2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN TARIF PAJAK...................................................................................................2
2.2 PENGERTIAN PERADILAN PAJAK.......................................................................................4
1. Sengketa Pajak dan Mekanisme Penyelesaiannya.....................................................................5
2. Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.................................................5
BAB III..................................................................................................................................................7
PENUTUP.............................................................................................................................................7
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................................7
3.2 SARAN.......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................8
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah milik Allah SWT dengan karunia-Nyalah yang telah
mengantarkan kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “TARIF PAJAK DAN
PERADILAN PAJAKi”. Shalawat dan salam tambatan hati pautan cinta kasih yakni Nabi
Muhammad SAW beserta para sahabat.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak-pihak yang telah
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat dan informasi kepada semua
pihak, serta kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk penyusunan makalah
selanjutnya.Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
iii
Tanggetada,21 Maret 2022
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pengenaan tarif pajak, dinyatakan dalam presentase. Persentase pengenaan tarif
pajak tersebut ada yang tetap dan ada juga yang berubah sesuai dengan jenis pajak yang harus
dibayar wajib pajak. Dalam pengenaan tarif pajak, dikenal juga pajak terutang yaitu pajak
yang harus dibayar oleh wajib pajak. Wajib pajak melunasi pajak berdasarkan pajak yang
terutang dan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar asas
keadilan terwujud. Makalah ini membahas macam-macam tarif pajak dan waktu saat-saat
terutangnya pajak sehingga lebih jelas bagi wajib pajak untuk membayar pajak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara struktural menurut tarif pajak dibagi dalam enam jenis yaitu :
2
5. Tarif Pajak Advolerem
yaitu tarif dengan persentase tertent atas harga barang atau nilai suatu barang.
Contohnya : tarif bea masuk sebesar 10% dari nilai impor.
6. Tarif spesifik
yaitu tarif dengan jumlah tertentu atas satu jenis atau satuan jenis barang
tertentu, Contohnya : tarif bea masuk yang besar rupiahnya ditentuakan atas suatu barang
yang di impor.
Tarif Pajak yang berlaku untuk Pajak Penghasilan di Indonesia adalah tarif progressif
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan. Sedangkan untuk
Pajak Pertambahan Nilai berlaku tarif pajak proporsional yaitu 10%. Tarif pajak tersebut
dipungut sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis pajak di bawah ini :
Pengelompokkan Pajak :
1) Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang bebannya dapat dialihkan atau dilimpahkan
kepada pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2) Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak. Contoh Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
3) Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
Contoh:
▪ Pajak Penghasilan (PPh)
▪ Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
▪ Pajak Penjualan atas Barang Mewah(PPnBM)
▪ Pajak Bumi dan Bangunan – Pertambangan, Perkebunan dan Perhutanan (PBB –
P3)
▪ Bea Materai.
3
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah dan digunakan untuk
membaiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas:
Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan pajak bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
Pajak Kabupaten/Kota, contoh Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan.
1. Undang Dasar NRI 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 23A, Pasal 24 dan Pasal 25.
2. UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan UU No. 3 Tahun 2009.
3. UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
4. UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana telah
diubah dengan UU No.51 Tahun 2009
5. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
6. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan, sebagaimana
telah diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009.
7. UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan UU No.36 Tahun 2008.
8. UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.42
Tahun 2009.
9. UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994, dan dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah untuk PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan
dialihkan menjadi Pajak Daerah.
10. UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
11. UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 17 Tahun 2006.
4
12. UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai, sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 39 Tahun 2007
13. UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000.
Penyelesaian sengketa pajak mengenal ada dua mekanisme yaitu penyelesaian sengketa
melalui upaya administratif yaitu melalui lembaga keberatan dan melalui lembaga yudikasi
yaitu Pengadilan Pajak.
5
2. Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
Undang-undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP) yang diatur dalam
UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU 16
Tahun 2009 adalah merupakan UU Formil dari seluruh UU Perpajakan yang meliputi UU
Pajak Pusat, UU Kepabeanan dan UU Cukai. Keberadaan UU KUP adalah merupakan
mutatis mutandis, yaitu diberlakukan sepanjang UU lain tidak mengatur secara khusus
mengenai tatacara mengajukan banding dan gugatan ke Pengadilan Pajak atas keputusan
perpajakan.
Tatacara Pengajuan Banding Diatur Dalam Pasal 27 Dan 27A UU KUP Antara Lain :
▪ Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak;
▪ Permohonan dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 bulan sejakSurat
Keputusan Keberatan diteriam dan dilampiri dengan salinan Suruat Keputusan Keberatan
▪ Dalam hal permohonan banding ditolak atau dkabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenakan
sanksi berupa denda 100% dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan
pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan;
▪ Apabila permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, atas kelebihan
pembayaran dimaksud dikembalikan dengan ditambah imbalan 2 % per bulan untuk paling
lama 24 bulan.
Selain itu UU KUP juga mengatur mengenai tatacara mengajukan gugataan yang diatur
dalam
Pasal 23 UU KUP, yaitu Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat mengajukan
gugatan antara lain sbb :
▪ Terhadap pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang;
▪ Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
▪ Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan
dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26;
▪ Penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam penerbitannya
tidak sesuai dengan prosedur atau tatacara yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
6
Peradilan Pajak Diatur Di Dalam
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Tarif pajak adalah besarnya nilai yang digunakan untuk menentukan pajak terutang
yang harus dibayar wajib pajak kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang
yang berlaku.
2. Macam-macam tarif pajak diantaranya, tarif proposional, tariff regresif, tarif
progresif, tarif degresif, tarif pajak advolerem dan tarif pajak spesifik.
3. Hapusnya utang pajak disebabkan oleh pembayaran, kompensasi, daluwarsa,
pembebasan, dan penghapusan
3.2 SARAN
Hal utama yang perlu di cermati dari kedudukan pengadilan pajak adalah dasar hokum
pembentukan pengadilan tersebut, yaitu UU pengadilan pajak. Sebagai pengambilan khusus,
pengadilan pajak harus di atur dalam undang- undang, pada saat di undangkannya UU
pengadilan pajak, belum terdapat ketentuan yang jelas pembagian pengadilan khusus dalam
lingkungan peradilan di bawah makhamah agung. Pengadilan pajak berdasarkan UU
pengadilan pajak seakan-akan seperti pera karena pertimbangan tersendiri, terpisah dari
peradilan-peradilannya. Oleh karena itu pertimbangan tersebut seyongnya UU peradilan pajak
di perbaiki dan di sesuaikan dengan ketentuan-ketentuan mengenai peradilan di Indonesia
yang saat ini berlaku.
7
DAFTAR PUSTAKA
www.pajak.go.id/ www.pajakonline.com
http://www.pajak.go.id/
http://www.kabarpajak.com/2013/07/makalah-pajak-tarif-pajak.html
https://www.bphn.go.id/data/documents/
naskah_akademik_ruu_tentang_perubahan_atas_uu_no._14_tahun_2002_tentang_pengadilan_pajak.p
df
file:///C:/Users/Asus/Downloads/5064-15349-1-SM.pdf
https://www.bphn.go.id/data/documents/
naskah_akademik_ruu_tentang_perubahan_atas_uu_no._14_tahun_2002_tentang_pengadilan_pajak.p
df