Anda di halaman 1dari 11

Komunikasi Efektif dalam Hubungan Interpersonal dengan

Sesama Perawat

Disusun oleh :

Adinda Putri khalilah (0432950320016)


Giska Dhea Maharani (0432950320020)
Demiya Pratami (0432950320003)
Syarifah meutia goce (0432950320024)
Sirty Patti (0432950320022)
Nurul Amelia (0432950320010 )

Erlia ferani (0432950320005)

1
Kompetensi Keahlian Ilmu Keperawatan
STIKES BANI SALEH
2020 – 2021

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah Komunikasi Keperawatan
tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih yang ditujukan kepada Dosen Penanggung Jawab


Mata Kuliah , dosen pembimbing, beserta rekan-rekan. Untuk memenuhi Tugas
komunikasi Keperawatan yang di buat sebagai salah satu bentuk melatih
kemandirian di bidang Pendidikan dan Kesehatan.

Adapun tujuan dilaksanakan Komunikasi Keperawatan adalah untuk


menambah wawasan, juga meningkatkan prestasi Mahasiswa, dengan
dilaksanakan ini penulis dapat mengembangkan, melaksanakan dan
mempraktikkan ilmu yang telah di dapat.

Penulis menyadari bahwa pembuatan Makalah ini masih terdapat


kekurangan baik dalam bentuk tulisan, isi, informasi maupun dalam bentuk
penyajian. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran untuk
perbaikan makalah ini. Semua untuk mendukung agar yang penulis buat dapat
lebih baik lagi di kemudian hari.

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar belakang masalah
4
1.2. Rumusan masalah
4
1.3. Tujuan masalah
4

BAB II PEMBAHASAN 5
2.1. Pengertian Komunikasi 5
2.2. Kolaborasi 5
2.3. Komunikasi antara perawat dengan perawat 6
2.4. Hubungan Perawat dengan Sejawat 6
2.5. Gangguan Komunikasi antar Perawat 7
2.6. Hubungan Perawat dengan Institusi Tempat Perawat Bekerja 7

BAB III PENUTUP 11


a. Kesimpulan 11
b. Saran 11

3
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut juga
mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter, bidan,ahli gizi, kesehatan
masyarakat, radiologi, teknobiomedik, farmasi, analis kesehatan, dan perawat. Semua profesi
tadi diwajibkan saling bekerjasama dalam menjalankan profesionalitas profesinya masing-
masing.

Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada.Semua profesi
kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan kesehatan
yang prima. Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak sendirian. Perawat ditemani oleh
dokter, analis kesehatan, tim kesehatan masyarakat, analis kesehatan,ahli gizi,radiologi dan
lainnya.

Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan dapat berjalan
secara harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal? Kolaborasi pendidikan dan
praktik antar profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan.Semua jenis profesi harus
mempunyai keinginan untuk berkolaborasi. Perawat,bidan, dokter, dan semua profesi lain
merencanakan dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya di bangku pelajar.
Ketergantungan antar profesi pun dapat tetap ada asalakan dalam batas-batas lingkup praktek
yang sesuai dengan aturan yang ada.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara berkomunikasi perawat dengan perawat ?
2. Bagaimana proses komunikasi perawat dengan perawat ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara berkomunikasi perawat dengan perawat
2. Untuk mengetahui proses komunikasi perawat dengan perawat

4
BAB II
Pembahasan
2.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Nursalam (2007)
menyatakan, komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan
menerima maksud dan tujuan pemberi pesan Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi
terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini
difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah
interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam
keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah,
berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.

2.2. Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa,melakukan
kerjasama dalam asuhan kesehatan,saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing
bertanggung jawab pada pekerjaannya.

Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa yang


sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint
Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada
definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam
kontek perawatan kesehatan berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah
bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan bahwa
kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang aspek-aspek
perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan
keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.

American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan negosiasi yang
panjang dalam kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat, mendefinisikan istilah
kolaborasi sebagai berikut ; Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat

5
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan
masyarakat.

Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan
untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk
mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien.Agar hubungan kolaborasi dapat
optimal,semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.Perawat dan
dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega,bekerja saling ketergantungan
dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan pengetahuan serta respek
terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu,keluarga dan
masyarakat.

2.3. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga
kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang
klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat
tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal.

Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi
karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan pelayanan
keperawatan.

Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur
masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana
tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada
kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang
kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.

Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang
tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan
wewenang.

2.4. Hubungan Perawat dengan Sejawat


Perawat dalam menjalankan tugasnya, harus dapat membina hubungan baik dengan
semua perawat yang berada dilingkungan kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut,
sesama perawat harus terdapat rasa saling menghargai dan tenggang rasa yang tinggi agar

6
tidak terjebak dalam sikap saling curiga dan benci. Tunjukkan selalu sikap memupuk rasa
persaudaraan dengan silih asuh, silih asih, silih asah :

1. Silih asuh dimaksudkan bahwa sesama perawat dapat saling membimbing, manasihati,

menghormati, dan mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan.

2. Silih asih dimaksudkan bahwa setiap perawat dalam menjalankan tugasnya dapat
saling menghargai satu sama lain, saling kasih mengasihi sebagai anggota profesi,
saling bertenggang rasa dan bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh
hasutan yang dapat membuat sikap saling curiga dan benci.

3. Silih asah dimaksudkan bahwa perawat yang merasa lebih pandai aau tahu dalam hal
ilmu pengetahuan, dapat membagi ilmu yang dimilikinya kepada rekan sesama
perawat tanpa pamrih.

Koordinasi dan komunikasi tidak hanya diperlukan antartenaga professional kesehatan,


tetapi juga dalam suatu tim profesi, termasuk perawat. Dengan demikian, perawat mampu
melaksanakan peran dan fungsinya secara berkesinambungan. Telah disadari bersama bahwa
tenaga keperawatan harus bekerja sepanjang waktu untuk member pelayanan
pemenuhankebutuhan dasar klien. Perawat merupakan profesi yang harus setia setiap saat di
sisi klien sehingga kerjasama, koordinasi, dan komunikasi antar perawat yang terlibat dalam
tim perawatan klien harus dilakukan untuk mencegah terputusnya proses keperawatan yang
diselenggarakan.

2.5. Gangguan Komunikasi Antar Perawat


Gangguan komunikasi antar perawat dapat mengakibatkan proses keperawatan terhenti,
kinerja asuhan keperawatan juga akan menurun. Agar kerjasama iniberhasil dengan baik,
diperlukan hal-hal berikut :

1. Pesesuaian pemahaman tentang tujuan perawatan yang akan dilakukan dan


pemahaman tentang masing masing tugas anggota tim keperawatan.

2. Pendelegasian wewenang

3. Kesediaan untuk menerima umpan balik antar anggota tim keperawatan.

4. Terciptanya rasa solidaritas kelompok

5. Terciptanya iklim kerja yang kondusif dalam tim

2.6. Hubungan Kerja Perawat Dengan Institusi Tempat Perawat Bekerja


Seorang Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan baik tingkat akademik maupun
tangkat sarjana memerlukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya baik

7
dibidang pengetahan, Keterampilan dan sikap yang professional.

Untuk memperoleh pekerjaan yang betul-betul sesuai dengan kemampuan standar yang
telah dugariskan oleh pendidikan yang telah diikutinya,sangatlah sulit. Karena basarnya
persaingan antara jumlah tenaga yang ada dan jumlah lahan tempat bekerja, Karena itu sering
terjadi bahwa perawat berpendapat lebih baik bekerja dulu, Soal penempatan kerja yang
sesuai atau tidak, akan dipakirkan kemudian.Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi
untuk bekerja.

Bila pekerjaan yang diberikan sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Maka
motivasi kerja akan meningkat, Akan tetapi bila volume pakerjaan yang didapatkannya tidak
sesuai dengan keinginan dan cita-citanya maka akan terjadi penurunan motivasi kerja yang
menjurus kepada terjadinya konflik anytara nilai (value). Sebagai perawat dengan kebijakan
institusi tempat bekerja. Bila terjadi penumpukan konflik nilai didalam pelaksanaan
pekerjaannya setaiap hari, akan terjadi :

1. Buruknya komunikasi antara perawat sebagai pekerja dengan institusi selaku pemberi
kebijakan

2. Tumbuh sifat masa bodoh terhadap tugas yang merupakan tanggung jawabnya

3. Kinerja menjadi menurun

Agar dapat terbina hubungan kerja yang adekuat antara perawat dengan institusi tempat
bekerja,perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Perlu ditanamkan dalam diri perawat bahwa pekerja iti tidak sekedar mencari nafkah
atau mencari uang,Tapi perlunya hati yang ikhlas.
2. juga merupakan ibadah berarti bahwa hasil yang dapat diperolah dari pekerjaan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab, dapat memenuhi
kebutuhan lahir maupun batin.
3. Tidak semua keinginan individu perawat akan pekerjaan dan tugasnya dapat
terealisasi.
4. Upaya untuk memperkecil terjadinya konflik nilai dalam melaksanakan tugas
keperawatan debgan menyesuaikan situasi dan kondisi tempat bekerja.
5. Menjalin kerja sama yang baik dan dapat memberikan kepercayaan kepada pemberi
kebijakan bahwa tugas dan tanggung jawab keperawatan selalu mengalami perubahan
(dinamis) sesuai iptek.

Komunikasi Antara Perawat Dengan Tenaga Kesehatan


1). Komunikasi antara Perawat dengan Dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup
lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter
dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan
keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat

8
mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang
kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan
keluarga..begaimana..perawatan..diabetes..di..rumah.

Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter
terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV,
anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium
sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.
Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis,
disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi
kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai
tujuan yang diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari
kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu,
perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan
perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter  untuk mendiagnosa secara pasti penyakit
pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud
dengan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.

2). Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga
kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang
klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat
tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau
struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana
tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada
kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang
kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan strubktural.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang
tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya.

3). Komunikasi Antara Perawat Dengan Ahli Terapi Respiratorik


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang

9
untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi
terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu
dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien
secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien
dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.

Contoh. Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan
merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan
otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

4) Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi

Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau
mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau .dalam pengembangan sistem
pemberian obat.

Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan
mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat
membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan ainnya.

Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek smaping
dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi
standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada
ahli.farmasi.

Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan mana
yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan
pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui
dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila
terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan
pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang
diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam
rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat
izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya
di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem

5) Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap orang dan
memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu. Agar pemenuhan gizi pasien
dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli

10
gizi tentang – obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka
dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara.

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan
profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, apoteker dsb. Setiap
tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila setiap
profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan
baik. Selain itu perawat juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk senantiasa
memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik
dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

3.2 Saran

Perlu adanya sosialisasi praktik kolaborasi dan managed care diantara tim kerjakesehatan
atau profesi kesehatan mulai dari situasi pendidikan.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kesehatan perlu adanya peningkatan


pendidikan perawat dan komunikasi yang baik ke pasien maupun antartim kerja, dan untuk
meningkatkan praktik kolaborasi perlu adanya komitmen bersama antara pemimpin
(struktural) dan fungsional (profesi kesehatan), dimana pimpinan dapat mengadopsi managed
care dan mensosialisasikan serta dapat diterapkan pada pelayanan.

11

Anda mungkin juga menyukai