Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AKUNTANSI BIAYA

“HARGA POKOK PRODUKSI BERSAMA”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK VI

M. ARYONO SOBIRIN (200901502004)

RYAN HIDAYATULLAH (200901502002)

A.SRI RAHMADANI,R (200901502016)

ZUHALWAH YULIAH ILHAM (200901502020)

RENI NARA BANGSAWAN (2009015010002)

ARIFAH NURFIKRIYAH SALALUDIN (200901502003)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021/2022
HARGA POKOK PRODUKSI BERSAMA

Berkembangnya industri akan selalu memunculkan produk-produk baru. Perusahaan akan


selalu berusaha menciptakan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Akibatnya suatu
perusahaan tidak hanya memproduksi satu produk tetapi beragam produk untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Hal ini menjadikan masalah baru bagi perusahaan dalam perhitungan
akuntansinya. Bersumber dari masalah inilah kalkulasi produk bersama dan produk
sampingan menjadi penting untuk dibahas.

A. Konsep Produksi Bersama dan Produksi Sampingan


Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama yang harus dialokasikan
ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan
pesanan ataupun secara massa.Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya
yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai
macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Biaya produk bersama
muncul dari produksi secara simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama.
Ketika dua atau tiga produk di produksi dari sumber daya yang sama maka akan
terbentuk biaya gabungan. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik
pisah adalah saat dihasilkannya dua atau lebih produk bersama, dimana pada saat itu
produk bersama bisa langsung dijual atau diproses lebih lanjut. Biaya bersama digunakan
untuk memproduksi berbagai produk, yaitu:

1. Produk bersama (joint-product)


Produk Bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama- sama atau
serempak dengan menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku,
tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan masukkan (input) tersebut tidak
diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu. Biaya produk bersama bersifat
homogen untuk seluruh produk sampai pada titik pisah. Nilai jual dari masing-
masing produk bersama relatif sama sehingga tidak ada produk yang dianggap sebagi
produk utama dan produk sampingan.
Contoh: Pabrik penyulingan minyak mentah (crude oil) menghasikan minyak siap
dikonsumsi berupa minyak gasolin, karosine, minyak diesel (solar), minyak bakar,
minyak tanah, dll.
2. Produk Sampingan (by-product)
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total relatif
kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar.
Produk yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Produk
sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi
perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan
produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat pengolahan produk,
kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil dibandingkan dengan nilai
keseluruhan produk. Pembedaan produk utama dan produk sampingan terletak pada
nilai jualnya. Jika nilai jual salah satu produk relatif lebih kecil dari yang lainnya
maka dikategorikan sebagai produk sampingan, sedangkan apabila produk-produk
yang dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk bersama.
Contoh: pada pabrik penggergajian kayu, kayu lapis dan papan kayu merupakan
produk utama, sedangkan serbuk gergaji dan kayu bakar merupakan produk
sampingan.
3. Produk sekutu (coproduct)
Produk sekutu dapat didefinisikn sebagai beberapa macam produk yang dihasilkan
dalam waktu yang sama, tetapi tidak berasal dari proses pengolahan yang sama atau
tidak dari bahan baku yang sama.
Contoh : Pabrik penggergajian dapat menghasilkan papan kayu dan kayu lapis dari
berbagai jenis kayu log (kayu gelonggongan) yang diproses sehingga macam produk
yang dihasilkan dapat berupa papan kayu jati, kayu meranti, kayu kanfer, begitu pula
dapat dihasilkan kayu lapis jati,meranti atau kanfer

AKUNTANSI PRODUK BERSAMA

Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi masalah


pemasaran berbagai macam produknya, karena masing-masing produk mempunyai masalah
pemasaran dan harga jual yang berbeda. Manajemen biasanya ingin mengetahui kontribusi
masing-masing produk pada pendapatan perusahan. Oleh karena itu, perlu diketahui secara
teliti biaya yang dibebankan pada masing-masing produk sebagai dasar perhitungan harga
pokok setiap produk.

Alokasi Biaya merupakan pembebanan biaya secara proposional dari biaya tidak
langsung atau biaya bersama ke objek biaya. Biaya bersama sulit diperhitungkan kepada
masingmasing produk, oleh karena itu untuk memudahkan dalam perhitungan diperlukan
alokasi biaya. Manfaat menghitung alokasi biaya dalam produk bersama adalah:

1. Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan
keuangan internal dan eksternal.
2. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
3. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak.
4. Biaya bahan yang hancur.
5. Menetukan biaya departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran kinerja eksekutif.
6. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi dikenakan
peraturan harga.
7. Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadap total
pendapatan perusahaan.
8. Mengetahui seluruh biaya produksi yang dibebankan ke masing-masing produk
bersama.

Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan metode nilai
pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit kuantitatif.

a. Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif


Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan argumennya
bahwa harga produk merupakan manifestasi dari biaya produksinya. Metode ini
mengasumsikan bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama
memilki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan nilai pasar disebabkan
tingkat pemakaian biaya yang berbeda.
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi
daripada yang lainnya, hal itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksinya juga lebih tinggi dibandingkan produk lain. Jadi dalam metode ini
kelangkaan tidak mempunyai pengaruh dalam menentukan harga jual. Karena asumsi
itulah, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada
nilai jual relatif masing-masing produk bersama.
b. Metode rata-rata biaya per satuan
Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan ke
berbagai produk atas dasar biaya per unit. Metode ini digunakan jika dari satu proses
produksi bersama dihasilkan beberapa produk yang bisa diukur dalam satuan yang
sama meskipun dalam kualitas yang berbeda-beda. Perusahaan yang menggunakan
metode ini berpendapat bahwa semua produk yang dikerjakan dengan proses yang
sama harus menerima bagian yang sebanding dengan total biaya gabungan
berdasarkan unit yang diprosuksi. Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung
sesuai dengan proporsi kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.
c. Metode rata-rata tertimbang
Pada banyak industri, metode-metode yang telah dibahas diatas tidak dapat
memberika solusi yang memuaskan dalam mengalokasikan biaya bersama karena
tidak mempertimbangkan segi kualitas dari suatu produk. Sehingga mucullah metode
yang menggunakan bobot sebagai presentasi dari ukuran besarnya unit, kesulitan
pembuatan, waktu yang dibutuhkan dan sebagainya sebagai dasar untuk
mengalokasikan biaya bersama. Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk
didasarkan atas perkalian jumlah unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya
digunakan sebagai dasar untuk alokasi.
d. Metode unit kuantitatif / satuan fisik
Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan berdasarkan
satuan ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan sebagainya. Jika produk
bersama mempunyai ukuran yang berbeda maka harus ditentukan koefisien
ekuivalesinya yang digunakan untuk mengubah satuan yang berbeda kedalam satuan
yang sama. Metode ini beranggapan bahwa setiap produk dapat diidentifikasi sesuai
dengan tingkat pemanfaatan bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK SAMPINGAN

Setelah mempelajari konsep dan cara perhitungan harga pokok produk gabungan,
maka tidak lengkap jika tidak membahas harga pokok produk sampingan. Hal ini dapat
dimengerti karena keduanya mempunyai hubungan yang erat. Dalam produk sampingan,
yang menjadikan permasalahan adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan
produk sampingan tersebut.

Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga


pokok produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan
produk sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada
umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relatif rendah bila
dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam kenyataannya ada beberapa metode yang
mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan. Metode-metode
akuntansi yang dapat diterima untuk menetapkan biaya produk sampingan dibagi dalam dua
kategori, yaitu:

a. Metode Tanpa Harga Pokok (Non-Cost Methods)


Dalam metode ini, Harga pokok produk sampingan atau persediannya tidak
diperhitungkan, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan prduk sampingan
sebagai pendapatan atau pengurang biaya prduksi produk utama. Dalam rangka
perhitungan biaya persediaan, suatu nilai yang berdiri sendiri dapat dibebankan ke
produk sampingan. Metode tanpa harga pokok adalah suatu metode dalam
perhitungan produk sampingan tidak memperoleh alokasi biaya bersama dari
pengolahan produk sebelum dipisah. Metode tanpa harga pokok dibagi menjadi 2
macam:
1. Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split-off point)
atau pengakuan atas pendapatan kotor.
2. Produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk utama
atau pengakuan atas pendapatan bersih.
b. Metode-Metode Harga Pokok (Cost Methods)
Dalam metode ini pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama dengan
produk bersama yaitu sebagian biaya bersama dialokasikan kepada produk sampingan
dan menentukan harga pokok persediaan produk sampingan dengan biaya yang
dialokasikan tersebut. Ada dua metode yang berdasarkan dpada metode harga pokok,
yaitu:
1. Metode biaya pengganti
Metode biaya pengganti biasanya digunakan pada perusahaan yang produk
sampingannya digunakan sendiri, sehingga tidak perlu membeli bahan dari
pemasok luar. Harga pokok yang diperhitungkan adalah sebesar harga beli atau
biaya pengganti (replacement cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok ini
kemudian dikreditkan pada rekening Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku
(BDP-BBB), sehingga mengurangi biaya produksi produk utama. Pengurangan
biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga pokok persediaan
produk utama menjadi lebih rendah.
ALOKASI BIAYA

Alokasi biaya adalah proses mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menetapkan biaya


ke objek biaya seperti departemen, produk, program, atau cabang perusahaan. Ini melibatkan
mengidentifikasi objek biaya di perusahaan, mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan oleh
objek biaya, dan kemudian menetapkan biaya ke objek biaya berdasarkan kriteria tertentu.
Ketika biaya dialokasikan dengan cara yang benar, bisnis dapat melacak objek biaya tertentu
yang menghasilkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Jika biaya dialokasikan ke
objek biaya yang salah, perusahaan mungkin menetapkan sumber daya ke objek biaya yang
tidak menghasilkan keuntungan sebanyak yang diharapkan.

JENIS BIAYA

1. Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang dapat diatribusikan ke produk atau layanan
tertentu, dan tidak perlu dialokasikan ke objek biaya tertentu. Itu karena organisasi
mengetahui pengeluaran apa yang masuk ke departemen tertentu yang menghasilkan
keuntungan dan biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk atau layanan
tertentu. Misalnya, gaji yang dibayarkan kepada pekerja pabrik yang ditugaskan di
divisi tertentu diketahui dan tidak perlu dialokasikan lagi ke divisi itu.
2. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak terkait langsung dengan objek biaya
tertentu seperti fungsi, produk, atau departemen. Itu adalah biaya yang dibutuhkan
demi operasional dan kesehatan perusahaan. Beberapa contoh umum dari biaya tidak
langsung termasuk biaya keamanan, biaya administrasi, dll. Biaya pertama kali
diidentifikasi, dikumpulkan, dan kemudian dialokasikan ke objek biaya tertentu dalam
organisasi. Biaya tidak langsung dapat dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang ditetapkan untuk produk atau departemen tertentu.
Contoh biaya tetap adalah remunerasi supervisor proyek yang ditugaskan ke divisi
tertentu. Kategori biaya tidak langsung lainnya adalah biaya variabel, yang bervariasi
dengan tingkat output. Biaya tidak langsung meningkat atau menurun seiring dengan
perubahan tingkat output. Untuk mengetahui pebedaan biaya langsung dan tidak
langsung Anda bisa membacanya melalui tautan ini.
3. Biaya Overhead
Biaya overhead adalah biaya tidak langsung yang bukan merupakan bagian dari biaya
produksi. Mereka tidak terkait dengan tenaga kerja atau biaya material yang
dikeluarkan dalam produksi barang atau jasa. Mereka mendukung proses produksi
atau penjualan barang atau jasa. Biaya overhead dibebankan ke akun pengeluaran, dan
harus terus dibayarkan terlepas dari apakah perusahaan menjual barang atau tidak.

MEKANISME ALOKASI BIAYA

Berikut ini adalah langkah-langkah utama yang terlibat ketika mengalokasikan biaya
ke objek biaya:

1. Identifikasi Obyek Biaya


Langkah pertama saat mengalokasikan biaya adalah mengidentifikasi objek biaya
yang dibutuhkan organisasi untuk memperkirakan biaya terkait secara terpisah.
Mengidentifikasi objek biaya tertentu penting karena mereka adalah penggerak bisnis,
dan keputusan dibuat dengan mempertimbangkannya. Objek biaya dapat berupa
merek, proyek, lini produk, divisi/departemen, atau cabang perusahaan. Perusahaan
juga harus menentukan dasar alokasi biaya, yang merupakan dasar yang digunakan
untuk mengalokasikan biaya ke objek biaya.
2. Akumulasi biaya ke dalam kumpulan biaya
Setelah mengidentifikasi objek biaya, langkah selanjutnya adalah mengakumulasi
biaya ke dalam kumpulan biaya, menunggu alokasi ke objek biaya. Saat
mengumpulkan biaya, Anda dapat membuat beberapa kategori di mana biaya akan
dikumpulkan berdasarkan basis alokasi biaya yang digunakan. Beberapa contoh
kumpulan biaya termasuk penggunaan listrik, penggunaan air, luas tanah, asuransi,
biaya sewa, konsumsi bahan bakar, dan pemeliharaan kendaraan bermotor.

MANFAAT ALOKASI BIAYA

1. Membantu dalam proses pengambilan keputusan


Alokasi biaya memberi manajemen data penting tentang penggunaan biaya yang
dapat mereka gunakan dalam membuat keputusan. Ini menunjukkan objek biaya yang
mengambil sebagian besar biaya dan membantu menentukan apakah departemen atau
produk cukup menguntungkan untuk membenarkan biaya yang dialokasikan. Untuk
objek biaya yang tidak menguntungkan, manajemen perusahaan dapat memotong
biaya yang dialokasikan dan mengalihkan uang tersebut ke objek biaya lain yang
lebih menguntungkan.
2. Membantu mengevaluasi dan memotivasi staf
Alokasi biaya membantu menentukan apakah departemen tertentu menguntungkan
atau tidak. Jika objek biaya tidak menguntungkan, perusahaan dapat mengevaluasi
kinerja anggota staf untuk menentukan apakah penurunan produktivitas yang menjadi
penyebab objek biaya tidak menguntungkan. Di sisi lain, jika perusahaan mengakui
dan memberi penghargaan kepada departemen tertentu karena mencapai profitabilitas
tertinggi di perusahaan, karyawan yang ditugaskan di departemen itu akan termotivasi
untuk bekerja keras dan melanjutkan kinerja mereka yang baik.

Anda mungkin juga menyukai