Anda di halaman 1dari 11

Pergerakan nasional adalah suatu bentuk perlawanan terhadap kepada kaum penjajah yang

dilaksanakan tidak dengan menggunakan kekuatan bersenjata, tetapi menggunakan organisasi


yang bergerak di bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik. Demikian halnya dengan
pergerakan nasional yang terjadi di Indonesia. Pada awalnya, berdirinya organisasi ini tidak
ditujukan untuk perlawanan terhadap kaum penjajah, tetapi organisasi-organisasi tersebut pada
dasarnya didirikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat yang mengalami penderitaan
akibat penjajahan, namun pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan. Hal yang
demikian ini pula yang menjadi faktor awal berdirinya berbagai macam organisasi pergerakan
nasional di Indonesia.

   Perjuangan rakyat Indonesia mengusir penjajah tidak hanya dilakukan dengan kekuatan fisik,
tetapi juga melalui organisasi. Putera - putera bangsa Indonesia, mulai sadar perlunya organisasi
modern untuk perjuangan kemerdekaan. Selain itu, tumbuh juga kesadaran perlunya persatuan
dari rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah.

Tokoh dan Organisasi Pergerakan Nasional.

 Budi Utomo.
Budi Utomo (ejaan Soewandi: Boedi Oetomo) adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan
oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji
pada tanggal 20 Mei 1908. Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini bersifat
sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi
awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu
organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa.

 Serikat Islam (SI).

Sarekat Islam awalnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji
Samanhudi tahun 1911 di Solo. Organisasi ini merupakan perkumpulan pedagang-pedagang
Islam yang bertujuan menghidupkan kegiatan ekonomi pedagang Islam, khususnya di Jawa.
Setelah berkembang pesat, pada tahun 1912, SDI berganti menjadi SI dan terbuka untuk seluruh
umat Islam dari berbagai lapisan masyarakat.

 Indische Partij (IP).

Indische Partij adalah partai politik pertama di Hindia Belanda, berdiri tanggal 25 Desember
1912. Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu E.F.E. Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Ki
Hajar Dewantara. Maksudnya adalah untuk mengganti Indische Bond yang merupakan
organisasi orang-orang Indonesia dan Eropa di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya keganjilan-
keganjilan yang terjadi (diskriminasi) khususnya antara keturunan Belanda totok dengan orang
Belanda campuran (Indonesia). IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerja
sama orang Indo dan bumi putera. Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo sangat
sedikit, maka diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya
makin bertambah kuat.

 Muhammadiyah.
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern yang berdiri di Yogyakarta pada tanggal 18
November 1918 dan didirikan oleh tokoh agama K.H Ahmad Dahlan. Pada awalnya, K.H
Ahmad Dahlan masuk dalam organisasi Budi Utomo dengan harapan dapat memberikan
pemikiran Islam pembaharuan kepada anggota organisasi tersebut, namun cara tersebut kurang
efektif sehingga ia mendirikan organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah mencurah-kan
kegiatannya pada usaha-usaha pendidikan serta kesejahteraan. Dalam program dakwahnya
berusaha menghapus bentuk-bentuk pemikiran dan pelak-sanaan Islam yang dihubungkan
dengan hal-hal mistik atau takhayul. Ide pembaharuan K.H Ahmad Dahlan dipengaruhi gerakan
pembaharuan di Arab saat ia menuntut ilmu agama di sana.

 Tri Koro Dharmo (Jong Java).

Pada saat didirikan, ketuanya adalah Dr. Satiman Wirjosandjojo, dengan wakil ketua
Wongsonegoro, sekretaris Sutomo dan anggotanya Muslich, Mosodo dan Abdul Rahman. Tri
Koro Dharmo bertujuan untuk mempersatukan para pelajar pribumi, menyuburkan minat pada
kesenian dan bahasa nasional serta memajukan pengetahuan umum untuk anggotanya. Hal ini
dilakukan antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pertemuan dan kursus, mendirikan
lembaga yang memberi beasiswa, menyelenggarakan berbagai pertunjukan kesenian, serta
menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo. TKD berubah menjadi Jong Java pada 12 Juni, 1918
dalam kongres I-nya yang diadakan di Solo, yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para
pemuda dari Sunda, Madura dan Bali. Bahkan tiga tahun kemudian atau pada tahun 1921
terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, namun upaya ini
tidak berhasil.

 Jong Sumatera Bond.

Jong Sumatranen Bond (JSB) adalah perkumpulan yang bertujuan untuk mempererat hubungan
di antara murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik pemuda Sumatra untuk menjadi
pemimpin bangsa serta mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra. Perkumpulan ini
didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta. JSB memiliki enam cabang, empat di Jawa
dan dua di Sumatra, yakni di Padang dan Bukittinggi. Beberapa tahun kemudian, para pemuda
Batak keluar dari perkumpulan ini dikarenakan dominasi pemuda Minangkabau dalam
kepengurusannya. Para pemuda Batak ini membentuk perkumpulan sendiri, Jong Batak.

 Taman Siswa.
 

Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Bersama dengan
Danudirja Setiabudi (Douwes Dekker), dan Cipto Mangunkusumo, beliau mendirikan Indische
Partij. Mereka bertiga dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai. Indische Partij menuntut
kemerdekaan Indonesia. Taman Siswa didirikan pada 1922 oleh Suwardi Suryaningrat.
Perguruan ini mengajarkan kepada siswanya sifat kebangsaan. Karena peranannya sangat besar
dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara diberi julukan sebagai Bapak Pendidikan
Nasional.Tujuannya mengembangkan edukasi dan kultural yang direalisasikan dengan baik,
terbukti dengan pendirian sekolah-sekolah di lingkungan Taman Siswa. Pendidikan berjenjang
dari Taman Siswa menghasilkan tokoh-tokoh yang berperan besar dalam pergerakan nasional
berikutnya.

 Partai Nasional Indonesia (PNI).

Algemene Studie Club di Bandung yang didirikan oleh Ir. Soekarno padatahun 1925 telah
mendorong para pemimpin lainnya untuk mendirikan partai politik, yakni Partai Nasional
Indonesia ( PNI). PNI didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh 8 pemimpin, yakni dr.
Cipto Mangunkusumo, Ir.Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskak, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, Dr.
Samsi, dan Ir. Soekarno sebagai ketuanya. Kebanyakan dari mereka adalah mantan anggota
Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda yang baru kembali ke tanah air.

 Partai Indonesia (Partindo).

Setelah PNI dibubarkan, pada tanggal 1 Mei 1931, Sartono mendirikan Partindo sebagai
penggantinya. Tujuan organisasi ini adalah mencapai satu Negara Republik Indonesia. Partai
Indonesia atau disingkat Partindo adalah salah satu partai politik yang pernah ada di Indonesia.
Pendirian partai ini merupakan hasil keputusan Sartono sewaktu ia menjabat ketua PNI-Iama
menggantikan Soekarno yang ditangkap pemerintah Belanda tahun 1929. Sartono membubarkan
PNI dan membentuk Partindo. Tujuan pokok Partindo sama dengan PNI-lama, yaitu mencapai
Indonesia merdeka dengan menjalan kan politik non-kooperasi terhadap pemerintahan Belanda.
Tindakan Sartono ini mendapat reaksi keras dari anggota PNI-lama, di antaranya Moh. Hatta dan
Sutan Sjahrir, serta golongan yang tidak menyetujui dengan pembubaran ini. Mereka membentuk
Golongan Merdeka dan menjadi organisasi baru bernama Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-
baru). Partindo dan PNI-baru bersaing dalam memperoleh simpati rakyat.

 Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan).


Setelah PNI dibubarkan, Moh. Hatta membentuk PNI Pendidikan pada Agustus 1932. PNI
Pendidikan menyokong pemerintahan rakyat dan menganut sistem sosialisme dan demokrasi.
PNI Baru lahir pada tahun 1931. PNI Baru berhaluan nasionalis dan demokrasi. Dari PNI Baru
muncul tokoh Sutan Syahrir (20 tahun) yang pada waktu itu masih menjadi mahasiswa di
Amsterdam. Ia pulang ke Tanah Air atas permintaan Moh. Hatta untuk menjadi ketua partai.
Walaupun cita - cita dan haluan kedua partai itu sama, yaitu kemerdekaan dan nonkooperatif,
strategi perjuangannya berbeda. PNI Baru lebih menekankan pada pentingnya pendidikan kader,
sedangkan Partindo lebih menekankan aksi massa untuk mencapai kemerdekaan.

 Putri Mardika.
Putri Mardika adalah organisasi keputrian tertua dan merupakan bagian dari Budi Utomo.
Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan, bimbingan dan penerangan kepada wanita-wanita
pribumi dalam menuntut pelajaran dan dalam menyatakan pendapat di muka umum. Kegiatannya
antara lain sebagai berikut: memberikan beasiswa dan menerbitkan majalah bulanan. Tokoh-
tokohnya: P.A Sabarudin, R.A Sutinah Joyopranoto, R.R Rukmini, dan Sadikun Tondokukumo.
Putri Mardika didirikan atas bantuan Budi Utomo di Jakarta pada tahun 1912. Perkumpulan
perempuan ini bertujuan memajukan pengajaran terhadap anak perempuan melalui penerangan
dan bantuan dana.

 Perkumpulan Keutamaan Istri.

Dewi Sartika merupakan seorang bangsawan Sunda. Ia lahir pada tanggal 8 Desember 1884.
Ibunya bernama Raden  Ayu Rajapermas, sedangkan ayahnya bernama Raden Somanegara.
Dewi Sartika, adalah salah satu tokoh pelopor pendidikan perempuan di Indonesia. Dia tak hanya
sekedar bermain dalam tataran konsep, gagasan, atau ide kemajuan perempuan saja, tetapi sudah
selangkah lebih maju. Dewi Sartika berhasil mewujudkan cita-citanya memajukan pendidikan
kaum perempuan dengan mendirikan Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan)
di tahun 1904 di kota Bandung.
Perkumpulan ini mulanya didirikan tahun 1913 di Tasikmalaya. Organisasi ini kemudian
didirikan di berbagai tempat dengan tujuan mengadakan rumah sekolah untuk anak-anak
perempuan. Pengajarnya antara lain Raden Dewi Sartika.

 Perhimpunan Indonesia.
Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia
di Negeri Belanda yang berdiri pada tahun 1908. Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa
Soetan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto Soeroto yang tujuan utamanya ialah mengadakan
pesta dansa-dansa dan pidato-pidato. Sejak Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi
Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) masuk, pada 1913, mulailah mereka memikirkan mengenai
masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi
bangsa Indonesia. Semenjak itulah vereeninging ini memasuki kancah politik. Waktu itu pula
vereeniging menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera, namun isinya sama
sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik.

 Parindra.

Dr. Soetomo, salah seorang pendiri Budi Utomo, pada akhir tahun 1935 di kota Solo, Jawa
Tengah berusaha untuk menggabungkan antara PBI (Persatuan Bangsa Indonesia), Serikat
Selebes, Serikat Sumatera, Serikat Ambon, Budi Utomo, dan lainnya, sebagai tanda berakhirnya
fase kedaerahan dalam pergerakan kebangsaan, menjadi Partai Indonesia Raya atau Parindra.
PBI sendiri merupakan klub studi yang didirikan Dr. Soetomo pada tahun 1930 di Surabaya,
Jawa Timur.

Tokoh-tokoh lain yang ikut bergabung dengan Parindra antara lain 

1. Woeryaningrat
2. Soekardjo Wirjopranoto
3. Raden Mas Margono Djojohadikusumo, 
4. R. Panji Soeroso
5. Mr. Soesanto Tirtoprodjo.

 Gabungan Politik Indonesia (GAPI).

Untuk pertama sekali pimpinan dipegang oleh Muhammad Husni Thamrin, Mr. Amir
Syarifuddin, Abikusno Tjokrosujono.

Di dalam anggaran dasar di terangkan bahwa GAPI berdasar kepada:

1. Hak untuk menentukan diri sendiri


2. Persatuan nasional dari seluruh, bangsa Indonesia dengan berdasarkan kerakyatan dalam
paham politik, ekonomi dan sosial
3. Persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia

GAPI merupakan gabungan dari Parindra, Gerindo, Persatuan Minahasa, Partai Islam Indonesia,
Partai Katolik Indonesia, Pasundan, dan PSII. GAPI berdiri pada 21 Mei 1939 oleh M.H.
Thamrin. Selain masalah-masalah sosial, tujuan utama GAPI adalah terwujudnya “Indonesia
Berparlemen” yang berarti negara yang berdiri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai