Anda di halaman 1dari 4

Nama : Keiza Naya Nur Amalia

Kelas : 5 .KH. AW

Tugas : PKN

Provinsi Jawa Barat

1. Bahasa daerah
Bahasa Sunda adalah cabang bahasa Melayu-Polinesia yang masuk dalam rumpun
Austronesia. Arti bahasa Sunda khususnya dituturkan di wilayah Jawa bagian Barat,
meliputi Jawa Barat dan Banten. Penutur Sunda juga bisa ditemukan di Jakarta dan
wilayah Jawa Tengah seperti Brebes dan Cilacap. Bahasa Sunda menempati urutan
kedua dari bahasa yang paling banyak dituturkan setelah bahasa Jawa di Indonesia.
Bahasa ini dituturkan oleh setidaknya 42 juta orang. Seiring transmigrasi dan imigrasi
yang dilakukan etnis Sunda, penutur bahasa ini telah menyebar sampai ke luar pulau
Jawa.
2. Rumah Adat
Imah Jelopong

Rumah adat Jelopong memiliki arti yakni terkulai atau tegak lurus. Rumah
adat ini dinamakan Jelopong karena bisa dilihat dari bentuk atapnya yang
sangat sederhana dan tergolek lurus dengan baik. Rumah adat Jelopong
sangat diminati karena proses pembuatannya yang sangat mudah dan tidak
membutuhkan material bangunan yang terlalu banyak.
Bagian dari rumah adat Jelopong ini memiliki sebuah kolong, atau disebut
juga sebagai ruangan yang terdapat di bawah lantai dengan tinggi sekitar
40 cm di atas permukaan tanah. Kolong tersebut memiliki fungsi untuk
menjadi tempat memelihara hewan ternak yang berukuran kecil seperti
unggas hingga menyimpan berbagai alat pertanian lainnya.
3. Pakaian adat
Mojang Jajaka

Dalam Bahasa Indonesia, mojang artinya gadis atau perawan. Secara


sederhana, mojang adalah wanita yang belum menikah. Sementara jajaka
artinya perjaka atau laki-laki yang belum pernah menikah. Dari namanya
sudah bisa kita tebak bahwa pakaian adat ini biasanya digunakan oleh
pemuda dan pemudi yang belum menikah. Pada umumnya pakaian ini
digunakan dalam acara resmi.
Pakaian laki-laki terdiri atas jas tertutup atau beskap yang berwarna polos.
Beskap atau jas tertutup tadi memiliki berkerah sekitar 3-4 cm tanpa
disertai lipatan. Warna yang digunakan bisa hitam, biru, putih, dan warna
lainnya. Agar selaras dengan atasannya, bawahan laki-laki dalam setelan
pakaian adat ini berupa celana panjang yang warnanya senada dengan
beskap. Celana tersebut dilapisi dengan kain jarik bermotif batik yang
dililitkan di pinggang dan diatur sedemikian rupa hingga dapat memanjang
ke bawa sampai paha.
Agar terlihat semakin resmi dan rapi, alas kaki yang digunakan adalah
sepatu pantofel yang melapisi kaki berbalut kaos kaki. Namun, terkadang
ada pula Jajaka Jawa Barat yang mengenakan selop sebagai alas kaki.
Terakhir, sebagai penutup kepala, digunakanlah bendo.
Sementara itu, pakaian wanita terdiri atas kebaya sebagai setelan
atasannya. Kebaya tersebut biasanya polos namun ada juga yang bermotif
meski tidak dominan. Warnanya bisa bermacam, mulai dari hitam, biru,
putih, dan warna lainnya. Namun selalu disesuaikan dengan warna jas
tertutup atau beskap yang digunakan oleh Jajaka agar tampak serasi.
Sementara itu, bawahan yang dipakai oleh para mojang Jawa Barat berupa
kain kebat bermotif batik yang dililitkan di pinggang. Berbeda dengan
bawahan jajaka, bawahan mojang ini warnanya tidak senada dengan
atasannya. Untuk meyakinkan lilitan kain kebat benar-benar kencang,
dipasangkan beubeur yang berfungsi sebagai ikat pinggang. Tidak lupa
digunakan selendang atau karembong. Sementara, untuk alas kaki, para
mojang mengenakan selop atau sepatu yang warnanya sama dengan baju
kebayanya.

4. Tarian daerah
Tari Jaipong

Tari Jaipong merupakan tari tradisional yang sangat populer dari Jawa
Barat. Tari ini juga menjadi identitas kesenian di Jawa Barat. Tari Jaipong
biasa dipentaskan dalam banyak kegiatan dan acara. Salah satunya
sebagai tari penyambut tamu baik dari dalam maupun luar negeri yang
berkunjung ke Jawa Barat. Tari Jaipong diciptakan seorang seniman
bernama Gugun Gumilar sekitar tahun 1960-an. Tari ini terinspirasi dari
kesenian rakyat Jawa Barat, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, serta Ronggeng.
Secara gerakan, Tari Jaipong memiliki kekhasan tersendiri yang berbeda
dari tari daerah lainnya. Tari Jaipong cenderung berirama cepat dan
bersemangat.

5. Upacara Adat
Upacara Sephitan/Khitanan

Pelaksanaan upacara khitanan hanya khusus untuk anak laki-laki


berdasarkan kepercayaan Islam. Tujuannya adalah untuk membersihkan
alat vital laki-laki dari najis dan kotoran. Menurut keyakinan umat Islam,
khitan adalah sunnah yang bersifat wajib. Adapun upacara sepitan adalah
membersihkan sedikit bagian pada area kemaluan anak perempuan ketika
masih bayi. Kebanyakan acara Khitanan dilakukan ketika anak berusia 6
tahun dengan mengundang mantri atau dokter. Dalam acara ini biasanya
melibatkan masyarakat dari kerabat dan tetangga dekat rumah untuk turut
menyaksikan

Anda mungkin juga menyukai