Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PASAR MODAL

PENILAIAN SAHAM
Dosen Pengampu: Putu Sri Arta Jaya Kusuma S.E., M.Si.

Oleh:

Devi Anggun Meihera (120211613)


Ni Putu Desilia Ari Arsani (120211631)
Amrita Belvana Zein (120211695)
Kadek Yuliana Dwijayanti (120211683)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) DENPASAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
Penilaian Saham
Teknik Penilaian Saham
Pendekatan yang paling banyak digunakan untuk menilai harga suatu saham adalah
pendekatan tradisional. Untuk menganalisis saham dengan pendekatan tradisional ini
digunakan dua analisis, yaitu: analisis teknikal dan analisis fundamental.
1) Analisis Teknikal
Analisis teknikal mendasarkan diri pada pola- pola pergerakan harga saham dari waktu
kewaktu. Menurut Tandelilin (2010:392) analisis teknikal adalah suatu teknik untuk
memprediksi arah pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan
pada data pasar historis seperti informasi harga dan volume. Dalam Sunariyah (2006:168)
disebutkan bahwa Sasaran yang ingin dicapai pada pendekatan ini adalah ketepatan waktu
dalam memprediksi pergerakan harga (price movement) jangka pendek suatu saham maupun
suatu indikator pasar.

2)Analisis Fundamental
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang
akan datang dan menerapkan hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham. Menurut Sunariyah (2006:169) menyatakan bahwa analisis ini didasarkan pada suatu
anggapan bahwa tiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh
para pemodal atau analis. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga
pasar yang sekarang (current market price). Terdapat dua pendekatan fundamental yang
umumnya digunakan dalam melakukan penilaian saham, yaitu pendekatan nilai sekarang dan
pendekatan laba atau Price Earning Ratio (PER).

Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar


Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu:
1) Nilai Buku adalah nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan
penerbit saham (emiten).
2) Nilai Pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga
saham tersebut di pasar.
3) Nilai Intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang
sebenarnya atau seharusnya terjadi.

Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik
dengan nilai pasar saham bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari
nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued). Dalam situasi
seperti ini, investor tersebut bisa mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut.
Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut
tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi seperti ini investor sebaiknya
mcmbeli saham tersebut. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik
saham berdasarkan analisis fundamental. Kedua pendekatan tersebut adalah: (1)
pendekatan nilai sekarang (present value approach), dan (2) pendekatan rasio harga
terhadap earning (Price Earning Ratio/PER).
1. Pendekatan Nilai Sekarang
Dalam pendekatan nilai sekarang, nilai suatu saham diestimasikan dengan cara
mengkapitalisasi pendapatan, oleh sebab itu disebut capitalization income method.
Nilai sekarang suatu saham adalah sama dengan nilai sekarang dari arus kas dimasa
mendatang yang investor harapkan diterima dari investasi saham tersebut. Menurut
Tandelilin (2010:304) nilai suatu saham tergantung dari aliran kas yang diharapkan
investor di masa mendatang.
Perhitungan nilai saham dilakukan dengan mendiskontokan semua aliran kas yang
diharapkan di masa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang
disyaratkan investor. Dalam hal ini, nilai intrinsik atau disebut juga nilai teoritis suatu
saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto semua aliran kas yang akan diterima
investor di masa datang. Dengan demikian, proses penilaian suatu saham akan meliputi:

4) Estimasi aliran kas saham di masa depan. Hal ini dilakukan dengan menentukan
jumlah dan waktu aliran kas yang diharapkan.
5) Estimasi tingkat return yang disyaratkan. Estimasi ini dibuat dengan
mempertimbangkan risiko aliran kas di masa depan dan besarnya return dari
altematif investasi lain akibat pemilihan investasi pada saham, atau disebut
sebagai biaya kesempatan (opportunity cost). Tingkat return yang diharapkan
dari setiap aliran kas bisa bersifat konstan sepanjang waktu atau berubah-ubah.
6) Mendiskontokan setiap aliran kas dengan tingkat diskonto sebesar tingkat
return yang disyaratkan.
7) Nilai sekarang setiap aliran kas tersebut dijumlahkan, sehingga diperoleh nilai
intrinsik saham bersangkutan.

Proses tersebut bisa ditunjukkan dalam gambaran proses dan rumus sebagai
berikut:

0 1 2 t n

CF1 CF2 CFt CFn

PV CF1 k1

PV CF2 k2

kt
PV CFt
kn
PV CFn

Vo
CF1 CF2 +…+ CFt + …+ CF n
V = 1
+
o (1+k ) (1+k (1+k (1+k )n
2 t
) )

1+k
¿
¿ t ¿t
¿
¿
CF t
¿
n
¿∑ ¿
t=1

di mana:
Vo = Nilai sekarang dari suatu saham
CFt = Aliran kas yang diharapkan pada periode t
kt = Return yang disyaratkan pada periode t

n = Jumlah periode aliran kas


Tingkat return yang disyaratkan merupakan tingkat return minimum yang
diharapkan atas pembelian suatu saham. Tingkat return minimum ini juga
menggambarkan besarnya biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu hilangnya
kesempatan memperoleh return dari alternatif Investasi lain akibat keputusan untuk
berinvestasi pada saham.

Komponen lainnya dalam penentuan nilai saham dengan pendekatan nilai sekarang
adalah aliran kas (cash flow). Dalam komponen ini, permasalahannya kemudian adalah:

1. Aliran kas dalam bentuk apa yang akan digunakan dalam penilaian saham,
2. Berapa jumlah aliran kas yang diharapkan, dan
3. Kapan aliran kas terscbut diporoleh.

Aliran kas yang bisa dipakai dalam penilaian saham adalah earning perusahaan.
Dari sudut pandang investor yang membeli saham, aliran kas yang akan diterima
investor adalah earning yang dibagikan dalam bentuk dividen. Penentuan nilai saham
(pendekatan nilai sekarang) dengan menggunakan komponen dividen bisa dilakukan
dengan menggunakan berbagai model berikut ini.

1. Model diskonto dividen merupakan model untuk menentukan estimasi harga


saham dengan mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima di
masa datang. Secara matematis, model ini bisaDdirumuskan sebagai berikut:
D
P̂ = D1 + 3+ D + ...... +
2

0
( 1+ k ) ( 1+ k ) (1+ k) ( 1+ k )
2 3

Dt
ˆP0 = t
(1+ k )
t =1

di mana:

^P0
= Nilai intrinsik saham dengan model diskonto dividen

D1, D2, ... D = Dividen yang akan diterima di masa datang

k = tingkat return yang disyaratkan


Dalam situasi dividen konstan dan tidak mengalami pertumbuhan kita bisa
menggunakan model pertumbuhan nol (zero-growth model). Untuk kasus aliran
dividen yang bertumbuh secara konstan, model yang bisa dipakai adalah
model pertumbuhan konstan (constdut grcrwlli model). Sedangkan untuk saham
yang mengalami pertumbuhan yang tidak konstan, kita bisa menggunakan
model pertumbuhan tidak konstan (nonconstant growth).

2. Model pertumbuhan nol berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan


perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan. Model pertumbuhan nol ini
sebenarnya sarna dengan prinsip perhitungan saham preferens karena dividen
yang dibayarkan diasumsikan selalu satna dan tidak akan mengalamiperubahan
pertumbuhan sepanjang waktu. Rumus untuk menilai saham dengan model ini
adalah:
D
Pˆ =
0 k

di mana, Do adalah dividen yang akan diterima dalam jumlah konstan selama
periode pembayaran dividen di masa datang, dan k adalah tingkat return yang
disyaratkan investor.

3. Model pertumbuhan konstan dipakai untuk menentukan nilai saham, jika


dividen yang akan dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama
waktu tak terbatas, di mana gt+1 = gt untuk semua waktu t. Persamaan model
pertumbuhan konstan ini bisa dituliskan sebagai berikut:
P̂ = D0 ( 1 + g ) +
D0 ( 1 + g ) +
D0 ( 1 + g ) + ...... D ( 1 + g )
2 3 +
0

0
(1+ k) (1+ k ) (1+ k) (1+ k )
2 3

Rumus tersebut bisa disederhanakan menjadi:

^P = Dt
0
k −g

Contoh : Misalkan PT Omega membayarkan dividen Rp 1.000,00, per tahun.


Pertumbuhan dividen direncanakan sebesar 5% per tahun. Tingkat return yang
disyaratkan investor sebesar 15%. Misalnya, harga pasar saham PT Omega
saat ini adalah Rp 10.000,00. Dari data ini kita bisa menghitung nilai intrinsik
atau nilai teoritis saham PT Omega, sebagai berikut:

ˆ 1.000( 1 + 0, 05) 1.050


P0 = = = Rp 10.500, 00
0,15 0, 05 0,10

Jadi, nilai intrinsik saham PT Omega adalah Rp 10.500,00. Jika harga pasar
saham tersebut misal Rp 10.000,00 (di bawah nilai intrinsik), investor sebaiknya
membeli saham tersebut.

4. Model Pertumbuhan Tidak Konstan (Ganda). Asumsi perusahaan akan


membayarkan dividen secara konstan, dalam kenyataannya kadang kala kurang
tepat. Ada saatnya, perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat baik jauh
di atas pertumbuhan normal dan sangat menjanjikan selama beberapa tahun,
tetapi lambat laun menurun terus. Pada beberapa tahun awal selama masa
pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu membayarkan
dividen dengan pertumbuhan di atas normal, dan setelah melewati masa tersebut
pertumbuhan fantastis di tahun awal tersebut, pertumbuhan tingkat dividen yang
dibayarkan perusahaan mungkin akan menjadi lebih rendah dari masa
sebelumnya dan selanjutnya akan bertumbuh secara tetap. Untuk kasus seperti
ini, penentuan nilai saham akan meliputi empat langkah perhitungan:
1) Membagi aliran dividen menjadi dua bagian: (a) bagian awal yang
meliputi aliran dividen yang tidak konstan, dan (b) aliran dividen ketika
dividen mengalami pertumbuhan yang konstan.
2) Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen yang tidak konstan
(bagian awal).
3) Menghitung nilai sekarang dari semua aliran dividen selama periode
pertumbuhan konstan (bagian b). Ingat, perhitungan ini dimulai dengan
aliran dividen pada saat akhir periode bagian awal (dividen terakhir
dari bagian awal).
4) Menjumlahkan kedua hasil perhitungan nilai sekarang dari kedua bagian
perhitungan aliran dividen (bagian a dan bagian b).

Proses untuk menghitung nilai saham dengan menggunakan model


pertumbuhan dividen tidak konstan seperti di atas bisa dilakukan dengan
rumus berikut:
n D (1 + g )t D (1 + g ) 1

0 =
P̂ t + n 0
0 n
t=
1 (1 + k) k g0 (1 + k)
t
di mana:

P0 = nilai intrinsik saham dengan model pertumbuhan tidak konstan n


= jumlah tahun selama periode pembayaran dividen supernormal
D0 = dividen saat ini (tahun pertama)
gt = pertumbuhan dividen supernormal
Dn = dividen pada akhir tahun pertumbuhan dividen supernormalg0
= pertumbuhan dividen yang konstan
k = tingkat return yang disyaratkan investor

1. Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen selama periode pertumbuhan


tidak konstan (PVDtk):
3
PVDtk = 3 t t 2 1.000 ( 1, 2 )
D (1 + g) 1.000 ( 1, 2 ) 1.000 ( 1, 2 )

0 = 2 + + 3
t =1 (t1 + k ) ( 1,15 ) ( 1,15 ) ( 1,15 )

= 1.728
1.200 2.440 +
+
1,15 1,3225 1, 5208

= 1.043 + 1.088,85 + 1.136,19

= Rp 3.268,04

2. Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen pertumbuhan konstan (PV

)
P̂0

PV =
P̂ 1.728( 1,10) 1
0
( 0, 05 0,10 ) ( 1 + 0,15 ) 3

= Rp 38.016 (0,6575)
= Rp 24.996,14
3. Menjumlahkan kedua hasil perhitungan bagian awal dan kedua
= Rp 3.268,04 + Rp 24.996,14
P̂0 = Rp 28.264,66

2. Pendekatan PER

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai di kalangan


analis saham dan para praktisi. Dalam pendekatan PER atau disebut juga pendekatan
multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang
tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau
perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Jika misalnya PER
suatu sanam sebariyak 3 kali berarti harga saham tersebut sama dengan 3 kali nilai
earning perusahaan tersebut. PER ini juga akan memberikan informasi berapa rupiah
harga yang harus dibayar investor untuk memperoleh setiap Rpl,00 earning perusahaan.

Rumus untuk menghitung PER suatu saham adalah dengan membagi harga saham
perusahaan terliadap earning per lembar saham. Secara matematis, rumus untuk
menghitung PER adalah sebagai berikut:

Harga per lembar saham


PER =
Earning per lembar saham

Dengan demikian, variabel-variabel yang mempengaruhi PER atau disebut juga


sebagai faktor-faktor plier earning adalah:

1. Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio/DPR), yaitu D,/E,.


2. Tingkat return yang disyaratkan investor dari saham bersangkutan (k).
3. Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan dari saham tersebut (g).

Kedua pendekatan tersebut masing-masing mendasarkan diri pada konsep dasar


ilmu investasi yaitu konsep nilai sekarang (present value). Perbedaannya adalah bahwa
secara teoritis, pendekatan diskonto dividen lebih baik dibanding pendekatan PER,
sedangkan di sisi lainnya pendekatan PER lebih populer digunakan oleh para analis
dibanding pendekatan diskonto dividen karena lebih mudah menggunakannya.
3. Penilaian Saham Lainnya
Terdapat tiga pendekatan lainnya yang bisa dipakai investor untuk menentukan
nilai saham, diantaranya:
1. Rasio Harga Terhadap Nilai Buku
Hubungan antara harga pasar saham dan nilai buku per lembar saham bisa
juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham,
karena secara teoritis, nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai
bukunya. Rasio harga terhadap nilai buku ini kebanyakan digunakan untuk
menilai saham-saham sektor perbankan, karena aset-aset bank biasanya
memiliki nilai pasar dan nilai buku yang relatif sama. Idealnya, harga pasar
saham bank jika dibagi dengan nilai buku asetnya akan mendekati 1. Tetapi,
jika ternyata bank tersebut misalnya banyak menghadapi masalah kredit macet
yang tidak bisa ditagih lagi, tentu saja rasio harga/nilai bukunya akan lebih kecil
dari 1. Tapi di sisi lain, bisa saja terjadi bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1,
terutama jika bank tersebut mengalami pertumbuhan yang meyakinkan
atau sedang menjadi target merger dengan beberapa bank.
2. Rasio Harga Terhadap Aliran Kas
Pendekatan lainnya dalam penilaian saham adalah pendekatan rasio harga
saham/aliran kas. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan pelengkap bagi
pendekatan PER yang telah kita bahas sebelumnya. Pendekatan ini
mendasarkan diri pada aliran kas perusahaan, bukannya earning perusahaan.
Hal ini disebabkan karena aliran kas perusahaan lebih relevan dibanding data
earning menurut laporan secara akuntansi.
3. Economic Value Added (EVA).
Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adaiah dengan
menghitung economic value added (EVA) suatu perusahaan. EVA adaiah
ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah
(value added) bagi perusahaan. Asumsinya adaiah bahwa jika kinerja mana-
jemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka
akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. EVA dihitung
dengan mengurangkan keuntungan operasi perusahaan dengan biaya modal
perusahaan, baik untuk biaya utang (cost of debt) maupun modal sendiri (cost
of equity). Jika perbedaan tersebut positif, berarti ada nilai tambah bagi
perusahaan, dan ini biasanya akan direspons oleh meningkatnya harga saham.
Demikian pula sebaliknya jika EVA negatif berarti perusahaan mengalami
penurunan kinerja, yang biasanya akan direspons dengan penurunan harga
saham perusahaan.
Secara metematis, rumus untuk menghitung EVA suatu perusahaan bisa
dituliskan sebagai berikut:
EVA = Laba bersih operasi setelah dikurangi pajak - besarnya biaya
modal operasi dalam rupiah setelah dikurangi pajak.
EVA = [EBIT (1 - pajak)] - [(modal operasi) (persentase biaya modal
setelah pajak)]

Anda mungkin juga menyukai