Anda di halaman 1dari 2

D.

Ekoregion
Dalam buku ini dijelaskan pengertian dari ekoregion adalah sebuah konsep pembangunan
berkelanjutan berbasis pengelolaan secara lestari SDA dan keanekaragaman hayati.
Ekoregion lebih terintegrasi secara luas, tidak dibatasi aspek geografis dan administrasi
pemerintahan melainkan kesamaan karakteristik sumber alam. Keunikan dan daya dukung
lingkungan dalam suatu ekoregion perlu digunakan sebagai dasar perencanaan PPLH dan
pembangunan wilayah.
Wilayah ekoregion merupakan wilayah yang memasukkan faktor kesamaan ciri iklim, tanah,
air, flora dan fauna maupun interaksi antar manusia dan alam, sehingga diharapkan dapat
memberikan pertimbangan yang komprehensif dalam pembangunan. Penetapan wilayah
ekoregion ini sebagai basis wilayah untuk menentukan kebijakan pemanfaatan dan
pencadangan SDA, serta untuk menentukan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup. Pendekatan ekoregion dapat memungkinkan untuk mengintegrasikan berbagai
ekosistem, memberikan ruang bagi tumbuhnya hukum lokal yang sesuai karakteriatik daerah,
dan menyelesaikan masalah open access SDA melalui kepastian hak.
Penutup Lahan (Land Cover)
Selain diperkenalkan ekoregion, dibahas juga tentang tutupan lahan. Pemanfaatan ekosistem
yaitu penggunaan lahan (land use) dan tutupan lahan (land cover). Land cover adalah atribut
dari permukaan dan bawah permukaan lahan yang mengandung biota, tanah, topografi, air,
serta struktur manusia. Sedangkan land use menggambarkan sifat biofisik lahan yang
menggambarkan fungsi atau tujuan dari lahan tersebut digunakan oleh manusia. Masalah
yang berkaitan dengan kemampuan ekosistem selalu berasosiasi dengan bentuk-bentuk
penggunaan manusia terhadap lahan. Oleh karena itu upaya peningkatan daya dukung
lingkungan yang optimal memerlukan alokasi penggunaan lahan yang efisien.
Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan
a) Klasifikasi Penggunaan Lahan
Pengelompokkan penggunaan lahan yaitu
 Berdasarkan dua golongan besar yaitu lahan pertanian dan non pertanian
 Berdasarkan penyediaan air dan komoditi yang diusahakan (tegalan, sawah,
kebun, padang rumput, hutan produksi dan sebagainya)
 Berdasarkan skala usaha atau luas tanah yang diusahakan, intensitas
penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, orientasi pasar dan sebagainya.
(ladang, tanaman semusim campuran, sawah beririgasi, perkebunan rakyat,
perkebunan besar, hutan produksi alami, padang pengembalaan dan lain-lain).
 Berdasarkan BPS, dalam kaitannya dengan sensus pertanian yaitu lahan sawah
dan lahan bukan sawah.
b) Klasifikasi Penutup Lahan (Land Cover)
Klasifikasi penutup lahan lebih mendasarkan pada karakteris biotis khususnya
vegetasi, sehingga dikelompokkan menjadi dua yaitu:
 Daerah bervegetasi yang dibagi menjadi daerah pertanian (sawah, perkebunan
ladang, dan tegal) dan non pertanian (hutan lahan kering/basah, semak
belukar, padang rumput, sabana, dan rumput rawa)
 Daerah tidak bervegetasi terbagi dalam lahan terbuka (permukiman dan lagan
bukan pertanian yang berkaitan), permukiman dan perairan (danau/waduk,
rawa, sungai, terumbu karang, jalur pelayaran).
Buku ini juga memaparkan pengertian setiap jenis penutup lahan menurut SNI
7645-2010. Sistem klasifikasi penggunaan lahan yang umumnya mendasarkan
pada tingkat kerincian peta. Semakin kecil skala peta (cakupan wilayah luas),
semakin sedikit jumlah klasifikasi penggunaan lahan begitu pula sebaliknya.
Berbeda dengan komponen ekoregion yang bersifat statis, penutup lahan dan
penggunaan lahan merupakan suatu proses yang dinamis, perubahan yang terus
menerus sebagai hasil dari perubahan pola dan besarnya aktivitas sepanjang
waktu, sehingga masalah yang berkaitan dengan perubahan daya dukung
lingkungan merupakan masalah yang kompleks. Penutup lahan juga dapat
digunakan sebagai instrumen pembatas (delineasi) bagi bentuk-bentuk ekosistem
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai