Anda di halaman 1dari 6

Soal No 2

Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan adalah “teknologi yang berbentuk mesin
yang dapat menirukan perilaku manusia serta dikembangkan dengan pengetahuan berpikir
manusia dan dapat melakukan prosedur berpikir manusia”. Teknologi Artificial Intelligence yang
diciptakan guna dapat melakukan kegiatan sedemikian rupa seperti manusia telah menjadi suatu
keresahan bagi kehidupan masyarakat sebagaimana Artificial Intelligence dapat melakukan
tindakan hukum atau perbuatan hukum yang sama seperti yang dapat dilakukan oleh manusia.
Di bidang hukum, perkembangan Artificial Intelligence sudah meliputi Hakim Artificial
Intelligence dan Pengacara Artificial Intelligence. Pada tahun 2017, China telah menggunakan
Hakim Artificial Intelligence sebagaimana terbatas dalam menangani sengketa hukum yang
berkaitan dengan digital seperti, sengketa hak cipta, sengketa klaim liabilitas produk e-
commerce, dan sengketa jual beli online. Dari beberapa perkembangan Artificial Intelligence
tersebut di atas, kecanggihan Artificial Intelligence sudah bisa melampaui dari kemampuan yang
dimiliki oleh manusia. Bahkan Artificial Intelligence bukan lagi sebatas sebuah obyek yang akan
bekerja jika disuruh oleh manusia, akan tetapi Artificial Intelligence yang mampu melakukan
segala tindakan secara otomatis seakan-akan seperti layaknya seorang manusia.
Artificial Intelligence tidak ditempatkan pada kedudukan subyek hukum yang
sebagaimana Artificial Intelligence juga dapat melakukan tindakan hukum atau perbuatan
hukum. Jika ditelusuri Artificial Intelligence hanya dapat ditempatkan sebagai suatu obyek
hukum pada hukum positif Indonesia. Akan tetapi, dilihat dari kemampuan Artificial Intelligence
yang semakin canggih dan akan terus menerus mengalami perkembangan seiring berjalannya
waktu ke waktu, Artificial Intelligence dapat dikatakan tidak bisa ditempatkan sebagai suatu
obyek hukum melainkan Artificial Intelligence yang dapat melakukan perbuatan hukum atau
tindakan hukum dapat ditempatkan sebagai subyek hukum yang memiliki kedudukan yang layak
dengan manusia dan badan hukum.
Secara hukum, pada salah satu sumber dasar hukum yang mengatur khususnya tentang
teknologi adalah UU 19/2016. UU 19/2016 yang dibentuk berdasarkan
pertimbanganpertimbangan yang sebagaimana tertera pada bagian pertimbangan UU 19/2016
bahwa UU 19/2016 dibentuk untuk menanggapi perkembangan dan kemajuan teknologi. UU
19/2016 dipercayakan dapat mengatasi segala permasalahan yang berkaitan dengan teknologi.
Akan tetapi UU 19/2016 tidak dijelaskan secara signifikan tentang ataupun arti Artificial
Intelligence. Jika Artificial Intelligence dihubungkan dengan UU 19/2016 maka Artificial
Intelligence hanya digolongkan sebuah Informasi Elektronik, hal tersebut diterangkan dalam
“Pasal 1 Angka 1 UU 19/2016”
Atas penjelasan tersebut dapat dimengerti sesuatu yang dapat dinyatakan sebagai subyek
hukum atau tidak itu ditetapkan oleh hukum yang sedang berlaku. Begitu juga dengan Artificial
Intelligence, Artificial Intelligence layaknya seperti subyek hukum lainnya memiliki hak dan
kewajiban sebagaimana kewajiban dan hak merupakan tindakan-tindakannya yang harus diatur
oleh norma-norma hukum. Artificial Intelligence memang tidak bisa dipersamakan persis dengan
manusia secara keseluruhan dikarenakan Artificial Intelligence tidak memiliki sifat humanis
seperti manusia, akan tetapi Artificial Intelligence dapat disamakan dengan kedudukan badan
hukum yang juga dinyatakan sebagai subyek hukum secara hukum.
Tanggung jawab hukum atas perbuatan Artificial Intelligence, itu perlu dikaji dengan
baik. Walaupun Artificial Intelligence memiliki kedudukan subyek hukum yang sama dengan
Badan Hukum, akan tetapi pertanggung jawaban atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh
Artificial Intelligence harus jelas dan memiliki kepastian hukum.
Tanggung jawab tersebut harus ditanggung oleh Pengguna Artificial Intelligence sama
halnya dengan Badan Hukum yang sebagai penanggung jawab adalah direktur perusahaan atau
kepala yayasan. Akan tetapi, Penanggung jawab Artificial Intelligence tidak hanya sebatas pada
Pengguna Artificial Intelligence, masih terdapat pihak penting yang tidak boleh dikesampingkan
yaitu Pencipta Artificial Intelligence.
Pencipta Artificial Intelligence inilah yang melakukan pembuatan Artificial Intelligence
yang akan digunakan oleh Pengguna Artificial Intelligence dari awal, sistem alogoritma,
database, desain dan lain yang membentuk Artificial Intelligence sampai final. Pencipta
Artificial Intelligence juga harus diikutsertakan untuk bertanggung jawab atas perbuatan hukum
yang dilakukan Artificial Intelligence yang diciptakannya. Jika ada kesalahan dalam
pembuatannya atau ada kesengajaan dalam hal menciptakan Artificial Intelligence yang dapat
merugikan orang lain tanpa kesadaran Pengguna Artificial Intelligence yang awam terhadap ilmu
pengetahuan Artificial Intelligence maka Pengguna Artificial Intelligence akan dirugikan. Dalam
hal ini agar lebih jelas kepastian hukum terhadap pertanggung jawaban atas perbuatan hukum
yang dilakukan oleh Artificial Intelligence, dari pihak kelembagaan pemerintahan Indonesia
dapat menerbitkan peraturan perundang-undangan yang khusus Artificial Intelligence dalam
penentuan hak dan kewajiban para pihak yaitu Pengguna Artificial Intelligence dan Pencipta
Artificial Intelligence yang sebagaimana menerangkan masingmasing batasan para pihak
terhadap penanggungjawaban Artificial Intelligence.
Soal No 3
1. Pengertian E-Government
a. Pemerintah Federal Amerika Serikat mendefinisikan e-Government secara
ringkas, padat, dan jelas, sebagai : E-Government mengacu kepada penyampaian
informasi dan pelayanan online pemerintahan melalui internet atau media digital
lainnya. Sementara Nevada, salah satu negara bagian di Amerika Serikat,
mendefinisikan e-Government sebagai :
1) Pelayanan online menghilangkan hambatan tradisional untuk memberikan
kemudahan akses kepada masyarakat dan bisnis dalam memakai layanan
pemerintaha.
2) Operasional pemerintahan untuk konstitusi internal dapat disederhanakan
permintaan operasinya untuk semua agen pemerintah dan pegawainya.
b. Sementara itu Clay G. Wescott (Pejabat Senior Asian Development Bank),
mendefinisikan sebagai : Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT)
untuk mempromosikan pemerintahan yang lebih effisien dan penekanan biaya
yang efektif, kemudahan fasilitas layanan pemerintah serta memberikan akses
informasi terhadap masyarakat umum, dan membuat pemerintahan lebih
bertanggung jawab kepada masyarakat.
c. Secara umum, e-gov di definisikan sebagai penggunaan teknologi informasi oleh
pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan
bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-Government
dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk
meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses
kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama adalah
Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C), Government-to-
Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang
paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan,
serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan public.
d. Dari konsep yang secara komprehensif telah diketahui di atas maka diketahui
beberapa manfaat dari pelaksanaan e-gov antara lain :
1) Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya
(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja
efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.
2) Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate
Governance.
3) Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi
yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan
aktivitas sehari-hari.
4) Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang
berkepentingan.
5) Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat
dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan
berbagai perubahan global dan trend yang ada.
6) Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara
merata dan demokratis.
7) Menciptakan masyarakat berbasis komunitas informasi yang lebih
berkualitas
e. Konsep e-Government berkembang didasarkan atas tiga kecenderungan, yaitu:
1) Masyarakat bebas memilih bilamana dan darimana yang bersangkutan
ingin berhubungan dengan pemerintahnya untuk melakukan berbagai
transaksi atau mekanisme interaksi yang diperlukan selama 24 jam sehari
dan 7 hari seminggu (non-stop);
2) Untuk menjalankan mekanisme interaksi tersebut masyarakat dapat dan
boleh memilih berbagai kanal akses (multiple channels), baik yang
sifatnya tradisional/konvensional maupun yang paling moderen, baik yang
disediakan oleh pemerintah maupun kerja sama antara pemerintah dengan
sektor swasta atau institusi non komersial lainnya
3) Seperti layaknya konduktor dalam sebuah orkestra, pemerintah dalam hal
ini berperan sebagai koordinator utama yang memungkinkan berbagai hal
yang diinginkan masyarakat tersebut terwujud, artinya yang bersangkutan
akan membuat sebuah suasana yang kondusif agar tercipta sebuah
lingkungan penyelenggaraan pemerintahan seperti yang dicita-citakan
rakyatnya tersebut. ( Indrajit, Richardus E., 2002)
4) Sementara itu pada sisi lain, e-gov dianggap sebagai pemerintahan online
yang berbasis internet ("Internet-based government"). Namun, terdapat
juga teknologi pemerintahan elektronik non-internet yang dapat digunakan
dalam konteks ini, seperti ; telepon, faksimil, PDA, SMS, MMS, jaringan
dan layanan nirkabel (wireless networks and services), Bluetooth, CCTV,
sistem penjejak (tracking systems), RFID, indentifikasi biometrik,
manajemen dan penegakan peraturan lalu lintas jalan, kartu identitas
(KTP), kartu pintar (smart card) serta aplikasi NFC lainnya; ; teknologi
polling station, penyampaian penyampaian layanan pemerintahan berbasis
TV dan radio, surat-e, fasilitas komunitas online, newsgroup dan
electronic mailing list, chat online, serta teknologi pesan instan (instant
messenger). Ada pula sejumlah sub-kategori dari e-gov spesifik seperti
mgovernment (mobile government), u-government (ubiquitous
government), dan g-government (aplikasi GIS/GPS untuk e-government)
2. Regulasi tentang E-Government di Indonesia.
Istilah e-government mulai muncul pada era tahun 2000, sejak tahun ini internet telah
cukup banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh pemerintah dan dunia usaha, namun belum
banyak lembaga pemerintah yang memiliki situs web, bahkan di tingkat Departemen.
Pada tahun 2001, melalui Inpres No. 6 Tahun 2001 mengenai Telematika. Secara formal
e-government di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2003 saat diterbitkannya Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government melalui Inpres No. 3 Tahun 2003
yang merupakan payung hukum bagi kebijakan di bidang e-government. Selanjutnya
perkembangan e-government di Indonesia, berkaitan juga dengan perkembangan tingkat
transparansi dan akuntabilitas. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas merupakan dua
pilar utama dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik dan bersih. Sesuai dengan
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menjelaskan bahwa, untuk memeriksa tanggung
jawab tentang Keuangan Negara dibentuklah suatu Badan Pemeriksa Keuangan, Guna
terciptanya good governance dalam penyelenggaraan pemerintah, pengelolaan keuangan
perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan
aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945.
3. Implementasi E-Government di Indonesia
Perkembangan e-government di Indonesia dari tahun ketahun sudah mengalami
peningkatan. Pada saat ini seluruh pemerintah pusat dan daerah, termasuk lembaga-
lembaga ad-hock telah memiliki situs web (600 Kementerian/Lembaga/Pemda). Guna
tercapainya konsep clean and good governance beberapa negara termasuk Indonesia
memanfaatkan teknologi dan informasi yaitu dengan mengembangkan e-government.
Salah satu contoh penerapan e-government yang telah dilakukan pemerintah
Indonesia beberapa tahun belakangan ini adalah melalui e-procurement. Eprocurement
merupakan salah satu layanan e-government yang merupakan proses pengadaan
barang/jasa pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik, berbasis
web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang
meliputi pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Landasan hukum yang mendasari lahirnya layanan
e-procurement di Indonesia adalah:
a. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;
b. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi
Menjelang dan Sesudah Berakhirnya Program Kerjasama dengan International
Monetary Fund (IMF);
c. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi;
d. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah).

Perkembangan sistem e-government di Indonesia secara kuantitas mulai


meningkat namun secara kualitas masih belum memadai dikarenakan implementasi e-
government belum merata pada seluruh wilayah dan masih berfungsi sebagai penyedia
informasi statik saja. Guna meningkatkan pengembangan e-government di Indonesia baik
dari segi kuantitas maupun kualitas diperlukannya komitmen pemerintah dalam
melakukan penyempurnaan pengembangan e-government terutama dari segi
infrastruktur, SDM, aplikasi, regulasi serta sosialisasi di internal pemerintah maupun
kepada masyarakat. E-government merupakan alat pendukung tercapainya clean and
good governance, karena Indonesia masih baru mengimplementasikan e-government dan
belum berkembang cepat maka clean and good governance di Indonesia belum tercapai.
Namun tidak menutup kemungkinan pada masa mendatang pengembangan implementasi
e-government Indonesia akan berhasil.
Pemanfaatan akan sistem e-government di Indonesia sangat dibutuhkan, maka
diharapkan pemerintah lebih memperhatikan pelaksanaan e-government melalui
penyempurnaan konsep dan strategi guna meningkatkan pengembangan egovernment di
seluruh pelosok negeri. Bila dilakukan lebih serius dan adanya komitmen dari pemerintah
maka pelaksanaan e-government pada gilirannnya akan berhasil diimplementasikan dan
mampu memperbaiki mutu pelayanan publik demi terciptanya good governance dan
clean governance.

Anda mungkin juga menyukai