Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

PABRIK PENGOLAHAN MINYAK GORENG


KELAPA SAWIT

HESTI CLAUDIA
CGA 118 043
KELOMPOK VII (TUJUH)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021

2
NAMA-NAMA KELOMPOK VII (TUJUH)

NAMA NIM
RITA CGA 118 047
STEFANI MILENIA CGA 118 041
HESTI CLAUDIA CGA 118 043
HERMANDO SILITONGA CGA 118 038
YONATHAN RUDIKAN CGA 118 044

2
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN


BAHAN

PABRIK PENGOLAHAN MINYAK GORENG KELAPA


SAWIT

Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikum pada :


Hari :.....................
Tanggal :.....................

DOSEN PENGAMPU

Ir. Muliansyah, M.Si


NIP.19630908 199302 1 001

2
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK....................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum....................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tipe-tipe Tata Letak................................................................... 3
2.2 Langkah-langkah Perencanaan Tata Letak Pabrik..................... 4
2.3 Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit..................... 22
2.4 Proses Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit..................... 28
2.4 Diagram Proses Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit...... 28
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan Dan Alat......................................................................... 29
3.1 Prosedur Praktikum................................................................... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .......................................................................................... 21
4.1 Pembahasan................................................................................ 21
V. PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam dunia industri manufaktur, tata letak secara nyata mempunyai peran
penting dalam meningkatkan kapasitas produksi terutama menyangkut efisiensi
waktu, tempat, dan biaya. Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak
fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan
mesin-mesin, bahan-bahan perlengkapan untuk operasi, dan semua peralatan yang
digunakan dalam proses operasi. (James M.Apple, 1990).

Tata letak pabrik adalah rancangan fasilitas, menganalisis tata letak,


membentuk konsep, serta mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa.
Rancangan ini digambarakan sebagai rancangan lantai, dalam satu susunan fasilitas
fisik (perlengkapan, tanah, gedung dan sarana lain) agar dapat mengoptimalkan
hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang
diperlukan untuk mecapai tujuan secara ekonomis dan aman [1], selain itu tata letak
fasilitas merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang
kelancaran proses produksi[2].

I.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan Praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan yang berjudul
Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana menentukan sebuah lokasi dan
tata letak fasilitas pabrik pengolahan minyak goreng
2. Mengetahui dan memahami perhitungan kebutuhan fasilitas produksi dan
kebutuhan luas lantai.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tipe-tipe Tata Letak

Tipe tata letak fasilitas diperlukan sebagai dasar dari perancangan pabrik dan
penentu keberhasilan strategi manufaktur yang telah ditetapkan. Secara umum, ada
empat tipe tata letak, yaitu tata letak produk (product layout), tata letak proses
(process layout), tata letak lokasi tetap (fixed location layout), dan tata letak grup
teknologi (group technology  layout).

a. Product Layout

Tata letak produk umumnya digunakan untuk pabrik yang memproduksi satu
macam produk atau kelompok produk dalam jumlah yang besar dan waktu produksi
yang lama. Prinsip tata letak produk adalah machine after machine dimana mesin
disusun berdasarkan urutan proses yang ditentukan pada pengurutan produksi. Tujuan
utama tata letak produk adalah mengurangi proses pemindahan bahan dan
memudahkan pengawasan dalam aktivitas produksinya. 

Keuntungan tata letak proses, yaitu:

1. Utilisasi mesin umumnya sangat baik sehingga mesin yang dibutuhkan


sedikit.
2. Fleksibilitas yang tinggi sehubungan dengan peralatan atau alokasi tenaga
kerja untuk tugas yang spesifik.
3. Pada umunya, mesin yang digunakan tidak memerlukan investasi yang tinggi.
4. Perubahan tugas yang dikerjakan oleh operator dapat memberikan kepuasan
bagi operator.
5. Memungkinkan untuk supervisor khusus.

2
Kelemahan tata letak proses, yaitu:

1. Aliran material yang lebih panjang menyebabkan biaya pemindahan bahan


tinggi.
2. Perencanaan produksi dan sistem kontrol lebih banyak dilakukan.
3. Total waktu produksi umumnya lebih lama.
4. Proses memerlukan lebih banyak inventori.
5. Ruangan dan modal lebih banyak pada work in process.
6. Proses membutuhkan keterampilan pekerja yang tinggi untuk mengoperasikan
berbagai mesin.
b. Process Layout

Tata letak berdasarkan proses merupakan metode pengaturan dan


penempatan fasilitas dimana fasilitas yang memiliki tipe dan spesifikasi yang
sama ditempatkan ke dalam satu departemen. Tipe layout ini diperoleh
dengan pengelompokkan seperti pemrosesan bersama dan penempatan
departemen proses terhadap yang lain berdasarkan aliran antar
departemennya.

Keuntungan tata letak proses, yaitu:

1. Utilisasi mesin umumnya sangat baik sehingga mesin yang dibutuhkan


sedikit.
2. Fleksibilitas yang tinggi sehubungan dengan peralatan atau alokasi tenaga
kerja untuk tugas yang spesifik.
3. Pada umunya, mesin yang digunakan tidak memerlukan investasi yang tinggi.
4. Perubahan tugas yang dikerjakan oleh operator dapat memberikan kepuasan
bagi operator.
5. Memungkinkan untuk supervisor khusus.

2
Kelemahan tata letak proses, yaitu:

1. Aliran material yang lebih panjang menyebabkan biaya pemindahan bahan


tinggi.
2. Perencanaan produksi dan sistem kontrol lebih banyak dilakukan.
3. Total waktu produksi umumnya lebih lama.
4. Proses memerlukan lebih banyak inventori.
5. Ruangan dan modal lebih banyak pada work in process.
6. Proses membutuhkan keterampilan pekerja yang tinggi untuk mengoperasikan
berbagai mesin.

c. Fixed Layout

Tata letak dari fixed material berbeda dari tipe layout yang lain. Pada
layout yang lain, material dibawa menuju workstation, sementara fixed
material workstation yang dibawa menuju material. Layout ini digunakan
pada perakitan pesawat, pembuatan kapal, dan masih banyak yang lainnya.
layout dari fixed material melibatkan urutan dan penempatan stasiun kerja di
sekitar material. Tipe fixed location layout mengkondisikan bahwa material
tetap pada posisinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, peralatan, dan
komponen-komponen pembantu lainnya bergerak menuju lokasi material atau
komponen produk utama.

Keuntungan tata letak berdasarkan lokasi tetap, yaitu:

1. Pergerakan material dapat dikurangi.


2. Peluang mendapatkan penghrgaan atas pekerjaan tim atau individu cukup
terbuka.
3. Tanggung jawab tim tinggi.

2
4. Sangat fleksibel atas perubahan produk desain maupun perubahan volume
produksi.
5. Bebas dalam menentukan jadwal dan dapat mencapai waktu produksi total
minimum.
6. Menyediakan kesempatan job enrichments
7. Mengedepankan kebanggaan dan kualitas karena masing-masing individu
dapat menyelesaikan ”whole job”.

Kelemahan tata letak fixed location layout, yaitu:

1. Pergerakan operator dan material sangat banyak.


2. Duplikasi peralatan sering terjadi.
3. Operator membutuhkan skill tinggi.
4. Supervisor umum dibutukan.
5. Penempatan material dan mesin susah dan mahal.
6. Utilisasi peralatan rendah.
7. Membutuhkan peningkatan ruang dan work-in-process yang lebih besar
8. Membutuhkan kontrol yang dekat dan koordinasi dengan jadwal produksi

d. Group Technology

Prinsip tata letak tipe ini adalah mengelompokkan produk atau


komponen yang akan dibuat berdasarkan kesamaan dalam proses.
Pengelompokkan ini mengakibatkan mesin dan fasilitas produksi lainnya
ditempatkan dalam sebuah sel manufaktur karena setiap kelompok memiliki
urutan proses yang sama.

Tujuan tipe tata letak group technology adalah menghasilkan efisiensi yang tinggi


dalam proses manufakturnya. Selain itu, tata letak tipe ini dapat menjawab
keterbatasan tata letak proses dan mengeksplorasi kelebihan tata letak produk.

2
Keuntungan tata letak Group Technology, yaitu:

1. Meningkatkan utilisasi mesin.


2. Gabungan antara product layout dan process layout dengan beberapa
keuntungan.
3. Mendukung penggunaan peralatan yang umum.
4. Aliran material lebih pendek daripada process layout.

Kelemahan tata letak group technology, yaitu:

1. Membutuhkan supervisor umum.


2. Membutuhkan skill pekerja yang tinggi.
3. Gabungan antara product layout dan process layout dengan beberapa batasan.
4. Tergantung pada keseimbangan aliran material antarsel serta
membutuhkan buffer dan ruangan barang work in process.
5. Utilisasi mesin rendah.

2.2 Langkah-langkah Perencanaan Tata Letak Pabrik

Tata letak pabrik berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan
pengaturan letak dari pada mesin-mesin, peralatan, aliran bahan, dan orang-
orangyang bekerja di tiap-tiap stasiun kerja yang ada.

Secara umum, pengaturan daripada semua fasilitas produksi direncakan sehingga


diperolah:

 Transportasi yang minimum dari proses pemindahan bahan


 Meminimumkan gerakan balik yang tidak perlu
 Pemakaian area yang minimum
 Pola aliran produksi yang terbaik
 Keseimbangan penggunaan luas area yang dimiliki

2
 Keseimbangan dalam lintasan area perakitan
 Kemungkinan dan fleksibilitas untuk menghadapi ekspansi di masa
mendatang.
Proses pengaturan segala fasilitas produksi dibedakan atas:

 Pengaturan Tata Letak Mesin dan Fasilitas, adalah pengaturan semua mesin
dan fasilitas yang diperlukan untuk proses produksi di dalam tiap departemen
dari pabrik yang ada.
 Pengaturan Tata Letak Departemen, adalah pengaturan bagian atau
departemen serta hubungannya antara satu dengan yang lainnya di dalam
pabrik.
Langkah-langkah dalam perencanaan tata letak pabrik:

 Analisa Produk. Menganalisa macam dan jumlah produk yang harus dibuat
menggunakan pertimbangan kelayakan teknis dan ekonomis.
 Analisa Proses. Menganalisa macam dan urutan proses pengerjaan produksi
yang telah ditetapkan untuk dibuat.
 Sigi dan Analisa Pasar. Mengidentifikasi macam dan jumlah produk yang
dibutuhkan oleh konsumen. Informasi ini digunakan untuk menentukan
kapasitas produksi yang berikutnya dapat member keputusan tentang
banyaknya mesin dan fasilitas produksi yang diberikan.
 Analisa Macam dan Jumlah Mesin/Equipment dan Luas Area yang
Dibutuhkan. Dengan memperhatikan volume produk yang akan dibuat, waktu
standard, jam kerja dan efisiensi mesin maka jumlah mesin dan fasilitas yang
diperlukan (juga operator) dapat dihitung. Untuk selanjutnya luas area, stasiun
kerja, kebutuhan area, jalan lintasan dapat di tentukan agar proses berlangsung
dengan lancer.
 Pengembangan Alterantif Tata Letak. Sebelum menentukan tata letak terbaik
yang harus dipilih, terlebih dahulu dilakukan pengembangan alternative
dengan mempertimbangkan:

2
1. Analisa ekonomi didasarkan macam tipe layout yang dipilih
2. Perancanaan pola aliran material yang harus dipindah dari satu proses ke
proses berikutnya
3. Pertimbangan yang terakait dengan luas area, kolom bangunan, struktur
4. organisasi, dan lain-lain.
5. Analisi aliran material dengan memperhatikan volume, frekwensi dan jarak
perpindahan material sehingga diperoleh total biaya yang paling minimum.
6. Perancangan Tata Letak Mesin dan Departemen Dalam Pabrik. Hasil analisa
terhadap layoutdipakai dasar pengaturan fasilitas fisik dan pabrik dan
pengaturan departemen penunjang.

Perencanaan Tata Letak Pabrik (Ptlp) Lebih Dalam


Dalam PTLP ini pada dasarnya akan meupakan proses pengurutan dari suatu
perencanaan tata letak yang sistematis. Urutan proses tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Pemilihan Lokasi
2. Opeation Process Chart (OPC)
3. Routing Sheet
4. Multi Product Process Chart (MPPC)
5. Menentukan Gudang
6. Ongkos Material Handling (OMH)
7. From To Chart (FTC)
8. Outflow, Inflow
9. Tabel Skala Prioritas (TSP)
10. Activity Relationship Diagram (ARD)
11. Activity Relationship Chart (ARC)
12. Area Alocation Diagram (AAD)
13. Template

2
Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu tempat atau lokasi
yang tepat untuk suatu perisahaan atau perkantoran atau lokasi untuk tujuan tertentu,
dengan memperhitungkan kelebihan dan kekurangan lokasi tersebut. Dalam
pemilihan lokasi kita akan membandingkan suatu lokasi dengan lokasi lainnya,
berdasarkan nilai break even point lokasi tersebut.

2.3 Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit

Pabrik kelapa sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah TBS sebagai
bahan baku menjadi CPO (crude palm oil) dan inti sawit dengan menggunakan
berbagai tahapan-tahapan proses pengolahan dari mulai stasiun penerimaan bahan
baku, perebusan, pemipilan, pengempaan, pemurnian minyak. Dalam tahapan-tahan
proses pengolahan tersebut sangat mengedepan kan pencapaian rendemen dan mutu.
Dari kedua produk dan hasil olahan pabrik kelapa sawit (PKS) tersebut terdapat
perbedaan angka rendemen yang sangat jauh berbeda. Dimana rendemen CPO selalu
menjadi rendemen premier, sedangkan rendemen PKO selalu menjadi rendemen
sekunder. Padahal jika rendemen inti (kernel) dapat ditingkatkan lagi, maka akan
menambah keuntungan bagi perusahaan.

Kebanyakan pabrik kelapa sawit pada saat ini menggunakan breakdown


maintenance. Yaitu perbaikan yang dilakukan tanpa adanya rencana terlebih dahulu.
Dimana kerusakan terjadi secara mendadak pada suatu alat mesin yang sedang
beroperasi, yang mengakibatkan kerusakan bahkan hingga alat tidak dapat beroperasi.
Mereka pada umumnya hanya melakukan pergantian, pelumasan, pembersihan, dan
jarang melakukan analisis penyebab masalah. Salah satu metode maintenance adalah
dengan carapredictive maintenance cara ini adalah menganalisa kegagalan material
atau proses pemeliharaannya dilakukan pada saat belum terjadi kerusakan pada alat
atau mesin. Beberapa metode untuk menganalisa kerusakan material adalah uji

2
kekerasan, uji tari, uji komposisi kimia, uji analisa metalografi, dan metode pengujian
bending.

2.4 Proses Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit


1. Pengumpulan Buah Kelapa Sawit
Tandan buah segar (TBS) yang telah matang dan memiliki mutu baik
dipanen. Setelah itu, TBS tersebut dibawa ke pabrik pengolahan kelapa sawit.
2. Perebusan Buah Kelapa Sawit
TBS diolah dengan uap air panas bertekanan 2,2 hingga 3 kilogram
per centimeter untuk sekitar 90 menit. Proses ini dilakukan untuk membunuh
enzim yang dapat merusak hasil dari minyak tersebut dan juga memudahkan
proses perontokan inti buah dari cangkangnya.
3. Perontokan Buah
TBS yang telah berada di pabrik, pada umumnya masih tertancap pada
tangkainya, hingga buah perlu dilepaskan dari tangkainya. Setelah melalui
proses sebelumya yang mempermudah perontokan, buah dilepaskan dengan
metode bantingan yang dilanjutkan dengan penggunaan mesin therser untuk
memisahkan buah dari brondongnya.
4. Pemerasan Daging Buah
Sebelum buah dapat diperas, ia akan diberikan tekanan uap bersuhu 80
sampai 90 derajat guna melepaskan biji buah dari daging buahnya. Setelah itu,
daging buah akan dimasukan ke dalam mesin pengompres yang akan
memeras buah tersebut dan menghasilkan minyak kasar yang masih
bercampur dengan daging buah atau ampas buah.
5. Penyaringan Minyak Kasar
Minyak kasar yang dihasilkan oleh mesin pengompres akan disaring
dengan memasukkannya ke dalam crude oil tank yang bertugas memisahkan
ampas dan minyak. Ampas yang terkumpul pada saringan akan diolah lagi

2
menggunakan mesin Depericarper untuk mendapatkan kandungan minyak
yang masih terdapat didalamnya.
6. Pemisahan Minyak Dengan Air
Pada proses ini, minyak yang telah tercampur dengan air dari uap akan
dipisahkan. Proses pemisahan berurut, mengikuti fase minyak dan sesuai
dengan kadar minyak yang ada. Pada fase ringan, minyak, air, dan massa jenis
minyak ditampung pada continuous setting tank yang kemudian akan di bawa
ke oil tank. Sedangkan fase berat berisi minyak, air, dan massa berat
ditampung pada sludge tank dan kemudian dibawa ke sludge separator untuk
memisahkan minyak dari airnya. 
7. Pemurnian Minyak
Minyak yang telah terpisah dengan air belum 100 persen bebas air,
hingga masih membutuhkan proses pemurnian lagi. Minyak dimasukkan ke
dalam vacuum dryer yang untuk membuang kandungan air yang masih ada
hingga volume minyak minimal atau di bawah ambang batas. Minyak yang
telah melewati vacuum dryer, ini sudah dianggap sebagai minyak murni, dan
dimasukkan ke dalam oil storage tank untuk kemudian dibawa ke bagian
pengemasan. Pemurnian minyak juga umumnya dilakukan dua kali proses
penyulingan sehingga dapat menghasilkan minyak goreng yang lebih jernih.

2
2.5 Diagram Proses Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit

Berikut adalah diagram proses pengolahan minyak goreng sawit:

Pengumpulan buah
kelapa sawit Perebusan buah Perontokan buah

Penyaringan minyak Pemerasan daging


kasar buah

Pemisahan minyak
dengan air

Pemurnian minyak Penyulingan

Pengemasan

2
III. METODE PRAKTIKUM

I.1 Bahan Dan Alat


Adapun bahan dan peralatan yang digunakan pada praktikum Tata Letak Dan
Penanganan Bahan dengan judul Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit
yaitu alat tulis, pulpen, kertas double folio untuk mencatat data, stop watch, dan
meteran.

I.2 Prosedur Praktikum


Adapun metode yang digunakan pada Praktikum Tata Letak Dan Penanganan
Bahan dengan judul Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit, yaitu sebagai
berikut:
1. Praktikum meliputi kunjungan lapangan (berkunjung kesebuah perusahaan
atau industry) untuk memperoleh data-data yang diperlukan, namun karena
tidak memungkinkan untuk datang kelokasi maka data diambil melalui
literature atau pustaka-pustaka yang ada di internet.
2. Pengumpulan data menggunakan metode observasi sekunder (data diambil
dari literature dan pustaka-pustaka yang ada diinternet berupa jurnal,
majalah, buku dan lain sebagainya).
3. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur waktu dan jarak semua
kegiatan diperusahaan tersebut dengan tujuan untuk mempelajari tata letak
industry tersebut dan permasalahannya.
4. Pencatatan data atau informasi meliputi data P, R, Q, dan S. P (Produk)
meliputi bahan baku dan bahan pembantu untuk membuat produk. R
(Routing), meliputi data urutan proses di pabrik tersebut. Q (Quantity)
menyatakan jumlah dan volume dari bahan atau produk yang sedang
diproduksi. S (Service Area) untuk setiap kegiatan yang menopang operasi
dan data proses produksi, seperti gudang, toilet, kantor dan lain sebagainya.

2
5. Merancang aliran produksi untuk mempermudah tahapan analisa data,
dengan pembuatan diagram perakitan aliran bahan, pembuatan bagan proses
dan pembuatan bagan aliran proses produksi.

2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil

Kebutuhan Ruang Fungsi Ruang


Fasilitas utama Pos penerimaan bahan baku, gudang bahan baku,
bangunan produksi, laboratorium, gudang bahan
baku
Fasilitas pengelolaan Kantor pengelola
Fasilitas penunjang Bak penampungan limbah, bengkel, restaurant,
rumah sakit/klinik kesehatan
Fasilitas servis Toilet, pos keamanan, gedung genset, gedung
pompa air, gedung kontrol limbah
Fasilitas outdoor Plaza dan parkiran

Proses pengumpulan data secara keseluruhan yaitu :


Analisis luas secara keseluruhan
TLS = 35,096 m2
BCR = max 40%
Sempadan jalan = 4 m
Luas sempadan jalan = 2.332 m2
Sempadan bangunan = 1.260 m2
Total luas sempadan = 3.592 m2
TLSE = TLS – Total luas sempadan
= 35.096 – 3.592
= 31.504 m1 (3.1 ha)
Lantai dasar bangunan = BCR 40 % x TLSE
= 0,4 x 31.504
= 12.601,6 m2
Sisanya adalah 60% untuk ruangan luar

2
Ruangan luar = 0,6 x 31.504
= 18902,4 m2

Gambar. Data Site

IV.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa Pabrik Minyak Goreng mempunyai ruangan
yang memadai sesuai dengan ungsi nya. Hal ini sangat membantu kecepatan produksi
ninyak kelapa sawit menjadi minyak goreng. Namun dari data yang di dapat, yaitu
sebagai berikut: TLS = 35,096 m2, BCR = max 40%, Sempadan jalan = 4 m, Luas
sempadan jalan = 2.332 m2, Sempadan bangunan = 1.260 m2, Total luas sempadan =
3.592 m2, TLSE = TLS – Total luas sempadan = 35.096 – 3.592 = 31.504 m1 (3.1 ha)
Lantai dasar bangunan = BCR 40 % x TLSE = 0,4 x 31.504 = 12.601,6 m.2
Dan sisanya adalah 60% untuk ruangan luar. Ruangan luar = 0,6 x 31.504 = 18902,4
m.2 Sehingga memungkinkan jika ingin menambah luar Pabrik agar produksi minyak
goreng dapat lebih meningkat lagi.

2
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan

Berdasarkan pendeskripsian pada hasil penelitian dan pembahasan yang


tercantum pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:

1. Tata letak fasilitas produksi yang digunakan sudah efektif karena mudah dalam
pengaturan fasilitas produksi yang terletak di dalam pabrik minyak tersebut.

2. Tata letak fasilitas menjadikan pekerjaan lebih terarah dan tidak berantakan. Di
samping itu aspek pengawasannya yang relatif mudah serta dapat mengefesienkan
waktu dalam proses produksi sehingga tidak terjadi pemborosan waktu dalam
pembuatan minyak goreng.

2
DAFTAR PUSTAKA

Marie, I.A., dan Chaiyadi, T.N., 2015. Perancangan Tata Letak Pabrik Dan Analisis
Ekonomi Pada Pt Xyz Extension.

Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Vol. 3 No 1. 363 Handoko, H.T. 2016. Dasar- Dasar
Manajemen Produksi dan Operasi. Jilid I. BPFE Yogyakarta: Yogyakarta. Yamit,
Zulian. 2003.

Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi II. Ekonisia: Yogyakarta. Nur, Rusdi dan
Suyuti, M.A. 2017. Pengantar Sistem Manufaktur.

Apple, J. M., 1990, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Institut Teknologi
Bandung.

Wignjosoebroto, Sritomo (1996). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan edisi
ketiga. Guna Widya, Surabaya.

Susetyo, J, Simanjuntak, R. A dan Ramos, J. M. (2010). Perancangan Ulang Tata


Letak Fasilitas Produksi Dengan PendekatanGroup Technology Dan Algoritma
Blocplan Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling. Jurnal Teknologi, 3(1): 75-
84

Anda mungkin juga menyukai