Anda di halaman 1dari 10

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 73-81)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs


DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TEMA AIR SEHAT

Anggraeni Mashinta S1, M. Masykuri2, dan Sarwanto3


1Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
ca_shienta@yahoo.com
2Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
mmasykuri@yahoo.com
3Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sarwanto@fkip.uns.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) prosedur pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs
dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat, (2) kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan
model Problem Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan, (3) efektivitas modul IPA terpadu
SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang dikembangkan. Penelitian ini
merupakan penelitian dan pengembangan dengan model 4-D. Rancangan modul dikembangkan menjadi draft
I. Draft I divalidasi oleh validator ahli materi, media, bahasa, praktisi dan peer review kemudian direvisi
menjadi draft II. Draft II kemudian diuji coba kecil pada 10 orang siswa kelas 7A SMP Negeri 4
Pracimantoro. Setelah direvisi menjadi draft III, yang diuji coba luas pada siswa kelas 7B SMP Negeri 4
Pracimantoro. Desain penelitian yang digunakan adalah one-group pretest-posttest design. Keefektifan
modul terhadap hasil belajar siswa dianalisis menggunakan gain score untuk pretest-posttest aspek
pengetahuan, observasi aspek sikap dan keterampilan. Perbedaan hasil belajar menggunakan paired sample t-
test, uji Kruskal Wallis (parametrik), dan uji One Way Anova (non-parametrik). Disseminasi dilakukan
kepada 5 guru IPA untuk mendapatkan umpan balik. Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) prosedur
pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat
menggunakan model 4D. Prosedur pelaksanaan meliputi: tahap tahap pendefinisian (define), tahap
perencanaan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Validasi ahli
pada tahap perencanaan dilakukan 2 kali agar hasil yang diperoleh lebih baik. Tahap penyebaran hanya
dilakukan pada guru IPA di 5 sekolah untuk dinilai kelayakannya, sedangkan penyebarluasan dan
penggunaan dalam pembelajaran belum dilaksanakan karena keterbatasan penelitian. (2) kelayakan modul
IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang dikembangkan
termasuk dalam kategori sangat layak, yaitu dari skor uji validasi sebesar 47,20 dengan kriteria sangat layak.
Skor tahap uji coba kecil, uji coba luas, dan penyebaran masing-masing yaitu 66,20 dengan kriteria layak;
89,90 dengan kriteria sangat layak; dan 96,00 dengan kriteria sangat layak. (3) modul IPA terpadu SMP/MTs
dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat efektif meningkatkan hasil belajar siswa dengan hasil
gain score aspek pengetahuan 0,45 menunjukkan kategori sedang; aspek sikap 0,76 menunjukkan kategori
tinggi; dan aspek keterampilan 0,58 menunjukkan kategori sedang.

Kata Kunci: modul, IPA terpadu, PBL, air sehat.

Pendahuluan berlatar belakang disiplin ilmu tertentu,


Secara umum dalam pembelajaran IPA sehingga mengalami kesulitan jika
SMP sebagian besar masih dilaksanakan mengadakan pembelajaran yang bukan sesuai
secara terpisah. Pencapaian Kompetensi Inti dengan latar belakang keilmuannya.
dan Kompetensi Dasar mata pelajaran masih Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan
dilakukan sesuai dengan bidang kajian secara team teaching namun pada
masing-masing yaitu fisika, kimia dan biologi. pelaksanaannya kurang adanya koordinasi
Guru yang mengampu mata pelajaran IPA antara guru tim yang menyebabkan tidak akan

73
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 73-81)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

terpenuhinya Kompetensi Dasar yang akan pada dasarnya merupakan inti dari
dicapai. Guru kesulitan dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini
model IPA terpadu, sehingga guru takut untuk istilah pembelajaran memiliki hakikat
melaksanakannya. Padahal dengan jumlah perencanaan atau perancangan (desain)
Kompetensi Dasar yang banyak namun waktu sebagai upaya untuk membelajarkan siswa
atau jumlah jam pelajaran IPA yang terbatas, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
modul IPA terpadu akan mengatasi diinginkan (Hamzah Uno, 2008: 3). Tujuan
permasalahan ini. dari pembelajaran tersebut yaitu berupa
Salah satu kendala lainnya adalah perubahan ke arah yang lebih baik setelah
masih terbatasnya buku panduan atau buku mengikuti pembelajaran. Perubahan inilah
pegangan guru maupun siswa dalam bentuk yang menjadi tolak ukur proses pembelajaran
IPA Terpadu. Buku yang ada sampai saat ini yang dilakukan. Keberhasilan proses
masih menampilkan materi terpisah-pisah pembelajaran dapat dilihat dari perubahan
berdasarkan kelompok fisika, kimia maupun hasil belajar yang diperoleh siswa.
biologi. Bahan ajar adalah salah satu hal yang Kualitas pendidikan Indonesia semakin
diperlukan dalam pembelajaran IPA. Modul menurun dari tahun ke tahun. Hal ini
merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang diperlihatkan pada hasil penelitian TIMSS
diperlukan dalam proses pembelajaran IPA. (Trends in International Mathematics and
Pembelajaran IPA terpadu juga memerlukan Science) dan PISA (Programme for
modul IPA yang terpadu. Pembelajaran IPA International Student Assessment) yang
pada kurikulum 2013 berupa pembelajaran berstandar internasional. Pada survey TIMSS
IPA terpadu, sehingga kebutuhan akan modul tahun 1999 di bidang sains, Indonesia
IPA terpadu merupakan hal penting untuk menduduki peringkat 32 dari 38 negara
dapat disediakan di sekolah agar dapat peserta, kemudian tahun 2003 menduduki
memudahkan pembelajaran IPA terpadu. peringkat 37 dari 46 negara peserta, tahun
Dalam Pedoman Pengembangan 2007 menduduki peringkat 35 dari 49 negara
Kurikulum 2013 disebutkan bahwa peserta, tahun 2011 menduduki peringkat 41
pembelajaran IPA di tingkat SMP dari 43 negara peserta. Survey PISA dalam
dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan. kurun waktu tiga tahun, tahun 2003 bidang
Pembelajaran IPA SMP dikembangkan sains, Indonesia menduduki peringkat 36 dari
sebagai mata pelajaran integrative science 40 negara dengan skor 395, tahun 2006
bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. menduduki peringkat 54 dari 57 negara
Pendidikan berorientasi aplikatif, dengan skor 393, dan tahun 2009 menduduki
pengembangan kemampuan berpikir, peringkat 60 dari 65 negara dengan skor 383.
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan Berdasarkan data hasil studi TIMSS (2011)
pengembangan sikap peduli dan bertanggung dan PISA menunjukkan bahwa soal berbasis
jawab terhadap lingkungan alam dan sosial. masalah dan berkaitan dengan kemampuan
Integrative science mempunyai makna analisis rendah, sehingga konsekuensinya
memadukan berbagai aspek yaitu domain dibutuhkan pembelajaran atau bahan ajar yang
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Secara dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
substansi, IPA dapat digunakan sebagai tools masalah.
atau alat untuk mengembangkan domain Modul memiliki peranan di dalam
sikap, pengetahuan, dan keterampilan menciptakan pembelajaran yang inovatif dan
(Kemendikbud, 2013: 167). kreatif. Pembelajaran menggunakan modul
Pembelajaran adalah upaya untuk yang dapat dilakukan untuk memecahkan
membelajarkan siswa. Pembelajaran terdiri permasalahan adalah dengan menerapkan
dari kegiatan memilih, menetapkan, modul yang memberikan pengalaman secara
mengembangkan metode atau model langsung, menantang dan menyenangkan bagi
pembelajaran untuk mencapai hasil siswa. Dengan modul tersebut, siswa menjadi
pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, aktif di dalam proses pembelajaran dan juga
penetapan, dan pengembangan metode atau lebih bersemangat dalam belajar. Keadaan
model pembelajaran ini didasarkan pada seperti inilah yang akan mempengaruhi
kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan ini peningkatan hasil belajar siswa.

74
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 73-81)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Berdasarkan observasi yang dilakukan siswa dapat memperoleh pengalaman


di SMP Negeri 4 Pracimantoro pada mata langsung sehingga dapat menambah kekuatan
pelajaran IPA, menunjukkan bahwa belum untuk menerima, menyimpan, dan
tersedianya modul IPA terpadu, pembelajaran menerapkan konsep yang telah dipelajari
secara konvensional dan masih rendahnya secara menyeluruh, bermakna, autentik, dan
hasil belajar siswa. Sehingga pemberian aktif (Trianto, 2010: 6). Cara pengemasan
modul IPA terpadu dengan model PBL dirasa pengalaman belajar yang dirancang guru
menjadi penting untuk meningkatkan hasil sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan
belajar siswa. Hal ini didasarkan dari hasil pengalaman bagi siswa. Pembelajaran IPA
wawancara dengan beberapa siswa yang Terpadu dikemas dengan tema kontekstual,
mengatakan mereka tidak begitu menyukai yang dekat dengan kehidupan manusia. Materi
mata pelajaran IPA dengan alasan IPA itu yang diajarkan dikaitkan dengan situasi dunia
sulit dan membosankan untuk dipelajari. nyata, sehingga dapat menciptakan kondisi
Ditemukan pula sikap siswa selama mengikuti pembelajaran yang menyenangkan,
pembelajaran IPA menunjukkan adanya menantang, dan dengan menerapkan proses
kebosanan ketika guru menjelaskan suatu pembelajaran yang lebih bervariasi bagi
konsep IPA dan kurang antusias ketika siswa. Proses pembelajaran yang demikian,
mengerjakan tugas/latihan soal yang diberikan dapat menimbulkan dampak pada hasil belajar
guru. yang diperoleh siswa.
Keberhasilan suatu pembelajaran tidak Menurut Permendiknas No. 24 tahun
hanya dilihat dari sikap siswa dalam 2007, salah satu sumber belajar siswa adalah
mengikuti pembelajaran saja, tetapi juga dapat buku teks. Hakikat pembelajaran IPA terpadu
dilihat dari hasil belajar yang diperoleh. Oleh adalah berfokus pada siswa (student centered)
karena itu, permasalahan di atas merupakan yang menekankan keaktifan siswa dan
suatu masalah yang diakibatkan dari kurang menuntut siswa belajar mandiri. Buku dapat
maksimalnya pembelajaran yang dilakukan berperan sebagai sumber belajar siswa secara
oleh guru IPA. Model pembelajaran yang mandiri, sehingga siswa tidak bergantung
digunakan oleh guru pun, belum mengacu pada guru. Oleh karena itu buku untuk
pada suatu proses pembelajaran aktif dan pembelajaran IPA terpadu menyajikan materi
menyenangkan. Banyaknya materi IPA dan IPA secara terpadu dan mampu mendorong
tuntutan kurikulum yang dipenuhi siswa untuk belajar mandiri. Menurut
menyebabkan guru lebih sering menggunakan Purwanto, dkk (2007: 9) menjelaskan bahwa
metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan modul adalah bahan belajar yang dirancang
dalam pembelajarannya. Siswa hanya duduk secara sistematik berdasarkan kurikulum
diam, mendengar dan mencatat informasi tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan
yang diberikan guru. Proses pembelajaran pembelajaran terkecil dan memungkinkan
yang berlangsungpun pada akhirnya masih dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu
didominasi pada teacher centered dan transfer tertentu.
knowledge. Guru hanya menyampaikan IPA Di SMP Negeri 4 Pracimantoro
sebagai produk dan siswa hanya menghafal ketersediaan bahan ajar IPA terpadu masih
informasi aktual, sehingga kurangnya dirasakan kurang dalam jumlah yaitu baru
keaktifan siswa dalam menemukan konsep tersedia buku IPA terpadu yang diterapkan di
dengan sendirinya. Hal inilah yang kelas 7, namun baru tersedia di perpustakaan
menyebabkan masih rendahnya hasil belajar sehingga tidak seimbang dengan jumlah kelas
siswa. dan jumlah siswa di sekolah. Buku IPA
Upaya untuk mengatasi permasalahan terpadu hanya ada di perpustakaan, sedangkan
diatas adalah perlu dilaksanakannya yang diberikan kepada siswa hanya lembar
pembelajaran IPA secara terpadu. kerja siswa (lks). Menurut Rai Sujanem, I
Berdasarkan Kurikulum 2013, bahwa Nyoman Putu Suwindra, I ketut Tika (2009)
pembelajaran IPA yang diaplikasikan di menjelaskan bahwa hasil penelitian
SMP/MTs berdasarkan pendekatan scientific menunjukkan modul sebaiknya dikembangkan
dan dilaksanakan dengan model pembelajaran secara eksplisit memuat materi pembelajaran
terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu, yang kontekstual. Pembelajaran IPA

75
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 73-81)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

sebaiknya dilakukan dengan model dapat dikemas secara tematik dari berbagai
pembelajaran berbasis masalah yang sudut pandang atau disiplin keilmuan yang
merupakan salah satu trategi pendekatan mudah dipahami dan dikenal siswa dalam
kontekstual. Prastowo (2012: 14) bidang kajian IPA. Tema yang diambil adalah
mengemukakan bahwa guru belum tema yang dekat dengan kehidupan siswa. Air
mengembangkan kreativitas untuk merupakan salah satu sumber kehidupan yang
menyiapkan dan membuat bahan ajar secara memiliki hubungan sangat dekat dengan
mandiri dan memilih bahan ajar yang siap kehidupan manusia sehari-hari. Dalam jenjang
pakai karena beranggapan bahwa membuat SMP, IPA terpadu sudah mampu menjelaskan
bahan ajar merupakan pekerjaan yang sulit secara khusus tema tersebut dengan beberapa
dan membutuhkan waktu yang lama. keterpaduan materi dalam materi IPA. Akan
Proses pembelajaran memerlukan suatu tetapi, pada realitanya masih banyak SMP
model pembelajaran yang dapat meningkatkan yang belum mampu memberikan pemikiran
hasil belajar IPA. Salah satu model baru bagi siswa untuk memahami keterpaduan
pembelajaran yang dikembangkan dan materi.
mengacu pada suatu proses pembelajaran aktif Berdasarkan uraian di atas, maka
dan menyenangkan adalah model dilakukan penelitian tentang pengembangan
pembelajaran PBL. Berbeda dengan model- modul dengan judul ³3HQJHPEDQJDQ 0RGXO
model lain yang penekanannya adalah pada IPA Terpadu SMP/MTs dengan Model
mempresentasikan ide-ide dan Problem Based Learning Tema Air Sehat´
mendemonstrasikan keterampilan, dalam PBL Tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu
guru menyodorkan situasi-situasi bermasalah menganalisis: (1) prosedur pengembangan
kepada siswa dan memerintahkan mereka modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model
untuk menyelidiki dan menemukan sendiri PBL tema air sehat, (2) kelayakan modul IPA
solusinya (Arends: 2008). Model PBL dapat terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema
diterapkan manakala guru menginginkan agar air sehat yang telah dikembangkan, dan (3)
siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat efektivitas modul IPA terpadu SMP/MTs
materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan dengan model PBL tema air sehat yang telah
memahami secara penuh serta mampu dikembangkan.
menyelesaikan masalah. Pembelajaran di
kelas dengan mengembangkan pembelajaran Metode Penelitian
PBL diharapkan bisa menumbuhkan Penelitian ini dilaksanakan di SMP
pengalaman belajar yang lebih menantang dan Negeri 4 Pracimantoro yang beralamat di
menyenangkan bagi siswa. Dengan begitu jalan Goa Putri Kencana KM. 4 Wonodadi,
pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil Pracimantoro, Wonogiri. Dilaksanakan pada
belajar siswa. semester genap tahun ajaran 2013/2014.
Suatu proses yang terdapat pada sintaks Penelitian ini merupakan penelitian dan
PBL ini dapat memotivasi siswa dalam belajar pengembangan atau research and
IPA sekaligus dapat membantu pemahaman development (R&D). Desain penelitian yang
konsep IPA. Melalui pembelajaran PBL, digunakan dalam penelitian ini menggunakan
siswa akan diberikan permasalahan dalam model 4-D (Four-D Models) yang terdiri dari
menemukan konsep-konsep IPA. Penemuan tahap pendefinisian (define), tahap
konsep-konsep yang dilakukan, dapat perencanaan (design), tahap pengembangan
menjadikan kebermaknaan bagi siswa dalam (develop), dan tahap penyebaran (disseminate)
pembelajaran berlangsung. Guna (Thiagarajan, 1975: 5). Pemilihan model 4-D
terlaksananya pembelajaran IPA secara untuk mengembangkan modul IPA terpadu
terpadu, maka diperlukan modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat
yang berfungsi sebagai bahan ajar dalam dengan alasan sebagai berikut: (1) model
kegiatan pembelajaran di sekolah, dan sebagai pengembangan runtut, (2) adanya tahap
fasilitas untuk dilaksanakannya pembelajaran validasi dan uji coba produk menjadikan
tersebut. produk yang dihasilkan lebih baik, dan (3)
Pembelajaran terpadu dalam IPA langkah-langkah pengembangan logis.
dikembangkan berdasarkan persoalan atau

76
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 73-81)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Subjek penelitian pada proses pengembangan (develop), dan penyebaran


pengembangan melibatkan para pakar untuk (disseminate). Pada tahap pendefinisian
menilai dan memberi masukan terhadap (define) dilakukan analisis kebutuhan.
produk yang dikembangkan. Pakar yang Berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa
dilibatkan dalam tahapan desain produk dan guru, dapat disimpulkan bahwa siswa dan
adalah ahli materi, ahli bahasa, ahli media guru setuju jika ada modul pembelajaran IPA
IPA, guru IPA, dan teman sejawat (peer terpadu. Siswa dan guru menginginkan
review). Subjek uji coba terbatas yang diuji karakteristik modul dengan komponen
dalam penelitian ini adalah 10 orang siswa persoalan real dalam kehidupan sehari-hari,
kelas 7A SMP Negeri 4 Pracimantoro. Subjek pembelajaran untuk pemecahan masalah,
uji coba luas yang diuji dalam penelitian ini diskusi, presentasi untuk menampilkan solusi
adalah siswa kelas 7B SMP Negeri 4 dari permasalahan, dan evaluasi.
Pracimantoro. Tahap perancangan (design) merupakan
Instrumen pengumpulan data dalam tahap pembuatan rancangan modul sesuai
penelitian pengembangan ini terdiri dari dengan kebutuhan. Modul dicetak dengan
angket kelayakan modul, angket respon siswa menggunakan standar kertas yang ditetapkan
dan guru, lembar observasi keterlaksanaan oleh BSNP. Menurut BSNP ukuran buku
pembelajaran, dan tes hasil belajar. Analisis mengikuti standar ISO adalah A4/A5/B5.
data dalam penelitian ini terdiri dari analisis Pengembangan modul kali ini dipilih ukuran
angket dan analisis data tes. Analisis angket buku A4 (210 x 297 mm). Tahap
dilakukan dengan langkah-langkah: (1) pengembangan (develop) bertujuan untuk
menabulasi data yang diperoleh dari validator menghasilkan modul IPA terpadu SMP/MTs
untuk setiap komponen dari butir penilaian dengan model PBL tema Air Sehat
yang tersedia dalam instrument penilaian, (2) berdasarkan masukan dari validator ahli (ahli
Menghitung skor total rata-rata dari setiap materi, media, bahasa, praktisi, dan peer
komponen, dan (3) mengubah skor rata-rata review) dan hasil uji coba ke siswa (uji coba
menjadi nilai criteria. Data yang dianalisis kecil dan uji coba luas). Modul yang
dalam penelitian ini adalah data hasil belajar dikembangkan adalah modul dengan model
siswa dari aspek pengetahuan, sikap, dan PBL. Sintaks PBL diadopsi dari PBL menurut
keterampilan. Sebelum menentukan jenis uji Tan (2009) yang terdiri dari persoalan real
yang digunakan, dilakukan uji normalitas dan yang diungkapkan, analisis masalah dan isu
homogenitas terlebih dahulu. Untuk belajar, pembagian kelompok kecil,
mengetahui efektivitas penggunaan modul pemecahan masalah,
terhadap hasil belajar dilakukan uji gain score menampilkan/mempresentasikan solusi, dan
yang diadopsi dari Richard R. Hake (1999): evaluasi. Penyusunan draft modul mengikuti
langkah menetapkan judul, tujuan akhir,
æÞâåãâæççØæç?æÞâåãåØçØæç
C=EJ L (1) outline modul, pemberian model PBL dengan
æÞâåàÔë?æÞâåãåØçØæç
menerapkan masing-masing sintaks dalam
Untuk mengetahui perbedaan hasil setiap kegiatan belajar, kembangkan materi,
belajar sebelum dan setelah menggunakan dan memeriksa ulang draft. Modul diharapkan
modul dilakukan uji statistik aspek dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Azita
pengetahuan menggunakan paired sample t- (2013: 8) mengemukakan bahwa dalam
test, aspek sikap dan keterampilan meningkatkan pencapaian pendidikan
menggunakan Kruskal Wallis (non- menggunakan PBL, penggunaan modul
parametrik) dan One Way Anova (parametrik) mempunyai peranan penting dalam proses
dengan program SPSS versi 18.00. Perbedaan pembelajaran. Dengan menggunakan modul,
hasil belajar dilihat dari aspek pengetahuan, guru dapat menyampaikan pelajaran dengan
sikap, dan keterampilan siswa. lebih mudah, lebih menarik serta lebih
berkesan. Begitu juga siswa dapat memahami
pelajaran tersebut dengan lebih bermakna
Hasil Penelitian dan Pembahasan serta dapat menjalankan aktivitas
Prosedur pengembangan modul pada
pembelajaran dengan secara mandiri atau
penelitian ini melalui 4 tahapan, yaitu
secara berkelompok tanpa perlu senantiasa
pendefinisian (define), perencanaan (design),

77
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 73-81)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

dipantau oleh guru. Modul juga dapat terdapat beberapa saran perbaikan. Saran dan
membantu guru dan siswa di dalam proses perbaikan dilakukan diantaranya mengenai
pembelajaran, yaitu guru dapat ukuran huruf, gambar yang kurang jelas, dan
menyampaikan konsep dengan lebih mudah, sumber gambar. Prastowo (2012) mengatakan
tepat, dan cepat dengan adanya modul. Siswa bahwa bahan ajar cetak yang baik
juga dapat mempelajari konsep yang benar menggunakan huruf yang tidak terlalu kecil
sesuai dengan konstruksi siswa, penuh minat dan mudah dibaca. Prastowo (2012)
dan lebih melekat dalam ingatan. mengatakan bahwa gambar dapat
Tahap penyebaran (disseminate) modul memperjelas informasi yang disampaikan.
dilakukan kepada 5 orang guru IPA dari 5 Purwanto (2007) menyatakan bahwa dalam
SMP di wilayah kecamatan Bumiayu. Sekolah pengambilan gambar atau ilustrasi harus
tersebut antara lain SMP Negeri 1 Bumiayu, disertakan sumbernya. Purwanto (2007)
SMP Negeri 3 Bumiayu, SMP Islam bahwa gambar yang baik adalah gambar yang
7D¶DOODPXO +XGD %XPLD\X 603 ukurannya tepat. Setelah dilakukan perbaikan
Muhamadiyah Bumiayu, SMP Bustanul Ulum modul dilakukan tahap validasi ke-2. Tabel 2
NU Bumiayu. Skor rata-rata penilaian guru merupakan ringkasan hasil validasi ke-2.
terhadap modul ini sebesar 95,8 yang berarti
PDVXN NDWHJRUL ³6DQJDW /D\DN´ Kesulitan Tabel 2. Ringkasan Hasil Validasi (Setelah Revisi)
terjadi pada tahap penyebaran karena sekolah No. Elemen yang Divalidasi Rata-Rata Kategori
yang dilakukan penyebaran tidak seluruhnya 1 Kelayakan Isi 31,20 Sangat Layak
dilakukan analisis kebutuhan. Karena alasan 2 Kelayakan Penyajian 54,00 Sangat Layak
3 Kelayakan Bahasa 27,40 Sangat Layak
pelaksaan analisis kebutuhan tersebut, maka 4 Kelayakan Kegrafikan 116,00 Sangat Layak
respon guru yang menyangkut indikator 5 Kelayakan Keterpaduan 31,20 Sangat Layak
6 Kelayakan PBL 23,40 Sangat Layak
kebutuhan pembuatan modul menjadi kurang Rata-rata 47,20 Sangat Layak
tepat.
Kelayakan modul berdasarkan Data penilaian kelayakan oleh para
kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan standar validator ahli setelah revisi pada Tabel 2 dapat
BSNP. Uji kelayakan dilakukan dengan cara disimpulkan bahwa draft-2 mempunyai
validasi (validator ahli, praktisi, peer review), kriteria sangat layak dan tanpa revisi. Dari
uji coba kecil, uji coba luas, dan penyebaran kriteria tersebut maka selanjutnya draft-2
modul. Nilai untuk validasi modul dibuat dapat dilakukan uji coba kecil. Respon siswa
dengan alternatif skala Likert yaitu skala 4 terhadap modul IPA terpadu SMP/MTs
sesuai pendapat Arikunto (2010: 146) yaitu 1= dengan model PBL tema air sehat (Uji Coba
tidak layak/tidak baik, 2= kurang Kecil) diperoleh data statistik deskriptif. Skor
layak/kurang baik, 3= layak/baik, dan 4= rata-rata respon siswa terhadap modul sebesar
sangat layak/sangat baik. Skor dari beberapa 66,2 kategori layak, skor median sebesar 66
validator ahli tersebut kemudian diubah kategori layak, modus sebesar 61 berarti
menjadi data kriteria. Masing-masing kebanyakan siswa menyatakan modul
validator memberikan penilaian disertai berkategori cukup layak. Besarnya skor
komentar dan saran untuk perbaikan. tersebut dikarenakan beberapa kekurangan
Ringkasan hasil validasi kesatu (sebelum modul menurut siswa, antara lain gambar dan
revisi) ditunjukkan pada Tabel 1. keterangannya kurang jelas, kalimat perintah
Tabel 1. Ringkasan Hasil Validasi (Sebelum Revisi)
masing-masing sintaks kurang jelas.
No. Elemen yang Divalidasi Rata-Rata Kategori
1 Kelayakan Isi 26,80 Sangat Layak
2 Kelayakan Penyajian 45,60 Layak
3 Kelayakan Bahasa 24,40 Sangat Layak
4 Kelayakan Kegrafikan 102,00 Sangat Layak
5 Kelayakan Keterpaduan 28,00 Sangat Layak
6 Kelayakan PBL 20,20 Sangat Layak
Rata-rata 41,17 Sangat Layak

Validasi tahap 1 diperoleh skor rata-rata


41,17 dengan kriteria sangan layak, namun

78
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 73-81)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

100% 100% 11.43 12.86 9.38


Prosentase (%)

Prosentase (%)
80% 32.86 34.11 34.38 80%
60% 60%
40% 67.14 65.89 65.63 40% 88.57 87.14 90.63

20% 20%
0% 0%
Prosentase Kriteria Prosentase Kriteria
Tidak Layak Tidak Layak
Prosentase Kriteria
Prosentase Kriteria
Layak
Layak
Gambar 1 Grafik Persentase Respon Siswa terhadap Gambar 2 Grafik Persentase Respon Siswa terhadap
Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian
Materi, dan Manfaat Materi, dan Manfaat
Gambar 1 menjelaskan bahwa 67,14% Gambar 2 menjelaskan bahwa 88,57%
respon siswa menyatakan aspek tampilan respon siswa menyatakan aspek tampilan
modul mempunyai kriteria layak, 32,86% modul mempunyai kriteria sangat layak,
respon siswa menyatakan aspek tampilan 11,43% respon siswa menyatakan aspek
modul mempunyai kriteria tidak layak. tampilan modul mempunyai kriteria tidak
65,89% respon siswa menyatakan aspek layak. 87,14% respon siswa menyatakan
penyajian materi modul mempunyai kriteria aspek penyajian materi modul mempunyai
layak, 34,11% respon siswa menyatakan kriteria sangat layak, 12,86% respon siswa
aspek penyajian materi modul mempunyai menyatakan aspek penyajian materi modul
kriteria tidak layak. 65,63% respon siswa mempunyai kriteria tidak layak. 90,63%
menyatakan aspek manfaat modul mempunyai respon siswa menyatakan aspek manfaat
kriteria layak, 34,38% respon siswa modul mempunyai kriteria sangat layak,
menyatakan aspek manfaat materi modul 9,38% respon siswa menyatakan aspek
mempunyai kriteria tidak layak. Skor respon manfaat materi modul mempunyai kriteria
siswa terhadap masing-masing aspek di atas tidak layak. Gambar 2 menyatakan bahwa
50%, ini artinya siswa mempunyai respon respon siswa terhadap modul sangat layak.
positif atau tertarik terhadap modul IPA Hampir seluruh siswa berpendapat modul
Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tersebut sangat layak digunakan untuk
tersebut. Dapat diartikan juga bahwa modul pembelajaran IPA. Tahap uji coba luas tidak
tersebut baik atau layak digunakan. Setelah ada revisi sehingga langsung ke tahap
tahap uji coba kecil, modul direvisi sesuai penyebaran.
saran dan komentar siswa untuk diuji coba Respon guru IPA terhadap modul IPA
luas. terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema
Respon siswa terhadap terhadap modul air sehat (tahap penyebaran) diperoleh data
IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL statistik deskriptif. Skor rata-rata respon guru
tema air sehat (Uji Coba Luas) diperoleh data terhadap modul sebesar 95,8 kategori sangat
statistik deskriptif. Skor rata-rata respon siswa layak, skor median sebesar 95 kategori sangat
terhadap modul sebesar 89,9 kategori sangat layak, modus sebesar 95 berarti kebanyakan
layak, skor median sebesar 91 kategori sangat guru menyatakan modul berkategori sangat
layak, modus sebesar 100 berarti kebanyakan layak.
siswa menyatakan modul berkategori sangat
layak.

79
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 73-81)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

100% 2.14 1.25


penggunaan modul IPA terpadu SMP/MTs
10.00
Prosentase (%) dengan model PBL tema Air Sehat pada aspek
80%
sikap termasuk level tinggi. Perolehan gain
60% score pada aspek keterampilan sebesar 0,58
97.86 98.75
40% 90.00 yang berarti termasuk dalam kriteria sedang.
20%
Ini berarti efektivitas penggunaan modul IPA
terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema
0% Air Sehat pada aspek keterampilan termasuk
Prosentase Kriteria level sedang.
Tidak Layak Hasil analisis perbedaan hasil belajar
Prosentase Kriteria
Layak
pengetahuan siswa menggunakan paired t-tes
menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar
Gambar 3 Grafik Persentase Respon Guru terhadap yang sangat signifikan antara pembelajaran
Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian sebelum dan sesudah menggunakan modul
Materi, dan Manfaat
Gambar 3 menjelaskan bahwa 90% IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL
respon guru menyatakan aspek tampilan tema Air Sehat (Sig. 0,000). Perbedaan hasil
modul mempunyai kriteria sangat layak, 10% belajar sikap (sikap sosial) siswa
respon siswa menyatakan aspek tampilan menggunakan uji Kruskal Wallis
modul mempunyai kriteria tidak layak. menunjukkan terdapat perbedaan yang
97,86% respon guru menyatakan aspek signifikan (Sig. 0,001). Perbedaan hasil
belajar keterampilan (keterampilan) siswa
penyajian materi modul mempunyai kriteria
menggunakan uji Kruskal Wallis
sangat layak, 2,14% respon guru menyatakan
aspek penyajian materi modul mempunyai menunjukkan terdapat perbedaan yang
kriteria tidak layak. 98,75% respon guru signifikan (Sig. 0,001). Kemudian hasil
menyatakan aspek manfaat modul mempunyai belajar keterampilan (portofolio) diuji
kriteria sangat layak, 1,25% respon guru menggunakan One Way Anava (Anava satu
menyatakan aspek manfaat materi modul jalan) menunjukkan terdapat perbedaan yang
mempunyai kriteria tidak layak. Dari Gambar signifikan (Sig. 0,000). Dengan demikian
3, maka dapat disimpulkan bahwa respon guru dapat diartikan bahwa modul IPA Terpadu
terhadap modul IPA Terpadu SMP/MTs SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat
efektif digunakan untuk meningkatkan hasil
dengan Model PBL tema Air Sehat pada tahap
penyebaran adalah sangat baik. Seluruh guru belajar siswa. Tan (2009) mengemukakan
berpendapat modul tersebut sangat layak bahwa pada prinsipnya PBL ditekankan untuk
digunakan untuk pembelajaran IPA. meningkatkan dan memperbaiki cara belajar
Efektivitas penggunaan modul dalam dengan tujuan untuk menguatkan konsep
pembelajaran dilihat dari aspek pengetahuan, dalam situasi nyata, mengembangkan
sikap, dan keterampilan yang ditentukan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
dengan gain score. Gain score pada aspek keterampilan memecahkan masalah,
pengetahuan sebesar 0,45 menurut Richard R. meningkatkan keaktifan belajar siswa,
Hake (1999), skor tersebut termasuk dalam mengembangkan keterampilan membuat
kriteria sedang. Artinya keefektivan keputusan, menggali informasi, meningkatkan
pembelajaran menggunakan modul IPA percaya diri, tanggung jawab, kerjasama dan
terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema komunikasi. Selanjutnya Tan (2009)
menyebutkan PBL lebih dari sekedar
Air Sehat termasuk level sedang. Gain score
pada aspek sikap dapat dilihat pada Tabel 3. lingkungan yang efektif untuk mempelajari
Tabel 3. Gain score aspek sikap dan keterampilan pengetahuan tertentu. Tetapi dapat membantu
Gain siswa membangun keterampilan sepanjang
Aspek KB 1 KB 2 KB 3
Score hidupnya dalam memecahkan masalah,
Sikap 3,33 3,67 3,84 0,76 kerjasama tim, dan berkomunikasi.
Keterampilan 4,43 4,43 4,63 0,58 Kesimpulan dan Rekomendasi
Perolehan gain score pada aspek sikap Setelah dilakukan penelitian, analisis
sebesar 0,76 yang berarti termasuk dalam dan pembahasan maka dapat disimpulkan
krteria tinggi. Ini berarti efektivitas bahwa: (1) prosedur pengembangan modul

80
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 73-81)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

IPA terpadu SMP/MTs dengan model Ali, Azita Binti. (2013). Fasa Awal:Pembentukkan
Problem Based Learning tema Air Sehat Kerangka Pembinaan Modul Bahasa C
menggunakan model 4D. Prosedur Berteraskan Model Integrasi Pembelajaran
pelaksanaan meliputi: tahap tahap Berasaskan Masalah dan Pendidikan
Berteraskan Kompetensi. Disertasi
pendefinisian (define), tahap perencanaan
Universiti Tun Hussein Onn Malaysia.
(design), tahap pengembangan (develop), dan Malaysia (Unpublised)
tahap penyebaran (disseminate). Validasi ahli BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum
pada tahap pengembangan dilakukan 2 kali Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
agar hasil yang diperoleh lebih baik. Tahap Depdiknas.
penyebaran hanya dilakukan pada guru IPA di Hake, Richard R. (1996). Interactive-engagement
5 sekolah untuk dinilai kelayakannya, versus traditional methods: A six-thousand-
sedangkan penyebarluasan dan penggunaan student survey of mechanics test data for
dalam pembelajaran belum dilaksanakan introductory physics courses. Indiana:
karena keterbatasan penelitian. (2) kelayakan Departement of Physics, Indiana University
Kemendikbud. (2013). Materi Pelatihan Guru
modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Problem Based Learning tema Air Sehat yang Badan Pengembangan Sumber Daya
dikembangkan termasuk dalam kategori Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
sangat layak, yaitu dari skor uji validasi Permendiknas No 24 Tahun. (2007). Standar
sebesar 47,20 dengan kriteria sangat layak. Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Skor tahap uji coba kecil, uji coba luas, dan Menengah. Jakarta: BNSP
penyebaran masing-masing yaitu 66,20 Prastowo, Andi. (2012). Panduan Kreatif
dengan kriteria layak; 89,90 dengan kriteria Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
sangat layak; dan 96,00 dengan kriteria sangat Diva Press
layak, dan (3) modul IPA terpadu SMP/MTs Purwanto, dkk. (2007). Pengembangan Modul.
Jakarta: Pusat Teknologi Informasi dan
dengan model Problem Based Learning tema
Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM)
Air Sehat efektif meningkatkan hasil belajar Depdiknas
siswa dengan hasil gain score aspek Sujanem, R., Suwindra, I.N.P., & Tika, I.K,.
pengetahuan 0,45 menunjukkan kategori (2009). Pengembangan Modul Fisika
sedang; aspek sikap 0,76 menunjukkan Kontekstual Interaktif Berbasis Web untuk
kategori tinggi; dan aspek keterampilan 0,58 Siswa Kelas 1 SMA.Jurnal Pendidikan dan
menunjukkan kategori sedang. Pengajaran, 42 (2). 97-104
Upaya meningkatkan hasil penelitian Tan, Oon Seng. (2009). Problem Based Learning
maka penulis memberikan beberapa and Creativity. Singapore: Cengange
rekomendasi sebagai berikut: (1) penelitian ini Learning Asia Pte Ltd
Thiagarajan, S., Sammel, D, S., and Sammel, M. I.
dapat dilanjutkan dengan menggunakan
(1974). Instructional Development For
sampel yang lebih luas, (2) modul IPA Training Theacers of Exceptional Children.
terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Leaderdship Training Institute/ Special
Air Sehat yang dikembangkan dalam Education, Minnesota: University of
penelitian ini dapat digunakan untuk kelas dan Minnesota, Minneapolis.
sekolah yang berbeda dalam pembelajaran TIMSS. (2011). The Third International
IPA Terpadu SMP, (3) pada penelitian Mathematics and Science Study-Repeat
pengembangan modul diperlukan waktu yang 2011. Jakarta: Pusat Pengujian Balitbang
cukup lama sehingga diperlukan jadwal yang Depdiknas
tepat dan efisien, dan (4) pembelajaran Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
dengan modul dalam kelas membutuhkan
Prenada Media Group
waktu yang cukup lama, maka pembelajaran Trihendri, C. (2010). Step by Step SPSS 18-
dengan modul dapat dilanjutkan di luar kelas Analisis Data Statistik. Yogyakarta:
atau di luar jam pelajaran. Penerbit Andi
Uno, Hamzah B, dkk. (2008). Desain
Daftar Pustaka Pembelajaran. Bandung: Publishing
Arends, Richard I. (2008). Learning To Teach.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

81
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 73-81)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

82

Anda mungkin juga menyukai