grass roots). Proses ini menjadi faktor
sangat penting yang harus dilakukan oleh fasilitator karena proses ini dapat menjadi
punya masalah yang perlu dipecahkan dan kebutuhan yang perlu dipenuhi,
kebersamaan.
menekan. Dan masalah yang paling menekan inilah yang harus diutamakan
pemecahannya.
masyarakat adalah membangun rasa percaya diri masyarakat, rasa percaya diri
84
h) Deciding on a program action Yakni masyarakat didorong untuk
menetapkan suatu program yang akan dilakukan untuk menyelesaikan maslah yang
ada. Program tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas yaitu rendahn sedang
dan tinggi. Tentunya program dengan skala prioritas tinggilan yang perlu didahulukan
pelaksanaannya
tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan kekuatan dan sumber sumber
kebutuhannya.
kontinyu.
yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong dirinya sendiri. Untuk
sifatnya top-down intervention yang tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi
masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya akan tetapi yang paling dibutuhkan
masyarakat lapisan bawah (grass roots) terutama yang tinggal didesa adalah pola
85
3. Prevalensi Status Gizi Kurang
Tabel 16
Perubahan Parameter menurut Indikator Output Sebelum dan Setelah Intervensi
Program NICE di Kabupaten
Jeneponto, Sulsel 2012
Variabel Sebelum (%) Sesudah (%) p*
Prevalensi Gizi Kurang 17.34 12.26 0.000
Partisipasi Masyarakat (D/S) 72.13 88.31 0.000
Keberhasilan Program (N/D) 67,75 74.79 0.000
Keaktifan Kader 68.12 88.98 0.000
* Wilcoxon Signed Ranks Test
kurang sebelum dan sesudah intervensi diketahui berbeda secara nyata dengan
yang
86
tidak mengalami penurunan status gizi kurang bahkan meningkat prevalensi
status gizi kurangnya yaitu desa Manjang loe (+3,2%), dan Kareloe (+3,9%)
sedangkan yang tetap yaitu desa Turatea Timur dan Parasanggang beru.
0,000) jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sebelum dan setelah
ini terlihat adalah meningkatnya jumlah kader aktif. Seorang kader agar
pelatihan kader, refresing kader dan pelatihan kader motivator sehingga kader
credibility).
87
di
88
posyandu (N/D) yang pada akhirnya mampu menurunkan angka prevalensi gizi
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Hadju, dkk (2001) dimana
balita keposyandu.
penelitiannya diketahui bahwa antara posyandu yang memiliki D/S yang baik
(>70%) dengan D/S yang rendah (<70%) bukan karena lokasinya dan bukan
89
Dampak Kegiatan Pendampingan
Tabel 17
Hasil Analisis Korelasi Spearman Kinerja Fasilitator Masyarakat dengan
Prevalensi Gizi Kurang, di Desa Binaan NICE
Kabupaten Jeneponto Sulsel 2012
NO Indikator INPUT r P
1 Bertempat tinggal disalah satu desa/kelurahan tempat -0.1099 0.4473
tugasnya
2 Mengenal wilayah kerja, aparat pemerintah desa tokoh -0.1742 0.2263
agama, tokoh masyarakat
Total Skor Input -0.1768 0.2193
1 Melaksanakan SMD, MMD, DKT dan atau Positif Deviant -0.2010 0.1617
2 Memfasilitasi pembuatan proposal Paket Gizi Masyarakat 0.1352 0.3491
3 Memfasilitasi penyusunan rencana kerja PGM baik -0.1079 0.4556
mingguan, bulanan
4 Membantu membuat laporan keuangan dan kegiatan KGM -0.3219 0.0226
5 Memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi -0.3417 0.0152
melalui kelas ibu
6 Memfasilitasi penggerakan sasaran untuk berkunjung ke -0.3513 0.0124
posyandu pada
7 Memfasilitasi pemberian paket intervensi gizi pada -0.1119 0.4391
kelompok sasaran
8 Membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi -0.2868 0.0435
(kapsul Vit. A, Taburia)
9 Sebagai Inisiator rapat/pertemuan berkala KGM, dan -0.1527 0.2898
menghadiri undangan
10 Melaksanakan evaluasi seluruh kegiatan PGM di 0.0238 0.8696
desa/kelurahan
11 Melaksanakan koordinasi dengan pemangku kepentingan -0.2732 0.0549
seperti
12 Memfasilitasi dan membantu kegiatan kinjungan rumah -0.2294 0.1091
Total Skor Proses -0.2935 0.0386
Total Skor Kinerja -0.2931 0.0389
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa ada korelasi
90
2. Memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi melalui kelas
ibu (p=0.0152)
(p=0.0124)
taburia) (p=0.0435)
pada sisi kinerja Fasilitator dalam penelitian ini adalah membantu membuat
berpengaruh terhadap penurunan prevalensi gizi kurang namun jika hal ini
tidak dilaksanakan maka akan menghambat semua kegiatan yang ada dalam
terhadap pencairan dana PGM (Paket Gizi Masyarakat) karena salah satu
syarat permintaan dana tahap ke II dan ke III yaitu harus melengkapi laporan
maka permintaan dana selanjutnya tidak akan dilayani. Hal ini berpengaruh
tidak dapat melaksanakan kegiatan yang ada dalam Paket gizi masyarakat.
91
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas
satuan biaya beberapa kegiatan, hasil dari efisiensi dana tersebut digunakan
dalam paket gizi masyarakat yang menurut fasilitator dan KGM tidak penting
atau tidak dibutuhan lagi direvisi ke jenis kegiatan lainnya yang dianggap
pelaksanaan PMT penyuluhan dimana pada saat dana PGM belum cair,
tersebut. Salah satu contoh kasus mobilisasi dana masyarakat di desa Jombe
92
melaksanakan distribusi garam beryodium murah namun dana tidak ada dan
pada saat itu disampaikan tujuan pertemuan tersebut dan hasil pertemuan itu
pada masyarakat dengan harga murah melalui kantor desa pada saat
fasilitator. Kedua hal ini penting, namun secara teoritis diketahui bahwa
efek pada salah satu sisi dari kedua tanggung jawab tersebut. Hal ini membuat
peran dan tanggungjawab dari fasilitator masyarakat terasa sangat berat jika
seperti PNPM mandiri memiliki tiga fasilitator yang mempunyai peran yang
93
Komponen proses kedua juga berpengaruh terhadap penurunan
konsultasi gizi melalui kelas ibu (p=0.0152). jenis kegiatan utama dalam
pendanaan menyedot ±50% dari total dana PGM. Hal ini mengambarkan
kesehatannya.
94
Apalagi jika dilihat dari konteks proses pemberdayaan, maka pendekatan top
baik dan dapat mencapai kehidupan yang lebih sejahtera. Hasil penelitian
latihan gizi memiliki pengaruh nyata terhadap kenaikan berat badan anak.
Hasil penelitian Chotz dan Gibson (2004) menunjukkan bahwa ada pengaruh
intake energi dan zat gizi dari makanan pendamping air susu ibu sehingga
intervensi.
95
Ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu
bahwa kekuatan mengingat manusia itu makin lama makin berkurang yang
dan untuk masyarakat, maka hal itu dapat diartikan, bahwa Posyandu secara
mempunyai minat dan misi dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia dini.
dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah cakupan
gizi kurang.
96
Teknik yang digunakan dalam membangkitkan partisipasi masyarakat
dibangun antara penyedia jasa layanan gizi dan kesehatan (provider) dengan
yang dialami oleh klient dalam hal ini adalah keluarga binaan. Model
Fasilitator.
cukup dengan hanya fasilitas dan jarak yang dekat tetapi keberadaa motivator
yang memberi pelayanan gizi sederhana memiliki daya ungkit yang tinggi
97
mitra kerja dari TPG (Tenaga Pelaksana Gizi). Peket intervensi yang juga
merupakan paket intervensi dari program NICE yaitu taburia yang sasarannya
Sedangkan MP ASI maupun PMT pemulihan hanya diberikan pada kasus gizi
buruk.
1). Taburia mampu menyediakan zat gizi mikro sesuai kebutuhan bagi
3). Penambahan Taburia pada makanan tidak akan menambah cita rasa,
98
6). Tidak memiliki potensi untuk medis/keracunan
7). Kemasan Taburia sangat ringan dan mudah disimpan, diangkat dan
didistribusikan
Vietnam menunjukkan bahwa bayi yang diberikan suplemen berbagai zat gizi
mikro setiap hari selama 6 bulan dapat meningkatkan berat badan rata-rata 207
g setiap bulan di samping itu dapat mencegah anemia, defisiensi besi dan
meningkatkan status gizi mikro berupa seng, retinol, tocopherol dan riboflavin.
Penurunan Prevalensi status gizi kurang dalam penelitian ini juga dapat
disebabkan oleh intervensi pemberian Taburia, pada kelompok sasaran. Hal ini
rerata berat badan pada awal penelitian untuk kelompok Intervensi 7.62±1.05 kg
kg (p=0.000). Kedua kelompok memiliki kenaikan berat badan yang sama pada
akhir penelitian. Tidak ditemukan perbedaan berat badan baik pada awal
(p=0.539)
99
maupun pada akhir intervensi (p=0.201) antar kedua kelompok, meskipun
masyarakat tinggi (baik) maka prevalensi gizi kurang akan turun. Hal ini
10
Fasilitator dalam program ini, memiliki peran sebagai mediator dan
komponen input dan komponen proses. Komponen input dalam penelitian ini
difokuskan pada dua elemen pokok yaitu kemampuan fasilitator untuk setiap
(p=0.2193). Hal ini membuktikan bahwa indicator input kinerja yang didasarkan
pada dua elemen pokok yaitu tempat tinggal dan kedekatan dengan masyarakat
gizi kurang. Faktor tidak langsung ini, masih harus dipengaruhi oleh indicator
namun penguatan pada sisi proses jauh lebih efektif dibanding hanya
indikator input memiliki korelasi yang nyata dengan indikator proses (p=.000)
input dan proses pada prinsipnya merupakan penerapan dari pendekatan non
direktif, seperti yang diuraikan oleh T.R Batten “ pada pendekatan yang bersifat
direktif, diambil asumsi bahwa petugas tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang
10
baik untuk masyarakat. dalam pendekatan ini maka peran petugas lebih dominan
karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk keperluan
direktif maka diambil asumsi bahwa masyarakat tahu apa sebenarnya yang
mereka butuhkan apa yang baik untuk mereka. Peranan pokok ada pada
potensi masyarakat. prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan berasal
dari masyarakat. sifat interaksi adalah partisipatif dan masyarakat dilihat sebagai
subyek.
gizi kurang sebelum dan sesudah intervensi diketahui berbeda secara nyata
untuk semua variable out put (p=.000). Hal ini membuktikan bahwa proyek
penelitian ini diketahui bahwa terjadi penurunan persentase gizi kurang dari
Barana diatas 10%. Jika dilihat dari kinerja fasilitator masyarat berdasarkan
variabel input maupun proses maka mereka ini memiliki kesamaan yaitu 1.
Mereka sangat baik dalam memfasilitasi pelaksanaan SMD, MMD, DKT dan
10
penyusunan rencana kerja PGM (paket gizi masyarakat) dan 4. Memfasilitasi
penurunan prevalensi status gizi kurang tidak semua berhasil beberapa desa
yang tidak mengalami penurunan bahkan semakin meningkat seperti pada desa
mengalami perubahan yaitu desa Turatea Timur dan Parasanggang beru, hasil
tersebut sejalan dengan kinerja FM berdasarkan indikator input dari lima yang
terandah tiga diantaranya adalah Kareloe, Turatea timur dan manjangloe begitu
pula dengan kinerja FM berdasarkan indikator proses dari lima yang terendah
tiga diantaranya manjangloe, turatea timur dan kareloe. Begitu pula jika dilihat
dari kinerja keselurahan FM (input dan proses) dari lima yang terendah 3
gizi buruk turun dari 29.26% menjadi 12.3% pada akhir pendampingan.Artinya,
melaporkan bahwa
10
penerapan model tungku mampu meningkatkan status pertumbuhan kelompok
dengan meneliti pencapain pertumbuhan pada balita gizi buruk dan gizi kurang
bahwa dengan intervensi selama dua bulan maka diketahui gizi kurang mampu
mencapai kurva pertumbuhan normal sebesar 22% sedangkan pada balita gizi
satu cara untuk meningkatkan upaya pemulihan gizi kurang adalah promosi
10
BAB VI
A. KESIMPULAN
manjang loe, Turatea timur, Lentu, Kareloe dan bulo-bulo. Dari hasil tersebut
gizi kurangnamun masih ada desa yang tidak bahkan meningkat prevalensi
status gizi kurangnya yaitu desa Manjang loe (+3,2%), dan Kareloe (+3,9%)
sedangkan yang tetap yaitu desa Turatea Timur dan Parasanggang beru
3. Ada korelasi yang bermakna antara kinerja FM dengan prevalensi gizi kurang
(p=0,0389) dan ada empat variabel kinerja FM yang juga bermakna yaitu
10
B. SARAN
dan kareloe.
loe, dan Kareloe sedangkan yang tetap yaitu desa Turatea Timur dan
Parasanggang beru
dapat dijadikan sebagai salah satu model perbaikan gizi masyarakat bagi
daerah lain.
10
Daftar Pustaka
Masyarakat.
10
Dewi Novirianti. 2005. Pemberdayaan Hukum Perempuan Untuk Melawan
Kemiskinan. Journal Perempuan No. 42 dalam
http://www.gizinet.co.iddiakses tanggal 28 April 2012
Minarto. 2006. Berat badan tidak naik sebagai indikator dini gangguan
pertumbuhan pada bayi sampai usia 12 bulan di Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat. Disertasi Pascasarjana. Universitas Indonesia,
Jakarta
10
Sri’ah Al Harini dan A.Razak Thaha. 2004. Manajemen PMT JPS-BK dan
dampaknya terhadap status gizi baduta, studi evaluasui di Kabupaten
Maros; dalam A.Razak Thaha dan Veni Hadju; Potret kesehatan
pada masa krisis. PSGP Unhas, Makassar.
Sirajuddin. 2007. Pengaruh Model Tungku terhadap Status Gizi Anak Usia 12-
59 Bulan di Kabupaten Selayar. Tesis. Program Pasca Sarjana
Unhas, Makassar
Supariasa IDN, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
10
Wijono, Dj. 1997. Manajemen kepemimpinan dan organisasi kesehatan.
ErlanggaUniversity Press.Surabaya.
11
Lampiran I
FORMAT PENILAIAN INDIKATOR KINERJA
FASILITATOR MASYARAKAT (FM) PROYEK NICE
OLEH KGM
1
dan MP-ASI lokal/Nasional, Tablet tambah darah
9 Sebagai Inisiator rapat/pertemuan berkala KGM, dan menghadiri undangan 3
rapat dari puskesmas, pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya
10 Melaksanakan evaluasi seluruh kegiatan PGM di desa/kelurahan 3
11 Melaksanakan koordinasi dengan pemangku kepentingan seperti 3
kepala desa/kelurahan beserta jajarannya, kepala puskesmas dan seluruh staf,
dan lintas sektor terkait
12 Memfasilitasi dan membantu kegiatan kinjungan rumah 3
JUMLAH
JUMLAH A + B
Penilai
Lampiran II
A INDIKATOR INPUT
1 Bertempat tinggal disalah satu desa/kelurahan tempat tugasnya
Skor 1 Jika : Tidak, bukan didesa tetangga dan jauh dari desa/kel setempat
Skor 2 Jika : Tiadak, bukan didesa tetangga tapi tidak jauh dari desa/kel setempat
Skor 3 Jika : Tiadak tapi di desa tetangga dari desa/kel setempat
Skor 4 Jika : Ya, FM tinggal di desa/Kelurahan tempat tugas
2 Mengenal wilayah kerja, aparat pemerintah desa tokoh agama, tokoh masyarakat
dengan baik
Skor 1 Jika : Tidak
Skor 2 Jika : Kurang
Skor 3 Jika : Ya, cukup mengenal
Skor 4 Jika : Ya sangat mengenal
B INDIKATOR PROSES
1 Melaksanakan SMD, MMD, DKT dan atau Positif Deviant
Skor 1 Jika : Hanya melaksanakan salah satu diantara empat kegiatan tersebut
Skor 2 Jika : Hanya melaksanakan dua diantara empat kegiatan tersebut
Skor 3 Jika : Hanya melaksanakan tiga diantara empat kegiatan tersebut
Skor 4 Jika : Melaksanakan semua, empat kegiatan
tersebut
2 Memfasilitasi pembuatan proposal Paket Gizi Masyarakat
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pembuatan proposal
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pembuatan proposal
Skor 3 Jika cupuk aktif memfasilitasi dalam pembuatan proposal
Skor 4 Jika sangat membantu dalam pembuatan proposal
3 Memfasilitasi penyusunan rencana kerja PGM baik mingguan, bulanan
atau triwulan
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara dalam penyusunan rencana kerja
p
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam penyusunan rencana kerja
Skor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam penyusunan rencana kerja
Skor 4 Jika sangat membantu dalam penyusunan rencana kerja
4 Membantu membuat laporan keuangan dan kegiatan KGM sesuai
petunjuk pelaksanaan
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pembuatan laporan keuangan
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pembuatan laporan keuangan
Skor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pembuatan laporan keuangan
Skor 4 Jika sangat membantu dalam pembuatan laporan keuangan
5 Memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi melalui kelas ibu
bagi sasaran kelompok dan individu sesuai rencana kegiatan
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi
Skor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi
Skor 4 Jika sangat membantu pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi
6 Memfasilitasi penggerakan sasaran untuk berkunjung ke posyandu pada
setiap hari posyandu
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pergerakan sasaran
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pergerakan sasaran
Skor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pergerakan sasaran
Skor 4 Jika sangat membantu dalam pergerakan sasaran
7 Memfasilitasi pemberian paket intervensi gizi pada kelompok sasaran
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pemberian paket intervensi gizi
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pemberian paket intervensi gizi
Skor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pemberian paket intervensi gizi
Skor 4 Jika sangat membantu dalam pemberian paket intervensi gizi
8 Membantu
dan MP-ASIsasaran untuk memperoleh
lokal/Nasional, pelayanan
Tablet tambah darah 1
gizi (kapsul Vit. A, Taburia
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi
Skor 2 Jika agak sedikit aktif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi
Skor 3 Jika cukup aktif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi
Skor 4 Jika sangant membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi
Lampiran II
A INDIKATOR INPUT
1 Bertempat tinggal disalah satu desa/kelurahan tempat tugasnya
Skor 1 Jika : Tidak, bukan didesa tetangga dan jauh dari desa/kel setempat
Skor 2 Jika : Tiadak, bukan didesa tetangga tapi tidak jauh dari desa/kel setempat
Skor 3 Jika : Tiadak tapi di desa tetangga dari desa/kel setempat
Skor 4 Jika : Ya, FM tinggal di desa/Kelurahan tempat tugas
2 Mengenal wilayah kerja, aparat pemerintah desa tokoh agama, tokoh masyarakat
dengan baik
Skor 1 Jika : Tidak
Skor 2 Jika : Kurang
Skor 3 Jika : Ya, cukup mengenal
Skor 4 Jika : Ya sangat mengenal
B INDIKATOR PROSES
1 Melaksanakan SMD, MMD, DKT dan atau Positif Deviant
Skor 1 Jika : Hanya melaksanakan salah satu diantara empat kegiatan tersebut
Skor 2 Jika : Hanya melaksanakan dua diantara empat kegiatan tersebut
Skor 3 Jika : Hanya melaksanakan tiga diantara empat kegiatan tersebut
Skor 4 Jika : Melaksanakan semua, empat kegiatan
tersebut
2 Memfasilitasi pembuatan proposal Paket Gizi Masyarakat
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pembuatan proposal
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pembuatan proposal
Skor 3 Jika cupuk aktif memfasilitasi dalam pembuatan proposal
Skor 4 Jika sangat membantu dalam pembuatan proposal
3 Memfasilitasi penyusunan rencana kerja PGM baik mingguan, bulanan
atau triwulan
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara dalam penyusunan rencana kerja
p
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam penyusunan rencana kerja
Skor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam penyusunan rencana kerja
Skor 4 Jika sangat membantu dalam penyusunan rencana kerja
4 Membantu membuat laporan keuangan dan kegiatan KGM sesuai
petunjuk pelaksanaan
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pembuatan laporan keuangan
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pembuatan laporan keuangan
Skor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pembuatan laporan keuangan
Skor 4 Jika sangat membantu dalam pembuatan laporan keuangan
5 Memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi gizi melalui kelas ibu
bagi sasaran kelompok dan individu sesuai rencana kegiatan
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi
Skor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi
Skor 4 Jika sangat membantu pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi
6 Memfasilitasi penggerakan sasaran untuk berkunjung ke posyandu pada
setiap hari posyandu
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pergerakan sasaran
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pergerakan sasaran
Skor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pergerakan sasaran
Skor 4 Jika sangat membantu dalam pergerakan sasaran
7 Memfasilitasi pemberian paket intervensi gizi pada kelompok sasaran
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam pemberian paket intervensi gizi
Skor 2 Jika agak sedikit aktif memfasilitasi dalam pemberian paket intervensi gizi
Skor 3 Jika cukup aktif memfasilitasi dalam pemberian paket intervensi gizi
Skor 4 Jika sangat membantu dalam pemberian paket intervensi gizi
8 Membantu
dan MP-ASIsasaran untuk memperoleh
lokal/Nasional, pelayanan
Tablet tambah darah gizi (kapsul Vit. A, Taburia2
Skor 1 Jika hanya mendampingi secara pasif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi
Skor 2 Jika agak sedikit aktif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi
Skor 3 Jika cukup aktif dalam membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi
Skor 4 Jika sangant membantu sasaran untuk memperoleh pelayanan gizi
Data Umum Desa Nice di Wilayah Kabupaten Jeneponto
3
Lampiran v
Nama : Hasruddin
Agama : Islam
Jenenponto
Riwayat Pendidikan
TAHUN
No STRATA INSTITUT TEMPAT
LULUS
1 Sekolah dasar SDN. No.2 Watampone Watampone 1989
Riwayat Pekerjaan
4 Dinas Kesehatan Jeneponto Staf DPIU Proyek NICE 2010 s/d 2012
5 Puskesmas Binamu Kota Jeneponto Plt. Kepala Puskesmas 2011 s/d sekarang
4
5
6
7
8
9
1
1