Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

SEKOLAH VOKASI IPB


Mata Kuliah : MANAJEMEN STRATEGI (praktikum)
Koordinator : Ir. Leni Lidya, MM
Program Studi : Manajemen Agribisnis
Hari/Tanggal : Selasa/27 Oktober 2020
Pukul : 10.30 – 12.30
Nama Mahasiswa : Muhamnmad Fazra Salsabilah
NIM : J3J217511

1. Berikut adalah Visi dan misi Kelompok Tani Baby French Farmer Group
Visi
“Menjadikan Kelompok Tani Baby French Farmer Group sebagai organisasi agribisnis
yang mampu berperan sebagai model terbaik dalam usaha tani unggul, berkelanjutan, senantiasa
tumbuh dan berkembang, berwawasan masa depan dengan mengacu pada realitas dan kultur
anggotanya serta menerapkan teknologi ramah lingkungan yang mengacu pada kebutuhan pasar
global”
Misi

1. Mengembangkan teknologi pertanian yang unggul, modern dan


terstandarisasi dengan baik yang aplikasinya adaptif, efektif dan efisien.
2. Mengembangkan usaha tani dengan pengelolaan usaha modern yang memiliki jati diri
kokoh.
3. Mengembangkan sistem pengelolaan usaha tani yang terbaik dan mampu menyangga
usaha untuk mencapai harapan.

Berdasarkan uraian diatas jawablah pertanyaan dibawah ini. Jawablah B atau S pada lembar jawaban
(kertas HVS), sesuai dengan cakupan misi yang terdapat pada visi dan misi kelompok tani Baby French
Farmer Group.

1 B S Visi Kelompok Tani Baby French Farmer Group sudah menggambarkan visi
perusahaan yang ideal
2 B S Misi Kelompok Tani Baby French Farmer Group sudah dapat mewujudkan visinya
3 B S Visi dan misi sudah sesuai dengan konsumen dan pasar sasaran
4 B S Visi dan misi sudah sesuai dengan jasa pelayanan yang akan diberikan
5 B S Visi dan misi sudah sesuai dengan wilayah operasi perusahaan
6 B S Visi dan misi sudah sesuai dengan teknologi yang akan dimanfaatkan
7 B S Visi dan misi sudah sesuai dengan pemantapan keberadaan organisasi
8 B S Visi dan misi sudah sesuai dengan filsafat bisnis yang akan diterapkan
9 B S Visi dan misi sudah sesuai dengan pengenalan jati diri perusahaan secara mantap
10 B S Visi dan misi sudah sesuai dengan citra perusahaan yang ingin diproyeksikan ke
masyarakat luas

2. Bacalah uraian berikut dibawah ini, kemudian jawablah pertanyaan yang diberikan.

Wabah virus corona atau Covid-19 yang menjangkiti berbagai daerah di Indonesia telah berdampak
terhadap melemahnya sendi-sendi ekonomi di sektor riil tidak terkecuali di bisnis perunggasan. Penerapan
PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) selama pandemi di beberapa wilayah seperti di DKI Jakarta dan
sekitarnya semakin memperparah ruang gerak para pelaku perunggasan dalam menjalankan bisnisnya.

Banyak peternak yang mengeluhkan sulitnya pemasaran live bird (ayam hidup) karena banyaknya
restoran dan warung makan yang tutup selama pandemi ini. “Permintaan atau demand saat ini turun sekitar
30 – 40 %. Harga live bird pun jeblok, jauh di bawah HPP (Harga Pokok Produksi),”
Sebelum pemberlakuan PSBB, harga live bird cukup baik, yakni di kisaran level Rp 18.000 –
19.000 per kg dengan HPP broiler masih berada di kisaran Rp 16.000 – 17.000 per kg. Namun sejak
diberlakukannya PSBB yang membatasi gerak masyarakat dengan anjuran melakukan semua kegiatan dari
rumah, tutupnya pusat perbelanjaan, warung, restoran berimbas terhadap permintaan ayam yang semakin
menurun. Peternak pun terpaksa mengurangi populasi broiler yang dipelihara. “Pilihannya hanya dua,
gulung tikar atau mengurangi populasi,”
Di Priangan Timur Jawa Barat, sebagian besar ayam milik peternak terpaksa dilelang karena kalau
menunggu pembelian dari pemerintah tidak dapat diketahui kapan terealisasinya. “Kami sebenarnya
mengharapkan gerak cepat setelah kesepakatan antara peternak dan perusahaan integrasi yang diinisiasi
oleh pemerintah untuk membeli ayam milik peternak. Namun sampai sekarang realisasinya belum sampai
ke daerah,” ujarnya pada (24/4). Saat ini, peternak berusaha menahan dan menunggu harga live bird di
kandang lebih baik lagi bisa di atas angka Rp 11.000 per kg dengan harapan setidaknya di kisaran Rp
15.000 – 16.000 per kg. Namun peternak sudah tidak kuat menanggung beban operasional sehingga harus
merelakan ayamnya dijual di harga Rp 11.000 per kg. Padahal HPP ditingkat peternak rakyat di angka Rp
19.000 per kg. “Peternak rugi angka Rp 8.000 per kg dan ayam yang dijual pun sudah di atas 1,7 kg,”
keluhnya. Kondisi terparah ini terjadi sejak pandemi melanda Indonesia dan pembelakuan PSBB di DKI
Jakarta dan sekitarnya. Di tambah lagi PSBB yang diberlakukan di Bandung Raya membuat distribusi
pasokan ayam dari Priangan Timur tersendat dan ayam tertahan di kandang. “Saat ini peternak UMKM
(Usaha Mikro Kecil Menengah) sudah habis, di Priangan tinggal beberapa peternak saja anggota asosiasi
yang bisa bertahan menjalankan usaha peternakannya,”. Harapan peternak, ke depan bisnis perunggasan di
Priangan lebih baik lagi setelah kondisi normal kembali. “Pemerintah baik pusat maupun daerah harus
serius mengkaji kegagalan saat ini secara bersama-sama dengan melibatkan para pelaku usaha perunggasan
yang ada,” sarannya.

Kondisi serupa terjadi di Lampung. Peternak broiler di Kabupaten Pringsewu Lampung, menjelang
Ramadhan, permintaan ayam justru berkurang karena daya beli masyarakat melemah akibat pandemi.
“Selama ini, peternak broiler di Lampung banyak yang memelihara dengan jadwal panen menjelang bulan
puasa karena, biasanya permintaan dan harga jual ayam melonjak. Namun ternyata justru permintaan
berkurang,” terangnya.

Menurut Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, telah ada sekitar 23 perusahaan integrasi yang akan
membantu penyerapan live bird dari para peternak. Namun, baru sekitar 15 perusahaan yang sudah sepakat
dan berkomitmen akan melakukan penyerapan live bird tersebut, khusus di pulau Jawa saja dengan jumlah
kesanggupan pembelian live bird sekitar 4 juta ekor.
Dalam acara tersebut, dilakukan pula dialog jarak jauh melalui panggilan video dengan perwakilan
peternak dari berbagai daerah. Peternak meminta kejelasan terkait mekanisme pembelian ayam dari
peternak oleh perusahaan integrasi. Juga, jangka waktu pembelian jangan sebentar, tetapi harus dilakukan
secara terus menerus mengingat kondisi ayam yang ada saat ini over supply.

Soal menjodohkan :
Dari uraian tersebut diatas terdapat beberapa peluang dan ancaman bagi peternakan mandiri ayam broiler.
Berikut adalah faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi usaha peternakan ayam broiler di masa
pandemic. Identifikasi faktor-faktor lingkungan di bawah ini, manakah yang merupakan faktor
eksternal makro dan industri atau faktor internal. Identifikasi juga apakah merupakan suatu peluang
atau ancaman bagi usaha peternakan ayam broiler.

Pilihlah jawablah dengan menulis jawaban A,B, C,……..L pada kolom factor ekstenal dan kolom
peluang/ancaman sesuai kolom keterangan. Jawaban di tulis pada lembar jawaban (kertas HVS) sebanyak
20 jawaban,

Keterangan No Faktor eksternal No PeluanJg/ancaman Pilihan Jawaban


Penerapan PSBB 1 Politik 11 Ancaman A.Politik
Permintaan rendah 2 Ekologi/lingkungan 12 Ancaman B.Ekonomi
Harga rendah 3 Ekonomi 13 Ancaman C.Sosial budaya
Kesepakatan antara 4 Pelanggan 14 Peluang D.Ekologi/lingkungan
peternak dan
perusahaan integrasi
Beban operasional 5 Tidak ada jawaban 15 Ancaman E.Teknologi
Daya beli masyarakat 6 Social budaya 16 Ancaman F.Pesaing
rendah
Over supply 7 Pemasok 17 Peluang G.Pemasok
Telur, tahu, tempe 8 Substitusi 18 Ancaman H.Pelanggan
Peternak lainnya 9 Pesaing 19 Ancaman I. Substitusi
Digital marketing 10 Teknologi 20 Peluang J. Peluang
K. Ancaman
L. Tidak ada jawaban

Anda mungkin juga menyukai