ERA DIGITAL
Disusun oleh :
Afaf Ghoida Al Faizah 19104010138
PAI D semester 4
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi..................................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
BAB II ISI................................................................................................................4
A. Pengertian Radikal........................................................................................4
Kesimpulan..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
1
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, kita memuji, meminta tolong,
memohon ampun, dan berlindung pada-Nya dari keburukan kita dan kejahatan
amalan kita. Sholawat serta salam terindah semoga senantiasa tercurah pada
semulia-mulia makhluk-Nya, Sayyidina Muhammad Saw, hamba dan utusan-Nya,
yang menjadi sumber cahaya kebenaran serta para penerus hingga akhir zaman.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu masukan, kritik dan saran dalam tulisan ini
sangat dibutuhkan oleh penulis untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Aamiin.
2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fenomena upaya seseorang atau kelompok yang menginginkan atau
menuntut perubahan sistem dari dasar dianggap ancaman oleh beberapa pihak
khususnya pemerintah. Golongan tersebut dicap sebagai golongan orang-orang
yang Radikal. Mereka kerap dikatakan melatarbelakangi gerakan terorisme yang
selalu membuat resah baik dalam ruang lingkup nasional maupun internasional.
Beberapa kaum intelek ikut menyuarakan pendapatnya bahwa kalangan
radikal ini terbentuk karena banyak faktor, diantaranya adalah faktor teologi,
budaya, sosial ekonomi dan politik. Sepertinya dari faktor teologi itulah muncul
gerakan Islam radikal.
Di zaman dahulu juga terjadi hal yang demikian, Sebagaimana yang
dilakukan oleh Kartosuwiryo yang dahulunya menjadi teman Soekarno dalam
melakukan perjuangan tetapi kemudian Kartosuwiryo memisahkan diri dari
Soekarno karena, beberapa alasan di antaranya perbedaan pendapat tentang
hukum yang digunakan di Indonesia.1
Rumusan Masalah:
A. Apa pengertian radikal?
B. Apa upaya guru PAI dalam menghadapi radikalisme?
C. Apa upaya guru PAI dalam menghadapi era digital?
Tujuan Pembahasan:
A. Untuk mengetahui arti dari radikal.
B. Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam menghadapi radikalisme.
C. Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam menghadapi era digital.
D.
1
Jakaria Umro, Upaya Guru Agama Islam dalam Mencegah Radikalisme Agama di Sekolah.
Journal Of Islamic Education (JIE) Vol. II No. 1 Mei 2017, hal. 90.
3
BAB II ISI
A. Pengertian Radikal
2
KBBI, https://kbbi.web.id/radikal, diakses tanggal 22 April 2021
4
menyebarkan pahamnya. Namun ada juga yang mengatakan bahwa mereka
menyebarkan pahamnya dengan cara yang halus melalui pendidikan. Namun tetap
saja dikatakan bahwa cara yang halus maupun cara yang kasar tetap saja membuat
kerusakan atau dirasa meresahkan masyarakat yang memiliki nasionalisme tinggi
khususnya pemerintah yang tidak ingin mengganti sistem yang sedang
berlangsung walau ditemukan beberapa kesalahan atau ketidak adilan dalam
pelaksanaan sistem yang sedang berlangsung.
Ciri-ciri kelompok radikal menurut Masduqi adalah sering mengklaim
kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tak sependapat. Klaim
kebenaran selalu muncul dari kalangan yang seakanakan mereka adalah Nabi
yang tak pernah melakukan kesalahan ma’sum padahal mereka hanya manusia
biasa. Klaim kebenaran tidak dapat dibenarkan karena manusia hanya memiliki
kebenaran yang relatif dan hanya Allah yang tahu kebenaran absolut. Oleh sebab
itu, jika ada kelompok yang merasa benar sendiri maka secara langsung mereka
telah bertindak congkak merebut otoritas Allah (Masduqi, 2012:3).
Maka dari itu, gerakan radikalisme dirasa meresahkan sehingga beberapa
membuat buku atau ajakan untuk upaya deradikalisasi. Sedangkan menurut
beberapa pihak bahwa istilah deradikalisasi ini terkesan memojokkan Islam dan
terasa bahwa Islam yang sedang diincar atau dilemahkan. Jadi mereka
menyimpulkan bahwa upaya deradikalisasi adalah sama dengan deislamisasi.
Beberapa kalangan juga mengatakan bahwa isu radikalisme terasa terkesan
berlebihan. Karena masalah negeri saat ini bukan radikalisme, melainkan ekonomi
yang senantiasa tidak meroket.
Radikal sering dikatakan terlalu menyerang Islam karena isu-isu atau ciri-
ciri orang radikal itu dikaitkan dengan orang-orang yang taat pada agama Islam.
Seperti ciri orang-orang radikal adalah yang bercelana cingkrang atau good
looking. Sering pergi ke masjid dan mempelajari akidah dikatakan akan terpapar
radikalisme, serta ungkapan yang menyerang umat Islam.
Terlebih lagi jika ada ummat agama lain yang melakukan kericuhan atau
merusak tatanan hidup, mereka tidak dikatakan sebagai orang yang radikal.
Sedangkan jika pelakunya adalah orang Islam. Maka dikatakan sebagai orang
5
yang radikal dengan berbagai bukti yang ditunjukkan seperti rajin membaca Al-
Qur’an dan wasiat yang mengatakan bahwa riba itu haram atau pesan yang
memang sebenarnya benar dari ajaran agama Islam. Namun karena framing
demikian menyebabkan pesan yang benar sekalipun dirasa salah dikarenakan
pembawa pesannya membawa image buruk terhadap orang Islam.
Banyak masyarakat yang lelah akan isu radikalisme dan lebih
mementingkan isu lain. Namun pemerintah tetap istiqomah mengatakan
radikalisme seolah-olah radikalisme itu sudah sangat berbahaya atau akan
menyebabkan teror yang mengakibatkan jutaan orang terbunuh.
Padahal tidak demikian, teror atau perang yang ada pada masa lalu itu
bukan disebabkan oleh orang-orang radikal yang dikatakan pada saat ini. Namun
mereka yang haus akan kekuasaan, haus akan ekonomi maupun ingin
menyebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia. Bukan orang-orang yang ingin
menuntut ajaran agamanya diterapkan di kehidupan mereka.
Orang-orang radikal adalah orang-orang yang menuntut ajaran agamanya
supaya diterapkan dalam kehidupan mereka, mereka bisa bergerak atau berpikiran
demikian karena rasa tidak puas terhadap sistem yang menaungi mereka.
Sehingga perasaan fitrah mereka ingin hidup dengan nyaman bergejolak, dan
mereka akan melampiaskan hal itu dengan menyebarkan pengaruhnya ke
beberapa orang yang mengalami nasib yang sama.
Maka tidak heran jika orang radikal itu dikaitkan dengan orang taat dengan
agamanya, sedangkan orang yang menerima tatanan sistem yang sedang
berlangsung saat ini dikatakan sebagai orang yang moderat, modernis, atau istilah
keren lain.
6
juga bisa melakukan peningkatan rasa nasionalisme dan sedikit memarginalkan
penerapan agama secara menyeluruh. Para guru bisa mengecek ulang silabus dan
memilih materi yang sesuai dengan apa yang dipesan pemerintah yang semisal
mengajarkan bahwa Islam itu rahmat bagi seluruh alam. Atau jika di kurikulum
tidak ditemukan materi atau bahan ajar yang mengajarkan tentang moderat, maka
para guru bisa merevisi atau mendesain ulang kurikulum supaya materi yang
diajarkan itu tentang Islam mengasihi bukan membenci atau yang semisalnya.
Salah satu ciri gerakan radikal adalah mereka mengatakan bahwa sistem
yang ada pada saat ini adalah sistem thaghut. maka dari itu upaya guru sebagai
pembimbing bisa menjelaskan negara Indonesia adalah negara hukum bukan
negara yang berlandaskan agama tertentu. Ringkasnya para guru bisa menjelaskan
bahwa negara Indonesia ini adalah negara yang sekuler dan menyingkirkan agama
namun tidak menghilangkan agama. Agama hanya untuk individu dengan
individu bukan untuk mengurusi kehidupan. Karena di dalam sistem sekuler,
peraturan atau hukum yang mengatur tatanan kehidupan manusia dibuat dan
diatur oleh manusia itu sendiri dan bukan diatur oleh si Pencipa Alam Semesta ini.
Jadi sebagai guru yang bertugas menciptakan generasi yang moderat yang cinta
tanah air. Maka para guru bisa mengajarkan sekularisme dan tidak mengajarkan
Agama dengan berlebihan. Para guru juga bisa menanamkan sikap nasionalisme
kepada murid-murid, supaya para siswa tidak bisa lagi disusupi paham radikal.
Tidak kalah pentingnya karena negara kita ini negara yang beraneka ragam
penduduknya, maka para guru yang bertugas mencetak generasi yang cinta tanah
air dengan mengajarkan semboyan bhineka tunggal ika. Dan mengajarkan kepada
siswa bahwa hanya dengan bhineka tunggal ika maka keragaman dapat
berdampingan dan berjalan dengan damai. Para guru juga bisa mengajarkan
kepada siswa bahwa orang-orang radikal itu berupaya untuk merusak keragaman,
mereka hendak menyeragamkan masyarakat yang majemuk. Karena itulah, James
Lynch (1986:86-87) menyatakan pendidik agama harus mampu menyampaikan
pokok bahasan multikultural dengan berorientasi pada dua tujuan, yaitu:
penghargaan kepada orang lain (respect for others) dan penghargaan kepada diri
sendiri (respect for self). Kedua bentuk penghargaan ini mencakup tiga ranah
7
pembelajaran (domain of learning) yaitu pengetahuan (cognitive), keterampilan
(psychomotor), dan sikap (affective).
3
https://www.nu.or.id/post/read/99445/guru-cerdas-di-era-milenial , diakses tanggal
22 April 2021
8
Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
10