Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Disusun Oleh :

I Wayan sumado
2021032034

CI LAHAN CI INSTITUSI

Arif Ramli, S.Kep., Ns Ns. Nyoman Elfiyunai, S.Kep., M.Kes

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
TA. 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Konsep medis

1. Definisi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin,
2003). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
2. Anatomi Fisiologi

a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya
terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada
linea midclavicular.Hubungan jantung adalah:
1) Atas                 : pembuluh darah besar
2) Bawah             : diafragma
3) Setiap sisi        : paru
4) Belakang         : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri
terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta
dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin
(untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan
tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung
ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm (1 inci) memiliki banyak sekali cabang
yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan
arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol
mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan
darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding
yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan
terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic
dan termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat
gembur yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding
arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh
darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila
terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung
dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka
pembuluh darah utama. Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus.
Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm.
Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di
ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh
darah arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai
empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem
retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung
dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan. Saluran Limfe
mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang
ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe
sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna
satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110) Vena merupakan pembuluh
darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung.
Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga
mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai  dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik
91-94 mmHg
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
a. Diastolik
1) < 85 mmHg                 : Tekanan darah normal
2) 85 – 99                        : Tekanan darah normal tinggi
3) 90 -104                        : Hipertensi ringan
4) 105 – 114                    : Hipertensi sedang
5) >115                            : Hipertensi berat
b. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
1) < 140 mmHg               : Tekanan darah normal
2) 140 – 159                    : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
3) > 160                           : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina),
ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam
kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang
berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam
beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai
hari).
4. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi.


b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
e. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
f. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
g. Kegemukan atau makan berlebihan
h. Stress
i. Merokok
j. Minum alcohol
k. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
b. Glomerulonefritis
c. Pielonefritis
d. Nekrosis tubular akut
e. Tumor
f. Vascular
g. Aterosklerosis
h. Hiperplasia
i. Trombosis
j. Aneurisma
k. Emboli kolestrol
l. Kelainan endokrin
m. DM dll
5. Faktor Resiko
a. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
b. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
c. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti
merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.
e. Factor emosional dan tingkat stress
f. Gaya hidup yang monoton
g. Sensitive terhadap angiotensin
h. Kegemukan
i. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

6. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal,
maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen.
Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi
pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan
menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
7. Pathways
8. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

9. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
1) Pemekaran pembuluh darah
2) Perdarahan
3) Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
1) Malam banyak kencing
2) Kerusakan sel ginjal
3) Gagal ginjal
c. Jantung
1) Membesar
2) Sesak nafas (dyspnoe)
3) Cepat lelah
4) Gagal jantung

10. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana)
untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan ginjal.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
11. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat 
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
b. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 –
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan
paling baik 5 x perminggu
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
3) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
 Dosis obat pertama dinaikkan
 Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
 Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
 Obat ke-2 diganti
 Ditambah obat ke-3 jenis lain
d) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
 Ditambah obat ke-3 dan ke-4
 Re-evaluasi dan konsultasi
 Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan
cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan
darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah
atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan
mengukur memakai alat tensimeter Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa
didiskusikan lebih dahulu Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara
hidup penderita Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat
untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan
sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan
pengobatan hipertensi.

11. Cara Pencegahan


a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi
pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang
berlebihan dianjurkan untuk:
1) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
3) Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
4) Batasi aktivitas.
Perawatan Hipertensi
- Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).
- Batasi pemakaian garam.
- Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan
hipertensi dalam keluarga.
- Tidak merokok.
- Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
- Hindari minum kopi yang berlebihan.
- Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
- Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.
Bagi yang sudah sakit
Berobat secara teratur.
Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk
dokter.
Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain
karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan, kunci
utamanya adalah :
- Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
- Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
- Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
 
12. Diet Hipertensi
a. Perbedaan Diet Dengan Makanan Biasa
1) konsumsi lemak dibatasi
2) konsumsi Cholesterol dibatasi
3) konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4) Makanan yang boleh dikonsumsi
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1) Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
2) Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek
paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
3) Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
4) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5) Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang
panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
6) Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.

7) Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram
perhari.
8) Minuman
Thea encer, coklat encer, juice buah.
c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
1) Makanan yang banyak mengandung garam
o Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
o Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden ikan
teri, telur asin.
 o Keju, margarine dan mentega.
2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol
    Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.
3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
o Lemak hewan: sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.
o Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
4) Makanan yang banyak menimbulkan gas
    Kool, sawi, lobak, dll.
d. Bagaimana Mengatur Diit
1) Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega sebagai
pengganti gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2) Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap
kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
3) Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4) Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5) Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola, limun,
permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.

e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi


Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional
untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan
kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek
samping yang tidak diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:
1) Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga bisa
menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu
buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas
sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi,
lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini
dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada
air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya
gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya lebih banyak.
2) Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai halus, saring
dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan
selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada
di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan
tekanan darah.    
3) Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi dan
sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman karena
mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus
atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut
larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali
makan.
4) Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama dengan
buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas memakai kain
kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari
secara teratur
5) Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih.
Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari,
satu gelas lagi diminum sore hari.
6) Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7) Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
8) Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar pada proses keperawatan. Pengkajian
keperawatan adalah proses melakukan pemeriksaan/penyelidikan yang dilakukan oleh
perawat untuk mempelajari keadaan pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan
sebagai bahan dasar pengambilan keputusan klinik keperawatan.
a. Identitas Klien Bagian ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor registrasi,
agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, tanggal MRS, dan
diagnosa medis.
b. Keluhan utama : hal yang mendasari mengapa klien di bawah ke rumah sakit.
Biasanya ditemukan kesulitan tidur karena adanya nyeri kepala, stress/cemas,
lingkungan yang bising, dan penggunaan obat-obatan yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas tidur.
c. Riwayat penyakit sekarang: Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengkajian
riwayat kesehatan yang kaji dari awal klien mengalami sakit, selama sakit, sampai
pengkajian di rumah sakit. yaitu mengidentifikasi penyebab terjadinya gangguan
pada kuantitas dan kualitas tidur (sakit kepala, cemas/stress). Mengkaji kualitas
tidur (nyenyak, tidur dalam, pulas), kuantitas tidur pasien (berapa jumlah jam
tidur pasien dalam satu hari), serta pola tidur pada siang dan malam hari.
d. Riwayat penyakit dahulu Terdapat riwayat penyakit hipertensi sebelumnya atau
adanya penyakit lainnya seperti gagal ginjal
e. Riwayat kesehatan keluarga: Keluarga yang memiliki riwayat hipertensi
diperkirakan sekitar 15-35%. Suatu penelitian membuktikan bahwa pada orang
kembar, hipertensi dapat terjadi pada laki-laki sekitar 60% dan perempuan sekitar
30-40%. Hipertensi yang terjadi pada orang dibawah usia 55 tahun terjadi 3,8 kali
lebih sering pada orang dengan yang memiliki riwayat keluarga dengan
hipertensi.
f. Riwayat Lingkungan : Riwayat pengkajian lingkungan merupakan pengkajian
untuk mengkaji keadaan lingkungan tempat tinggal sekitar yang bertujuan
mengetahui apakah ada hal – hal yang dimungkinkan menjadi penyebab
terjadinya penyakit.

g. Pola Fungsi Kesehatan


 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah
pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut
mengganggu aktivitas pasien.
 Pola aktivitas dan latihan
Kaji keluhan saat beraktivitas. Biasanya terjadi perubahan aktivitas sehubungan
dengan gangguan fungsi tubuh.
 Pola nutrisi dan metabolic
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi, siang dan
malam). Nutrisi Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual muntah dan terdapat perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun). Riwayat penggunaan obat-obatan diuretik. Berat badan
normal atau obesitas, terdapat edema, glikosuria.
 Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya Berapa
kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi. Serta tanyakan adakah
masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk
miksi dan defekasi.
 Pola istirahat dan tidur
Tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien. Dan bagaimana perasaan
klien setelah bangun tidur, apakah merasa segar atau tidak.
 Pola kognitif persepsi
Kaji status mental klien, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien
dalam memahami sesuatu, tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah,
nada bicara klien, dan identifikasi penyebab kecemasan klien
 Pola sensori visual
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
 Pola toleransi dan koping terhadap stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri ). Kemudian kaji keadaan emosi klien sehari-hari dan bagaimana
klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Tanyakan pakah ada
penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya
dengan orang-orang terdekat, apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan dan tanyakan apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
 Persepsi diri/konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah
kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya. Kemudian tanyakan
apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut,
apakah ada hal yang menjadi pikirannya.
 Pola seksual dan reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya, kapan
klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause,
apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan
seks.
 Pola nilai dan keyakinan
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama
serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
h. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Dari keadaan dapat di ketahui keadaan klien secara umum,
apabila klien sakit ringan, sedang, berat
 Kesadaran : Untuk mengetahui seberapa besar kesadaran klien saat ini, apakah
klien sedang sadar benar atau koma.
 Tanda – tanda vital : Untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan
system.
 Antropometri : Untuk mengetahui tinggi dan berat badan klien
 Kulit, rambut, dan kuku : Biasanya pada penderita diabetes akan ditemukan
kulit panas, kering dan kemerahan, turgor jelek, pembesaran tiroid, demam,
diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus
 Kepada dan leher : Meliputi pengkajian kepala, mata, telinga, hidung, mulut,
dan leher
 Toraks dan paru – paru : Meliputi Pengkajian keadaan torak dan pengkajian
keadaaan jantung.
 Abdomen
Inspeksi: Identifikasi kondisi kulit: warna, elastisitas, kelembaban, jaringan
parut, ada tidaknya strie, lesi, jejas, dan kondisi vascular (spider nervi)
Auskultasi: dengarkan bising atau peristalik usus di semua kuadran abdomen
(normal: 5-34x/menit
Perkusi: orientasi abdomen secara umum: lakukan perkusi ringan pada seluruh
dinding abdomen secara sistematis untuk mengetahui distribusi daerah timpani
dan redup (dullness)
Palpasi: mengetahui adanya spasme ringan, nyeri tekan, pembesaran organ dan
massa.
 Genitalia dan sekitar anus
Inspeksi: Kaji kebersihan genetalia dan anus serta penyebaran rambut pubis.
Palpasi: Adakah nyeri tekan dan benjolan abnormal.
i. Pemeriksaan Penunjang
Selain pemeriksaan tekanan darah, penderita hipertensi perlu melakukan
serangkaian pemeriksaan laboratorium dan elektromedis secara rutin.

Manfaat Pemeriksaan Laboratorium diperlukan untuk Deteksi Dini Komplikasi


pada Hipertensi

 Mencari kemungkinan penyebab terjadinya hipertensi


 Menilai ada tidaknya komplikasi dan kerusakan organ target
 Memperkirakan prognosis dan perjalanan penyakit
 Menentukan adanya faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. 

Pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya kerusakan target Organ Ginjal :

 Urine lengkap
 Glukosa darah puasa
 HbA1C
 Ureum
 Creatinin
 Asam Urat
 Cystatin C
 Microalbumin urin
 Elektrolit : Natrium & Kalium

Pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya risiko Penyakit Cardiovaskuler :

 Profil lemak
 Apo B
 Hs-CRP
 EKG
 Echocardiography
 Treadmill 

Persiapan pemeriksan dan bahan pemeriksaan :

 Pasien dianjurkan puasa 10-12 jam sebelum pengambilan darah. Tetap


dianjurkan minum air putih dengan jumlah yang normal. Mengkonsumsi selain
air putih tidak diperkenankan.
Pasien beristirahat yang cukup sebelum melakukan pemeriksaan, tidak dalam
keadaan stress berlebih, tidak melakukan aktifitas berlebih seperti olahraga.
 Sampel yang digunakan adalah Urin pagi dan darah Vena.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokonstriksi, hipertrofi, ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.

3. Rencana Keperawatan

NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN

1 Resiko tinggi NOC : NIC :


terhadap penurunan  Cardiac Pump Cardiac Care
curah effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada
jantung berhubungan  Circulation Status ( intensitas,lokasi, durasi)
dengan peningkatan  Vital Sign Status  Catat adanya disritmia jantung
afterload, Kriteria Hasil:  Catat adanya tanda dan gejala
vasokonstriksi,  Tanda Vital dalam penurunan cardiac putput
hipertrofi/rigiditas rentang normal  Monitor status kardiovaskuler
ventrikuler, iskemia (Tekanan darah,  Monitor status pernafasan yang
miokard Nadi, respirasi) menandakan gagal jantung

 Dapat mentoleransi  Monitor abdomen sebagai

aktivitas, tidak ada indicator penurunan perfusi

kelelahan
 Tidak ada edema  Monitor balance cairan
paru, perifer, dan  Monitor adanya perubahan
tidak ada asites tekanan darah
 Tidak ada penurunan  Monitor respon pasien terhadap
kesadaran efek pengobatan antiaritmia
 Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
 Monitor toleransi aktivitas pasien
 Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
 Anjurkan untuk menurunkan
stress

Vital Sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor adanya pulsus paradoksus
 Monitor adanya pulsus alterans
 Monitor jumlah dan irama jantung
 Monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitas berhubungan  Energy conservation Energy Management
dengan kelemahan,  Self Care : ADLs
ketidakseimbangan  Observasi adanya pembatasan
Kriteria Hasil :
suplai dan kebutuhan klien dalam melakukan aktivitas
 Berpartisipasi dalam
oksigen.  Dorong anal untuk
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan mengungkapkan perasaan
tekanan darah, nadi terhadap keterbatasan
dan RR  Kaji adanya factor yang
 Mampu melakukan
aktivitas sehari hari menyebabkan kelelahan
(ADLs) secara  Monitor nutrisi  dan sumber
mandiri energi tangadekuat
 Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
 Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
 Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy

 Kolaborasikan dengan Tenaga


Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
 Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
 Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual

3 Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan dengan  Pain Level,
Pain Management
peningkatan tekanan  Pain control,
 Lakukan pengkajian nyeri secara
vaskuler serebral  Comfort level
komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
 Mampu mengontrol kualitas dan faktor presipitasi
nyeri (tahu penyebab  Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik  Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
mencari bantuan)  Kaji kultur yang mempengaruhi
 Melaporkan bahwa respon nyeri
nyeri berkurang dengan  Evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan lampau
manajemen nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tim
 Mampu mengenali kesehatan lain tentang
nyeri (skala, intensitas, ketidakefektifan kontrol nyeri
frekuensi dan tanda masa lampau
nyeri)  Bantu pasien dan keluarga untuk
 Menyatakan rasa mencari dan menemukan
nyaman setelah nyeri dukungan
berkurang  Kontrol lingkungan yang dapat
 Tanda vital dalam mempengaruhi nyeri seperti suhu
rentang normal ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration

 Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

4 Cemas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction


dengan krisis tindakan keperawatan  Gunakan pendekatan yang
situasional sekunder selama 3 x 24 menenangkan
adanya hipertensi jam,  cemas pasien  Nyatakan dengan jelas harapan
yang diderita klien berkurang dengan terhadap pelaku pasien
kriteria hasil:  Jelaskan semua prosedur dan apa
 Anxiety Control yang dirasakan selama prosedur
 Coping  Temani pasien untuk memberikan

 Vital Sign Status keamanan dan mengurangi takut

 Menunjukan teknik  Berikan informasi faktual

untuk mengontrol mengenai diagnosis, tindakan

cemas  teknik nafas prognosis

dalam  Dorong keluarga untuk menemani

 Postur tubuh pasien anak

rileks dan ekspresi  Lakukan back / neck rub

wajah tidak tegang  Dengarkan dengan penuh

 Mengungkapkan cemas perhatian

berkurang  Identifikasi tingkat kecemasan

 TTV  Bantu pasien mengenal situasi

TD = 110-130/ 70-80 yang menimbulkan kecemasan

mmHg  Dorong pasien untuk


mengungkapkan perasaan,
RR = 14 – 24 x/ menit ketakutan, persepsi
N   = 60 -100 x/ menit  Instruksikan pasien menggunakan
S    = 365 – 375 0C teknik relaksasi
 Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan
 Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
kurangnya informasi
process
tentang proses  Berikan penilaian tentang tingkat
 Kowledge : health
penyakit pengetahuan pasien tentang proses
Behavior
penyakit yang spesifik
Kriteria Hasil :  Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal ini
 Pasien dan keluarga
berhubungan dengan anatomi dan
menyatakan
fisiologi, dengan cara yang tepat.
pemahaman tentang
 Gambarkan tanda dan gejala yang
penyakit, kondisi,
biasa muncul pada penyakit,
prognosis dan program
dengan cara yang tepat
pengobatan
 Gambarkan proses penyakit,
 Pasien dan keluarga
dengan cara yang tepat
mampu melaksanakan
 Identifikasi kemungkinan
prosedur yang
penyebab, dengna cara yang tepat
dijelaskan secara benar
 Sediakan informasi pada pasien
 Pasien dan keluarga
tentang kondisi, dengan cara yang
mampu menjelaskan
tepat
kembali apa yang
 Hindari harapan yang kosong
dijelaskan perawat/tim
 Sediakan bagi keluarga atau SO
kesehatan lainnya.
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
 Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite

RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press.

Hamzah, www.wikicek.com : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya.

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:

Upper Saddle River.

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New

Jersey: Upper Saddle River.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima

Medika.

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta.

Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta.

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Anda mungkin juga menyukai