Anda di halaman 1dari 10

MAKALA

ISLAM MASA BANI ABBASIYAH:


HUKUM DAN PERADILAN

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampuh :
Dr.Adnan,M.Ag
Di susun oleh :
Cindrawati .A. Mohi

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillahirobbilalain, segala puji hanya layak kita panjatkan kehadirat Allah
SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidaya-Nya yang
tidak terkira besarnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”hukum
dan peradilan”
Semoga semua ini memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang
lebih baik lagi kedepannya. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan namun tak ada gading yang tak retak, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan penulisan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Sosial dan Budaya................................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada masa Dinasti Abbasyiah umat islam mengalami pekembangan dalam
berbagai bidang. Dinasti ini mengalami masa kejayaan intelektual, seperti halnya
dinasti lain dalama sejarah islam, tidak lama setelah dinasti itu berdiri. Kekhalifan
Baghdad mencapai masa keajayaannya antara khalifa ke tiga, al-mahdi (775-785 M),
dan kesembilan, al-athiq (842-847 M), lebih khusu lagi pada masa harun al-rasyid
(786-809 M), dan al-makmun (813-833 M), anaknya terutama, karena dua khalifah
yang hebat itulah dinasti abbasyiah memiliki kesan dan ingatan publik, dan menjadi
dinasti hebat dalam sejarah islam dan diindetikkan dengan istilah “the golden age of
islam” tanpa meniadakan tatanan yang telah ditinggalkan oleh dinasti ummayah, baik
dalam ilmu pengetahuan dan pemerintahan, Abbasyiah mampu mengembangkan dan
memanfaatkan lembaga yang sudah pernah ada pada masa umayyah.
Kemajuan lain yang tak kala penting adalah dalam bidang peradilan dimana
pada masa Abbasyiah sistem administrasi peradilan pada masa ini sudah tersusun
dengan rapi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya lembaga-lembaga peradilan yang
terbentuk, pada masa ini. Makalah ini akan mencoba memaparkan lebih jauh sejarah
peradilan di masa Dinasti Abbasyiah.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana masa Dinasti Abbasyiah?
2. Bagaimana peradilan pada masa Bani Abbasyiah pertama dan kedua?
3. Siapa saja hakim
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Dinasti Abbasyiah


Setelah kekuasaan ummayyah berakhir, kendali kekuasaan islam dipegang
oleh Dinasti Abbasyiah. Fase ini di tandai dengan pekembangan ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah islam fase ini dikenal sebagai zaman keemasan. Pemerintahan
Abbasyiah berlangsung selama 524 tahun (132-656/750-1261 M). masa daulah Bani
Abbasyiah bepusat di bahgdad selama lima setangah abad denga 37 khalifah pertama
dan abu ahmad Abdullah al musta’shim sebagai khalifah terakhir.
Tempo waktu yang begitu lama ini menyebabkan para pengkaji, khususnya
ahli sejarah, berbeda-beda dalam membagi pemerintahan Bani Abbasyiah. Untuk
penyesuaian dengan pembahasan, penulis membaginya menjadi dua periode, yaitu
pada masa abbasyiah kedua (munculnya para mujtahid dan munculnya ruh taklid).
Dengan merujuk pada dua periode ini akan dilihat bagaiman perkembangan hukum
islam dan pelaksanaannya pada masa Abbasyiah.
B. Peradilan pada masa Bani Abbasyiah
Pada masa Bani Abbasyiah hukum islam mengalami perkembangan yang
begitu hebat. Perkembangan ini disebabkan oleh : pertama, banyaknya mawali yang
masuk islam. Pada masa Bani Ummayah, islam telah berhasil menguasai pusat-pusat
peradaban yunani. Harun ar-rasyid menjadi khalifah pada tahun 787 M, sebelumnya
ia belajar di persia sehingga ia cinta dan gemar pada ilmu pengetahuan dan filsafat.
Pada masanyalah berbagai nkemajuan di capai dan dimulai pula penerjemahan buku-
buku yunani kedalam bahasa arab serta berkembangnya organisasi peradilan. Kedua,
umat islam berupaya melestarikan alquran dengan dua cara, yaitu di catat dan di hafal.
Kecermelangan dan keemasan hukum islam ini berlangsung lebih kurang dua
abad (178 tahun). Tahun 310 H kegiatan ijtihad mulai menurun, terutama setelah ibnu
jharir ath thabari ath thabari (W 310) meninggal dunia. Sebagai ulama memandang
cukup untuk merujuk pendapat imam mazhabnya tanpa perlu melakukan ijtihad
kembali. Pada tahun ini umat islam mulai di ninabobokan oleh ruh ke taklidan, fase
ini lah sebagai masa kemunduran.
Keberadaan peradilan pasa masa ini sesungguhnya meneruskan tradisi dan
kebijakan hukum yang telah dijalankan oleh dinasti sebelumnya yakni masa
kekuasaan ummayah, seperti tetap dilestarikannya badan hukum Nazar al-Mazalim
dan lembaga hisbah. Seabagaiman umayah yang melebarkan kekuasaannya ke
berbagai penjuru kawasan, abbasyiah juga memperluas kekuasaannya dan sekaligus
membentuk pemerintah daerah di berbagai tempat.
1. Peradilan pada masa abbasyiah pertama
Pada zaman Abbasyiah pertama yang menjadi sumber hukum adalah
alqur’an dan as sunnah dan pada masa Abbasyiah pertama lembaga, yaitu
sebagai berikut.
a. Iwan qodhi al-qudhat (ibu kota)
b. Qudhah al aqali (provinsi)
c. Qudhat al amsar, yaitu al qadha dan al hisbah (kota dan kabupaten)
d. As sulthan al qadhaiyah (ibu kota dan kota-kota)
Apabila di identikan dengan Indonsia pada zaman Abbasiyah sudah ada Mahkamah
Agung dan Jaksa Agung serta peradilan-peradlian di tingkat provinsi dan
kota/kabupaten. Artinya setiap wilayah sudah memiliki peradilan.

Adapun badan peradilan pada zaman Abbasiyah ada tiga macam, yaitu sebagai
berikut:

a. Al Qadha, hakimnya bergelar al-Qadhi. Bertugas mengurus perkara-perkara yang


berhubungan dengan agama pada umumnya.

b. Al Hisbah, hakimnya bergelar muhtasib, bertugas menyelesaikan perkara-perkara


yang berhubungan dengan masalah-masalah umum dan dan tindak pidana yang
memerlukan pengurusan segera.

c. An Nadhar fi al Mazhalim, hakimnya bergelar Shahibul atau Qadhi al Mazhalim,


bertugas menyelesaikan perkara-perkara banding dari dua badan pengadilan di atas.

Pengangkatan qadhi di lakukan oleh khalifah, misalnya, Abi Laila adalah qadhi yang di
angkat oleh khalifah al Mansur. Namun pada masa Harun ar Rasyid, khalifah hanya
mengangkat sesorang yang di anggap cakap dan mampu sebagai qadhi sekaligus qadhi al
qudhah, yang selanjutnya berwenang mengangkat qadhi pada peradilan kota dan provinsi.
Orang yang pertama mendapat kesempatan sebagai qadhi al qudha adalah Abu Yusuf,
muridnya Imam Abu Hanifah. Ini menunjukan bahwa system pengangkatan dilakukan oleh
khalifah baik qadhi al qudha di pusat maupun di daerah. Wewenang tersebut ada delapan,
yaitu sebagai berikut:

a.       Mengangkat qadhi.

b.      Memecat qadhi.

c.       Menyelesaikan qadhi yang mengundurkan diri.

d.      Mengawasi hal ihwal qadhi.

e.       Meneliti putusan-putusan qadhi dan meninjau kembali putusan-putusan tersebut.

f.       Mengawasi tingkah laku qadhi di tengah-tengah masyarakat.

g.      Mengawasi administratif dan pengawasan terhadap fatwa.

h.      Membatalkan suatu putusan hakim.

2. Peradilan Pada Masa Bani Abbasiyah Kedua


Pada masa ini orgasnisai peradilan, khususnya qadhi al qudha, sudah mengalami
perubahan. Qadhi al qudha tidak hanya di pusat pemerintahan (Baghdad), tetapi juga di daerah-
daerah. Hal ini terjadi karena banyak daerah yang memisahkan diri dari pusat pemerintaha,
Baghdad. Istilah qadhi al qudha tidak sama di tiap negeri di Andalusia di sebut Qadhi al
Jama’ah.
Hakim-hakim  pada masa ini memutus perkara menurut ima-imam mazhab secara
taklid (hakim muqallid). Karenanya terdapat perbedaan hukum dengan mazhab hakim. Dalam
pengangkatan hakim, para hakim di haruskan membayar sejumlah uang kepada pemerintah pada
tiap tahunnya. Pengaruh eksekutif sangat tinggi pada masa ini sehingga wewenang peradilan di
rasakan semakin menyempit dan terbatas pada masalah kekeluargaan saja.
a.      Ide Pembuatan Undang-Undang Umum

Ide ini di centuskan oleh Ibnu Muqaffa (w.144 H), beliau mengirim surat kepada
Khalifah Abu Ja’far al Mansur, memohon agar di buat satu UU yang di ambil dari Al
quran dan as Sunnah untuk seluruh rakyat, dan bagi yang perkaratidak ada ketentan
nashnya maka di ambil dari pendapat yang memenuhi tuntutan keadilan dan
kemashlahatan umat. Hal ini di tanggapioleh khalifah dan meminta agar Imam Malik
menolak dan berkata, “Sesungguhnya setiap umat memilki ikatan ulama-ulama salaf
dan mazhab-mazhab”.

Pada tahun 163 H, khalifah sekali lagi mengajukannya kepada Imam Malik. Namun
tetap di tolak dan berkata “Sesungguhnya sahabat Nabi berbeda dalam furu’ dan
berserakan di berbagai negeri dan masing-masing dari mereka adalah benar”

b.      Hakim Muqallid

Pada masa ini hakim tidak lagi berijtihad. Ini berarti menyalahi syarat bahwaa hakim
harus seorang mujtahid. Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat, ulama-ulama
Hanafiyah menetapkan bahwa hakimboleh memutuskan perkara dengan pendapat
yang Dho’if dari mazhab yang di anutnya. Golongan Malikiyah mengatakan bahwa
seorang muqallid harus berpegang kepada pendapat imam yang di ikutinya. Ia tidak
boleh menggunakan ijtihadnyakarena hal ini bisa di capai oleh orang-orang yang
berepengetahuan cukup.

Urutan di atas menunjukan bahwa hakim di utamakan seorang mujtahid, bila tidak
ada atau sedikit din peroleh maka boleh seorang muqallid dengan syarat dalam
memutuskan perkara mempunyai peganga, baik itu mazhab ataupun undang-undang
yang berlaku.

C.    Para Hakim Terkenal pada Masa Abbasiyah

Beberapa qadhi yang terkenal pada masa Abbasiyah adalah sebagai berikut.

1. Abu Yusuf, Ya’qub bin Ibrahim (Lahir tahun 131 H/731 M)- WAFAT
Tahun 182 H/789 M) beliau adalah qadhi al qudha’ Harub al Rasyid.

2. Yahya bin Aksam (Lahir tahun 159 H/755 M- wafat tahun 242 H/857 M)
Beliau adalah seorang Qadhi al Qudha’ al Makmun.

3. Ahmad bin Abu Daud (Lahir tahun 160 H/777 m- Wafat tahun 240 H/854
M) beliau adalah qadhi’ al Mu’tashim.

4. Sahnunal Maliki (Lahir tahun 160 H/777 M-Wafat tahun 240 H/854 M)
beliau adalah Qadhi Maghrib.
5. Al ‘Izz bin Abd. As Salam (Lahir tahun 578 H/1181 M- wafat tahun 660
H/1282 M) beliau adalah qadhi Mesir.

6. Ibnu Khillikan (Lahir tahun 625 H/1211 M- wafat tahun 660 H/1282 M)
beliau adalah Qadhi Damaskus.

7. Ibnu Daqiqi ‘Ied (Lahir tahun 625 H/1228 M- wafat tahun 702 H/1302 M)
beliau adalah qadhi Mesir dan Sha’id.

Inilah sebagian dari qadhi-qadhi besar yang banyak mendspst perhstisn umum terkenal dalam
masyarakat fikih dan di pandang sebagai pemimbing ilmu al furu’ dalam periode kedua dari
Bani Abbasiyah.

BAB III
PENUTUP

G.    Kesimpulan

Pemerintahan Abbasiyah berlangsung selama 524 tahun (132-656 H/750-1261 M). Masa
Daulah Bani Abbasiyah berpusat di Baghdad selama lima setengah abad dengan 37 khalifah.
Abu Abbas ash Shaffah adalah khalifah pertama dan Abu Ahmad Abdullah al Musta’shim
sebagai khalifah terakhir.

Pada zaman Abbasiyah pertama yang menjadi sumber hukum adalah Al quran dan As sunnah
dan pada masa Abbasiya pertama lembaga peradilan di kenal dalam organisasi kehakiman
dengan empat lembaga, yaitu sebagai berikut. Iwan Qadhi al-Qudhat (Ibu Kota), Qudhah al
Aqali (Provinsi), Qudhat al Amsar, yaitu al qadha dan al Hisbah (Kota dan Kabupaten), As
Sulthah al Qadhaiyah (Ibu kota dan kota-kota).

Pada masa ini orgasnisai peradilan, khususnya qadhi al qudha, sudah mengalami perubahan.
Qadhi al qudha tidak hanya di pusat pemerintahan (Baghdad), tetapi juga di daerah-daerah.
Hal ini terjadi karena banyak daerah yang memisahkan diri dari pusat pemerintaha, Baghdad.
Istilah qadhi al qudha tidak sama di tiap negeri di Andalusia di sebut Qadhi al Jama’ah.
Beberpa Hakim yang terkenal adalah: Abu Yusuf, Ya’qub bin Ibrahim, Yahya bin Aksam,
Ahmad bin Abu Daud, Sahnunal Maliki, Al ‘Izz bin Abd. As Salam, Ibnu Khillikan, Ibnu
Daqiqi ‘Ied.

Anda mungkin juga menyukai