Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325312379

Analisis Dampak Pembangunan Pabrik Gula PT. GMM Terhadap Kelestarian


Waduk Bentolo Kec. Todanan Kab. Blora

Article · May 2018

CITATIONS READS

0 2,787

1 author:

Ghausthauf Anas Mahendra


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Dampak Pembangunan Pabrik Gula PT. GMM Terhadap Kelestarian Waduk Bentolo Kec. Todanan Kab. Blora View project

All content following this page was uploaded by Ghausthauf Anas Mahendra on 23 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Analisis Dampak Pembangunan Pabrik Gula PT. GMM Terhadap Kelestarian Waduk
Bentolo Kec. Todanan Kab. Blora
Ghausthauf Anas Mahendra
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Ghausthauf.anas.2015@fisipol.umy.ac.id

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Industrialisasi sebagai proses dan pembangunan industri berada pada satu jalur
kegiatan, yaitu pada hakekatnya berfungsi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
rakyat. Industrialisasi sendiri tidak terlepas dari upaya peningkatan mutu sumber daya
manusia, dan pemanfaatan sumber daya alam. Semakin berkembangnya industri di berbagai
daerah, maka masalah lingkungan hidup juga menjadi perhatian yang sangat besar dan harus
mendapat perhatian yang lebih dari pihak swasta tersebut. Dewasa ini permasalahan
lingkungan hidup akan terus muncul secara serius diberbagai pelosok bumi sepanjang
penduduk bumi tidak segera memikirkan dan mengusahakan keselamatan dan
keseimbangan lingkungan (Saleh, n.d.).
Sejalan dengan permasalahan yang terjadi pada sekitar PG GMM diketahui bahwa
pengelolaan dari limbah pabrik tersebut dirasa kurang mendapatkan penanganan yang tepat.
Limbah padat, cair dan gas masih membayangi warga sekitar pabrik seperti contohnya
sungai-sungai di sekitar pabrik semakin berwarna hitam pekat dan menimbulkan bau yang
sangat menyengat yang berakibat masyarakat yang ada di sekitar pabrik merasa terganggu
dengan adanya bau tersebut. Tidak hanya itu, warga mengeluh air di sumur menjadi kotor
dan tercemar akibat pembuangan limbah ini. Selain pencemaran air.
Waduk sendiri merupakan danau buatan yang di bangun dengan membendung aliran
sungai atau daerah yang berada pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) telah menjadi lahan
dimana masyarakat dapat memanfaatkan area ini budidaya ikan di perairan darat.
Pemanfaatan waduk utamanya untuk pengairan atau irigasi, juga yang tidak kalah penting di
dalam pembangunan adalah fungsi usaha bidang perikanan, rekreasi pariwisata, dan
pengendali banjir. Pemanfaatan waduk-waduk untuk usaha perikanan di perairan darat
tentunya telah meningkatkan pasokan produksi ikan secara nasional yang umumnya di pasok
melalui usaha perikanan tangkap di laut. Dengan demikian, ini sangat membantu pemenuhan
kebutuhan pangan atau gizi terutama dari sektor hewani secara nasional maupun regional
(Mulyadi & Atmaja, 2016).
Permasalahan saat ini adalah waduk sebagai bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai
(DAS), tentunya tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor kuantitas dan kualitas aliran air pada
sungai-sungai sebagai sumber pasokan air ke dalam waduk. Isu mengenai tercemarnya
waduk Bentolo, merupakan hal yang sangat serius. Saat kapanpun, terutama di musim
kemarau, dengan mudah kita dapat menyaksikan kondisi tercemarnya waduk bentolo yang
ditunjukkan oleh warna yang pekat. Tercemarnya waduk Bentolo ini tentunya akan
berpengaruh pula pada kualitas air. Pada gilirannya akan berpengaruh pula pada usaha
budidaya perikanan khususnya udang yang dilakukan oleh masyarakat baik di kawasan
waduk maupun di sekitarnya.
Di dalam kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menuju swasembada gula,
selain akan menambah luas lahan yang akan digunakan untuk perkebunan tebu. Pemerintah
juga akan membangun pabrik tebu yang bertempat di Kabupaten Blora dan Kabupaten
Purbalingga. Pembangunan pabrik tebu di Kabupaten Blora bertepat di Desa Tinapan,
Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora. Hingga saat ini pengerjaan bangunannya
telahdilakukan.
Kemudian menurut (Wibiseno, 2015) dalam proses embangunan pabrik gula ini tidak
sepenuhnya diterima oleh seluruh masyarakat Kabupaten Blora. Lahan yang digunakan
untuk pembangunan pabrik gula merupakan lahan dari Gerakan Pramuka Kwartir Cabang
(Kwarcab) Blora yang dialihkan hak pakai kepada PT Gendis Multi Manis (GMM) selaku
pendiri pabrik gula. Karena merupakan tanah milik negara maka tidak boleh untuk
diperjualbelikan. Tanah yang digunakan pendirian pabrik gula memiliki luas sebesar 270.705
m² yang digunakan untuk mendirikan pabrik gula
Untuk mencegah dan mengatasi limbah industri, pemerintah harus berperan aktif baik
melalui perundang-undangan ataupun dengan cara yang lain. Pemerintah harus menggiatkan
pembangunan yang berkesinambungan yaitu sustainable development dengan artian
pembangunan yang berwawasan ke depan dengan maksud agar mampu dimanfaatkan oleh
generasi sekarang maupun yang akan datang. UU nomor 4 tahun 1982 pasal 8 menyebutkan
bahwa “Pemerintah menggariskan kebijaksanaan dan mendorong ditingkatnya upaya
pelestarian kemampuan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan yang
berkesinambungan”.
Menurut (Purnomo & Ramdani, n.d.) Selain terhadap sektor pertanian, industrialisasi
yang tidak ramah pun berdampak terhadap kerusakan lingkungan. karena tidak semua
industri di Indonesia tidak mengikuti petunjuk pemerintah dalam pemanfaatan Instalasi
PemanfaatanLimbah (IPAL). Dengan strategisnya posisi Pemerintah Daerah dalam
merumuskan kebijakan Perda RTRW, maka menjadi keniscayaan bagi Kelompok
Kepentingan, sebagai representasi dari kepentingan masyarakat, untuk ikut terlibat dalam
proses perumusannya.
1.2 Tujuan penulisan artikel

Artikel ini akan mendiskusikan tentang analisis dampak yang timbul akibat
dibangunnya pabrik gula PT Gendhis Multi Manis terhadap kebersihan air di waduk Bentolo
yang berada di kecamatan Todanan, Kabupaten Blora. Sebelum dibangunnya pabrik gula ini,
air di waduk bentolo masih bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan air PDAM, akan
tetapi setelah dibangunnya pabrik ini, PDAM Kabupaten Blora tidak lagi mengambil bahan
baku dari waduk Bentolo ini (infoblora.com 25 oktober 2015). Berdasarkan latar belakang dan
pembatasan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Memperoleh informasi tingkat ketercemaran Waduk bentolo
2. Memperoleh gambaran tentang dampak ketercemaran waduk terhadap sosial ekonomi
petani

Adapun manfaat yang diharapkan penulis setelah penelitian ini diantaranya:


1. Diketahuinya secara akurat informasi mengenai isu ketercemaran Waduk Bentolo sebagai
sebuah sumber daya atau kekayaan lingkungan;
2. Pengalaman berharga melalui aplikasi keilmuan khususnya Geografi di dalam mendekati
suatu fenomena alam atau sosial hasil interaksi manusia dan lingkungan alam.
3. Data dan temuan yang diperoleh sebagai hasil penelitian, dapat dijadikan masukan baik
bagi peneliti terhadap masalah yang sama lebih lanjut, maupun pihak-pihak berkepentingan
di dalam pengelolaan Waduk bentolo.

1.3 Kriteria
Indikator Kriteria Pembangunan Berkelanjutan

Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka indikator


pembangunan berkelanjutan tidak akan terlepas dari aspek-aspek tersebut diatas, yaitu aspek
ekonomi, ekologi/lingkungan, sosial (Perdan, 2011).

a. Keberlanjutan Ekologis atau lingkungan

Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem yang ada di bumi.


Untuk menjamin keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai berikut:

1) Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan dibumi tetap
terjamin dan sistem produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan tanah, air, udara dan seluruh
kehidupan berkelanjutan.
2) Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan lingkungan
yaitu adanya daya dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya
terpulihkan. ketiga untuk melaksanakan kegiatan yang tidak mengganggu integritas tatanan
lingkungan yaitu hindarkan konversi alam dan modifikasi ekosistem, kurangi konversi lahan
subur dan kelola dengan buku mutu ekologis yang tinggi, dan limbah yang dibuang tidak
melampaui daya asimilatifnya lingkungan.

3) Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang


menentukan keberlanjutan proses ekologis. Terdapat tiga aspek keanekaragaman hayati
yaitu keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan lingkungan. Untuk mengkonversikan
keanekaragaman hayati tersebut perlu hal-hal berikut yaitu “menjaga ekosistem alam dan
area yang representatif tentang kekhasan sumberdaya hayati agar tidak dimodifikasikan,
memelihara seluas mungkin area ekosistem yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman
dan keberlanjutan keanekaragaman spesies, konservatif terhadap konversi lahan pertanian”.

b. Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan


mendorong efisiensi ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional.

Tiga elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi,
kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan
distribusi kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro
ekonomi mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi tabungan
domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna,
ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan distribusi
pendapatan dan aset.

c. Keberlanjutan Sosial Budaya

Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat sasaran yaitu:

1) Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik yang kuat,


kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan status wanita,
meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.
2) Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan mengurangi
kemiskinan absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin tercapai bila terjadi
kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya kelas sosial. Halangan terhadap
keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kelas
sosial yang dihilangkan dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan yang merata,
pemerataan pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.

3) Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan menghargai sistem


sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan memahami dan menggunakan
pengetahuan tradisional demi manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi.

4) Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Beberapa


persyaratan dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial yaitu : prioritas harus diberikan
pada pengeluaran sosial dan program diarahkan untuk manfaat bersama, investasi pada
perkembangan sumberdaya misalnya meningkatkan status wanita, akses pendidikan dan
kesehatan, kemajuan ekonomi harus berkelanjutan melalui investasi dan perubahan teknologi
dan harus selaras dengan distribusi aset produksi yang adil dan efektif, kesenjangan antar
regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui keputusan lokal tentang prioritas dan alokasi
sumber daya.

Menurut Munadjat Danusaputro, menyatakan :“Pencemaran adalah suatu keadaan,


dimana suatu zat dan atau energi diintroduksikan ke dalam suatu lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga terjadinya
perubahan dalam keadaan termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi
seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan hayati. Masalah
pencemaran lingkungan hidup merupakan masalah yang terus menerus yang akan berproses
dan berkembang seiring kemajuan teknologi. Bagi sebagian Negara berkembang masalah
pencemaran lingkungan hidup merupakan beban baru yang harus di tanggulangi demi
kepentingan lingkungan sekitar dan pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Menurut Wisnu Arya Wardhana, menyatakan : Indikator atau tanda bahwa air
lingkungan terlah tercemar adalah adannya perubahan atau tanda yang diamati melalui :
1) Adanya perubahan suhu air
2) Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen
3) Adanya perubahan warna, bau dan rasa air
4) Timbulnya endapan, kloidal, bahan terlarut.
5) Adanya mikroorganisme.
Kegiatan industri dan teknologi dalam pelaksanaanya tidak jarang membuang air yang
sisa produksi ke dalam sungai secara langsung, seharusnya dalam pembuangan air sisa
produksi (air limbah) harus diolah sedemikian rupa menggunakan Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL) sehingga pada saat di buang ke sungai tidak menyebabkan pencemaran
karena telah sesuai dengan standar baku muku yang ada.

2. Penjelasan

Masyarakat yanng tinggal di daerah waduk bentolo, kecamatan todanan kabupaten


blora ini rata-rata hanya berpencaharian sebagai petani. Pertanian disini sangat
mengandalkan irigasi air dari waduk Bentolo.

Pihak PT. GMM telah mengantisipasi bagaimana dalam menggunakan ketersediaan air
untuk proses produksi gula tersebut. Nantinya perusahaan akan membuat embung yang
digunakan untuk sirkulasi air sebagai sumber produksi penggilingan gula. Tetapi berdasarkan
rencana yang telah dibuat oleh PT. GMM dalam pengelolaan air untuk sumber produkasi
kurang memperkirakan waktu pergantian musim yang terjadi Kabupaten Blora. Karena dalam
beberapa waktu di daerah Kabupaten Blora musim kering lebih lama dari pada musim
penghujan. Sehingga apabila ketersediaan air dalam embung tersebut tidak dapat
terpenuhinya standat ketersedian air maka akan berdampak pada kuantitas hasil produksi
gula oleh PT. GMM. Yang menjadi dasar persetujuan dukumen AMDAL adalah lebih banyak
manfaatnya dari pada sisi negatifnya untuk masyarakat dan lingkungan sekitar.

Selama ini pabrik telah membuat tampungan air atau embung seluas 1 Ha dengan
kedalaman kurang lebih 10 meter untuk digunakan sebagai bahan produksi gula. Sehingga
apabila dalam proses operasional dikemudian hari ketika pabrik ingin menggunakan air yang
ada di jalur irigasi tersebut maka harus ada komunikasi atau kesepakatan tertulis dengan
masyarakat sekitar mengenahi pengunaan air irigasi tersebut dengan catatan air tersebut
telah mencukupi untuk kegiatan irigasi persawahan masyarakat sekitar. Sehingga
persawahan yang terdapat dihilir ini terjamin ketersediaan airnya.
3. Analysis dan Evaluation

Analisis dilihat dari Indikator Kriteria Pembangunan Berkelanjutan :


Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka indikator
pembangunan berkelanjutan tidak akan terlepas dari aspek-aspek tersebut diatas, yaitu aspek
ekonomi, ekologi/lingkungan, sosial.

a. Keberlanjutan Ekologis atau lingkungan


Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem yang ada di bumi.
Untuk menjamin keberlanjutan ekologis harus melakukan berbagai upaya agar pencemaran
tidak terus terjadi. Dalam kasus pencemaran Waduk Bentolo di Kecamatan Todanan, Pemkab
Blora menggandeng Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gajah Mada (UGM)
untuk meneliti penyebab pencemaran yang terjadi di waduk di dekat pabrik gula PT Gendhis
Multi Manis (GMM). Pencemaran Waduk Bentolo telah terjadi sejak pabrik ini mulai beroprasi.
Pencemaran yang ditunjukan dengan adanya bau tidak sedap dan air berubah warna menjadi
hitam dan tidak dapat digunakan lagi untuk kebutuhan MCK maupun untuk dikonsumsi.

Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri, baik di bidang


pertanian, industri kimia, industri logam dasar, industri jasa, dan jenis aktifitas manusia maka
semakin meningkat pula pencemaran tanah, udara, air akibat dari kegiatan tersebut. Oleh
karena itu, untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat dari aktifitas tersebut,
maka perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan salah satunya dengan
menetapkan baku mutu lingkungan yang mencakup keseluruhan, mulai dari baku mutu air,
limbah cair, baku mutu udara emisi, dan sebagainya. Baku mutu air dalam hal ini adalah batas
kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar yang terdapat dalam air, tetapi air
tersebut masih dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Sedangkan baku mutu limbah cair
adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari
sumber pencemar ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya
baku mutu air. Dan dalam hal ini pencemaran yang bisa ditimbulkan terdiri dari pencemaran
limbah cair, padat maupun gas (Saleh, n.d.).

b. Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan
mendorong efisiensi ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional. Dalam prakteknya,
pembangunan pabrik gula ini secara langsung dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat. Lahan pertanian yang biasanya hanya digunakan untuk menanam padi dan
hanya bisa ditanami satu kali dalam setaun, kini masyarakat mulai menanam tebu yang
menurut para petani hasilnya jauh lebih besar ketimbang hanya menanam padi saja.
Fenomena alih tanam dari padi ke tebu tidak hanya terjadi di kecamatan todanan saja,
akan tetapi merambah sapai kecamatan lain. Contoh saja di kecamatan blora, lahan pertanian
yang semula ditanami padi, para petani lebih memilih menanam tebu. Para petani berasumsi
bahwa dengan menanam tebu, pendapatan mereka dapat meningkat sebesar dua kali lipat.
Para petani juga berpendapat bahwa menanam tebu lebih mudah ketimbang menanam padi,
karena tebu tidak membutuhkan air yang banyak dan hanya sesekali saja dilakukan proses
pemupukan.

Terkait pencemaran Waduk Bentolo di Kecamatan Todanan, Pemkab Blora


menggandeng Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gajah Mada (UGM) untuk
meneliti penyebab pencemaran yang terjadi di waduk di dekat pabrik gula PT Gendhis Multi
Manis (GMM). Pencemaran Waduk Bentolo telah terjadi sejak pabrik ini mulai beroprasi.
Pencemaran yang ditunjukan dengan adanya bau tidak sedap dan air berubah warna menjadi
hitam dan tidak dapat digunakan lagi untuk kebutuhan MCK maupun untuk dikonsumsi. Area
lahan persawahan yang mengandalkan pasokan air dari waduk ini pun tidak lagi produktif
seperti beberapa waktu sebelum pabrik ini beroprasi. Lahan di sekitar wadukpun mengering
dan petani secara langsung merasakan imbas karena air irigasi yang sudah tercemar.

Salah satu cara untuk mengurangi jumlah pencemaran air adalah dengan
pengendalian pencemaran air. Strategi pengendalian pencemaran air merupakan upaya yang
dilakukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan terjadinya pencemaran air serta
pemulihan kualitas air sesuai kondisi alaminya sehingga kualitas air sungai terjaga sesuai
dengan peruntukkannya (Agustiningsih, Sasongko, & Sudarno, 2012).

Strategi pengendalian pencemaran air memerlukan serangkaian kriteria dan alternatif


untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan sumber daya
yang ada dan cukup memadai. Aspek sosial kelembagaan menjadi aspek prioritas dalam
pengendalian pencemaran air dikarenakan pemanfaatan sumber daya alam dan kualitas
lingkungan berkaitan dengan pola perilaku masyarakat di sekitarnya. Begitu pula dengan
kondisi dan kualitas air waduk Bentolo, dipengaruhi oleh banyaknya buangan air limbah yang
berasal dari pabrik gula yang dimiliki oleh PT. GMM ini. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam
strategi pengendalian pencemaran air diperlukan suatu instrumen kebijakan yang dijadikan
pedoman dalam pengendalian pencemaran termasuk pembagian peran antar instansi terkait.
Aspek ekologi menjadi prioritas ketiga, bahwa dalam melakukan upaya pencegahan
pencemaran air dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas lingkungan dan pihak pabrik dapat
lebih mengolah limbahnya sebelum dibuang ke sungai yang nantinya dapat merusak alam
dan ekosistem yang ada di lingkungan sekitar pabrik.
4. Kesimpulan

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan lahan, kota, bisnis,


masyarakat, hutan, yang memiliki prinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Pembangunan berkelanjutan
mencakup tiga aspek, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan
lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya
menimbulkan hubungan sebab-akibat. Aspek yang satu akan mengakibatkan aspek yang
lainnya terpengaruh.

Indikator pembangunan berkelanjutan tidak akan terlepas dari beberapa aspek, yaitu
aspek ekonomi, ekologi/lingkungan, sosial, politik, dan budaya serta pertahanan dan
keamanan. Dengan berpijak pada keseimbangan pembangunan sedikitnya 3 (tiga) pilar
utama, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial harus menjadi dasar pertimbangan sejak awal
disusunnya suatu produk rencana tata ruang kota/wilayah.

Sejak adanya pembangunan pabrik gula oleh PT. GMM dan kemudian beoprasi,
pencemaran terjadi sejak pabrik ini mulai beroprasi. Pencemaran yang ditunjukan dengan
adanya bau tidak sedap dan air berubah warna menjadi hitam dan tidak dapat digunakan lagi
untuk kebutuhan MCK maupun untuk dikonsumsi. Area lahan persawahan yang
mengandalkan pasokan air dari waduk ini pun tidak lagi produktif seperti beberapa waktu
sebelum pabrik ini beroprasi. Lahan di sekitar wadukpun mengering dan petani secara
langsung merasakan imbas karena air irigasi yang sudah tercemar. Diperlukan peningkatan
kepedulian dan peran pabrik dalam membuang limbah serta masyarakat dalam menjaga
kualitas sumber daya air dengan cara pencegahan terjadinya pencemaran air sungai, yaitu
dengan cara tidak ikut membuang sampah di aliran sungai yang nantinya dapat memperburuk
kondisi waduk Bentolo. Hal ini dikarenakan kondisi dan kualitas air sangat mempengaruhi
kualitas hidup masyarakat yang tinggal di daerah sekitar pabrik dan daerah sekitar waduk
yang menjadi sumber air yang cukup vital bagi masyarakat.
Daftar Pustaka

www.infoblora.com/2015

Agustiningsih, D., Sasongko, S. B., & Sudarno. (2012). Analisis kualitas air dan strategi
pengendalian pencemaran air sungai blukar kabupaten kendal. Jurnal Presipitasi, 9(2),
64–71. Retrieved from
https://www.mysciencework.com/publication/show/14434915531f78347fbb1bc717df10e
a

Mulyadi, A., & Atmaja, E. S. (2016). Dampak Pencemaran Waduk Saguling Terhadap
Budidaya Ikan Jaring Terapung. Jurnal Geografi Gea, 11(2), 179–199. Retrieved from
http://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/view/1622/1094

Perdan, S. (2011). Introduction to Sustainable Development. Sustainable development in


practice: case studies for engineers and scientists.
https://doi.org/10.1080/02255189.2005.9669066

Purnomo, E. P., & Ramdani, R. (n.d.). THE SUCCESS OF INTEREST GROUP COALITION
IN INFLUENCING THE DECISION MAKING PROCESS IN LOCAL GOVERNMENT:
CASE STUDIES OF CONSTITUTIONAL FOLK COALITION (KORSI) IN SUBANG
REGENCY, INDONESIA Rijal, 193–201.

Saleh, M. (n.d.). ANALISIS PERAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI LIMBAH


INDUSTRI PABRIK GULA TJOEKIR (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Jombang) Ima Maghfiro, M. Saleh Soeaidy, M.Rozikin, 1(3), 94–102.

Wibiseno, U. (2015). Analisis Kebijakan Peruntukan Tata Ruang dan Pembebasan Tanah
(Studi Kasus Konflik Pembangunan Pabrik Gula PT. GMM Di Desa Tinapan,
Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora), (14010110141011), 1–27.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai