Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

(Kesenjangan dan distribusi ekonomi syariah)

OLEH
Kelompok 6
Lara sagita ( C0219334)
Kurniawan (C0219333)
Lisnawati (C0219335)
Jumriani (C0219331)
M. Fahri (C0219338)
M. Nabil (C02193337)

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT


TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kai berhasil menyelesaikan makalah
ini dan Alhamdulillah tepat pada waktunya
Adapun judu pada tugas makalh ini adalah “ekonomi pembangunan” tugas
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah EKONOMI PEMBANGUNAN.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya
dalam menyusun makalah ini yakni;

1. Bapak Dr.Ir.H.Akhsan Djalaluddin,MS selaku rector universitas Sulawesi barat


2. H. Mujirim M. Yamin,SE,MS selaku dekan fakultas ekonomi
3. Ibu Dahlia, S,pd M,ak selaku ketua prodi akuntansi
4. Bapak selaku dosen pengampuh mata kuliah ekonomi pembangunan
5. Kepada seluruh pengajar/dosen universitas Sulawesi barat
6. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moral dan
materi, semoga jeripayahnya mendapatkan rahmat tuhan yang maha esa.
7. Kepada teman-teman yang telah memberikan motivasi selama dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari, penyusunanmakalah ini masih jauh dari sempurnah, serta


masigh banyak kekurangan. Penyusun mohon kritik dan saran dari rekan-rekan
semua kearah kesempurnaan makalah ini. dan saya berharap, makalh ini bisa
bermanfaat bagi penyusun sendiri dan semua pihak yang memerlukan.

Majene,8 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................

DAFTAR ISI...........................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................

A. LATAR BELAKANG...............................................
B. RUMUSAN MASALAH...........................................
C. TUJUAN.................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................

A. Pengertian dan prinsip.............................................


B. Sektor-sektor Distribusi.............................................
C. Tujuan dan kebijakan dstribusi dalam islam................

BAB III PENUTUP..................................................................

A. Kesimpulan.................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pandangan tentang kegiatan ekonomi dalam Islam yaitu Distribusi tersirat dari
bahasan ekonomi sejarah islam mencatat bagaimana perkembangan peran
kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam mulai zaman awal Islam sampai 
kepada puncak kejayaan Islam pada jaman pertengahan, seiring dengan
kemunduran-kemunduran dalam pemerintahan Islam yang ada waktu itu maka
kebijakan fiskal islam tersebut sedikit demi sedikit mulai ditinggal dan digantikan
dengan kebijakan fiskal lainnya dari sistem ekonomi yang sekarang kita kenal
dengan sitem ekonomi konvensional.

Islam dengan tegas menggariskan kepada penguasa, untuk memenimalkan


kesenjangan dan ketidakseimbangan distribusi. Pajak diterapkan atas kekayaan
seseorang untuk membantu yang miskin dan bentuk dari sistem perpajakan ini
berkaitan dengan salah satu prinsip pokok islam (zakat). Dengan demikian, tidak
ada ruang bagi muslim untuk melakukan tindak kekerasan dalam upaya
melancarkan proses distribusi pendapatan.

Untuk mengupas masalah Distribusi, penulis membuat makalah ini sengaja


sedikit menggambarkan tentang Distribusi dalam persepektif Islam dalam makalah
berjudul Distribusi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan prisip distribusi ?


2. Apa saja nilai –nilai disrtibusi dalam islam?
3. Apa tujuan distribusi dalam islam ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui prisip distribusi


2. Untuk mengetahui nilai-nilai dalam islam
3. Untuk mengetahui tujuan distribusi dalam islam

BAB II

PEMBAHASAN.
A. Pengertian dan Prinsip
Distribusi pendapatan dalam Islam merupakan penyaluran harta yang ada,
baik dimiliki oleh pribadi atau umum (publik) kepada pihak yang berhak menerima
yang ditunjukan untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat sesuai dengan
syariat. Fokus dari distribusi pendapatan dalam Islam adalah proses
pendistribusiannya. Secara sederhana bisa digambarkan, kewajiban menyisihkan
sebagian harta bagi pihak surplus (berkecukupan) diyakini sebagai kompensasi atas
kekayaannya dan di sisi lain merupakan insentif (perangsang) untuk kekayaan pihak
defisit (berkkekurangan).Titik berat dalam pemecahan permasalahan ekonomi
adalah bagaimana menciptakan mekanisme distribusi ekonomi yang adil di tengah
masyarakat.

Islam memberikan batas-batas tertentu dalam berusaha, memiliki kekayaan dan


mentransaksikannya. Dalam pendistribusian harta kekayaan, Al-Quran telah
menetapkan langkah-langkah tertentu untuk mencapai pemerataan pembagian
kekayaan dalam masyarakat secara objektif, seperti memperkenalkan hukum waris
yang memberikan batas kekuasaan bagi pemilik harta dengan maksud membagi
semua harta kekayaan kepada semua karib kerabat apabila seseorang meninggal
dunia. Begitu pula dengan hukum zakat, infaq, sadaqah, dan bentuk pemberian
lainnya juga diatur untuk membagi kekayaan kepada masyarakat yang
membutuhkan. Distribusi pendapatan dalam dunia perdagangan juga disyariatkan
dalam bentuk akad kerja sama, misalnya distribusi dalam
bentuk mudharabah merupakan bentuk distribusi kekayaan dengan sesama Muslim
dalam bentuk investasi yang berorientasi profit sharing. Pihak pemodal yang
mempunyai kelebihan harta membantu orang yang mempunyai keahlian berusaha,
tetapi tidak punya modal. 

Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah  diantarannya : QS. Al-Hasyr (59) :
7

 
‫ِالس ِبيلِ َك‬َّ ‫ساكِين َِوا ْبن‬ َ ‫ىوا ْل َم‬
َ ‫ىوا ْل َي َتا َم‬ َ ‫سول َِولِذِيا ْلقُ ْر َب‬ َّ ‫سولِ ِه ِم ْنَأهْ اِل ْلقُ َرى َفلِ َّل ِه َول‬
ُ ‫ِلر‬ َ ‫َماَأ َف‬
َ ‫اءال َّل ُه َع َل‬
ُ ‫ىر‬
‫واوا َّتقُواال َّل َهِإ َّن‬
َ ‫سولُ َف ُخ ُذوه َُو َما َن َها ُك ْم َع ْن ُه َفا ْن َت ُه‬ َّ ‫اء ِم ْن ُك ْم َو َماآ َتا ُك ُم‬
ُ ‫الر‬ ْ ‫ْياَل َي ُكو َندُو َل ًة َب ْي َن‬
ِ ‫األغ ِن َي‬
‫ب‬ ِ ‫شدِيدُا ْل ِع َقا‬ َ ‫( ال َّل َه‬V)
Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk
rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja
di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya

Dari ayat diatas menunjukkan bahwa islam mengatur distribusi harta


kekayaan termasuk pendapatan kepada semua masyarakat dan tidak menjadi
komoditas di antara golongan orang kaya saja. Selain itu untuk mencapai
pemerataan pendapatan kepada masyarakat secara obyektif, islam menekankan
perlunya membagi kekayaan kepada masyarakat melalui kewajiban membayar
zakat, mengeluarkan infak, serta adanya hukum waris dan wasiat serta hibah.
Aturan ini diberlakukan agar tidak terjadi konsentrasi harta pada sebagian kecil
golongan saja. Hal ini berarti pula agar tidak terjadi monopoli dan mendukung
distribusi kekayaan serta memberikan latihan moral tentang pembelanjaan harta
secara benar.

Distribusi dalam ekonomi Islam didasarkan pada nilai-nilai manusiawi yang


sangat mendasar dan penting, yaitu nilai kebebasan dan nilai keadilan.

a) Keadilan.
Keadilan dalam Islam merupakan pondasi yang kokoh meliputi semua ajaran
dan hukum Islam. Persoalan yang menjadi perhatian Islam dalam keadilan adalah
pelarangan berbuat kezaliman. Ketidakseimbangan distribusi kekayaan adalah
sumber dari semua konflik individu dan sosial. Untuk itu, agar kesejahteraan sosial
dapat diwujudkan, penerapan prinsip moral keadilan ekonomi merupakan suatu
keharusan. Keadaan itu akan sulit dicapai bila tidak ada keyakinan dan prinsip moral
tersebut.

b) Kebebasan.
Nilai utama dalam bidang distribusi kekayaan adalah kebebasan. Nilai
kebebasan dalam Islam memberi implikasi terhadap adanya pengakuan akan
kepemilikan individu. Setiap hasil usaha seorang Muslim dapat menjadi miliknya
menjadi motivasi yang kuat bagi dirinya untuk melakukan aktivitas ekonomi. Dalam
Islam, legitimasi hak milik sangat terkait erat dengan pesan moral untuk menjamin
keseimbangan. Hak milik pribadi diakui, dan hak kepemilikan itu harus berfungsi
sebagai nafkah bagi diri dan keluarga, berproduksi dan berinvestasi, mewujudkan
kepedulian sosial dan jihad fisabilillah. Ini berarti pengakuan hak kepemilikan dapat
berperan sebagai pembebas manusia dari sikap matrealistis. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa konsep kepemilikan dalam perspektif Islam menjadikan nilai-
nilai moral sebagai faktor endogen, dan menjadikan nilai nilai itu bersentuhan
dengan hukum-hukum Allah.

B. Sektor-Sektor Distribusi

1. Distribusi Dalam Konteks Sektor Rumah Tangga


Distribusi pendapatan dalam konteks rumah tangga akan sangat terkait
dengan terminologi shadaqah. Konteks shadaqah ini bukan pengertian bahasa
Indonesia, tetapi dalam konteks termonologi Al-Qur’an yaitu ShadaqahWajibah, yaitu
bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan instrumen
distribusi pendapatan berbasis kewajiban seperti nafkah, zakat dan warisan. Dan
kedua yakni shadaqah nafilah (sunnah) yang  berarti bentuk-bentuk pengeluaran
rumah tangga yang berkaitan dengan isntrumen distribusi pendapatan berbasis
amal  seperti infaq, akikah, dan wakaf. Ketiga, hudud (hukuman) adalah instrumen
yang bersifat aksidental dan merupakan konsekuensi dari berbagai tindakan. Atau
dengan kata lain, instrumen ini tidak bisa berdiri sendiri, tanpa adanya tindakan
ilegal yang dilakukan sebelumnya seperti kafarat,dam  atau diyat.

2. Distribusi Dalam Konteks Negara.


Prinsif-prinsif ekonomi yang dibangun di atas nilai moral Islam
mencanangkan kepentingan distribusi pendapatan secara adil. Negara wajib bekerja
untuk meningkatkan kesejahteraan materi bagi lingkungan sosial maupun individu
dengan pemanfaatan sebesar-besarnya sumber daya yang ada. Karena itu negara
wajib mengeluarkan kebijakan yang mengupayakan stabilitas ekonomi dan lain
sebagainya hal itu juga amanah dari UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yaitu
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Dalam pengelolaan sumber daya alam yang tersedia, pemerintah (negara)


harus mampu mendistribusikan secara baik atas pemanfaatan sumber daya
alamnya. Kebijakan distribusi menganut kesamaan dalam kesempatan kerja,
pemanfaatan lahan-lahan yang menjadi sektor publik, pembelaan kepentingan
ekonomi untuk kelompok miskin. Ajaran Islam memberikan otoritas kepada
pemerintah dalam menentukan kebijakan penggunaan lahan untuk kepentingan
negara dan publik (hak hima ) distribusi tanah (hak Iqta’) kepada sektor swasta,
penarikan pajak, subsidi. Semua keistimewaan tersebut harus diarahkan untuk
memenuhi kepentingan publik dan pembebasan kemiskinan.

Peran pemerintah dalam distribusi diperlukan terutama jika pasar tidak


mampu menciptakan distribusi secara adil dan ada faktor penghambat untuk
terciptanya mekanisme pasar yang efisien. Pemerintah memiliki otoritas untuk
menghilangkan hambatan tersebut karena ketidakmampuan atau kurang sadarnya
masyarakat. Seperti halnya masalah penimbunan yang marak dilakukan pengusaha,
monopoli dan oligopoli pengusaha besar pada komoditas   tertentu, asimetris
informasi, terputusnya jalur distribusi dengan menghalangi barang yang akan masuk
ke pasar, maupun cara-cara lain yang dapat menghambat mekanisme pasar.

3. Distribusi dalam Sektor Publik (pasar)


Perspektif teori ekonomi menyatakan bahwa pasar adalah salah satu
mekanisme yang bisa dijalankan oleh Manusia untuk mengatasi problem-problem
ekonomi yang terdiri dari produksi, konsumsi dan distribusi.Dalam kacamata
ekonomi pasar Islam, mekanisme pasar menekan seminimal mungkin peranan
pemerintah. Pembenaran atas dibolehkannya pemerintah masuk sebagai pelaku
pasar (intervensi) hanyalah jika pasar tidak dalam keadaan sempurna, dalam arti
ada kondisi-kondisi yang menghalangi kompetisi yang fair terjadi atau distribusi yang
tidak normal seperti biaya transaksi, kepastian hukum serta masalah dalam
distribusi. kepentingan negara (pemerintah) dalam mendistribusikan pendapatan di
pasar adalah bagaimana pemerintah dapat ‘menjamin’ pendapatan (barang dan
jasa) seluruh bangsanya. Tidak hanya beredar pada kalangan tertentu (orang kaya)
tetapi keadilan bagi seluruh rakyat.

          Firman Allah Swt.:

{‫اء ِم ْن ُك ْم‬ ْ ‫} َك ْياَل َي ُكو َندُو َل ًة َب ْي َن‬


ِ ‫األغ ِن َي‬
supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. (Al-Hasyr: 7)
C. Tujuan dan kebijakan distribusi dalam islam

 Menjamin pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat


 Menjamin keseimbangan distribusi pendapatan dan kekayaan
 Mengeliminasi kesenjagan ekstrim anatar kelompok masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan distribusi yang ditawarkan ekonomi Islam dengan tidak


berpihak hanya pada salah satu agen ekonomi, dan diperkuat dengan prinsip-
prinsip yang jelas memberikan arahan bahwa keadilan ekonomi harus
ditegakkan. Namun menciptakan keadilan ekonomi akan sulit terwujud jika
tidak melibatkan peran institusi yang ada seperti halnya pemerintah dan
masyarakat. Oleh sebab itu, peran kedua instrumen tersebut sangat
dibutuhkan, karena kebijakan distribusi akan teraplikasikan dengan baik
ketika kedua institusi yang ada berkerja. Langkah awal yang dapat dilakukan
ialah memberikan pemahaman yang sejelasjelasnya kepada pemerintah dan
masyarakat selaku institusi ekonomi bahwa terciptanya keadilan ekonomi
merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggung jawab salah
satu institusi yang ada, melainkan tanggung jawab bersama selaku agen
ekonomi dan institusi konomi. Ketika institusi tersebut bekerja, keadilan
diharapkan akan tercipta untuk memberi dampak pada tersebarnya harta
secara adil di masyarakat yang akan menggerakkan ekonomi rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam,( Yogyakarta, Dana Bakti Wakaf,
1997)

Ash Shadr, Muhammad Baqir.  Buku Induk Ekonomi Islam. Jakarta: Zahra, 2008)

Anda mungkin juga menyukai