Anda di halaman 1dari 8

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

ANALISIS ARTIKEL TENTANG KERUSAKAN LINGKUNGAN

OLEH :

Zurriyah Afifah

04041181924011

Psikologi 2019 A

DOSEN PENGAMPU:

Ayu Purnamasari , S.Psi., MA

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2022
ANALISIS ARTIKEL

Reklamasi Lubang Tambang di Kalimantan Timur

1. Kerusakan yang menjadi fokus adalah Lubang Galian bekas tambang yang tidak di
reklamasi oleh perusahaan yang telah melakukan eksploitas terhadap tambang di kota itu
sehingga dapat membahayakan bagi lingkungan dan bahkan mengancam keberlangsungan
hidup warga sekitar. Data dari BBC.com dan Pengiat lingkungan menyebutkan bahwa
sampai tahun 2019 ada 1.735 lubang tambang di Provinsi kalimantan yang dibiarkan
menganga oleh perusahaan, meski mereka secara hukum wajib mereklamasi bekas galian
setelah eksplorasi. Namun pemerintah mengklaim hanya menemukan sekitar 500 lubang
tambang di provinsi yang akan menjadi tuan rumah ibu kota itu yaitu Kalimantan Timur.
2. Kerusakan tersebut terjadi akibat ulah perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan
kurangnya kesadaran diri untuk menutup kembali lubang galian tambang tersebut setelah
mengeksploitasi hasil alamnya. Hal ini juga telah dituangkan dalam peraturan Pemerintah
Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang, mengharuskan perusahaan
melakukan reklamasi dan pascatambang lubang bekas tambang . Dalam Pasal 5 (1),
disebutkan bahwa pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi sebelum melakukan
kegiatan eksplorasi wajib menyusun rencana reklamasi berdasarkan dokumen lingkungan
hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Meskipun regulasi yang ada sudah sedemikian itu, banyak
perusahaan yang masih mengabaikan regulasi tersebut.
3. - Dampak yang dirasakan oleh lingkungan adalah bekas galian lubang tambang akan
berdampak buruk pada kondisi tanah dan dapat merusak ekosistem. Pembongkaran lapisan
tanah dalam proses penambang telah membuat mineral di dalam tanah terbuka sehingga
membawa logam-logam berat seperti besi (Fe), timbal (Pb), seng (Zn), dan lain-lain yang
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem di sekitar lingkungan.
– Dampak yang dirasakan oleh masyarakat adalah menimbulkan gangguan kesehatan
seperti gatal-gatal, muntah, kanker dan bahkan sampai merusak organ tubuh manusia yang
dapat menyebabkan kematian. Terbukti berdasarkan catatan Jatam Kaltim per tahun 2020,
sudah 39 jiwa melayang, tewas tenggelam di lubang tambang batubara yang tidak
direklamasi. Hal ini dikarenakan bekas tambang mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pembentukan senyawa sulfat sebagai penyebab terjadinya air asam melalui oksidasi. Jika
air asam tambang dikonsumsi oleh manusia maka dapat menimbulkan gangguan
kesehatan. Selain senyawa sulfat akibat tambang, masyakarat sekitar juga perlu mengerti
akan bahaya kerusakan ekosistem yang terjadi akibat bekas lubang tambang yang tidak
direklamasi. Namun masih banyak warga yang menggunakan air bekas lubang tambang
untuk irigasi tanaman sawah. Hal tersebut tentu sangat berbahaya karena air bekas tambang
mengandung besi yang dapat merusak padi dan hasil endapan besi di padi apabila di
konsumsi warga sekitar maka akan membahayakan kesehatannya.
4. - Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak bagi lingkungan adalah dengan
melakukan pemilihan kegiatan usaha pertambangan yang dapat mengurangi dampak bagi
lingkungan seperti dilansir dalam Pemilihan metode penambangan berdasarkan bentuk,
kedalaman, sebaran, posisi, volume, dan kondisi tanah penutup dari bahan galian.
- Hal yang dapat dilakukan untuk Masyarakat setempat perlu mendapatkan himbauan
dan sosialisasi untuk dapat mengantisipasi bahaya yang akan timbul dari bekas lubang
galian tambang bagi kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Seperti yang telah
dilansir bahwa hasil galian tambang mengandung air asam tambang yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan bagi masyakarat jika air asam tambang dikonsumsi
oleh manusia maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Selain merusak gangguan
kesehatan masyaraakt juga merusak ekosistem seperti ekosistem sawah.
5. Saran yang dapat dilakukan adalah
Pertama : Pemerintah seharusnya memberikan sanksi tegas kepada perusahaan yang
mengabaikan tanggung jawab untuk tidak mereklamasi lubang galian tambang di
Kalimantan Timur sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 78 tahun 2010 tentang
reklamasi dan pascatambang yang mengharuskan perusahan melakukan reklamasi dan
pasctambang lubang berkas tambang.
Kedua : Masyarakat setempat perlu mendapatkan himbauan dan sosialisasi untuk dapat
mengantisipasi bahaya yang akan timbul dari bekas lubang galian tambang bagi kehidupan
sehari-hari masyarakat setempat. Seperti yang telah dilansir bahwa hasil galian tambang
mengandung air asam tambang yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi
masyakarat jika air asam tambang dikonsumsi oleh manusia maka dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Selain merusak gangguan kesehatan masyaraakt juga merusak
ekosistem seperti ekosistem sawah.
Ketiga : Kerjasama antara semua pihak yang terkait yaitu perusahaan, pemerintah dan
warga setempat agar dapat mengatasi permasalahan tersebut.

Artikel
Eksploitasi Digencarkan, Regulasi Diabaikan, Ekosistem Menjadi Korban!

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya (SDA). selain sumber
daya alam hayati, Indonesia juga banyak mempunyai sumber daya alam yang dapat di
eksploitasi seperti berbagai jenis barang tambang. Hampir di semua provinsi di Indonesia
memiliki barang tambang yang sangat melimpah dari minyak bumi, gas alam, emas dan
timah.
Akan tetapi kurangnya kesadaran dari perusahaan yang mengekploitasi hasi alam tersebut,
kadang menjadikan bahaya tersendiri baik terjadi kerusakan lingkungan atau bahkan
sampai mengancam keberlangsungan hidup warga local yang hidup disekitar daerah yang
di eksploitasi tersebut.

Dilansir dari duniatambang.co.id, dalam kegiatan usaha pertambangan, terdapat sistem


tambang terbuka (surface mining) dan tambang bawah tanah (underground mining) yang
masing-masing terdiri dari berbagai metode penambangan tersendiri. Pemilihan metode
penambangan berdasarkan bentuk, kedalaman, sebaran, posisi, volume, dan kondisi tanah
penutup dari bahan galian. Sistem tambang terbuka lebih banyak digunakan karena relatif
lebih aman, biaya lebih rendah, sistem kontrol alat-alat yang beroperasi lebih mudah. Akan
tetapi dibalik banyaknya kelebihan dari system tambang terbuka (surface mining) ada
bahaya yang dapat mengancam kelestarian alam dan juga makhluk hidup.

Data dari BBC.com dan Pengiat lingkungan menyebutkan bahwa sampai tahun 2019 ada
1.735 lubang tambang di Provinsi kaliamantan yang dibiarkan menganga oleh perusahaan,
meski mereka secara hukum wajib mereklamasi bekas galian setelah eksplorasi. Namun
pemerintah mengklaim hanya menemukan sekitar 500 lubang tambang di provinsi yang
akan menjadi tuan rumah ibu kota baru itu.
Padahal menurut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang, mengharuskan perusahaan melakukan reklamasi dan pascatambang lubang
bekas tambang . Dalam Pasal 5 (1), disebutkan bahwa pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK
Eksplorasi sebelum melakukan kegiatan eksplorasi wajib menyusun rencana reklamasi
berdasarkan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Meskipun regulasi
yang ada sudah sedemikian itu, banyak perusahaan yang masih mengabaikan regulasi
tersebut.

Padahal menurut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang, mengharuskan perusahaan melakukan reklamasi dan pascatambang lubang
bekas tambang . Dalam Pasal 5 (1), disebutkan bahwa pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK
Eksplorasi sebelum melakukan kegiatan eksplorasi wajib menyusun rencana reklamasi
berdasarkan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Meskipun regulasi
yang ada sudah sedemikian itu, banyak perusahaan yang masih mengabaikan regulasi
tersebut.

Bahaya akibat lubang galian yang tidak di reklamasi juga dapat mengancam manusia
(warga local) yang hidup disekitar bekas lubang galian tambang. Terbukti berdasarkan
catatan Jatam Kaltim per tahun 2020, sudah 39 jiwa melayang, tewas tenggelam di lubang
tambang batubara yang tidak direklamasi.

Selain mengancam manusia, bekas galian lubang tambang tersebut juga berdampak buruk
pada kondisi tanah dan dapat merusak ekosistem. Pembongkaran lapisan tanah dalam
proses penambang telah membuat mineral di dalam tanah terbuka sehingga membawa
logam-logam berat seperti besi (Fe), timbal (Pb), seng (Zn), dan lain-lain yang dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem di sekitar lingkungan.

Selain itu, bekas tambang punya pengaruh yang besar terhadap pembentukan senyawa
sulfat sebagai penyebab terjadinya air asam tambang melalui oksidasi. Jika air asam
tambang terkonsumsi oleh manusia dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti gatal-
gatal, muntah, kanker, dan parahnya dapat merusak organ tubuh manusia yang dapat
menyebabkan hingga kematian.

Masyarakat disekitar lubang tambang juga harus mengerti akan bahaya kerusakan
ekosistem yang terjadi akibat bekas lubang tambang yang tidak direklamasi. Ironisnya
masih banyak warga setempat yang menggunakan air bekas lubang tambang sebagai air
irigasi untuk tanaman sawah. Hal tersebut tentunya sangat berbahaya mengingat terdapat
kandungan besi didalam air tersebut bisa merusak padi dan hasil endapan besi di padi yang
apabila termakan maka akan ikut masuk kedalam tubuh manusia juga, dan hal tersebut
dapat membahayakan Kesehatan.

Penulis berasumsi bahwa pemberlakuan pasal 99 UU No. 3 Tahun 2020 dianggap juga
memberikan celah bagi para perusahaan tambang untuk tidak menutup keseluruhan lubang
bekas tambang. Wacana dari pemerintah terkait lubang bekas galian tambang yang akan
dijadikan tempat wisata juga menjadikan permasalahan ini semakin rumit. Pasalnya
pengubahan menjadi tempat wisata belum sepenuhnya dijalankan, ada beberapa yang
awalnya menjadi tempat wisata, tetapi akhirnya terbengkalai dan justru membahayakan
masyarakat setempat. Hal tersebut dikarenakan tidak ada plang peringatan kedalaman dan
bahayanya tempat tersebut sehingga banyak yang kurang mengerti yang akhirnya malah
banyak yang meregang nyawa akibat tenggelam.

Untuk meminimalisir banyaknya kerusakan lingkungan dan juga korban akibat bekas
lubang tambang penulis memberikan beberapa saran yaitu :

Pertama, Pemerintah seharusnya memberikan sanksi tegas kepada perusahaan yang lalai
dalam melaksanakan regulasi reklamasi pasca pertambangan. Hal tersebut membuktikan
bahwa pemerintah belum tegas dalam menerapkan regulasi terkait reklamasi bekas lubang
galian tambang. Yang seharusnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara serta Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun
2010 tentang Reklamasi dan Pasca tambang, perusahaan harus menutup lubang bekas
tambang paling lambat 30 hari setelah tidak ada kegiatan pertambangan.

Kedua, Jika memang bekas lubang galian tambang tersebut akan dijadikan sebagai obyek
wisata. Perusahaan terkait haruslah mengkaji dulu akan apakah obyek wisata tersebut
cocok dan tidak menimbulkan dampak negatif kepada para wisatawan. Dan pola obyek
wisata tersebut haruslah berskala Panjang. Jangan hanya beberapa bulan lantas
ditinggalkan dan terbengkalai. Peran dari pemerintah juga harus ada untuk mengawasi hal
tersebut.
Ketiga, Masyarakat setempat juga harus mendapatkan himbauan serta sosialisasi akan
bahaya yang dapat ditimbulkan dari bekas lubang galian tambang yang apabila airnya akan
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Selain kerusakan ekosistem dan juga lingkungan,
masyarakat juga harus tau akan kandungan besi yang terdapat pada air di bekas lubang
tambang tersebut. Yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan membahayakan
Kesehatan mereka.

Selain tiga strategi tersebut, Kerjasama antara semua pihak yang terkait (Perusahaan,
Pemerintah dan warga setempat) juga harus terjalin dengan baik guna untuk mengatasi
permasalahan yang semakin lama semakin rumit ini. Penulis berpesan jangan sampai
dikarenakan keserakahan dalam mengeksploitasi sumber daya alam khususnya tambang
malah menjadikan kita yang seharusnya menjadi "khalifah" atau pemimpin yang baik di
bumi malah menjadi makhluk yang merusak bumi itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai