Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Supervisi dan Mutu Layanan Profesional Bimbingan dan Konseling


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen,Evaluasi,Dan Supervisi
Diampu Oleh Prof.Dr.I Ketut Gading,M.Psi
Kadek Ari Dwiarwati, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :
1. I Gede Wahyu Pramana (2011011007)
2. Dannisa Levia Ulfa (2011011018)

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDDIDIKAN GANESHA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam mempelajari dan memahami tentang “Supervisi Dan Mutu
Layanan Profesional Bimbingan Dan Konseling".
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami berharap kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Singaraja 10 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………..
Daftar Isi…………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………1
1.3 Tujuan Makalah……………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Supervisi Bimbingan dan Konseling…………………………………2
2.2 Tujuan Supervisi Bimbingan dan Konseling…………………………………….4
2.3 Prinsip-Prinsip Supervisi Bimbingan dan Konseling……………………………..5
2.4 Mutu Layanan Bimbingan dan Konseling………………………………………...3
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Proses Layanan Bimbingan dan Konseling…………….6
2.6 Mutu Layanan Profesional Bimbingan dan Konseling………………………………………4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pesat dalam penggunaan konseling di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir, baik dalam setting klinis maupun pendidikan, berkaitan dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat dan ketertarikan media terhadap kegiatan terapi psikologis.
Ketertarikan ini menciptakan kondisi kritis bagi pelaku konseling dan terapi. Persepsi
masyarakat terhadap nilai-nilai konseling tergantung pada seberapa besar efektifitas konselor
dalam menjaga standar kepuasan klien dalam prakteknya. Wheeler (2001) menemukan bukti
dalam penelitiannya bahwa program-program pelatihan konseling tidak selalu berhasil
mengeliminasi konselor-konselor yang tidak kompeten.
Perkembangan dalam permintaan layanan konseling menimbulkan konsekuensi terkait
dengan tanggung jawab yang besar dan efektivitas biaya yang dikeluarkan klien. Menurut
Parmer-Barnes dalam Wheleer&King (2001) supervisi dan konsultasi dibutuhkan untuk
memastikan terselenggaranya praktek konseling yang terstandar, dalam rangka untuk
melindungi reputasi dari profesi. Lebih lanjut dikatakan bahwa kode etik tidak dpaat
menjamin standarisasi praktik konseling, karena kode etik sebagai aturan moral, bukan
operasional. Tuntutan akan efektivitas terapa dan treatmen adalah hal penting yang mengawali
munculnya kebutuhan akan supervisi dan konsultasi, terutama bagi konselor muda.
Supervisi dilakukan oleh konselor yang berpengalaman (supervisor) kepada konselor
yang masih baru (supervisee). Ketika proses supervise berlangsung, maka kegiatan konseling
dan terapi psikologis yang diberikan oleh konseior sepenuhnya menjad itanggungiawab
supervisor. Supervisor dapat membimbing supervisee dengan melewati proses real
relationship, u'orking alliance, dan transference. Supervisi yang baik akan mampu
meningkatkan ketrampilan supervisor, sehingga iayanan psikologis yang diberikan menjadi
efektif dalam proses terapi klien
Supervisi erat kaitannya dengan beberapa hal dibawah ini: (Wibowo, 2012)
1. Clinical Responsibily, tanggung jawab klinis dalam perawatan klinis.
2. Professional Responsibility, tanggung jawab profesional dalam kaitannya dengan seluruh
kualitas pembuatan keputusan yang bersangkutan dengan klien.
3. Accountability, akuntabilitas dalam garis menagemen dalam pembuatan keputusan bagi
karyawan.
4. Individual Legaliability, tanggung jawab hukum secara individual dalam proses atau hasil
perawatan klien.
Audit klinis (Clinical Audit) baik berupa monitoring dan review dari konselor yang lebih
berpengalaman merupakan cara untuk meyakinkan bahwa praktek konseling dilakukan sesuai
standar. Jika kondisi psikologis klien diperiksa dengan tepat, kesalahan dan bias individual
dapat direduksi. Dalam kerja klinis, keterampilan tingkat tinggi sangat diharapkan, hal ini
untuk mengantisipasi agar konselor dan terapis dapat memberikan layanan dan perawatan
yang lebih baik pada klien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Supervisi Bimbingan dan Konseling?
2. Apa tujuan Supervisi Bimbingan dan Konseling?
3. Bagaimana prinsip-prinsip Supervisi Bimbingan dan Konseling?
4. Apa yang dimaksud dengan mutu layanan Bimbingan dan Konseling?
5. Apa saja mutu konselor?
6. Bagaimana hubungan supervisi dan mutu layanan Bimbingan dan Konseling?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa itu supervisi Bimbingan dan Konseling.
2. Untuk tujuan dilakukannya Supervisi Bimbingan dan Konseling.
3. Untuk memahami prinsip-prinsip Supervisi Bimbingan dan Konseling.
4. Untuk memahami mutu layanan Bimbingan dan Konseling.
5. Untuk mengetahui mutu seorang konselor.
6. Untuk mengetahui hubungan supervisi dan mutu layanan Bimbingan dan Konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Supervisi Bimbingan dan Konseling
Secara etimologi, “Supervisi” diadopsi dari bahasa Inggris yang berarti pengawasan
penilikan, dan pembinaan. Secara terminologi, supervisi adalh bantuan berbentuk pembinaan
yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan siituasi belajar mengajar
yang lebih baik.
Menurut Piet A. Sahertian dalam bukunya yang berjudul Konsep Dasar dan Teknik
Supervisi Pendidikan (2000) merumuskan 2 pengertian supervisi, yaitu (Anggraini, 2017):
a. Menurut Adams dan Dickey, supervisi sebagai program yang berencana untuk
memperbaiki pengajaran (perbaikan hal belajar mengajar).
b. Menurut Mc Nemey, supervisi sebagai suatu prosedur memberikan arah serta mengadakan
penilaian serta kritis terhadap proses pengajaran.
Jenkins (2001) menyatakan vahwa supervisi berasal dari bahasa latin, super dan videre,
yang artinya melihat lebih jauh/lebih dalam (overesee).
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah suatu kegiatan
mengkoordinasi dan membimbing secara berkelanjutan dalam usaha perbaikan pengajaran.
Sedangkan supervisi bimbingan dan konseling menurut Abimanyu (2005:2)
mengemukakan bahwa supervisi bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mendorong,
mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan guru pembimbing secara berkesinambungan
baik secara individual atau kelompok agar lebih memahami dan lebih dapat bertindak secara
efektif dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, sehingga mereka mampu
mendorong dan menuntun pertumbuhan setiap peserta didik secara berkesinambungan dan
dapat berpartisipasi secara cerdas didalam kehidupan masyarakat demokratis. (Amelisa &
Suhono, 2018)
Pendapat lain disampaikan oleh Prayitno (2001:24) bahwa supervisi bimbingan dan
konseling adalah kegiatan pengawasan sekolah yang menyelenggarakan kepengawasan
dengan tugas pokok mengadakan penilaian dan pembinaan melalui arahan, bimbingan,
contoh, dan saran kepada guru pembimbing dan tenaga lain dalam bimbingan dan konseling
di sekolah. (Anggraini, 2017)
British Associations for Counselling (BAC) juga mengartikan supervisi bimbingan dan
konseling sebagai suatu proses untuk menjaga standar konseling yang memadai dan suatu
metode konsultasi dengan horizon yang lebih luas dari seorang praktisi yang berpengalaman.
(Wibowo, 2012)
Dari ketiga pendapat yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa supervisi
bimbingan dan konseling adalah suatu proses mengkoordinasi atau membimbing secara
continue yang dilakukan oleh konselor dengan supervisor (kepala sekolah, konselor senior,
dll) dalam meningkatkan mutu/kompetensi yang dimiliki konselor supaya dapat menuntun
pertumbuhan peserta didik secara maksimal.

2.2 Tujuan Supervisi Bimbingan dan Konseling


Menurut Abimanyu (2005), tujuan supervisi bimbingan dan konseling di sekolah adalah
(Turhastuti, 2007):
1. Mengendalikan kualitas, dalam hal ini supervisor BK bertanggung jawab memonitor
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dan hasi-hasilnya yang berupa kehidupan
dan perkembangan peserta didik yang baik.
2. Mengembangkan profesionalisme guru pembimbing, yaitu supervisor BK membantu guru
pembimbing untuk tumbuh dan berkembang sevara profesional, sosial dan personal.
3. Memotivasi guru pembimbing agar dapat secara berkelanjutan melaksanakan kegiatan-
kegiatan bimbingan dan konseling, menemukan dan memperbaiki kesalahan dan
kekurangan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi bimbingan dan konseling
adalah untuk mengendalikan serta mengembangkan kemampuan guru pembimbing agar dapat
memberikan layanan yang maksimal.

2.3 Prinsip-Prinsip Supervisi Bimbingan dan Konseling


Adapun program kegiatan supervisee bukan merupakan konseling/psikoterapi,
pemaksaan (imposing), kritik negatif (negative criticism), memperdayakan (disempowering),
pertemanan (friendship), mencari kesalahan (fault finding), hukuman (punishment), maupun
untuk konselor yang baru (vovicecounselor). Oleh karena itu, dalam pelaksanaan supervisi
BK perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar supervisi BK, sehingga proses yang dilakukan
bisa terukur dan dipertanggungjawabkan. Secara garis besar prinsip supervisi BK ada dua,
yaitu:
1. Prinsip umum
a. Supervisi harus bersifat praktis, dalam arti dapat dikerjakan sesuai dengan situasi dan
kondisi sekolah:
b. Hasil supervisi harus berfungsi sebagai sumber-sumber informasi bagi staf sekolah
untuk mengembangkan proses belajar mengajar bimbingan konseling;
c. Supervisi dilaksanakan dengan mekanisme yang menunjang kurikulum yang berlaku.
2. Prinsip khusus
Supervisi hendaknya dilaksanakan secara sistematis, objektif, realistis, antisipatif,
konstruktif, kreatif, kooperatif, dan kekeluargaan
a. Sistematis artinya supervisi dikembangkan dengan perencanaan yang matang sesuai
dengan sasaran yang diingiinkan;
b. Objektif artinya supervisi memberiakan masukan sesuai dengan aspek yang terdapat
dalam instrumen;
c. Realistis artinya supervisi didasarkan atas kenyataan yang sebenarnya, yaitu pada
keadaan hal-hal yang sudah dipahami dan dilakukan oleh para staf sekolah;
d. Antisipatif artinya supervisi diarahkan untuk menghadapi kesulitan yang mungkin akan
terjadi;
e. Konstruktif artinya supervisi memberikan saran perbaikan kepada yang disupervisikan
untuk berkembang sesuai dengan ketentuan atau aturan yang berlaku;
f. Kreatif artinya supervisi mengembangkan kreatifitas dan inisiatif guru dalam
mengembangkan proses bimbingan dan konseling;
g. Kooperatif artinya supervisi mengembangkan perasaan kebersamaan untuk menciptakan
dan mengembangkan situasi bimbingan dan konseling yang lebih baik.
h. Kekeluargaan artinya supervisi mempertimbangkan saling asah, saling asuh, saling asih,
dan tut wuri handayani.
2.4 Mutu Layanan Bimbingan dan Konseling
William J. Kolarik (1925) mengemukakan mutu layanan bimbingan dan konseling adalah
merujuk pada proses layanan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa dan
masyarakat. Maka proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu adalah layanan
bimbingan yang mampu mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola, dan
mendayagunakan program, personel, fasilitas secara optimal agar dapat mengembangkan
seluruh potensi siswa. Apabila kita menghubungkan dengan harapan siswa maka menurut
Gerald (dalam Shetzer dan Stone1988) berpendapat bahwa layanan bimbingan dan konseling
yang bermutu mampu membantu siswa, tidak sebatas pada mengatasi masalah oendidikan dan
pekerjaan, tetapi juga mampu membantu mengatasi masalah-masalah pribadi siswa. (Prof. Dr.
Achmad Juntika Nurihsan, 2014)
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Proses Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Menyusun program yang apabila dilaksanakan efisien dan efektif
2. Memperhatikan peran peting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dan
masyarakat
3. Fasilitasi dan pembiayaan yang memadai
4. Penyusunan kegiatan disesuaikan dengan program
5. Kegiatan bimbingan ditentukan berdasarkan kebutuan siswa
2.6 Mutu Layanan Profesional Bimbingan dan Konseling
Menurut Deni Koswara dan Nani Hartini (dalam Udin Sayefudin Saud, 2018, hlm. 407)
“Mutu merupakan suatu ide yang dinamis, berkenaan dengan apa yang sesuai, diinginkan,
didambakan pelanggan menyangkut keseluruhan wujud barang ataupun jasa. Dengan
demikian mutu memiliki standar yang seharusnya melampaui batas dari apa yang diinginkan
pelanggan tersebut.”
Kemudian, layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu
peserta didik dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar
serta perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanan konseling memfasilitasi
pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok atau klasikal, sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi serta peluangpeluang yang dimiliki.
Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang
dihadapi peserta didik.
Layanan bimbingan dan konseling disekolah masih banyak dirundung masalah pada
tataran praksisnya. Guru BK sebagai konselor disekolah masih menagalami kendala dan
masalah yang beragam, penyebab masalah dapat timbul dari berbagai faktor, sehingga hanya
sedikit sekolah saja yang mampu menjalankan BK dengan baik. Masalah-masalah tidak
seluruhnya dialami oleh seluruh guru BK dan sekolah, namun ada sebagaian guru BK dan
sekolah yang mengalami salah satu atau beberapa problem. Jika problem-problem tersebut
tidak segera disikapi secara positif maka rasa percaya diri guru BK dalam menjalankan tugas
disekolah tentu akan terganggu. Sedangkan profesi guru bimbingan dan konseling perlu
tumbuh dan berkembang agar dapat memberikan layanan konseling dengan baik. Setiap guru
bimbingan dan konseling perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan perkembangan profesi
merupakan suatu keharusan untuk kinerja dan layanan yang berkualitas.
Menurut Prayitno dan Erma Amti (dalam Suvati, 2015, hlm. 2-3) “Profesi merupakan
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian dari para petugasnya.” Istilah profesional
memiliki dua pengertian. Pertama, profesional menujuk pada orang yang pekerjaannya
merupakan suatu profesi. Kedua, profesional artinya kinerja seseorang sesuai dengan
profesinya. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga
profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesional.
Layanan bimbingan dan konseling disekolah masih banyak dirundung masalah pada
tataran praksisnya. Guru BK sebagai konselor disekolah masih menagalami kendala dan
masalah yang beragam, penyebab masalah dapat timbul dari berbagai faktor, sehingga hanya
sedikit sekolah saja yang mampu menjalankan BK dengan baik. Masalah-masalah tidak
seluruhnya dialami oleh seluruh guru BK dan sekolah, namun ada sebagaian guru BK dan
sekolah yang mengalami salah satu atau beberapa problem. Jika problem-problem tersebut
tidak segera disikapi secara positif maka rasa percaya diri guru BK dalam menjalankan tugas
disekolah tentu akan terganggu. Sedangkan profesi guru bimbingan dan konseling perlu
tumbuh dan berkembang agar dapat memberikan layanan konseling dengan baik. Setiap guru
bimbingan dan konseling perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan perkembangan profesi
merupakan suatu keharusan untuk kinerja dan layanan yang berkualitas.
Maka, supervisi BK dan Mutu layanan profesional BK erat kaitannya sesuai dengan
tujuan supervisi BK yakni untuk mengembangkan profesionalisme petugas BK atau konselor.
Supervisor BK membantu petugas BK atau konselor untuk tumbuh berkembang secara
profesional, sosial dan personal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpula Dan Saran
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa supervisi berperan penting dalam
menjaga standarisasi praktik konseling di sekolah. Penerapan proses spervisi yang serius
tentunya dapat mencegah terjadinya praktik konseling yang dibawah standar. Karena praktik
konseling yang dibawah standar akan memberikan dampak negative terhadap kepercayaan
masyarakat pada praktik konseling. Hendaknya guru BK mulai responsif dengan
perkembangan keterampilan teknik konseling yang ada sekarang dan hendaknya keterampilan
konseling sering diimplementasikan, sehingga konseling tepat sasaran dalam melakukan
penanganan. Selanjutnya diharapkan kepada supervisor bimbingan dan konseling ini agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik di sekolah sehingga ha itu daoat membantu para
guru BK untuk dapat lebih terampil dalam penguasaan teknik bimbingan dan konseling.

DAFTAR PUSTAKA
Kelompok 1 - Supervisi dan Mutu Layanan BK.docx
Uploaded byPaniii27  Date uploadedon Apr 10, 2019
https://www.scribd.com/document/405694903/Kelompok-1-Supervisi-dan-Mutu-Layanan-BK-
docx
Maya Amelisa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Email: mayamelisa12@gmail.com

Suhono Institut Agama Islam Ma’arif NU (IAIMNU) Metro Lampung Email: suhono120708@gmail.com

https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/tapis/article/download/1119/979/
Widiyati Noverta Email : widiyatinoverta@gmail.com
https://osf.io/gc2rp/download
https://www.kompas.com/edu/read/2021/06/09/125926671/tingkatkan-mutu-pendidikan-dan-
layanan-bk-guru-besar-upi-rekomendasikan-2?page=all

Anda mungkin juga menyukai