Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HEPATITIS

OLEH :

I KADEK ASPRIADHI BATESTHUTHA


2114901081

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus
(Nuraif dan Kusuma, 2015). Hal ini mengakibatkan infeksi sistemik oleh virus
disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan
perubahan klinis, bikomia serta seluler yang khas. Sampai saat ini sudaj
teridentifikasi lima tipe hepatitis virus yang pasti yaitu: hepatitis A, B, C, D dan E.

2. Etiologi
Penyebab terjadinya Hepatitis dibedakan berdasarkan jenisnya, sebagai berikut
(Nurarif dan Kusuma, 2015) :
a. Transmisi secara enterik terdiri dari Virus Hepatitis A (HAV) dan Virus
hepatitis E (HEV) :
- Virus tanpa terselubung
- Tahan terhadap cairan empedu
- Ditemukan di tinja
- Tidak dihubungkan dengan penyakit kronik
- Tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier
intestinal
b. Transmisi melalui darah terdiri atas virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis D
(HDV), dan virus hepatitis C (HCV) :
- Virus dengan selubung (envelope)
- Rusak bisa terpajan cairan empedu/detergen
- Tidak terdapat dalam tinja
Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahapan ( Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam
Nurarif dan Kusuma, 2015) yaitu :
a. Fase inkubasi : waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Panjang fase tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan
jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi.
b. Fase prodormal (pra ikterik) yaitu fase diantar timbulnya keluhan –
keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Awitannya dapat disingkat
atau insidious ditandai dengan malaise umum, mialgia, atralgia, mudah
lelah, gejala saluran nafas atas dan anoreksia, diare, demam, dan nyeri
abdomen di kuadran kanan atas atau epigastrium.
c. Fase ikterus yaitu fase munculnya setelah 5 – 10 hari, tetapi dapat juga
muncul bersamaan dengan munculnya gejala. Setelah timbulnya ikterus
jarang terjadi perburukan gejala prodormal, tetapi justru akan terjadi
perbaikan klinis yang nyata
d. Fase konvalesen (penyembuhan) yaitu menghilangnya ikterus dan keluhan
lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Nafsu
makan kembali normal, keadaan akut akan membaik dalam 2-3 minggu.
Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboraturium lengkap terjadi dalam 9
minggu dan 16 minggu untuk hepatitis B.
3. Patofisiologi
Kerusakan hati yang terjadi biasanya meliputi serupa pada semua tipe hepatitis virus.
Cedera dan nekrosis sel hati ditemukan dengan berbagai derajat. Ketika memasuki
tubuh, verus hepatitis menyebabkan cedera dan kematian hepatosit yang biasa
dengan cara membunuh langsung sel hati atau dengan cara mengaktifkan reaksi imun
serta inflamasi ini selanjutnya akan mencederai atau menghancurkan hepatosit
dengan menimbulkan lisis pada sel-sel yang terinfeksi atau yang berada disekitarnya.
Kemudian, serangan antibody langsung pada antigen virus menyebabkan destruksi
lebih lanjut sel-sel hati yang terinfeksi. Edema dan pembengkakan intertisium
menimbulkan kolaps kapiler serta penurunan aliran darah, hipoksia jaringan, dan
pembentukan parut, serta fibrosis (Kowalak, 2016).
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis sebagai berikut (Nurarif,
2015):
a. Malaise, anoreksia, mual dan muntah.
b. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, sakit kepala dan myalgia
c. Demam ditemukan pada infeksi HAV
d. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap.
e. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
f. Nyeri tekan pada hati
g. Splenomegali ringan
h. Limfadenopati
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit hepatitis
antara lain (Kowalak, 2016):
a. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH Meningkat pada
kerusakan sel hati dan pada kedaan lain terutama infark miokardium
b. Bilirubin direk Meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi
c. Bilirubin indirek Meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert
d. Bilirubin serum total Meningkat pada penyakit hepatoseluler
e. Protein serum total Kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati
f. Masa protombin Meningkat pada penurunan sintetis prothrombin akibat
kerusakan sel hati
g. Kolesterol serum Menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi
duktusi ductus biliaris
6. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahat sesuai kebutuhan
b. Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alkohol/obat lain
c. Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra sehubungan dan anggota
keluarga
2) Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan Gamma Globulin murni yang spesifik terhadap HAV/HBV pada
keluarga pasien hepatitis yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap
infeksi, imunitas ini bersifat sementara.
b. Tersedia vaksin untuk HBV, karena sifat virus yang sangat menular dan
berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua
individu yang termasuk kelompok berisiko tinggi, termasuk pekerja
kesehatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah, divaksinasi. Yang
juga dianjurkan untuk divaksinasi adalah orang-orang yang beresiko
terinfeksi virus termasuk homosek atau heterosek yang aktif secara seksual,
pecandu obat bius dan bayi.
c. Medikametosa
a) Kortikosteroid tidak diberikan bila mempercepat penurunan bilirubin
darah, kortikosreroid dapat digunakan pada kolestasis.
b) Yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali normal
tetapi bilirubin masih tinggi.
c) Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
d) Antibiotik jika diperlukan.
e) Antiemetik jika diperlukan.
d. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.
B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan,
malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala
pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok (Brunner & Suddarth,
2015).
Dasar data pengkajian pasien. Data tergantung pada penyabab dan beratnya
kerusakan atau gangguan hati.
1) Aktivitas / istirahat, Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum
2) Sirkulasi Tanda : Bradikardia, Gejala : Ikterus pada sklera, kulit dan dan
membran mukosa.
3) Elimnasi, Gejala : Urine gelap, diare / konstipasi, feses berwarna hitam,
adanya / berulangnya hemodialisis.
4) Makanan dan cairan Gejala : Hilang napsu makan (anoreksia), penurunan
berat badan atau meningkat odem, mual/muntah. Tanda : asites
5) Neurosensori Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, alergi, dan
asteriksis.
6) Nyeri / Kenyamanan Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada bagian
kuadran kanan atas,mialgia, atralgia, dan sakit kepala. Tanda : otot
tegang, gelisah.
7) Pernapasan Gejala : Tidak minat / enggan merokok .
8) Keamanan Gejala : Adanya tranfusi darah/produk darah Tanda : demam,
urtikuria, lesi makutopapular, eritema tak beraturan, eksaserbasi jerawat,
angioma jaring-jaring.
9) Seksualitas Gejala : Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
(contoh : homo seksual aktif / biseksual pada wanita).
10) Penyuluhan / Pembelajaran Gejala: Riwayat diketahui atau mungkin
terpajan pada virus bakteri atau toksin. Makanan terkontaminasi, air,
jarum, alat bedah dengan anastesi halotan: terpajan pada kimia toksik
(contoh: karbon tetraklorida, vinil klorida): obat resep (contoh:
surfanomit, fenotizid).
b. Diagnosa Keperawatan
Untuk perumusan masalah keperawatan berpedoman pada buku Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NOC dan
NIC (Nurarif, 2015). Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien
dengan hepatitis yaitu:
1) Hipertermia berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadapt inflamasi hepar.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs
dan metabolism pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual, muntah.
3) Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksingen.
5) Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan penurunan fungsi hati
dan terinfeksi virus hepatitis.
6) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
gangguan metabolism kaborhidrat lemak dan protein, kurang penerimaan
terhadap diagnostic dan asupan diet yang tepat (Nurarif, 2015).
7) Defisit pengetahuan berhubungan dengan informasi mengenai penyakit
hepar kurang
8) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi terhadap penyakit
c. Perencanaan
a. Prioritas masalah
1) Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan penurunan fungsi
hati dan terinfeksi virus hepatitis.
2) Hipertermia berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadapt inflamasi hepar.
3) Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
4) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
gangguan metabolism kaborhidrat lemak dan protein, kurang
penerimaan terhadap diagnostic dan asupan diet yang tepat (Nurarif,
2015).
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbs dan metabolism pencernaan makanan, kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual, muntah.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksingen.
7) Defisit pengetahuan berhubungan dengan informasi mengenai penyakit
hepar kurang
8) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi terhadap penyakit
b. Rencana Perawatan
NO Hari/Tgl/ Jam Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Rencana Tindakan Rasional
1 Resiko gangguan fungsi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji pengetahuan 1. Mengetahui
hati berhubungan dengan keperawtan selama …x pasien tentang pengetahuan pasien
penurunan fungsi hati dan kunjungan diharapkan kondisinya 2. Untuk mengetahui
terinfeksi virus hepatitis. masalah keperawatan nyeri 2. Identifikasi penyebab
akut berkurang dengan kemungkinan penyebab 3. Untuk menurunkan
kriteria hasil: 3. Berikan medikasi dan resiko gangguan
1. Elektrolit & asam/ terapi untuk proses fungsi hati
keseimbangan basa penyakit yang 4. Mengetahui tanda
2. Pengetahuan : mendasari, dan gejala
pengobatan 4. Berikan instruksi 5. Memberikan
3. Respon terhadap kepada pasien tentang informasi kondisi
pengobatan tanda dan gejala yang kepada keluarga
4. pengendalian risiko : menyertai penyakit
Proses menular 5. Memberikan informasi
kepada keluarga tentang
kemajuan kesehatan
pasien
2 Hipertermia berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi suhu pasien 1. Mengetahui suhu pasien
dengan invasi agent keperawtan selama 3x24jam 2. Berikan terapi 2. Mengeluarkan suhu
dalam sirkulasi darah diharapkan masalah kompres dingin panas pada pasien
sekunder terhadapt keperawatan hipertermi 3. Evaluasi kondisi melalui kompres
inflamasi hepar. teratasi dengan kriteria hasil: pasien 3. Mengetahui kondisi
1. Suhu tubuh pasien dalam 4. Kolaborasi pemberian pasien
rentang normal yaitu 36- paracetamol 3x500mg 4. Menurunkan suhu
36,5 C pada dokter tubuh pasien
2. Pasien mengerti tentang
kondisi penyakit
3. Pasien mengerti tentang
terapi yang diberikan
3 Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan
dengan pembengkakan keperawtan selama 3x24jam 2. Kaji tingkat nyeri umum pasien
hepar yang mengalami diharapkan masalah dengan PQRST 2. Untuk mengetahui
inflamasi hati dan keperawatan nyeri berkurang 3. Berikan tingkat nyeri
bendungan vena porta. dengan kriteria hasil: lingkungan yang 3. Memberikan
1. Mampu mengontrol nyaman suasana nyaman
nyeri 4. Ajarkan teknik pada pasien
2. Mampu mengenali nyeri distraksi relaksasi 4. Mengajarknpasien
3. Menyatakan rasa 5. Kolaborasi apabila nyeri timbul,
nyaman setelah nyeri pemberian terapi atau untuk
berkurang analgetik sesuai mengurangi nyeri
4. Skala nyeri berkurang indikasi yang dirasakan
yaitu 1-3 pasien
5. Untuk menurunkan
nyeri yang dirasakan
pasien
4 Resiko ketidakstabilan Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi perilaku 1. Mengetahui pemahaman
kadar glukosa darah keperawtan selama 3x24 jam diet diet
berhubungan dengan diharapkan masalah 2. Memantau kadar 2. Mengetahui kadar
gangguan metabolism keperawatan resiko glukosa darah, seperti glukosa darah
kaborhidrat lemak dan ketidakstabilan kadar gula yang ditunjukkan 3. Mengetahui tanda gejala
protein, kurang darah teratasi dengan kriteria 3. Pantau tanda-tanda 4. Mengetahui penyebab
penerimaan terhadap hasil: dan gejala hiperglikemia
diagnostic dan asupan hiperglikemia : 5. Menjadi fasilitator
diet yang tepat (Nurarif, 1. Kepatuhan poliuria, polidipsia, kepada pasien
2015). Perilaku : diet sehat polifagia, lemah, 6. Mencapai kepatuhan diet
2. Dapat mengontrol kelesuan, malaise, sesuai dengan ahli gizi
kadar glukosa darah mengaburkan visi,
3. Dapat atau sakit kepala
memanajemen dan 4. Mengidentifikasi
mencegah penyakit kemungkinan
semakin parah penyebab
4. Pemahaman hiperglikemia
manajemen Diabetes 5. Memfasilitasi
kepatuhan terhadap
diet dan latihan
6. Kolaborasi dengan
ahli gizi

5 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan 1.Kaji riwayat intake 1. Untuk mengetahui


nutrisi kurang dari keperawatan selama makanan. status nutrisi klien.
kebutuhan tubuh 3x24jam klien menunjukkan 2.Kaji perubahan nafsu
berhubungan dengan keseimbangan nutrisi dengan makan dan akibatnya.
factor biologis dan kriteria hasil : 3.Kaji tinggi badan, berat 2. Untuk mengetahui
ketidakmampuan untuk 1. Intake nutrisi (kalori, badan dan bandingkan penyebab penurunan
mencerna makanan di karbohidrat, protein dan dengan nilai normal. nafsu makan.
tandai dengan nyeri sebagainya) klien baik 4.Atur pola makan sesuai
abdomen dan 2. Klien melaporkan dengan pola hidup pasien 3. Untuk mengetahui
ketidakmampuan adanya nafsu makan dengan tepat. berat badan ideal klien.
memakan makanan 3. Makanan yang diberikan 5. Kolaborasi dengan ahli
dihabiskan oleh klien nutrisi untuk jumlah kalori 4. Untuk
4. Kenaikan berat badan dan tipe nutrisi yang menyesuaikan pola
yang normal dibutuhkan untuk makan fan pola hidup
pemenuhan nutrisi. klien.
6.Monitor intake nutrisi
klien. 5. Perlu bantuan dalam
7.Anjurkan klien untuk perencanaan diet yang
makan sedikit tetapi memenuhi kebutuhan
sering. nutrisi klien.
8. Edukasi klien
pentingnya pemenuhan 6. Untuk
nutrisi. menyeimbangkan intake
nutrisi yang adekuat.

7. Agar nutrisi klien


tetap terjaga walaupun
dengan menghabiskan
sedikit energy

8. Untuk memberikan
pengetahuan kepada
klien.
6 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan 1. Kaji respons pasien 1. Menyebutkan
berhubungan dengan keperawtan selama …x terhadap aktifitas, parameter
kelemahan umum, kunjungan diharapkan perhatikan frekuensi membantu dalam
ketidakseimbangan antara masalah keperawatan nadi lebih dari 20 kali mengkaji respons
suplai dan kebutuhan intoleransi aktivitas teratasi per menit di atas fisiologi terhadap
oksingen. dengan kriteria hasil: frekuensi istirahat; stress sktifitas dan,
peningkatan TD yang bila ada merupakan
nyata selama/sesudah indicator dari
1. berpartisipasi dalam
aktifitas (tekanan kelebihan kerja yang
aktivitas fisik tanpa
sistolik meningkat 40 berkaitan dengan
disertai peningkatan
mmHg atau tekanan tingkat aktifitas.
tekanan darah, nadi
diastolic meningkat
dan RR
20 mmHg); dispenea
2. mampu melakukan
atau nyri dada;
aktivitas sehari hari
keletihan dan
mandiri
kelemahan yang
3. keseimbangan
berlebihan; diaforosis;
aktivitas dan istirahat
pusing atau pingsan.
2. Instruksikan pasien
tentang teknik
2. Teknik menghadap
penghematan energy,
mis, menggunakan energi mengurangi
kursi saat mandi, penggunaan energy,
duduk saat menyisir juga membantu
rambut atau penyikat keseimbangan antara
gigi, melakukan suplai dan
aktifitas dengan kebutuhan oksigen.
perlahan.
3. Berikan dorongan
untuk melakukan
aktifitas/perawatan 3. Kemajuan aktifitas
diri bertahap jika bertahap mencegah
dapat ditoleransi, peningkatan jantung
berikan bantuan tiba-tiba.
sesuai kebutuhan. kur Memberikan
dan pantau tanda- bantuan hanya
tanda vital (suhu, sebatas kebutuhan
respirasi, nadi) akan mendorong
kemandiriaan dalam
melakukan aktifitas.
ntuk mengetahui
perkembangan
kondisi pasien.

7 Defisit pengetahuan b.d Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi tingkat 1. Memberikan informasi
kurangnya informasi keperawtan selama …x pengetahuan pasien awal untuk
kunjungan diharapkan 2. Gambarkan tanda dan merencanakan
masalah keperawatan defisit gejala yang yang bias intervensi
pengetahuan berkurang muncul pada penyakit 2. Memberikan gambaran
dengan kriteria hasil: dengan cara yang tepat awal tentang penyakit
1. Pasien mengatakan 3. Gambarkan proses yang diderita pasien
sudah mengetahui penyakit dengan cara 3. Menjelaskan penyebab
tentang penyakit yang yang tepat yang dapat ditimbulkan
dideritanya 4. Intruksikan pasien dari penyakit yang
2. Pasien mampu mengenai tanda dan diderita pasien
menjelaskan kembali apa gejala untuk 4. Menghimbau pasien
yang dijelaskan perawat melaporkan pada agar melaporkan segera
pemberian perawatan meungkin terkait
kesehatan dengan cara adanya gejala yang
yang tepat muncul
8 Ansietas b.d kurangnya Setelah diberikan asuhan 1.Lakukan pendekatan 1. Agar pasien tetap merasa
informasi keperawtan selama …x yang menenangkan tenang
kunjungan diharapkan 2. Agar pasien tidak tegang
masalah keperawatan kepada pasien atau ketakutan pada saat
ansietas berkurang dengan 2.Jelaskan pada pasien tindakan
kriteria hasil: semua prosedur dan apa 3. Dukungan akan
1. Pasien mampu yang dirasakan selama memberikan keyakinan
mengidentifikasi dan prosedur terhadap pernyataan
mengungkapkan gejala 3.Bantu pasien untuk harapan untuk sembuh
cemas mengefektifkan sumber
2. Vital sign dalam batas support
normal
3. Pasien tampak tenang
3. Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan rencana
tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutu4han pasien terpenuhi secara
optimal.
4. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama
proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses,
dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut
sebagai evaluasi hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal VatimatunnimahWardhani. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit


menular dan penyakit tidak menular. Pdf
Judith, dkk. 1996. Komunikasi Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gaja Madah University
Press.
Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta : Medication.
Price S.A., Wilson L.M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 4. Buku II. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner and
Suddarth. Ed. 8. Vol.3. Jakarta: EGC.
Teli Margaretha. 2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Komunitas.
Kupang:LimaBintang.

Anda mungkin juga menyukai