Sejarah
Sejarah
Belanda sama sekali tidak meninggalkan fondasi demokrasi yang baik.kita hanya
diwarisi struktur Feodalisme dan budaya Paternalistik. Keduanya hanya untuk menindas
Hak-hak rakyat demi kepentingan politik dan ekonomi kolonial. Sumbangan belanda
terhadap indonesia yang terasa paling signifikan adalah politik etis yang
diselenggarakan pada akhir masa penjajahan melalui politik inilah lahir intelektual dan
para pendiri bangsa. Kita dapat menyebutkan nama-nama seperti Soekarno,Hatta,Agus
salim,Syahrir, Natsir,Kasimo,dan Mohammadd Roem.
Pihak jepang juga tidak meninggalkan Fondasi demokrasi yang baik.mereka lebih
banyak mewariskan Militerisme dan Fasisme.Kedua paham ini, Tertanam cukup kuat
dalam tubuh angkatan bersenjata indonesia, Terutama PETA. Lembaga inilah yang
nantinya menjadi cikal bakal lembaga ketentaraan indonesia.
Perubahan sisitem pemerintahan menjadi jalan bagi negara kita untuk melakukan
perundingan anatara pihak RI dan Blanda. Akhir nya, sistem pemerintahan perlementer
yang dipilih karena dianggap oleh dunia internasional sebagai ciri negara merdeka yang
demokratis. Citra bahwa negara demokrasi yang identik dengan sistem multipartai dan
sisitem parlimenter sangat melekat pada indonesia masa kini.
Akan tetapi menarik simpati negara barat melalui sistem parlimenter bukan nya
tantapa resiko. Upaya supaya dapat pengakuan dari negara-negara barat, harus dibayar
mahal dengan terjadi nya istabilitas masuk kabinet. Posisi kabinet yang ditentukan oleh
BP KNIP tentu bertentangan dengan UUD 1945 yang menganut sistem presiden sial
b. Pertempuran Ambarawa
Dalam keadaan kritis, Letkol I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan perintah “Puputan”
yang berarti bertempur sampai habis-habisan (fight to the end). Letkol I Gusti Ngurah Rai
gugur beserta seluruh anggota pasukan dalam pertempuran tersebut. Jenazahnya
dimakamkan di desa Marga. Pertempuran tersebut terkenal dengan nama Puputan
Margarana. Gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai telah melicinkan jalan bagi usaha
Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur.
Untuk mengenang jasa Letkol I Gusti Ngurah Rai, maka nama I Gusti Ngurah Rai
diabadikan menjadi sebuah nama bandara di Denpasar, Bali. Nama Bandara tersebut
adalah bandara “Ngurah Rai”. Di samping itu juga dianugerahi sebagai Pahlawan
Anumerta.
Pada saat Belanda (Mayjend Van Mook) sedang mengadakan Konferensi Denpasar
dalam rangka pembentukan negara Indonesia Timur dan negara-negara boneka lainnya,
pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda mengumumkan bahwa Sulawesi berada dalam
status darurat perang dan hukum militer (akibat dari penolakan rakyat terhadap rencana
(pembentukan Negara Indonesia Timur). Rakyat Sulawesi Selatan yang diangap menolak
atau tidak setuju/menentang rencana tersebut dibantai habis oleh pasukan Belanda
pimpinan Raymond Westerling yang mengakibatkan lebih dari 40.000 jiwa rakyat
Sulawesi meninggal.
Robert Wolter Monginsidi dan Andi Matalatta yang memimpin pasukan untuk melawan
kebiadaban Belanda akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.
2. Perjuangan Diplomasi dalam Menghadapi Belanda
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan aksi polisionil yang dikenal dengan
agresi militer I. Tujuannya adalah untuk menguasai sarana-sarana vital di Jawa dan
Madura. Jadi tujuan serangan ini bersifat ekonomis. Pasukan Belanda bergerak dari
Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki
Madura. Berbagai reaksi bermunculan akibat agresi militer I. Belanda tidak menyangka
apabila Amerika Serikat dan Inggris memberikan reaksi yang negatif. Australia dan India
mengajukan masalah Indonesia ini ke Dewan Keamanan PBB.
Agresi Militer Belanda adalah serangan yang dilakukan oleh pasukan Belanda untuk
menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Agresi ini sering disebut
dengan “aksi polisionil” yaitu perang melawan penjahat. Agresi militer dilakukan dua
kali yaitu tanggal 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948.
Pada tanggal 4 Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah penghentian tembak
menembak. Untuk mengawasi gencatan senjata, PBB membentuk Komisi Tiga Negara
(KTN). Anggota KTN ada tiga negara yaitu:
a. Belgia (dipilih oleh Belanda) dipimpin oleh Paul van Zeeland;
b. Australia (dipilih oleh Indonesia) dipimpin oleh Richard Kirby; dan
c. Amerika Serikat (dipilih oleh Indonesia dan Belanda) dipimpin Dr. Frank Graham.
Tugas utama KTN adalah mengawasi secara langsung penghentian tembak-menembak
sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB. Dengan demikian masalah Indonesia
menjadi masalah internasional. Secara diplomatis jelas sangat menguntungkan Indonesia.
KTN berhasil mempertemukan Indonesia dengan Belanda dalam Perjanjian Renville.
Selain itu juga mengembalikan para pemimpin Republik Indonesia yang ditawan Belanda
di Bangka.
b. Perundingan Renville
Dari dua usulan tersebut akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani tanggal 7
Mei 1949. Kesepakatan antara lain:
a. Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk menghentikan tembak-menembak dan
bekerja sama untuk menciptakan keamanan.
b. Pemerintah Belanda akan segera mengembalikan pemerintah Indonesia ke Yogyakarta,
dan
c. kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Den Haag, Belanda.
g. Konferensi Inter-Indonesia
Perundingan awal tersebut terjadi antara Indonesia, Belanda dan Sekutu yang di
bangun oleh Panglima AFNEI, Letnan Jendral Sir Philip Christison. Pada tanggal 17
November pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia, Belanda dan Sekutu di
mulai. Pertemuan tersebut diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dari
Indonesia, Dr Van Mook dari Belanda dan Christison dari pihak sekutu.
Pada tanggal 10 Februari 1946 yang diwakili oleh Sutan Syahrir, Dr. Van
Mook dan Clark Kerr. Pemerintah Belanda membuat pernyataan memperinci
tentang politiknya dan menawarkan mendiskusikannya dengan wakil-wakil Republik
yang diberi kuasa.
Tujuannya untuk mendirikan persemakmuran Indonesia, yang terdiri dari daerah-
daerah dengan bermacam-macam tingkat pemerintahan sendiri, dan untuk
menciptakan warga negara Indonesia bagi semua orang yang dilahirkan di sana.
Masalah dalam negeri akan dihadapi dengan suatu parlemen yang dipilih secara
demokratis dan orang-orang Indonesia akan merupakan mayoritas. Kementerian akan
disesuaikan dengan parlemen tetapi akan dikepalai oleh wakil kerajaan. Daerah-
daerah yang bermacam-macam di Indonesia yang dihubungkan bersama-sama dalam
suatu susunan federasi dan persemakmuran akan menjadi rekan (partner) dalam
Kerajaan Belanda, serta akan mendukung permohonan keanggotaan Indonesia dalam
organisasi PBB.
Perundingan tersebut di Delegasikan oleh 2 Pihak yaitu Indonesia dan Belanda. Pihak
dari Indonesia yaitu: Menteri Kehakiman, Mr Soewandi, Dr Sudarsono, dan Mr.
Pianggodido. Sementara pihak dari Belanda sendiri yaitu: Perdana Menteri
Schernerhom, Idenburgh, dan Van Royen.
Konferensi Malino adalah suatu konferensi yang diadakan pada tanggal 17–20
Juli 1946 di Kota Malino, Sulawesi Selatan, oleh pemerintah Belanda (NICA).
Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dengan tujuan membahas rencana
pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia serta
rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur.
d. Perundingan Jakarta
e. Perundingan Linggarjati
PETA KONSEP
Perjuangan
Mempertahankan
Kemedekaan
Antara lain
SMA N- 4 PALANGKARAYA
2016
LAMPIRAN