INDONESIA
DAERAH ACEH
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS (TPTKP DAN PENYIDIKAN)
I. PENDAHULUAN
1. Umum
2. DASAR
a. Undang Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum acara Pidana
1) Pasal 6 ayat (1a)
2) Pasal 1 angka 24 laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang
karena hak atau kewajibannya berdasarkan Undang Undang kepada pejabat yang
berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadi tindak pidana.
a. Maksud
Sebagai pedoman pelaksanaan tugas di lapangan dalam penanganan kecelakaan Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan.
b. Tujuan
Untuk menyamakan persepsi dan cara bertindak sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku serta untuk:
1) Mencegah kesalahan prosedur dan/atau keterlambatan tindakan yang dapat berkibat
pada fatalitas korban manusia;
2) Meminimalisir korban luka-luka dan/atau korban meninggal dunia manusia dan
kerugian harta benda;
3) Mencegah kemacetan dan ketidaktertiban arus lalu lintas di TKP Laka lantas;
4) Mempermudah serta mempercepat proses penyidikan / pengungkapan penyebab
kecelakaan, dalam rangka proses penyelesaian perkara; dan
5) Menjamin kepastian dan memperlancar proses pelayanan hak korban atau ahli waris
yang benar-benar berhak atas santunan kecelakaan lalu lintas jalan.
4. RUANG LINGKUP
a. Lalu lintas adalah Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas
Jalan.
b. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
c. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan rel dan jalan kabel.
d. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas,
Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya.
e. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
f. Tempat Kejadian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu lokasi di jalan tempat
kecelakaan terjadi dimana ditempat itu terdapat korban dan/atau bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa telah terjadi suatu peristiwa kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan.
g. Korban kecelakaan lalu lintas adalah orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, luka berat, atau luka ringan pada anggota tubuh
manusia.
h. Korban meninggal dunia kecelakaan lalu lintas adalah korban yang dipastikan meninggal
dunia akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
setelah kecelakaan tersebut.
i. Korban luka berat kecelakaan lalu lintas adalah korban yang karena luka-lukanya itu ia menjadi
menderita cacat tetap sebagai akibat langsung dari kecelakaan lalu lintas atau harus dalam
jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi kecelakaan atau keadaan luka pada
tubuh yang tidak akan sembuh lagi dengan sempurna sehingga tidak cakap lagi melakukan
jabatan atau pekerjaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana.
j. Korban luka ringan kecelakaan lalu lintas adalah korban luka-luka sebagai akibat kecelakaan
lalu lintas, yang tidak termasuk dalam pengertian luka berat.
k. Kerugian harta benda dalam kecelakaan lalu lintas adalah kerugian yang timbul sebagai
akibat langsung dari kecelakaan lalu lintas dalam wujud benda milik korban atau orang lain,
kendaraan, bangunan, fasilitas umum, yang dapat dinilai dengan uang rupiah.
l. Santunan adalah sejumlah uang atau dana yang diberikan oleh pemerintah kepada korban
kecelakaan lalu lintas atau ahli warisnya melalui PT. Jasa Raharja berupa penggantian biaya
pengobatan, santunan meninggal dunia, dan santunan cacat tetap, berdasarkan Undang-
Undang No 33 Tahun 1964 jo PP No 17 Tahun 1965 atau Undang-Undang No 34 Tahun
1964 jo PP No 18 Tahun 1965.
m. Ahli waris korban adalah janda yang sah atau duda yang sah atau anak-anak yang sah atau
orang tua yang sah dari korban yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) PP No 17 dan PP No 18 Tahun 1965.
n. Pelayanan korban kecelakaan lalu lintas adalah pelaksanaan segala usaha dan kegiatan
dalam rangka menjamin kecepatan pertolongan dan ketepatan tindakan terhadap peristiwa
kecelakaan lalu lintas agar korban tidak menjadi lebih parah dan pelayanan pengurusan hak
korban atas dana santunan kecelakaan lalu lintas dapat dilaksanakan dengan lancar.
o. Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri tentang suatu kejadian,
pelanggaran dan kejahatan yang dilihat, didengar, dialami ataupun ditanganinya seketika itu,
atau dari laporan masyarakat dan pengaduan yang diterimanya.
p. Keterangan kecelakaan lalu lintas adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh petugas Unit
Kecelakaan Polisi Lalu Lintas tentang kecelakaan lalu lintas yang ditanganinya, yang dibuat
dalam suatu formulir laporan kecelakaan lalu lintas pelaku dan korban, identitas dan
kondisikendaraan yang terlibat, kondisi jalan tempat kejadian kecelakaan, dan risalah
kejadian kecelakaan lalu lintas tersebut.
q. Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atas
permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan tentang segala hal yang dilihat dan
ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.
r. Gawat Darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang berada dalam kondisi ancaman
kematian dan memerlukan pertolongan tepat dan segera guna menghindari kematian dan
kecacatan.
a. Dilihat dari berat ringannya akibat yang ditimbulkan Berdasarkan Pasal 229 UU No. 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terdiri atas :
1) Kecelakaan Lalu Lintas ringan Kecelakaan Lalu Lintas ringan merupakan
kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau
barang.
2) Kecelakaan Lalu Lintas sedang Kecelakaan Lalu Lintas sedang merupakan
kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang.
3) Kecelakaan Lalu Lintas berat. Kecelakaan Lalu Lintas berat merupakan
kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
b. Dilihat dari jumlah korban, bobot kerugian secara politis atau ekonomis terhadap
pemerintah dan/atau tingkat fatalitas yang terjadi dilihat dari anatomi kecelakaan,
meliputi :
Kecelakaan menonjol, dengan kategori sebagai berikut :
a) Kecelakaan Lalu Lintas melibat kan pejabat pemerintahan dan/atau
menjadi korban dalam kecelakaan,dengan klasifikasi sebagai berikut :
(1) pejabat Negara Republik Indonesia yang termasuk dalam golongan
VVIP/VIP dan/atau pejabat negara asing yang sedang berada di
Negara Republik Indonesia mewakili negaranya, termasuk
keluarganya;
(2) mantan Kepala Negara/Presiden Republik Indonesia dan mantan
Wakil Presiden Republik Indonesia, termasuk isterinya; dan
(3) pejabat tinggi Tentara Nasional Indonesia dan pejabat tinggi
Kepolisian Negara Republik Indonesia, termasuk Panglima Daerah
Militer dan Kepala Kepolisian Daerah.
b) Kecelakaan Lalu Lintas mengakibatkan pejabat pemerintahan luka berat
atau meninggal dunia klasifikasi sebagai berikut :
5
(1) perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia atau Perwira tinggi
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
(2) kepala daerah provinsi dan kepala daerah kabupaten/kota; dan
(3) tokoh masyarakat, pimpinan partai, dan/atau individu yang
berpengaruh terhadap pemerintah dan masyarakat secara nasional.
c) Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan korban meninggal dunia 10
(sepuluh) orang atau meninggal dunia di TKP sejumlah 5 (lima ) orang;
d) Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan lumpuhnya lalu lintas pada jaringan
jalan nasional paling lama 6 (enam) jam, yang disebabkan :
(1) Jembatan pada jalan nasional terputus; atau
(2) Kendaraan khusus pengangkut bahan berbahaya dan/atau bahan
yang mudah meledak mencemari lingkungan dan masyarakat atau
terbakar.
e) Kecelakaan lalu lintas melibatkan kendaraan bermotor angkutan
penumpang umum mengakibatkan korban manusia meninggal dunia 10
(sepuluh) orang atau meninggal dunia di TKP sejumlah 5 (lima) orang atau
luka berat lebih dari 20 orang.
f) Kecelakaan Biasa Kecelakaan yang dikategorikan sebagai kecelakaan
biasa adalah kecelakaan yang tidak termasuk kategori menonjol
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
g) Penggolongan Korban Korban kecelakaan lalu lintas diklasifiasikan
menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Korban mati atau meninggal dunia;
2. Korban luka berat ;
3. Korban luka ringan.
c. Dalam kaitan korban kecelakaan lalu lintas, Peraturan Pemerintah yang terkait
mengenai korban yaitu :
1) Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993
a) Korban Mati atau Meninggal Dunia
Berdasarkan Pasal 93 ayat 3 PP No 43 tahun 1993 yang dinyatakan
sebagai korban mati atau meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas
adalah orang yang dipastikan mati karena akibat langsung dari suatu
kecelakaan lalu lintas dalam jangkawaktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak terjadinya kecelakaan.
b) Korban luka berat
Berdasarkan Pasal 93 ayat 4 PP No 43 tahun 1993, dinyatakan sebagai
berikut :
(1) Korban manusia yang digolongkan sebagai korban luka berat akibat
kecelakaan lalu lintas adalah :
(a) Orang yang menderita luka-luka karena akibat langsung dari
kecelakaan lalu lintas dan luka-lukanya itu mengakibatkan ia
menderita cacat tetap;
(b) Orang yang menderita cacat karena akibat langsung dari suatu
kecelakaan sehingga ia harus dirawat dalam jangka waktu lebih
dari 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kecelakaan;
6
(2) Kategori penderita luka berat.
Kategori penderita luka berat adalah keadaan atau jenis dan sifat
luka berat atau luka parah sebagaimana dimaksud dalam pasal 90
Buku Kesatu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) jo Pasal
94 ayat (4) bagian penjelasan PP No, 43 Tahun 1993 Tentang
Prasarana dan lalu lintas jalan, yaitu;
(a) Penyakit atau luka yang tidak dapat sembuh atau tidak dapat
pulih lagi dengan sempurna untuk selama-lamanya, sehingga
mengakibatkan penderita tidak cakap lagi melakukan
pekerjaannya;
(b) Kehilangan salah satu atau keseluruhan panca indera
(penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa lidah dan rasa
kulit) dan suara;
(c) Lumpuh sehingga tidak mampu lagi menggerakkan anggota
tubuhnya;
(d) Hilang akal budi atau berubah pikiran atau pikiran terganggu
sehingga tidak dapat berpikir lagi dengan normal selama lebih
dari empat minggu;
(e) Gugurnya kandungan ibu yang sedang hamil;
(f) Kehilangan sesuatu anggota badan atau tidak dapat lagi
menggunakan salah satu anggota badan atau tidak dapat
sembuh/ pulih lagi untuk selama-lamanya;
(g) Kondisi luka-luka atau penderitaan yang dinyatakan oleh dokter
berdasarkan visum et repertum sebagai luka berat.
c) Korban Luka Ringan
Korban luka ringan adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian
korban meninggal dunia dan korban luka berat.
II. PELAKSANAAN
PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
1. Mendatangi Tempat Kejadian Perkara
a. Persiapan mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas
1) Personil Terdiri dari anggota Polantas minimal 2 (dua) orang dan anggota
Sabhara minimal 2 (dua) orang serta unsur bantuan teknis (laboratorium
kriminal dan identifikasi untuk melakukan pemotretan, pengambilan sidik jari
dan tindakan lain yang diperlukan). Apabila kecelakaan lalu lintas berakibat
kemacetan lalu lintas yang panjang perlu menyertai anggota Bimmas untuk
memberikan informasi kepada pengemudi agar pengemudi sabar untuk antri
karena telah terjadi kecelakaan lalu lintas.
2) Kendaraan Persiapkan kendaraan dan alat komunikasi untuk kecepatan
bertindak dan memelihara hubungan petugas dengan markas kesatuan,
selanjutnya adakan pengecekan kembali terhadap peralatan kendaraan seperti
Rem, lampu rotator,ban, lampu-lampu, sirene serta peralatan lainnya yang
dianggap penting.
3) Peralatan lain yang diperlukan dalam menangani TKP kecelakaan lalu lintas
yang terdiri dari :
7
a) Alat pengaman TKP 10 buah kerucut Lalu lintas.
· 2 buah lampu peringatan
· 2 buah senter
· rambu-rambu lalu lintas seperti petunjuk arah, batas kecepatan dan
sebagainya.
· 2 buah segitiga pengaman
b) Kelengkapan petugas seperti :
· Jas/rompi lalu lintas.
· Sarung tangan
· Peluit/sempritan
· Tongkat Polri
· Senjata api, borgol
· Kotak P2GD
c) Alat tulis dan klip board untuk membuat sketsa/ gambar TKP dan
Formulir 3 L
d) Alat pengukur jarak (meteran) dan alat-alat untuk pembuatan tanda-
tanda di permukaan jalan.
e) Alat pemecah kaca , alat pemotong sabuk pengaman ,alat pemotong
kerangka kendaraan bermotor, alat pengungkit/dongkrak kendaraan
bermotor dan alat penarik kendaraan bermotor.
f) Alat pemadam kebakaran
g) Alat pemotret
h) Kaca pembesar
i) Garis Polisi (Police line)
j) Kompas / GPS
k) Dan lain-lain yang diangap perlu disesuaikan dengan situasi TKP dan
jenis kecelakaan lalu lintas yang terjadi.
4) Segera hubungi instansi terkait bilamana diperlukan seperti : Ambulans,
pemadam kebakaran, mobil derek dan lain-lain.
5) Setelah persiapan selesai maka langkah selanjutnya adalah memberikan APP
kepada petugas yang akan ke TKP mengenai peristiwa kecelakaan lalu lintas
itu sendiri, pembagian tugas dan lain-lain.
b. Mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas.
1) Tentukan rute yang terpendek dengan memperhatikan situasi lalu lintas.
2) Bergerak dengan cepat tetapi tetap memperhatikan keselamatan.
3) Apabila situasi lalu lintas padat dan melewati persimpangan agar
menggunakan sirene dan rotator.
4) Upayakan seminimal mungkin melakukan pelanggaran lalu lintas.
5) Perhatikan arus lalu lintas selama diperjalanan menuju TKP, bilaman ada
kendaraan yang dicurigai melarikan diri.
8
c. Tiba di TKP
1) Parkir kendaraan ditempat yang aman dan diketahui oleh pengguna jalan
lainnya serta dapat berfungsi untuk mengamankan TKP dan memberikan
petunjuk agar pengguna jalan lainnya lebih berhati-hati.
2) Posisi kendaraan menghadap keluar serong kanan dan berada dekat TKP
apabila jalan lurus sedangkan untuk TKP yang dekat dengan tikungan berada
sebelum tikungan.
3) Rotator kendaraan tetap dihidupkan sampai selesai kegiatan penanganan TKP.
2. Tindakan pertama Di TKP kecelakaan lalu lintas
a. Mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas
1) Tujuan pengamanan TKP kecelakaan lalu lintas
a) Menjaga agar TKP tetap utuh/tidak berubah sebagaimana pada saat
dilihat dan diketemukan petugas yang melakukan tindakan pertama di
TKP.
b) Mencegah timbulnya permasalahan baru seperti terjadinya kecelakaan
lalu lintas dan kemacetan lalu lintas.
c) Untuk memberikan pertolongan kepada korban dan mengamankan bagi
petugas yang sedang melaksanakan tugas di TKP serta pemakai jalan
lainnya.
d) Untuk melindungi agar barang bukti yang ada tidak hilang atau rusak.
e) Untuk memperoleh keterangan dan fakta sebagai bahan penyidikkan lebih
lanjut.
2) Alat-alat yang digunakan untuk mengamankan TKP meliputi :
a) Kendaraan petugas
b) Kerucut lalu lintas
c) Lampu peringatan
d) Lampu senter
e) Rambu-rambu lalu lintas ( petunjuk arah, batas kecepatan, prioritas dan
lain-lain)
f) Segitiga pengaman.
3) Tata cara mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas
a) Penentuan jarak untuk menutup dan membatasi TKP kecelakaan lalu
lintas. Untuk menentukan jarak dalam rangka menutup dan membatasi
TKP kecelakaan lalu lintas harus terlebih dahulu menentukan jarak
berhenti suatu kendaraan.
Contoh :
Pada suatu jalur jalan dengna kecepatan yang diijinkan adalah 72 Km/jam
maka jarak berhenti suatu kendaraan dapat dihitung sebagai berikut :
9
V²
S = (v x t) + --------
(2 x a)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Pelaksanaan Masyarakat Polri - Menerima laporan dari 5 menit - Adanya -Kasat
TPTKP Laka masy melalui kring komunikasi yang lantas
Lantas laka. baik antara -Kanit
masy
dan Polri. Laka
- Mencatat alamat TKP 2 menit - Kanit
Laka Lantas. - Masyarakat Lantas
dapat Polsek
- Melaporkan kasus laka 2 menit merasakan
lantas ke Kanit kesiapan Polri
Laka/Kanit lantas dalam menerima
Polsek via Alkom dan merespon
laporan
- Kanit memberikan 2 menit masyarakat.
perintah untuk segera
ke TKP pada unit-unit - Pihak keluarga
terdekat ke TKP. korban merasa
dilayani dengan
- Telp Ambulance, Info baik dan
PT.Jasa Raharja 15 menit memberikan
berita kepastian
- Menuju ke TKP 10 menit hukum.
- Bersama ptgs 30 menit
ambulance guna
pertolongan medis pra
dan krm ke RS,
menutup TKP dgn
Police line.
- Melaksanakan TPTKP 30 menit
dan memberitahu
keluarga korban.
- Mengamankan BB
laka lantas
- Melaksanakan gatur
lantas guna
menghindari /
mengurai kemacetan.
- Kanit memanggil dan 24 menit
melakukan APP unit
laka agar segera ke
TKP untuk:
1. olah TKP
2. mengisi format 3 L
- Berdasarkan data
yang telah diperoleh
menerbitkan Laporan
Polisi, Skets TKP/
BAP TKP untuk
dilakukan lidik dan
sidik laka lantas.
TARGET LAMA PELAYANAN SAMPAI TERBIT LP ADALAH 120 Menit
24
b. Laka Menonjol
III. PENUTUP
Demikian Standar Operasional dan Prosedur (SOP) dibuat untuk menyamakan persepsi dan
dapat dijadikan pedoman pelaksanaan tugas kepolisian di lapangan.