Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PUASA WAJIB DAN SUNNAH

(MAKALAH)

Disusun oleh:
PUTRINA SRIMULYA PRAMADANI
104210027

Dosen Pembimbing:
Dr. H. Husain Bafadhal, Lc, Ma

MAHASISWA SEMESTER DUA

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UIN STS JAMBI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat sekarang tetapi
juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu. Bagi orang yang beriman ibadah puasa
merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk
mendapatkan ampunan dosa-dosa, belipat gandaan pahala kebaikan,dan pengangkatan
derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya diantara amal-amal
ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng yang kukuh yang dapat menjaga
manusia dari bujuk rayu setan.
Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang
diciptakan tidak ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti demi
kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati lebih lanjut ibadah puasa mempunyai manfaat
yang sangat besar karena puasa tidak hanya bermanfaat dari segi rohani tetapi juga dalam
segi lahiri. Barang siapa yang melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan
maka akan diberi ganjaran yang besar oleh allah.
Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh baik secara individu maupun masyarakat
dalam hadits telah disebutkan hal-hal yang terkait dengan puasa seperti halnya mengenai
kesehatan, dan lain sebagainya. Alam menjalankan puasa secara tidak langsung telah
diajarkan perilaku-perilaku yang baik seperti halnya sabar, bisa mengendalikan diri dan
mempunyai tingkah laku yang baik
B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Puasa


2. Untuk mengetahui tentang Macam – Macam Puasa
3. Untuk mengetahui tentang Waktu Niat Puasa
4. Untuk mengetahui tentang Syarat – Syarat Puasa
5. Untuk mengetahui tentang Rukun Puasa
6. Untuk mengetahui tentang Perkara Yang Membatalkan Puasa
7. Untuk mengetahui tentang Hikmah Puasa
.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa

Puasa “Saumu” menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti
menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan
sebagainya. Menurut istilah agama islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari
dengan niat dan beberapa syarat”.

B. Macam Macam Puasa

Puasa sunah adalah puasa yang boleh dikerjakan dan boleh tidak, puasa sunah sering
disebut dengan puasa Tathawu’ artinya apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila
tidak dilakukan tidak berdosa. Ada beberapa macam puasa sunah yang waktu
pelaksanaannya berbeda-beda, antara lain;
1. Puasa Syawal, yang dimaksud dengan puasa Syawal adalah puasa enam hari di
bulan Syawal setelah tanggal 1 di bulan Syawal, yang pelaksanaannya boleh
secara berturut turut dan boleh selang seling yang penting sejumlah enam hari.1
2. Puasa hari Arafah, Puasa sunah hari Arafah adalah puasa sunah yang
pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 9 Dzuhijjah. Puasa sunah hari arafah
dapat menghapus dosa selama 2 tahun, yakni setahun yang lalu dan setahun yang
akan datang.
3. Puasa Asyura, Puasa sunah pada bulan Asyura, ada tiga tingkatan, yaitu:
a. Berpuasa tiga hari yaitu, tanggal 9, 10, dan 11 di bulan Syura atau Muharam
b. Berpuasa dua hari yaitu, tanggal 9 dan 10 dibulan Syura atau Muharam.
c. Berpuasa satu hari yaitu, tanggal 10 Syura atau Muharam.

Bulan Syura adalah bulan kemenangan nabi Musa as dan Bani Israil dari
musuh, barang siapa berpuasa As Syura dihapus (dosanya) satu tahun yang lalu.

4. Puasa bulan Sya’ban

1
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, Hlm220
Puasa di bulan Sya’ban ini tidak ada ketentuan, apabila dalam mengerjakan puasa
di bulan Sya’ban lebih banyak daripada di bulan lain adalah lebih baik.

5. Puasa Senin dan Kamis

Allah Swt pada setiap senin dan kamis mengampuni dosa-dosa setiap muslim,
supaya kita diampuni dosanya oleh Allah, maka berpuasalah.

6. Puasa pada PertengahanBulan Qamariyah

Puasa pertengahan bulan ini dilakukan setiap tanggal 13, 14 dan 15 Qamariyah.

7. Puasa Daud

Puasa Daud yaitu puasa yang dilakukan dengan cara sehari berpuasa sehari
berbuka (tidak berpuasa).2

C. Waktu Niat Puasa

Waktu berniat tidak harus malam hari, tapi bisa dilakukan setelah terbit fajar sampai
sebelum tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) dengan syarat ia belum makan/minum
sedikitpun sejak Subuh. Bahkan ulama mazhab Hambali, untuk puasa sunah,
membolehkan berniat setelah waktu Dzuhur. Kembali ke persoalan, seandainya lupa
berniat pada malam hari atau tertidur, bolehkah melakukan niat setelah terbit fajar atau
pagi harinya?

Ada beberapa pendapat mengenai waktu niat puasa menurut 4 madzhab:

1. Pendapat madzhab Hanafiyah : Lebih baik bila niat puasa (apa saja) dilakukan
bersamaan dengan terbitnya fajar, karena saat terbit fajar merupakan awal ibadah.
Jika dilaksanakan setelah terbitnya fajar, untuk semua jenis puasa wajib yang
sifatnya menjadi tanggungan/hutang (seperti puasa Qadha, puasa kafarat, puasa
karena telah melakukan haji tamattu’dan qiran sebagai gantinya denda/dam, dll)
maka tidak sah puasanya. Karena, menurut madzhab ini, puasa-puasa jenis ini
niatnya harus dilakukan pada malam hari. Tapi lain dengan puasa wajib yang

2
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta,Hlm. 640-641
hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti puasa Ramadhan, nadzar, dan
pusa-puasa sunnah yang tidak dikerjakan dengan sempurna, maka boleh saja
niatnya dilakukansetelah fajar sampai sebelum Dzhuhur.
2. Mazhab Malikiyah: Niat dianggap sah, untuk semua jenis puasa, bila dilakukan
pada malam hari atau bersamaan dengan terbitnya fajar. Adapun apabila
seseorang berniat sebelum terbenamnya matahari pada hari sebelumnya atau
berniat sebelum tergelincirnya matahari pada hari ia berpuasa maka puasanya
tidak sah walaupun puasa sunnah.
3. Mazhab Syfi’yah: Untuk semua jenis puasa wajib (baik yang dilakukan pada
waktu-waktu tertentu seperti puasa Ramadhan; yang sifatnya menjadi tanggapan
seperti qadha, nazar, kafarat, dll). Niat harus dilakukan pada malam hari. Adapun
puasa sunnah, niat bisa dilakukan sejak malam hari sampai sebelum tergelincirnya
matahari.3
4. Mazhab Hanbaliyah: Tidak beda dari Syafi’yah, mazhab ini mengharuskan niat
dilakukan pada malam hari, untuk semua jenis puasa wajib. Adapun puasa sunnah,
berbeda dari Syafi’yah, niat bisa dilakukan walaupun telah lewat waktu Dzuhur
(dengan syarat belum makan/minum sedikitpun sejak fajar.
D. Syarat Syarat Puasa
1. Syarat wajib Puasa
a. Berakal, orang yang gila tidak wajib Puasa.
b. Balig (umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib
puasa
c. Kuat berpuasa, orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau sakit,
tidak wajib puasa.

2. Syarat Sah Puasa

a. Islam, orang yang bukan islam tidak sah puasa.

b. Mumayiz (dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik).

c. Suci dari darah haid (kotoran) ataupun nifas (darah sehabis melahirkan).

Orang yang haid atau nifas itu tidak sah puasa, tetapi keduanya wajib
mengqada (membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya.

3
Muhammad Nasir, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, Hlm. 223
E. Rukun Puasa
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan. Yang
dimaksud dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya. Kecuali puasa
sunnah, boleh berniat pada siang hari, asal sebelum zawal (matahari condong ke
barat)
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari.4
F. Perkara yang Membatalkan Puasa
1. Makan dan Minum
Makan dan minum yang membatalkan puasa ialah dilakukan dengan sengaja.
Kalau tidak sengaja, misalnya lupa, tidak membatalkan puasa.
Sabda Rasulullah Saw;
Artinya; “Barang siapa lupa, sedangkan ia dalam keadaan puasa, kemudian ia
makan atau minum, maka hendaklah puasanya disempurnakan, karena
sesungguhnya Allah-lah yang memberinya makan dan minum”. (Riwayat Bukhari
dan Muslim).
Memasukan sesuatu kedalam lubang yang ada pada badan, seperti lubang
telinga, hidung, dan sebagainya, menurut sebagian ulama sama dengan makan dan
minum, artinya membatalkan puasa. Mereka mengambil alasan dengan Qias, di
Qiaskan (disamakan) dengan makan dan minum. Ulama yang lain berpendapat
bahwa hal itu tidak membatalkan karena tidak dapat di Qiaskan dengan makan
dan minum. Menurut pendapat yang kedua itu, kemasukan air sewaktu mandi
tidak membatalkan puasa, begitu juga memasukkan obat melalui lubang badan
selain mulut, suntik, dan sebagainya, tidak membatalkan puasa karena yang
demikian tidak dinamakan makan atau minum.
2. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali kedalam
Muntahyang tidak disengaja tidaklah membatatalkan puasa.
Sabda Rasulullah Saw:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw, telah berkata, “Barang siapa
terpaksa muntah, tidaklah wajib meng Qada puasanya, dan barang siapa yang
mengusahakan muntah, maka hendaklah dia meng Qada puasanya”. (Riwayat
Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).

4
Ibdid., hal. 225
3. Bersetubuh
Laki-laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh diwaktu siang hari
dibulan Ramadhan, sedangkan dia berkewajiban puasa, maka ia wajib membayar
kafarat. Kafarat ini ada 3 tingkat:
a. Memerdekakan hamba.
b. Kalau tidak sanggup memerdekakan hamba puasa dua bulan berturut-turut.
c. Kalau tidak kuat puasa bersedekah dengan makanan yang mengenyangkan
kepada enam puluh fakur miskin, tiap tiap orang ¾ liter.
4. Keluar Darah Haid (Kotoran) atau Nifas (Darah sehabis Melahirkan).
5. Gila, jika gila itu datang siang hari, batallah puasa.
6. Keluar mani dengan sengaja (karena bersentuhan dengan perempuan atau
lainnya). Karena keluar mani itu adalah puncak yang dituju orang pada
persetubuhan, maka hukumnya disamakan dengan bersetubuh. Adapun keluar
mani karena bermimpi, mengkhayal, dan sebagainya, tidak membatalkan puasa.
Orang-orang yang diperbolehkan berbuka pada Bulan Ramadhan adalah
sebagai berikut:

1. Orang yang sakit apabila tidak kuasa berpuasa, atau apabila berpuasa maka
sakitnya akan bertambah parah atau akan melambatnya sembuhnya menurut
keterangan yang ahli dalam hal itu. Maka orang tersebut boleh berbuka, dan ia
wajib meng Qada apabila sudah sembuh, sedangkan waktunya adalah sehabis
bulan puasa nanti.
2. Orang yang dalam perjalanan jauh (80,640 km) boleh berbuka, tetapi ia wajib
meng Qada puasa yang ditinggalkannya itu.
3. Orang tua yang sudah lemah, tidak kuat lagi berpuasa karena tuanya, atau
karena memang lemah fisiknya, bukan karena tua. Maka ia boleh berbuka, dan
ia wajib membayar Fidyah (bersedekah) tiap hari ¾ liter beras atau yang sama
dengan itu (makanan yang mengenyangkan) kepada fakir dan miskin.
4. Orang hamil dan orang yang menyusui anak. Kedua perempuan tersebut, kalau
takut akan menjadi mudarat kepada dirinya sendiri atau beserta anaknya, boleh
berbuka, dan mereka wajib meng Qada sebagaimana orang yang sakit. Kalau
keduanya hanya takut akan menimbulkan mudarat terhadap anaknya (takut
keguguran atau kurang susu yang dapat menyebabkan si anak kurus), maka
keduanya boleh berbuka serta wajib Qada dan wajib Fidyah (memberi makan
fakir miskin, setiap hari ¾ liter).
G. Hikmah Puasa
1. Tanda Terimakasih kepada Allah Swt
Karena semua ibadah yang mengandung arti Terimakasih kepada Allah Swt
atas nikmat Pemberian-Nya yang tidak terbatas banyaknya, dan tidak ternilai
harganya.
2. Didikan kepercayaan
Seorang yang telah sanggup menahan makan dan minum dari harta yang halal
kepunyaannya sendiri, karena ingat perintah Allah, sudah tentu ia tidak akan
meninggalkan segala perintah Allah Swt, dan tidak akan berani melanggar segala
larangan-Nya.
3. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir miskin karena seseorang yang telah
merasa sakit dan pedihnya perut keronconga. Hal itu akan dapat mengukur
kesedihan dan kesusahan orang yang sepanjang masa merasakan ngilunya perut
yang kelaparan karena ketiadaan. Dengan demikian, akan timbul perasaan belas
kasihan dan suka menolong fakir miskin.
4. Guna menjaga kesehatan.5

5
Ibdid., hal. 230
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Puasa adalah salah satu rukun islam yang wajib dikerjakan oleh hamba Allah yang
bertakwa, didalamnya banyak terdapat manfaat bagi jasmani dan rohani, puasa sendiri
dibagi menjadi dua macam, yaitu puasa wajib dan puasa sunnah.

Puasa haruslah dilakukan pada selain hari-hari yang telah diharamkan dan dalam
menjalankannya pun harus menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Diantaranya muntah dengan sengaja, ragu, berubah niat, dan lain sebagainya. Puasa
mengandung banyak hikmah baik dalam segi kejiwaan seperti membiasakan sabar dan
berprilaku baik. Dalam segi sosial seperti sikap saling tolong menolong. Dalam segi
kesehatan seperti, membersihkan usus. Maupun dalam segi rohani yaitu selalu berdzikir
kepada Allah Swt.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kesalahan baik dalam penulisan
ataupun pembahasan serta penjelasan kurang jelas, kami mohon maaf. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan .Kesempurnaan hanyalah milik
Allah Swt. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kami ucapkan Terimakasih
atas perhatian dan partisipainya.
DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman Rasyid, Fiqh islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung,

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta,

Muhammad Nasir, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo,

Anda mungkin juga menyukai