Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN DAN UJI ORGANOLEPTIK DAUN AFRIKA


(VERNONIA AMYGDALINA) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN
TEH MENGGUNAKAN TRAY DRYER
Utilization And Organoleptic Test Of African Leaves (Vernonia amygdalina) As
Material For Making Tea Using Tray Dryer

Disusun Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Jurusan


Teknik Kimia Program Studi D4 Teknologi Kimia Industri
Politeknik Negeri Sriwijaya

Oleh :
Muhammad Hamzah Alhusaini
0618 4042 1434

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN DAN UJI ORGANOLEPTIK DAUN AFRIKA


(VERNONIA AMYGDALINA) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN
TEH MENGGUNAKAN TRAY DRYER

Oleh:
MUHAMMAD HAMZAH ALHUSAINI
NIM 061840421434

Palembang, Juni 2021


Pembimbing, 1 Pembimbing, II

Dr. Ir. Rusdianasari, M.Si. Ir. A. Husaini, M.T.


NIP 196711191993932003 NIP 19590401989031001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ketua Jurusan Teknik Kimia
Sarjana Terapan Teknologi Kimia Industri

Ir. Robert Junaidi, M.T. Ir. Jaksen M. Amin, M.Si.


NIP 196607121993031003 NIP 196209041990031002

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
RINGKASAN.........................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
1.4. Manfaat......................................................................................................2
1.5. Relevansi Penelitian..................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Tanaman Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del)..................................4
2.2. Metode Pengeringan..................................................................................7
2.3. Tray Dryer.................................................................................................9
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................11
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................11
3.2. Alat dan Bahan........................................................................................11
3.3. Perlakuan dan Rancangan Percobaan......................................................11
3.4. Data Pengamatan.....................................................................................13
3.5. Prosedur Analisa Produk.........................................................................13
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN......................................................15
4.1. Anggaran Biaya.......................................................................................15
4.2. Jadwal Penelitian.....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengamatan Komposisi Teh Daun Afrika.............................................12


Tabel 3.2 Pengamatan Organoleptik......................................................................12
Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian...................................................14
Tabel 4.2 Jadwal Penelitian....................................................................................14

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del)............................3


Gambar 2.2. Tray Dryer (Revitasari, 2010).............................................................9

v
RINGKASAN

Teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh semua


lapisan masyarakat karena selain ekonomis, teh juga dianggap dapat memberikan
manfaat bagi kesehatan, karena memiliki kandungan zat bioaktif penangkal
radikal bebas, menurut Yuningsih dalam Soraya (2012) teh merupakan minuman
yang paling banyak dikonsumsi setelah air. Aroma teh yang harum serta rasanya
yang khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Teh juga dapat digunakan
sebagai antioksidan, memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit,
melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi
kolesterol dalam darah, dan melancarkan sirkulasi darah. Daun afrika
mengandung senyawa kimia antara lain sebagai berikut : saponin, seskueterpen
lakton, flavonoid, koumarin, asam fenolat, lignin, xanton, terpen, peptide dan
lutelonin. Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang banyak
terdapat pada jaringan tanaman dapat berperan sebagai antioksidan. Aktivitas
antioksidatif flavonoid bersumber pada kemampuan mendonasikan atom
hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam.
Proses pembuatan daun teh afrika ini meliputi persiapan dan perlakuan
bahan baku, pembuatan teh daun afrika, pengamatan komposisi serta organoleptik
teh daun afrika, dan analisa produk.
Kata Kunci : Teh herbal, daun afrika, flavonoid, tray dryer.

vi
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini antioksidan menjadi topik penting dalam berbagai disiplin
ilmu. Khususnya dalam bidang kedokteran dan kesehatan, teori tentang
senyawa radikal, radikal bebas dan antioksidan semakin berkembang. Hal ini
didasari karena semakin dimengerti bahwa sebagian besar penyakit diawali
oleh reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Penelitian tentang
antioksidan alami dalam bahan pangan menjadi trend akhir-akhir ini. Hal ini
dikarenakan beberapa antioksidan sintesis yang biasa digunakan oleh industri
pangan, seperti BHA dan BHT, akhir-akhir ini diduga bersifat karsinogenik
(penyebab kanker). Sementara itu, dilain pihak pilihan dan ketersediaan
terhadap antioksidan alami masih terbatas. Salah satu tanaman yang memiliki
antioksidan alami adalah daun afrika.
Teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh semua
lapisan masyarakat karena selain ekonomis, teh juga dianggap dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan, karena memiliki kandungan zat bioaktif
penangkal radikal bebas, menurut Yuningsih dalam Soraya (2012) teh
merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air. Aroma teh
yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini banyak
dikonsumsi. Teh juga dapat digunakan sebagai antioksidan, memperbaiki sel-
sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker,
mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah, dan
melancarkan sirkulasi darah.
Daun afrika mengandung senyawa kimia antara lain sebagai berikut :
Protein 19,2 %, Karbohidrat 68,4 %, serat 19,2%, lemak 4,7 %, asam
askorbat 166,5 mg/100 g, karotenoid 30 mg/100 g, kalsium 0,97 g/100 g, besi
7,5 mg/100 g, fosfor, kalium, sulfur, natrium, mangan, tembaga, zink,
magnesium dan selenium. Senyawa kimia yang terkandung dalam daun afrika
antara lain seperti : saponin, seskueterpen lakton, flavonoid, koumarin, asam
fenolat, lignin, xanton, terpen, peptide dan lutelonin. Flavonoid sebagai salah
2

satu kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat pada jaringan tanaman
dapat berperan sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidatif flavonoid
bersumber pada kemampuan mendonasikan atom hidrogennya atau melalui
kemampuannya mengkelat logam.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa flavonoid merupakan senyawa
yang berperan sebagai antioksidan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian
“Pemanfaatan Dan Uji Organoleptik Daun Afrika (Vernonia amygdalina)
Sebagai Bahan Pembuatan Teh Menggunakan Tray Dryer” untuk
menganalisis kadar flavonoid dan organoleptik pada teh daun afrika.

1.2. Perumusan Masalah


Dari uraian di atas timbul permasalahan yang menarik untuk diteliti :
1. Bagaimana cara memanfaatkan daun afrika sebagai bahan dasar
pembuatan teh herbal ?
2. Bagaimana cara mendapatkan teh daun afrika dengan kadar flavonoid
yang optimal agar dihasilkan teh herbal yang berkhasiat ?

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengembangkan bahan baru berupa daun afrika (Vernonia amygdalina)
yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan teh herbal.
2. Sebagai solusi untuk mendapatkan teh daun afrika dengan kadar
flavonoid yang optimal.

1.4. Manfaat
Manfaat penulisan karya tulis penelitian ini sebagai berikut :
a. Bagi masyarakat:
Memberi informasi pemanfaatan daun afrika menjadi bahan
pangan berkhasiat.
b. Bagi pabrik teh:
Memberikan informasi tentang alternatif bahan baku yang baru
dalam pembuatan teh herbal, yaitu daun afrika.
3

1.5. Relevansi Penelitian


Relevansi antara penelitian ini dengan ilmu Teknik Kimia berkaitan
dengan bidang Rekayasa Bioproses.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del)


2.1.1. Deskripsi Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del)
Vernonia amygdalina Del atau yang biasa disebut Daun Afrika,
adalah tumbuhan semak yang tumbuh hingga 7 meter dan berasal dari
daerah tropis Afrika dan bagian lain dari Afrika, khususnya Nigeria,
Kamerun dan Zimbabwe (Ibrahim dkk., 2004). Tanaman Vernonia
amygdalina memiliki daun yang agak bulat dengan batang berkayu,
tanaman tersebut berasal dari Nigeria dan tumbuh di zona ekologi dataran
Afrika Vernonia amygdalina Del dikenal secara luas di beberapa negara
yaitu Cina, Afrika, Malaysia, Singapura dan Nigeria sebagai sayuran,
olahan makanan dan ekstrak aqueous sebagai tonik berbagai penyakit.
Vernonia amygdalina Del memiliki karakteristik aroma, rasa getir dan
kandungan kimia sebagai obat. Penelitian mengenai farmakologis
menunjukan ekstrak daun dari tanaman Vernonia amygdalina Del
mengandung hypoglycemic dan hypolipidaemic yang dapat digunakan
sebagai pengontrol kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus.
Disamping memperlihatkan aktifitas hypoglycemic, Vernonia amygdalina
Del juga aman dikonsumsi sebagai makanan ataupun obat karena tidak
menunjukan efek berlawanan dengan hati dan ginjal (Dian M.A, dkk
2015).

Gambar 2.1. Tanaman Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del) (Sani, dkk., 2012)
5

2.1.2. Klasifikasi Daun Afrika


Berikut merupakan klasifikasi daun afrika:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asterids
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Vernonieae
Spesies :Vernonia amygdalina Del

2.1.3. Morfologi Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del)


Daun Afrika mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: Batang tegak,
tinggi 1-3m, bulat, berkayu, berwarna coklat kotor; daun majemuk, anak daun
berhadapan, panjang 15-25 cm, lebar 5-8 cm, tebal 7-10 mm, berbentuk lanset,
tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, berwarna
hijau tua; akar tunggang. (Ibrahim, dkk 2004).

2.1.4. Kandungan Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del)


Daun Afrika banyak mengandung nutrisi dan senyawa kimia,
antara lain protein 19,2%, serat 19,2%, karbohidrat, 68,4%, lemak 4,7%,
asam askorbat 166,5% mg/100gr, karotenoid 30 mg/100gr, kalsium
0,97gr/100gr, fosfor, kalium, sulfur, natrium, mangan, tembaga, zink,
magnesium dan selenium. Senyawa kimia yang terkandung dalam daun
Afrika antara lain, saponin (vernoniosida dan steroid saponin),
seskuiterpen (vernolida, vernodalol, vernoolepin, vernodalin dan
vernomygdin), flavonoid, koumarin, asam fenolat, lignin, xanton, terpen,
peptide dan luteolin. Kegunaan yang paling utama adalah untuk
pengobatan diabetes, hipertensi, gout, dan kanker (Ijeh, 2010).
6

Daun afrika memiliki banyak manfaat dalam pengobatan


tradisional. Dalam berbagai penelitian yang dilakukan tanaman daun afrika
ini memiliki efek maupun aktivitas seperti: efek anti parasit, anti malaria,
anti helmentik, anti viral, anti kanker, antikoagulan dan antithrombik,
analgesik dan anti piretik, anti inflamasi, anti oksidan, liver protektan,
antidiabetik, anti oksidan (Yeap dkk, 2010).

2.1.5. Manfaat Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del)


Salah satu tanaman baru yang banyak digunakan masyarakat
untuk menangani penyakit diabetes mellitus adalah tumbuhan Vernonia
amygdalina Del. Tanaman ini berasal dari Benua Afrika bagian barat yaitu
Nigeria. Di Sumatera Barat, tanaman ini dikenal dengan nama daun Afrika
Selatan atau daun Insulin (Suryati, dkk 2015). Penelitian ilmiah tentang
manfaat tumbuhan ini untuk pengobatan diabetes mellitus sudah banyak
dilaporkan. Aktifitas antidiabetes tanaman ini disebabkan adanya
kandungan senyawa flavonoid, dimana senyawa ini dapat merangsang
sekresi insulin. Disamping itu, tanaman ini secara tradisional juga
digunakan sebagai anti rematik, anti-malaria, anti diare , anti hipertensi
dan untuk mengobati asam urat. Daun tanaman ini juga banyak
dimanfaatkan sebagai sayuran (Suryati, dkk 2015).
Setiap bahan obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami
proses farmakokinetik, yaitu absorbsi di usus, distribusi ke seluruh tubuh,
kemudian dimetabolisme oleh hepar, dan diekskresikan baik melalui
empedu ke dalam feses maupun oleh ginjal ke dalam urin. Jika obat -
obatan digunakan dalam jangka waktu yang lama, dapat mengakibatkan
penumpukan senyawa metabolit di dalam organ-organ penting tubuh,
misalnya hati, saluran pencernaan ataupun ginjal. Organ-organ tubuh akan
bekerja keras untuk menyaring dan membuang senyawasenyawa yang
tidakdibutuhkan oleh tubuh. Hal ini menyebabkan komplikasi pada organ-
organ tersebut (Suryati, dkk 2015).
Beberapa penelitian telah membuktikan khasiat dan kandungan
dari Vernonia amygdalina. Tanaman tersebut juga dapat digunakan
7

sebagai obat tradisional untuk mengobati sakit gigi, radang gusi,


rematisme, anti malaria, anti diare, penyakit kelamin, penyakit usus,
antioksidan. Selain sebagai pengobatan pada manusia, tanaman tersebut
juga dapat dijadikan sebagai bahan proteksi hama dan penyakit tanaman
karena diketahui mengandung zat antimikroba (Dian M.A, dkk 2015)

2.2. Metode Pengeringan


2.2.1. Prinsip Pengeringan
Pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang
dikeringkan. Dalam hal ini kandungan uap air udara lebih sedikit atau
udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi
penguapan (Adawyah, 2014). Menurut Rohman (2008), pengeringan
merupakan proses penghilangan sejumlah air dari material. Dalam
pengeringan, air dihilangkan dengan prinsip perbedaan kelembaban antara
udara pengering dengan bahan makanan yang dikeringkan. Material
biasanya dikontakkan dengan udara kering yang kemudian terjadi
perpindahan massa air dari material ke udara pengering
Kemampuan udara membawa uap air bertambah besar jika
perbedaan antara kelembaban nisbi udara pengering dengan udara sekitar
bahan semakin besar. Salah satu faktor yang mempercepat proses
pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang mengalir. Udara yang
tidak mengalir menyebabkan kandungan uap air disekitar bahan yang
dikeringkan semakin jenuh sehingga pengeringan semakin lambat.
Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air.
Apabila kelembaban udara tinggi, maka perbedaan tekanan uap di dalam
dan di luar menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan uap air dalam
bahan ke luar. Kemampuan bahan untuk melepaskan air dari permukaan
akan semakin besar dengan meningkatnya suhu udaara pengering yang
digunakan. Peningkatan suhu juga menyebabkan kecilnya jumlah panas
yang dibutuhkan untuk menguapkan air bahan. Dan tujuan pengeringan
untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan
8

mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan


pembusukan terhambat atau bahkan terhenti sama sekali. Dengan
demikian, bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama
(Adawyah, 2014).

2.2.2. Mekanisme Pengeringan


Ketika benda basah dikeringkan secara termal, ada dua proses yang
berlangsung secara simultan, yaitu: (Rohman, 2008)
1. Perpindahan energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di
permukaan benda padat. Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat
berlangsung secara konduksi, konveksi, radiasi, atau kombinasi dari
ketiganya. Proses ini dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan, laju dan arah
aliran udara, bentuk fisik padatan, luas permukaan kontak dengan udara dan
tekanan. Proses ini merupakan proses penting selama tahap awal pengeringan
ketika air tidak terikat dihilangkan. Penguapan yang terjadi pada permukaan
padatan dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari permukaan padatan ke
lingkungan melalui lapisan film tipis udara.
2. Perpindahan massa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan. Ketika
terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi perbedaan temperatur
sehingga air mengalir dari bagian dalam benda padat menuju ke permukaan
benda padat. Struktur benda padat tersebut akan menentukan mekanisme
aliran internal air. Beberapa mekanisme aliran internal air yang dapat
berlangsung diantaranya adalah:
a) Difusi, pergerakan ini terjadi bila kandungan air pada padatan berada di
bawah titik jenuh atmosferik dan padatan dengan cairan di dalam sistem
bersifat mutually soluble. Contoh: pengeringan tepung, kertas, kayu,
tekstil dan sebagainya.
b) Capillary flow, cairan bergerak mengikuti gaya gravitasi dan kapilaritas.
Pergerakan ini terjadi bila equilibrium moisture content berada di atas titik
jenuh atmosferik. Contoh pada pengeringan tanah dan pasir.

2.2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan


9

Menurut Taufiq (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi


pengeringan ada dua golongan yaitu faktor yang berhubungan dengan
udara pengering dan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang
dikeringkan. Faktor-faktor yang termasuk golongan pertama adalah suhu,
kecepatan volumetric, aliran udara pengering dan kelembaban udara.
Faktor-faktor yang termasuk golongan kedua adalah ukuran bahan, kadar
air awal dan tekanan parsial di dalam bahan.
Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap
air. Apabila kelembaban udara tinggi, maka perbedaan tekanan uap air di
dalam dan di luar bahan menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan
uap air dari dalam bahan ke luar. Pengontrolan suhu serta waktu
pengeringan dilakukan dengan mengatur kotak alat pengering dengan alat
pemanas, seperti udara panas yang dialirkan ataupun alat pemanas lainnya.
Suhu pengeringan akan mempengaruhi kelembaban udara di dalam alat
pengering dan laju pengeringan untuk bahan tersebut. Pada kelembaban
udara yang tinggi, laju penguapan air bahan akan lebih lambat
dibandingkan dengan pengeringan pada kelembaban yang rendah.

2.3. Tray Dryer


Tray Dryer (Cabinet Dryer) merupakan salah satu alat pengeringan
yang tersusun dari beberapa buah tray di dalam satu rak. Tray dryer sangat
besar manfaatnya bila produksinya kecil, karena bahan yang akan
dikeringkan berkontak langsung dengan udara panas. Namun alat ini
membutuhkan tenaga kerja dalam proses produksinya, biaya operasi yang
agak mahal, sehingga alat ini sering digunakan pada pengeringan bahan -
bahan yang bernilai tinggi.
Alat pengering yang digunakan yaitu alat pengering tipe tray atau alat
pengering tipe rak, mempunyai bentuk persegi dan didalamnya berisi rak-
rak, yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Bahan
diletakan di atas rak (tray) yang terbuat dari logam yang berlubang.
Kegunaan lubang-lubang tersebut untuk mengalirkan udara panas. Pada
alat pengering ini bahan selain ditempatkan langsung pada rak-rak dapat
10

juga ditebarkan pada wadah lainnya misalnya pada baki dan nampan.
Kemudian pada baki dan nampan ini disusun diatas rak yang ada di dalam
pengering. Selain alat pemanas udara, biasanya juga digunakan juga kipas
(fan) untuk mengatur sirkulasi udara dalam alat pengering. Udara yang
telah melewati kipas masuk ke dalam alat pemanas, pada alat ini udara
dipanaskan lebih dulu kemudian dialurkan diantara rak-rak yang sudah
berisi bahan. Arah aliran udara panas didalam alat pengering bisa dari atas
ke bawah dan bisa juga dari bawah ke atas, sesuai dengan dengan ukuran
bahan yang dikeringkan. Untuk menentukan arah aliran udara panas ini
maka letak kipas juga harus disesuaikan (Unari Taib, 2008).

Gambar 2.2. Tray Dryer (Revitasari, 2010)

Bahan diletakan di atas rak (tray) yang terbuat dari logam yang
berlubang. Kegunaan lubang-lubang tersebut untuk mengalirkan udara
panas. Ukuran yang digunakan bermacam-macam, ada yang luasnya 200
cm² dan ada juga yang 400 cm². Luas rak dan besar lubang-lubang rak
tergantung pada bahan yang dikeringkan.
Apabila bahan yang akan dikeringkan berupa butiran halus, maka
lubangnya berukuran kecil. Pada alat pengering ini bahan selain
ditempatkan langsung pada rak-rak dapat juga ditebarkan pada wadah
lainnya misalnya pada baki dan nampan. Kemudian pada baki dan nampan
ini disusun diatas rak yang ada di dalam pengering. Selain alat pemanas
udara, biasanya juga digunakan juga kipas (fan) untuk mengatur sirkulasi
11

udara dalam alat pengering. Udara yang telah melewati kipas masuk ke
dalam alat pemanas, pada alat ini udara dipanaskan lebih dulu kemudian
dialurkan diantara rak-rak yang sudah berisi bahan.
Arah aliran udara panas di dalam alat pengering bisa dari atas ke
bawah dan bisa juga dari bawah ke atas, sesuai dengan dengan ukuran
bahan yang dikeringkan. Untuk menentukan arah aliran udara panas ini
maka letak kipas juga harus disesuaikan (Taib 1988).
12

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan Penelitian dilakukan selama dua bulan dimulai dari bulan
Juli sampai Oktober 2021 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan
Pangan Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Pada Penelitian ini, digunakan alat dan bahan sebagai berikut :
3.2.1. Alat yang digunakan
a. Mortar
b. Termometer
c. Gelas Kimia
d. Erlenmeyer
e. Batang Pengaduk
f. Spatula
g. Kantong Teh Celup
h. Tray Dryer
i. Blender
j. pH-meter
k. Hot Plate

3.2.2. Bahan yang Digunakan


a. Daun Afrika (Vernonia amygdalina)
b. Aquadest

3.3. Perlakuan dan Rancangan Percobaan


Perlakuan dan rancangan percobaan dalam pembuatan teh daun afrika
ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu :
3.3.1. Perlakuan Percobaan
a. Pengambilan Bahan Baku
13

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan the adalah daun Afrika
(Vernonia amygdalina) yang ditanam dirumah.
b. Pengeringan daun Afrika dilakukan menggunakan Tray Dryer di
laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.
c. Pengujian Produk
Produk yang telah didapatkan diuji derajat keasamannya dan
kandungan senyawa flavonoid di Laboratorium Kimia Analitik
Instrumen Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.

3.3.2. Prosedur Percobaan Teh Daun Afrika


a. Pembersihan daun Afrika
Proses ini dilakukan dengan cara mencuci daun afrika dengan
mengguakan air bersih agar bahan baku tidak terkontaminasi oleh
pengotor seperti debu ataupun serangga.
b. Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan menggunakan Tray Dryer pada suhu
50oC dan variasi waktu 15, 30, dan 45 menit.
c. Pemotongan
Proses pemotongan dilakukan untuk mendapatkan daun Afrika kering
yang lebih halus.
d. Pembungkusan
Daun Afrika kering dimasukkan kedalam kantong the celup dengan
variasi 0,5 gr; 1 gr; 1.5 gr dan 2 gr.
14

3.4. Data Pengamatan


3.4.1. Pengamatan Komposisi Teh Daun Afrika
Sampel
Kadar
NO Waktu Berat per pH
Flovanoid
Pengeringan kemasan
0.5 gr
1 gr
1 15 menit
1.5 gr
2 gr
0.5 gr
1 gr
2 30 menit
1.5 gr
2 gr
0.5 gr
1 gr
3 45 menit
1.5 gr
2 gr

Tabel 3.1 Pengamatan Komposisi Teh Daun Afrika

3.4.2. Pengamatan Organoleptik


Perlakuan Warna Aroma Rasa
A1
A2
A3
A4
B1
B2
B3
B4
C1
C2
C3
C4

Tabel 3.2 Pengamatan Organoleptik

3.5. Prosedur Analisa Produk


3.5.1. Pengujian pH
Pengukuran derajat keasaman dilakukan dengan menggunakan kertas pH.
15

3.5.2. Kadar Flavonoid


Kadar Flavonoid dalam teh daun Afrika dapat diketahui dengan bantuan
alat HPLC (High Performance Liquid Cromatograph).

3.5.3. Uji Organoleptik


1. Panelis
Jenis panelis yang diguanakan adalah panelis laki-laki dan perempuan
dewasa sebanyak 25 orang.
2. Persiapan Contoh
Persiapan Contoh dilakukan pada suhu seragam dengan kode contoh
A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3, B4, C1, C2, C3, dan C4 dengan masing
masing sampel yang diseduh dalam 300 ml air.
3. Penilaian
4. Pengolahan Data
16

BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya


Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian
No Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan
(Rp)
1 Gaji dan Upah Rp 4.046.000
2 Bahan habis pakai dan peralatan Rp 786.000
3 Transportasi Rp 650.000
4 Lain-lain (publikasi, seminar, laporan, dan
Rp 400.000
lainnya)
Jumlah Rp 5.896.000

4.2. Jadwal Penelitian


Tabel 4.2 Jadwal Penelitian
No Bulan ke-
Uraian Kegiatan
. 1 2 3 4
1. Persiapan alat dan bahan
2. Pengolahan daun afrika menjadi teh
3. Pengolahan data
4. Analisa data (pH, uji organoleptik)
5. Penulisan Laporan
17

DAFTAR PUSTAKA

Sayuti, K. dan Yenrina, R. (2015). Antioksidan, Alami dan Sintetik. Padang:


Universitas Andalas.

Muzaki, D. dan Wahyuni, R. (2015). Pengaruh Penambahan Gingger Kering


(Zingiber officinale) Terhadap Mutu dan Daya Terima Teh Herbal Daun
Afrika Selatan (Vernonia amydalina). Pasuruan: Universitas Yudharta.

Putrianirma, R. dkk. (2019). Efektivitas Ekstrak Daun Afrika (Vernonia


amygdalina) Secara Topikal untuk Reepitelisasi Penyembuhan Luka Insisi
pada Tikus Putih (Rattus novergicus). Surabaya: Universitas Airlangga.

Novitasari, R., Ratnasari, D. dan Nuraini, S.S. (2018). Pembuatan dan Uji
Organoleptik Sediaan Teh Celup Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.)
Melalui Metode Pengovenan dan Metode Sinar Matahari. Purwakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik.

Redha, A. (2010). Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya dalam


Sistem Biologis. Pontianak: Politeknik Negeri Pontianak.

Adawyah, R. (2014). Pengolahan Dan Pengawetan Ikan. Jakarta: PT. Bumi


Aksara.

Audu, S. A., Taiwo, A. E., Ojuolape, A. R., Sani, A. S., Bukola, A. R., &
Mohammed, I. (2012). A study review of documented phytochemistry of
Vernonia amygdalina (Family Asteraceae) as the basis for pharmacologic
activity of plant extract. Journal of Natural Sciences Research, 2(7), 1-9.

Dian M.A. (2015). Potensi Insulin Plant (Vernonia amygdalina) Sebagai Obat
Alami Diabetes Mellintus. Artikel Pusat Penelitian Bioteknologi dan
Bioindistri Indonesia.
18

Ibrahim, G., Abdurahman, E. M., & Katayal, U. A. (2004). Pharmacognostic


studies on the leaves of Vernonia amygdalina Del.(Asteraceae). Nigerian
Journal of Natural Products and Medicine, 8, 8-10.

Ijeh, I. I., & Ejike, C. E. (2010). Current perspectives on the medicinal potentials
of Vernonia amygdalina Del. Journal of medicinal plants research, 5(7),
1051-1061.
Nidya Zukfa Karimah et al. (2016). Identifikasi pada Ekstrak dan Fraksi Daun
Afrika (Vernonia amygdalina Del). Prosiding farmasi FMIPA Universitas
Islam Bandung vol.2 no.2.

Revitasari. (2010). Jenis-Jenis Dryer. https://www.academia.edu/9404588/


Jenis_jenis_dryer. (diakses 16 Maret 2021)

Rohman, S. (2008). Teknologi pengeringan bahan makanan. Majari


Magazine.[Online] Desember, 19, 2008.

Suryati, S., Dillasamola, D., & Rahadiant, F. (2016). Pengaruh Ekstrak Etanol
Daun Vernonia amygdalina, Del terhadap Kadar Kreatinin Serum Mencit Putih
Jantan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(1), 79-83.

Taib, G., Sa'id, G., & Wiraatmadja, S. (1988). Operasi pengeringan pada


pengolahan hasil pertanian. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Taib, Unarif. (2008). Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian:


Yogyakarta.

Taufiq, M. (2004). Pengaruh temperatur terhadap laju pengeringan jagung pada


pengering konvensional dan fluidized bed.
19

Yeap, S. K., Ho, W. Y., Beh, B. K., San Liang, W., Ky, H., Yousr, A. H. N., &
Alitheen, N. B. (2010). Vernonia amygdalina, an ethnoveterinary and
ethnomedical used green vegetable with multiple bio-activities. Journal of
medicinal plants research, 4(25), 2787-2812.

Sukmawati, dkk. (2017). Potensi Senyawa Flavonoid daun Afrika (Vernonia


amygdalina Del.) Asal Ternate Sebagai Antioksidan. Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia, Makasar

Anda mungkin juga menyukai