Anda di halaman 1dari 37

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

INDONESIA

DAERAH ACEH
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS (TPTKP DAN PENYIDIKAN)

NO. DOKUMEN NO. HALAMAN


REVISI
SOP – TURJAWALI 003 1/9

TANGGAL TERBIT : 20 JANUARI 2020

I. PENDAHULUAN

1. Umum

a. Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam urusan pemerintahan negara di


bidang lalu lintas dan angkutan jalan diamanatkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Undang-Undang Nomor 22
tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah untuk memberikan jaminan
keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran masyarakat berlalu lintas di jalan
agar masyarakat terbebas dari ancaman dan gangguan dalam beraktifitas di jalan
dalam rangka meningkatan kualitas hidupnya.
b. Bahwa berdasarkan Pasal 227 Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,
dalam hal terjadi kecelakaan lalu lintas jalan, petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia wajib mendatangi tempat kejadian, menolong korban, melakukan tindakan
pertama di tempat kejadian perkara, mengolah tempat kejadian perkara, mengatur
kelancaran arus Lalu Lintas, mengamankan barang bukti, dan melakukan penyidikan
perkara.
c. Dalam kegiatan penanganan kecelakaan lalu lintas, kecepatan dan akurasi tindakan
serta efisiensi peralatan yang dipergunakan sangat menentukan efektivitas pertolongan
terhadap korban dalam rangka meminimalisir korban meninggal dunia atau luka-luka
yang mengaibatkan cacat tubuh, kerugian harta benda dan/atau permasalahan lalu
lintas jalan yang timbul di tempat kejadian perkara.
d. Setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas Polri di tempat kejadian perkara
kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan harus dapat dipertanggungjawabkan baik
kepada masyarakat atau rakyat, Negara dan hukum, maupun kepada lembaga dan
organisasi Polri. Oleh karena itu diperlukan suatu norma, standar, kriteria dan prosedur
yang dipergunakan sebagai tolok ukur pertanggungjawaban setiap personel Polisi lalu
lintas yang menangani kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai dengan
kebijakan mutu pelayanan Polisi Lalu Lintas dan nilai-nilai profesionalisme dan
akuntabiilitas yang terkandung dalam kebijaksanaan dan strategi ”Trust Building”.

2. DASAR
a. Undang Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum acara Pidana
1) Pasal 6 ayat (1a)
2) Pasal 1 angka 24 laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang
karena hak atau kewajibannya berdasarkan Undang Undang kepada pejabat yang
berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadi tindak pidana.

b. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.


c. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
d. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
e. Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
f. Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2009 tentang pengawasan dan pengendalian
penanganan perkara Pidana dilingkungan Polri.
g. Peraturan Kapolri Nomor 15 Tahun 2015 tentang tata cara penanangan kasus kecelakaan
lalu lintas.
h. Kesepakatan bersama Kakorlantas, Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
dan Direktur PT. Jasa Raharja ( Persero) Nomor : Kep /07/VI/2011, Nomor
HK.03.05/II/1346/2011 dan SKEB 01/2011 tanggal 7 Juni 2011

3. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud
Sebagai pedoman pelaksanaan tugas di lapangan dalam penanganan kecelakaan Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan.
b. Tujuan
Untuk menyamakan persepsi dan cara bertindak sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku serta untuk:
1) Mencegah kesalahan prosedur dan/atau keterlambatan tindakan yang dapat berkibat
pada fatalitas korban manusia;
2) Meminimalisir korban luka-luka dan/atau korban meninggal dunia manusia dan
kerugian harta benda;
3) Mencegah kemacetan dan ketidaktertiban arus lalu lintas di TKP Laka lantas;
4) Mempermudah serta mempercepat proses penyidikan / pengungkapan penyebab
kecelakaan, dalam rangka proses penyelesaian perkara; dan
5) Menjamin kepastian dan memperlancar proses pelayanan hak korban atau ahli waris
yang benar-benar berhak atas santunan kecelakaan lalu lintas jalan.

4. RUANG LINGKUP

a. Mendatangi tempat kejadian perkara;


b. Menolong korban;
c. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara;
d. Mengolah tempat kejadian perkara;
e. Mengatur kelancaran arus lalu lintas;
f. Mengamankan barang bukti; dan
g. Melakukan penyidikan perkara.
5. PENGERTIAN

a. Lalu lintas adalah Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas
Jalan.

b. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
c. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan rel dan jalan kabel.
d. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas,
Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya.
e. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
f. Tempat Kejadian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu lokasi di jalan tempat
kecelakaan terjadi dimana ditempat itu terdapat korban dan/atau bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa telah terjadi suatu peristiwa kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan.
g. Korban kecelakaan lalu lintas adalah orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, luka berat, atau luka ringan pada anggota tubuh
manusia.
h. Korban meninggal dunia kecelakaan lalu lintas adalah korban yang dipastikan meninggal
dunia akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
setelah kecelakaan tersebut.
i. Korban luka berat kecelakaan lalu lintas adalah korban yang karena luka-lukanya itu ia menjadi
menderita cacat tetap sebagai akibat langsung dari kecelakaan lalu lintas atau harus dalam
jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi kecelakaan atau keadaan luka pada
tubuh yang tidak akan sembuh lagi dengan sempurna sehingga tidak cakap lagi melakukan
jabatan atau pekerjaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana.
j. Korban luka ringan kecelakaan lalu lintas adalah korban luka-luka sebagai akibat kecelakaan
lalu lintas, yang tidak termasuk dalam pengertian luka berat.
k. Kerugian harta benda dalam kecelakaan lalu lintas adalah kerugian yang timbul sebagai
akibat langsung dari kecelakaan lalu lintas dalam wujud benda milik korban atau orang lain,
kendaraan, bangunan, fasilitas umum, yang dapat dinilai dengan uang rupiah.
l. Santunan adalah sejumlah uang atau dana yang diberikan oleh pemerintah kepada korban
kecelakaan lalu lintas atau ahli warisnya melalui PT. Jasa Raharja berupa penggantian biaya
pengobatan, santunan meninggal dunia, dan santunan cacat tetap, berdasarkan Undang-
Undang No 33 Tahun 1964 jo PP No 17 Tahun 1965 atau Undang-Undang No 34 Tahun
1964 jo PP No 18 Tahun 1965.
m. Ahli waris korban adalah janda yang sah atau duda yang sah atau anak-anak yang sah atau
orang tua yang sah dari korban yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) PP No 17 dan PP No 18 Tahun 1965.
n. Pelayanan korban kecelakaan lalu lintas adalah pelaksanaan segala usaha dan kegiatan
dalam rangka menjamin kecepatan pertolongan dan ketepatan tindakan terhadap peristiwa
kecelakaan lalu lintas agar korban tidak menjadi lebih parah dan pelayanan pengurusan hak
korban atas dana santunan kecelakaan lalu lintas dapat dilaksanakan dengan lancar.
o. Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri tentang suatu kejadian,
pelanggaran dan kejahatan yang dilihat, didengar, dialami ataupun ditanganinya seketika itu,
atau dari laporan masyarakat dan pengaduan yang diterimanya.
p. Keterangan kecelakaan lalu lintas adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh petugas Unit
Kecelakaan Polisi Lalu Lintas tentang kecelakaan lalu lintas yang ditanganinya, yang dibuat
dalam suatu formulir laporan kecelakaan lalu lintas pelaku dan korban, identitas dan
kondisikendaraan yang terlibat, kondisi jalan tempat kejadian kecelakaan, dan risalah
kejadian kecelakaan lalu lintas tersebut.
q. Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atas
permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan tentang segala hal yang dilihat dan
ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.
r. Gawat Darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang berada dalam kondisi ancaman
kematian dan memerlukan pertolongan tepat dan segera guna menghindari kematian dan
kecacatan.

6. PENGGOLONGAN KECELAKAAN LALU LINTAS

a. Dilihat dari berat ringannya akibat yang ditimbulkan Berdasarkan Pasal 229 UU No. 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terdiri atas :
1) Kecelakaan Lalu Lintas ringan Kecelakaan Lalu Lintas ringan merupakan
kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau
barang.
2) Kecelakaan Lalu Lintas sedang Kecelakaan Lalu Lintas sedang merupakan
kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang.
3) Kecelakaan Lalu Lintas berat. Kecelakaan Lalu Lintas berat merupakan
kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
b. Dilihat dari jumlah korban, bobot kerugian secara politis atau ekonomis terhadap
pemerintah dan/atau tingkat fatalitas yang terjadi dilihat dari anatomi kecelakaan,
meliputi :
Kecelakaan menonjol, dengan kategori sebagai berikut :
a) Kecelakaan Lalu Lintas melibat kan pejabat pemerintahan dan/atau
menjadi korban dalam kecelakaan,dengan klasifikasi sebagai berikut :
(1) pejabat Negara Republik Indonesia yang termasuk dalam golongan
VVIP/VIP dan/atau pejabat negara asing yang sedang berada di
Negara Republik Indonesia mewakili negaranya, termasuk
keluarganya;
(2) mantan Kepala Negara/Presiden Republik Indonesia dan mantan
Wakil Presiden Republik Indonesia, termasuk isterinya; dan
(3) pejabat tinggi Tentara Nasional Indonesia dan pejabat tinggi
Kepolisian Negara Republik Indonesia, termasuk Panglima Daerah
Militer dan Kepala Kepolisian Daerah.
b) Kecelakaan Lalu Lintas mengakibatkan pejabat pemerintahan luka berat
atau meninggal dunia klasifikasi sebagai berikut :
5
(1) perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia atau Perwira tinggi
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
(2) kepala daerah provinsi dan kepala daerah kabupaten/kota; dan
(3) tokoh masyarakat, pimpinan partai, dan/atau individu yang
berpengaruh terhadap pemerintah dan masyarakat secara nasional.
c) Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan korban meninggal dunia 10
(sepuluh) orang atau meninggal dunia di TKP sejumlah 5 (lima ) orang;
d) Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan lumpuhnya lalu lintas pada jaringan
jalan nasional paling lama 6 (enam) jam, yang disebabkan :
(1) Jembatan pada jalan nasional terputus; atau
(2) Kendaraan khusus pengangkut bahan berbahaya dan/atau bahan
yang mudah meledak mencemari lingkungan dan masyarakat atau
terbakar.
e) Kecelakaan lalu lintas melibatkan kendaraan bermotor angkutan
penumpang umum mengakibatkan korban manusia meninggal dunia 10
(sepuluh) orang atau meninggal dunia di TKP sejumlah 5 (lima) orang atau
luka berat lebih dari 20 orang.
f) Kecelakaan Biasa Kecelakaan yang dikategorikan sebagai kecelakaan
biasa adalah kecelakaan yang tidak termasuk kategori menonjol
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
g) Penggolongan Korban Korban kecelakaan lalu lintas diklasifiasikan
menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Korban mati atau meninggal dunia;
2. Korban luka berat ;
3. Korban luka ringan.
c. Dalam kaitan korban kecelakaan lalu lintas, Peraturan Pemerintah yang terkait
mengenai korban yaitu :
1) Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993
a) Korban Mati atau Meninggal Dunia
Berdasarkan Pasal 93 ayat 3 PP No 43 tahun 1993 yang dinyatakan
sebagai korban mati atau meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas
adalah orang yang dipastikan mati karena akibat langsung dari suatu
kecelakaan lalu lintas dalam jangkawaktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak terjadinya kecelakaan.
b) Korban luka berat
Berdasarkan Pasal 93 ayat 4 PP No 43 tahun 1993, dinyatakan sebagai
berikut :
(1) Korban manusia yang digolongkan sebagai korban luka berat akibat
kecelakaan lalu lintas adalah :
(a) Orang yang menderita luka-luka karena akibat langsung dari
kecelakaan lalu lintas dan luka-lukanya itu mengakibatkan ia
menderita cacat tetap;
(b) Orang yang menderita cacat karena akibat langsung dari suatu
kecelakaan sehingga ia harus dirawat dalam jangka waktu lebih
dari 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kecelakaan;
6
(2) Kategori penderita luka berat.
Kategori penderita luka berat adalah keadaan atau jenis dan sifat
luka berat atau luka parah sebagaimana dimaksud dalam pasal 90
Buku Kesatu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) jo Pasal
94 ayat (4) bagian penjelasan PP No, 43 Tahun 1993 Tentang
Prasarana dan lalu lintas jalan, yaitu;
(a) Penyakit atau luka yang tidak dapat sembuh atau tidak dapat
pulih lagi dengan sempurna untuk selama-lamanya, sehingga
mengakibatkan penderita tidak cakap lagi melakukan
pekerjaannya;
(b) Kehilangan salah satu atau keseluruhan panca indera
(penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa lidah dan rasa
kulit) dan suara;
(c) Lumpuh sehingga tidak mampu lagi menggerakkan anggota
tubuhnya;
(d) Hilang akal budi atau berubah pikiran atau pikiran terganggu
sehingga tidak dapat berpikir lagi dengan normal selama lebih
dari empat minggu;
(e) Gugurnya kandungan ibu yang sedang hamil;
(f) Kehilangan sesuatu anggota badan atau tidak dapat lagi
menggunakan salah satu anggota badan atau tidak dapat
sembuh/ pulih lagi untuk selama-lamanya;
(g) Kondisi luka-luka atau penderitaan yang dinyatakan oleh dokter
berdasarkan visum et repertum sebagai luka berat.
c) Korban Luka Ringan
Korban luka ringan adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian
korban meninggal dunia dan korban luka berat.

II. PELAKSANAAN
PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
1. Mendatangi Tempat Kejadian Perkara
a. Persiapan mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas
1) Personil Terdiri dari anggota Polantas minimal 2 (dua) orang dan anggota
Sabhara minimal 2 (dua) orang serta unsur bantuan teknis (laboratorium
kriminal dan identifikasi untuk melakukan pemotretan, pengambilan sidik jari
dan tindakan lain yang diperlukan). Apabila kecelakaan lalu lintas berakibat
kemacetan lalu lintas yang panjang perlu menyertai anggota Bimmas untuk
memberikan informasi kepada pengemudi agar pengemudi sabar untuk antri
karena telah terjadi kecelakaan lalu lintas.
2) Kendaraan Persiapkan kendaraan dan alat komunikasi untuk kecepatan
bertindak dan memelihara hubungan petugas dengan markas kesatuan,
selanjutnya adakan pengecekan kembali terhadap peralatan kendaraan seperti
Rem, lampu rotator,ban, lampu-lampu, sirene serta peralatan lainnya yang
dianggap penting.
3) Peralatan lain yang diperlukan dalam menangani TKP kecelakaan lalu lintas
yang terdiri dari :
7
a) Alat pengaman TKP 10 buah kerucut Lalu lintas.
· 2 buah lampu peringatan
· 2 buah senter
· rambu-rambu lalu lintas seperti petunjuk arah, batas kecepatan dan
sebagainya.
· 2 buah segitiga pengaman
b) Kelengkapan petugas seperti :
· Jas/rompi lalu lintas.
· Sarung tangan
· Peluit/sempritan
· Tongkat Polri
· Senjata api, borgol
· Kotak P2GD
c) Alat tulis dan klip board untuk membuat sketsa/ gambar TKP dan
Formulir 3 L
d) Alat pengukur jarak (meteran) dan alat-alat untuk pembuatan tanda-
tanda di permukaan jalan.
e) Alat pemecah kaca , alat pemotong sabuk pengaman ,alat pemotong
kerangka kendaraan bermotor, alat pengungkit/dongkrak kendaraan
bermotor dan alat penarik kendaraan bermotor.
f) Alat pemadam kebakaran
g) Alat pemotret
h) Kaca pembesar
i) Garis Polisi (Police line)
j) Kompas / GPS
k) Dan lain-lain yang diangap perlu disesuaikan dengan situasi TKP dan
jenis kecelakaan lalu lintas yang terjadi.
4) Segera hubungi instansi terkait bilamana diperlukan seperti : Ambulans,
pemadam kebakaran, mobil derek dan lain-lain.
5) Setelah persiapan selesai maka langkah selanjutnya adalah memberikan APP
kepada petugas yang akan ke TKP mengenai peristiwa kecelakaan lalu lintas
itu sendiri, pembagian tugas dan lain-lain.
b. Mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas.
1) Tentukan rute yang terpendek dengan memperhatikan situasi lalu lintas.
2) Bergerak dengan cepat tetapi tetap memperhatikan keselamatan.
3) Apabila situasi lalu lintas padat dan melewati persimpangan agar
menggunakan sirene dan rotator.
4) Upayakan seminimal mungkin melakukan pelanggaran lalu lintas.
5) Perhatikan arus lalu lintas selama diperjalanan menuju TKP, bilaman ada
kendaraan yang dicurigai melarikan diri.
8

c. Tiba di TKP
1) Parkir kendaraan ditempat yang aman dan diketahui oleh pengguna jalan
lainnya serta dapat berfungsi untuk mengamankan TKP dan memberikan
petunjuk agar pengguna jalan lainnya lebih berhati-hati.
2) Posisi kendaraan menghadap keluar serong kanan dan berada dekat TKP
apabila jalan lurus sedangkan untuk TKP yang dekat dengan tikungan berada
sebelum tikungan.
3) Rotator kendaraan tetap dihidupkan sampai selesai kegiatan penanganan TKP.
2. Tindakan pertama Di TKP kecelakaan lalu lintas
a. Mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas
1) Tujuan pengamanan TKP kecelakaan lalu lintas
a) Menjaga agar TKP tetap utuh/tidak berubah sebagaimana pada saat
dilihat dan diketemukan petugas yang melakukan tindakan pertama di
TKP.
b) Mencegah timbulnya permasalahan baru seperti terjadinya kecelakaan
lalu lintas dan kemacetan lalu lintas.
c) Untuk memberikan pertolongan kepada korban dan mengamankan bagi
petugas yang sedang melaksanakan tugas di TKP serta pemakai jalan
lainnya.
d) Untuk melindungi agar barang bukti yang ada tidak hilang atau rusak.
e) Untuk memperoleh keterangan dan fakta sebagai bahan penyidikkan lebih
lanjut.
2) Alat-alat yang digunakan untuk mengamankan TKP meliputi :
a) Kendaraan petugas
b) Kerucut lalu lintas
c) Lampu peringatan
d) Lampu senter
e) Rambu-rambu lalu lintas ( petunjuk arah, batas kecepatan, prioritas dan
lain-lain)
f) Segitiga pengaman.
3) Tata cara mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas
a) Penentuan jarak untuk menutup dan membatasi TKP kecelakaan lalu
lintas. Untuk menentukan jarak dalam rangka menutup dan membatasi
TKP kecelakaan lalu lintas harus terlebih dahulu menentukan jarak
berhenti suatu kendaraan.
Contoh :

Pada suatu jalur jalan dengna kecepatan yang diijinkan adalah 72 Km/jam
maka jarak berhenti suatu kendaraan dapat dihitung sebagai berikut :
9

S = (v x t) + --------

(2 x a)

S = Jarak Berhenti Kendaraan


V = Kecepatan kendaraan (72 Km/jam = 20 M/det)
T = Waktu reaksi dari pengemudi rata-rata 1 detik
A = Perlambatan rata-rata 5 m/det

Maka jarak berhenti kendaraan tersebut adalah :


(20x20)

(20 x 1) + ----------- = 20 + 40 = 60 meter (2 x 5)

Dengan demikian maka jarak yang diperlukan untuk menutup / membatasi


TKP kecelakaan lalu lintas di jalur jalan tersebut adalah 60 meter, dari
kendaraan petugas sampai kerucut terdepan.

b) Cara penempatan alat-alat pengamanan TKP kecelakaan lalu lintas.


(1) Pada jalur satu arah Parkir kendaraan petugas menyudut/ serong
dengan badan jalan (membentuk sudut kira-kira 30 derajat dengan
tepi jalan) di depan TKP kecelakaan lalu lintas, dengan jarak 10
meter dari kendaraan/ korban yang terlibat kecelakaan lalu lintas,
dengan bagian belakang dari kendaraan petugas tersebut
mengahadap arah datangnya arus lalu lintas. Lampu rotator dan
lampu hazard kendaraan petugas dihidupkan. Letakan kerucut No.1
disamping kanan bagian belakang kendaraan petugas dan segaris
dengan sudut kanan depan kendaraan petugas, kemudian letakan
kerucut No.9 paling depan dari arah datangnya arus lalu lintas
dengan jarak minimal 60 meter dari jarak berhenti kendaraan pada
jalur jalan tersebut. Kemudian diantara kerucut No.1 dan No.9
diletakan 7 (tujuh) buah kerucut lainnya, sedangkan kerucut No.10
diletakkan diantara kendaraan petugas dan kendaraan yang terlibat
kecelakaan lalu lintas. Kerucut No.9 diletakan ditepi jalan/pada garis
tepi jalan dan didepan kerucut tersebut ditempatkan lampu
peringatan pada kedua sisi jalan dengan jarak antara 25 s/d 50
meter dari kerucut No.9 tersebut, namun apabila tidak memiliki
lampu peringatan agar menggunakan segi tiga pengaman.( contoh
gambar lihat lampiran No.......)
(2) Pada jalur 2 (dua) arah Posisi kendaraan petugas dengan cara
penempatan pada jalur satu arah. Penempatan kerucut pada
prinsipnya sama dengan cara penempatan pada jalur satu arah,
hanya pada jalur jalan yang ditutup ditempatkan 7 (tujuh) buah
kerucut sepanjang jarak berhenti kendaraan. Tiga buah kerucut
lainnya ditempatkan pada arah yang berlawanan, sebagai batas
10
lajur yang ditutup . Kemudian ditepi seberang jalan sejajar dengan
kerucut No. 3 dan ditepi seberang jalan lainnya ditempatkan lampu
peringatan atau segi tiga pengaman. Ditempat kerucut No.7 pada
jarak antara 25 s/d 50 meter ditempatkan lampu peringatan / segi
tiga pengaman, kemudian disamping kerucut No.7 yang diletakan
ditepi jalan ditempatkan rambu lalu lintas (memberi kesempatan
terlebih dahulu pada kendaraan yang datang dari depan) (contoh
gambar lihat lampiran No.........)
(3) Ketentuan penempatan alat-alat TKP laka lantas tersebut diatas
hanya dapat dilaksanakan pada TKP kecelakaan lalu lintas di jalur
lalu lintas yang sepi, ruas jalannya lebar dan kecepatan tinggi
seperti jalan Tol dan Arteri.
c) Melarang setiap orang yang tidak berkepentingan masuk ke TKP yang
telah diberi batas (Police line)
d) Mengamankan tersangka dan saksi serta mengumpulkannya pada tempat
diluar batas yang telah ditentukan.
e) Memisahkan saksi dan tersangka dengan maksud untuk tidak saling
mempengaruhi.
f) Membuat tanda di TKP kecelakaan lalu lintas.
(1) Terhadap kendaraan yang terlibat kecelaka an lalu lintas.
Kedudukan kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas diberi
tanda “ Garis siku-siku” diatas permukaan jalan pada batas masing-
masing bumper depan dan belakang dari kendaraan tersebut ( titik
terluar dari keempat sudutnya), sedangkan kedudukan dari
keempat as roda kendaraan tersebut diberi tanda X diatas
permukaan jalan.
(2) Terhadap korban kecelakaan lalu lintas. Letak dari pada korban
diberi tanda dengan menggambar bagian luar dari tubuh korban
diatas permukaan tempat dimana korban tergeletak.
(3) Terhadap alat bukti lainnya Untuk alat bukti lainnya seperti ceceran
darah, pecehan kaca, alat-alat kendaraan yang terlepas, lobang
dipermukaan jalan dan sebagainya ditandai dengan melingkari
bagian luarnya diatas permukaan tempat/ jalan dimana alat-alat
bukti tersebut ditemukan.
(4) Terhadap titik tabrak Titik tabrak ditandai dengan tanda X didalam
lingkaran.
(5) Terhadap bekas rem Bekas rem kendaraan ditandai dengan tanda
XX pada kedua ujung bekas rem tersebut.
(6) Setelah alat bukti diberi tanda dan di foto segera dipindah kan
ketepi jalan sehingga arus lalu lintas dapat lancar kembali.
b. Penanganan terhadap korban kecelakaan lalu lintas
1) Tujuan dilaksanakannya pertolongan terha dap korban kecelakaan lalu lintas
adalah untuk membantu agar kondisi korban tersebut tidak menjadi lebih buruk.
2) Peralatan yang diperlukan dalam menolong korban kecelakaan lalu lintas adalah
sebagai berikut :
a) Pembalut cepat
b) Kasa steril
11
c) Pembalut biasa
d) Obat merah (yodium)
e) Pemabalut segi tiga
f) Plester
g) Kapas
h) Gunting
3) Tata cara memberikan pertolongan pada korban kecelakaan lalu lintas
a) Apabila tidak ada petugas medis usahakan memberikan pertolongan
sesuai petunjuk P2GD.
b) Terhadap korban patah tulang, agar dijaga korban tetap pada posisi
semula dan jangan sekali-kali merobah posisi korban dan pada saat akan
dikirim kerumah sakit, diusahakan agar posisi korban tetap seperti saat
ditemukan di TKP
c) Terhadap korban yang terhimpit anggota badannya oleh kendaraan / alat-
alat kendaraan, apabila akan dilakukan pertolongan terhadap korban,
usahakan terlebih dahulu kehadiran seorang dokter atau petugas medis
untuk menghentikan pendarahan atau memberikan pertolongan lebih
lanjut setelah korban dilepaskan dari himpitan/ jepitan tersebut.
d) Apabila korban dapat menganggu kelancaran arus lalu lintas, maka
korban dapat dipindahkan ketempat yang aman dengan memberikan
tanda terlebih dahulu pada letak korban semula.
e) Usahakan secepatnya dapat mengeta hui dan mencatat indentitas korban
dan dalam kasus tabrak lari diupayakan untuk mendapat informasi dari
korban mengenai identitas kendaraan yang menabrak korban.
f) Dalam mengirim korban dengan tidak menggunakan kendaraan
ambulance atau kendaraan petugas maka yang perlu dilakukan
adalah ,enentukan terlebih dahulu Rumah sakit atau dokter yang akan
dituju kemudian mencatat indentitas kendaraan yang akan membawa
korban ke Rumah Sakit.
g) Amankan dan catat semua barang berharga milik korban, untuk kemudian
diserhkan kembali kepada korban/ keluarga/ ahli waris yang berhak.
3. Pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas
Tujuan dilaksanakannya pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas adalah untuk mencari dan
mengumpulkan alat bukti sebanyak-banyaknya untuk dianalisa dan dievaluasi menurut teori
“ Bukti Segi Tiga” guna memberi arah terhadap penyidikkan selanjutnya. Alat-alat bukti yang
dapat dikumpulkan di TKP kecelakaan lalu lintas yaitu ; alat bukti petunjuk, alat bukti
keterangan saksi dan alat bukti keterangan tersangka. Untuk memperoleh alat-alat bukti
tersebut diatas, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Pengamatan umum
1) Keadaan jalan, sempit/ lebar/ tanjakan/ turunan/ tikungan/ simpangan/ lurus dll.
2) Keadaan lingkungan, ramai/ sepi/ bebas pandangan dll.
3) Keadaan cuaca pada waktu terjadi kecelakaan lalu lintas
4) Kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas.
5) Kerusakan pada kendaraan
12
6) Kerusakan pada jalan dan kelengkapannya
7) Letak kendaraan dan korban
8) Bekas-bekas tabrakan yang tertinggal di jalan seperti; bekas rem, pecehan kaca,
tetesan darah, bekas cat/ dempul, bekas oli, suku cadang yang terlepas/ jatuh
dll.
9) Arah datangnya kendaraan yang terlibat kecelakaan

b. Pemeriksaan terhadap kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas.


1) Surat-surat kendaraan (STNK, STCK, Buku Kir)
2) Keadaan lampu-lampu kendaraan (apakah semua menyala dengan baik dan
bagaimana penyetelan tinggi rendahnya sorot lampu).
3) Keadaan klakson
4) Keadaan alat penghapus kaca
5) Kedudukan persneling pada gigi berapa.
6) Keadaan kemudi.
7) Penyetelan dari pada kaca spion.
8) Kondisi rem
9) Kondisi ban kendaraan
10) Kedudukan spido meter/ ukuran kecepatan kendaraan
11) Kondisi Per
12) Muatan kendaraan.

c. Pemeriksaan terhadap jalan dan kelengkapanya


1) Kondisi jalan ( HotMix/ Sirtu/ berlobang/ bergelombang dll)
2) Rambu-rambu yang ada disekitar TKP
3) Kondisi bahu jalan
4) Marka jalan

d. Pemeriksaan terhadap tersangka


1) Amankan tersangka termasuk memberikan perlindunganapabila ada masyarakat
yang main hakim sendiri.
2) Lakukan interview dengan mengajukan pertanyaan singkat kepada tersangka
untuk memperoleh keterangan sementara tentang bagaimana terjadinya
peristiwa kecelakaan tersebut.
3) Kondisi pengemudi sebelum terjadi kecelakaan lalu lintas
4) Catat indentitas tersangka (SIM, KTP, dll)
5) Photografi (pemotretan) di TKP.
a) Foto situasi TKP secara keseluruhan, sebanyak 4 (empat) kali dari 4
(empat) penjuru.
13
b) Foto posisi dari kendaraan yang terlibat kecelakaan, sebanyak 4 (empat)
kali dari 4 (empat) penjuru.
c) Foto korban sebelum dipindakan dari TKP.
d) Foto kerusakan yang ada pada kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu
lintas.
e) Foto bekas-bekas yang tertinggal di TKP seperti bekas rem, pecahan
kaca, pecahan cat/dempul dll.
f) Setelah melakukan pemotretan, semua data-data dicatat dengan lengkap
meliputi :
(1) Jarak pengambilan gambar
(2) Cuaca pada waktu pengambilan foto
(3) Cahaya / penyinaran yang digunakan.
(4) Kamera yang digunakan
(5) Diafragma dan kecepatan yang digunakan
(6) Arah pemotretan
g) Setelah seluruh kegiatan pemotretan selesai, segera dituangkan dalam
bentuk Berita Acara Pemotretan (contoh terlampir)

e. Pembuatan gambar/sketsa TKP, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai


berikut :
1) Cari arah mata angin (arah utara)
2) Tentukan Skala (1 : 100 yang artinya 1 meter di TKP sama dengan 1 Cm di
gambar atau 1 : 200 yang artinya 1 meter di TKP sama dengan ½ Cm di gambar)
3) Unsur-unsur yang harus dituangkan dalam gambar TKP kecelakaan lalu lintas
adalah :
a) Lebar jalan, lebar got, lebar trotoar dll
b) Bentuk jalan ; jalan lurus, tikungan, persimpangan
c) Posisi korban
d) Posisi kendaraan
e) Posisi titik tabrak
f) Posisi titik pokok pengkuran
g) Posisi barang bukti
h) Bayangan arah/tujuan dari masing-masing kendaraan yang terlibat
i) Untuk menguatkan gambar sketsa di TKP perlu di tanda tangani oleh
tersangka,saksi dan diketahui oleh penyidik yang membuat sketsa TKP.
j) Pengukuran gambar/ sketsa TKP Tujuan dari kegiatan pengukuran TKP
kecelakaan lalu lintas aedalah untuk mengetahui jarak/ukuran yang
sebenarnya dari situasi TKP. Dengan ukuran yang benar maka akan
memudahkan pada waktu diadakan rekonstruksi.
Posisi/titik yang perlu dilakukan pengkuran.
- Titik pokok pengukuran (titik P)
14
- Key point/ titik tabrak (titik X)
- Posisi kendaraan yang terlibat (titik pengukuran dari bemper
depan dan belakang)
- Posisi korban
- Posisi barang bukti
- Panjang bekas rem
- Lebar jalan
 Metode/cara pengukuran di TKP kecelakaan lalu lintas. - Metode garis
alas
- Tentukan titik pokok pengukuran (tiang listrik, pal Km, tiang
telepon/ bangunan-bangunan lainnya yang tidak dilakukan
pemindahan dalam waktu dekat)
- Tarik garis lurus melalui titik P dan sejajar dengan jalan dimana
terjadi kecelakaan tersebut.
- Tarik garis tegak lurus dari semua titik yang perlu diukur ke garis
alas.
- Adakan pengukuran terhadap garis- garis tegak lurus tersebut.
- Ukur jarak antara titik P (garis alas) ke semua titik yang ada di
garis alas. (contoh terlampir) Metode ini lebih cocok untuk jalan
lurus.
 Metode Segitiga
- Tentukan 2 (dua) buah titik pokok pengukuran (titik A dan
titik B)
- Tarik garis lurus dari A ke B
- Tarik garis lurus dari semua titik yang harus diukur ke titik
A dan B. Metode ini lebih cocok untuk jalan tikungan
tajam atau persimpangan.

4. Pengakhiran penanganan TKP Kecelakaan lalu lintas


a. Konsolidasi Setelah pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas selesai dilaksana kan maka
dilakukan pengecekan terhadap personil, perlengkapan dan segala hal yang diketahui,
diketemukan dan dilakukan di TKP.
b. Pembukaan TKP Setelah TKP dibuka hal yang perlu diperhatikan bahwa arus lalu lintas
harus normal kembali baru anggota (anggota disini bukan termasuk dalam tim penyidik
kecelakaan lalu lintas) dapat meninggalkan TKP.

5. Permintaan Visum et Repertum


a. Setelah kembali dari TKP, segera ajukan permintaan Visum et Repertum ke Rumah
Sakit dimana korban di rawat.
b. Mengisi Blangko Visum sesuai kebutuhan (Visum luar untuk korban luka dan Visum
dalam untuk korban meninggal dunia)
c. Pengiriman mayat ke Rumah Sakit untuk dimintakan Visum harus diperhatikan :
1) Diberi label dan disegel pada ibu jarinya (guna menghindari kekeliruan)
15
2) Pada label harus jelas disebutkan identitas korban ( nama, umur, jenis kelamin,
suku bangsa, agama, tempat tinggal, No.LP, tanda tangan petugas yang
mengirim).
3) Apabila keluarga korban keberatan diadakan bedah mayat maka kewajiban
penyidik untuk secara persuasif memberikan penjelasan tentang pentingnya
bedah mayat tersebut (sebagai pedoman gunakan pasal 222 KUHP).
4) Pada dasarnya pencabutan Visum tidak dibenarkan, bilamana Visum harus
dicabut maka yang berwenang mencabut Visum adalah serendah-rendahnya
Kapolres.
5) Permohonan pencabutan Visum diajukan oleh keluarga korban (ayah/ibu,
suami/istri, dan anak) yang disahkan oleh Lurah/ kepala desa setempat
berdasarkan alasan yang dapat diterima maisalnya : alasan agama, kepercayaan
atau adat istiadat.

6. Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan di TKP


a. Berita Acara Pemeriksaan di TKP dibuat oleh Penyidik/ Penyidik Pembantu yang
melakukan pengolahan TKP, dengan materi sebagai berikut :
1) Hasil yang diketemukan di TKP baik TKP itu sendiri, korban, saksi-saksi,
tersangka maupun barang bukti.
2) Tindakan yang dilakukan oleh petugas (TPTKP dan pengolahan TKP) tehadap
hasil yang ditemukan di TKP.
3) Disamping Berita Acara Pemeriksaan di TKP dibuat juga Berita Acara Pemotretan
di TKP dan Berita Acara lain-lain sesuai tindakan yang dilakukan.
4) Berita Acara Pemeriksaan di TKP dibuat ditanda tanganni pemeriksa dan
ditandatangani juga oleh saksi/ tersangka yang menyaksikan pemeriksaan.
5) Adakan koordinasi dengan pihak Jasa Raharja dalam rangka mempercepat klaim
asuransi bagi korban luka maupun meninggal dunia.

7. Laksanakan proses penyidikan (KUHAP)


a. Pemanggilan tersangka dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut
1) Pedomani ketentuan yang diatur dalam pasal 112, 113 dan 116.
2) Surat panggilan harus ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang ( Kapolres /
Kasat Lantas selaku penyidik) serta yang dipanggil.
3) Nama, pekerjaan dan alamat yang dipanggil harus ditulis dengan jelas.
4) Waktu pemanggilan (tanggal hari dan jam) dan tempat untuk menghadap harus
ditulis dengan jelas serta harus ada cukup tenggang waktu bagi yang dipanggil
(penerima surat panggilan) untuk menghadap.
5) Sebutkan dengan jelas maksud / keperluan pemanggilan.
b. Penahanan Sementara Terhadap Tersangka. Bagi tersangka yang terlibat kecelakaan
lalu lintas dan korban meninggal dunia atau luka berat, untuk kepentingan penyidikan
dapat dilakukan penahanan sementara (pasal 20 KUHAP).
Oleh karena penahanan merupakan tindakan pengekangan terhadap kebebasan
seseorang, maka dalam pelaksanaannya harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Pedomani ketentuan yang diatur dalam pasal 20, 21, 24, 25, 29 dan 31 KUHAP.
16
2) Surat Perintah Penahanan Sementara harus ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang (Kapolres/ Kasat Lantas selaku penyidik).
3) Atas permintaan tersangka, penyidik dapat menangguhkan penahanan sementara
(pasal 31 KUHAP yo pasal 35,36 PP 27 tahun 2083). Kewenangan
menangguhkan penahanan sementara berada Kepala Kesatuan (Kapolres).
4) Surat Perintah Pengeluaran Tahanan ditandatangani oleh Kepala Kesatuan
(Kapolres).
5) Penyidik atau penyidik pembantu (pemeriksa) yang mempunyai kewenangan
sesuai yang diatur dalam pasal 6, 7, 9, 10 dan 11 KUHP melakukan pemeriksaan
terhadap saksi/tersangka dalam hal sebagai berikut :
6) Dalam hal dimulainya penyidikan terhadap peristiwa kecelakaan lalu lintas yang
terjadi, maka penyidik berkewajiban untuk memberitahukan hal itu kepada
Penuntut Umum (pasal 109 (1) KUHAP).
7) Dalam hal dimulainya pemeriksaan terhadap tersangka, maka pemeriksa wajib
untuk memberi-tahukan tentang hak-hak tersangka (pasal 50 s/d 65 KUHAP).
8) Dalam melakukan pemeriksaan, pemeriksa dilarang menggunakan
ekerasan/tekanan dalam bentuk apapun (pasal 117 (1) KUHAP).
9) Pemeriksaan terhadap saksi atau tersangka dapat dilakukan ditempat
kediamannya, bilamana telah duakali dipanggil secara berturut-turut dengan surat
panggilan yang sah, tetapi yang bersangkutan tidak dapat hadir karena alasan
yang patut dan wajar (pasal 113 KUHAP).
10) Penyidik / penyidik pembantu dapat meminta pendapat ahli / orang yang memiliki
keahlian khusus (pasal 120 (1) KUHAP). Terutama berkaitan dengan persyaratan
teknis dan laik jalan kepada petugas DLLAJ yang mempunyai keahlian sebagai
pemeriksa dan atau ATPM (sebagai ahli spesifikasi tehnis kendaraan) di daerah.
11) Saksi diperiksa dengan tidak disumpah kecuali ada cukup alasan untuk dapat
diduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan di Pengadilan (pasal
116 (1) KUHAP).
12) Tersangka berhak meminta turunan Berita Acara Pemeriksaan atas dirinya.
13) Dalam hal tersangka ditahan sementara, maka waktu 1 x 24 jam ( 1 hari ) setelah
perintah penahanan dijalankan harus segera dilakukan pemeriksaan (pasal 122
KUHAP).
14) Tersangka yang ditahan harus segera dibuatkan Surat Perintah Penahanan
Tersangka (SPPT) dan tembusan disampaikan kepada keluarga. Perhatikan :
a) Penyidik selalu mengikuti perkembangan korban bila luka berat s/d hari ke 30
bilamana tetap bertahan hidup diklasifikasikan dalam penerapan Pasal 310
(3) Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 Penyidik yang melakukan
pemeriksaan tidak boleh ganti-ganti.
b) Beritahukan hak-hak tersangka secara jelas
c) Penyitaan Barang Bukti
1) Pada prinsipnya sesuai Pasal 52 huruf a UULAJ, setiap kendaraan yang
digunakan untuk melakukan tindak pidana dapat diamankan sementara termasuk
surat-suratnya yang semata-mata untuk kepentingan penyidikan ke Pengadilan.
Kecelakaan lalu lintas adalah perbuatan tertangkap tangan (pasal 111 KUHAP).
Setelah dari TKP penyidik segera menetapkan berdasarkan bukti-bukti di TKP
apakah perbuatan pelanggaran mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dapat
dilakukan penyidikan atau tidak.
17
2) Untuk melengkapi berkas perkara pemeriksaan maka penyidik segera minta
persetujuan Ketua Pengadilan atas kendaraan atau surat-surat yang disita (pasal
38 ayat (2) KUHAP).Atas pertimbangan kepentingan masyarakat kendaraan dapat
tidak dilakukan penyitaan dengan catatan :
a) Penyidik tidak membutuhkan lagi sebagai bahan pembuktian.
b) Kendaraan tersebut sangat dibutuhkan oleh pemilik untuk mengurangi beban
ekonomi keluarga terutama kendaraan dari kredit.
c) Penyidik tidak menambah beban administrasi penyidikan terutama penyediaan
lahan parkir/penyimpanan dan pengawasan.
d) Kendaraan harus didata dari 4 dimensi (pada titik benturan, depan/ belakang,
kanan / kiri).
e) Tidak boleh dirubah bentuk.
d. Taktik dan teknik pemeriksaan
1) Persiapan pemeriksaan
a) Pemeriksa (penyidik/penyidik pembantu) harus berusaha menarik dan
mengumpulkan semua keterangan yang mengarah pada unsur-unsur
pidana yang dituduhkan semaksimal mungkin.
b) Menyeleksi bukti-bukti dari TKP yang penting untuk bahan pemeriksaan yang
dituangkan dalam BAP.
c) Hindari pemikiran subyektif terhadap pelaku sebelum mendapatkan
keterangan-keterangan dari saksi (korban), pelaku disertai dengan bukti-
bukti di TKP
d) Hasil pemeriksaan dibuat dalam berita acara
2) Berita Acara harus memenuhi persyaratan :
a) Syarat formal sesuai dengan pasal 121 KUHAP yaitu Penyidik atas kekuatan
sumpah jabatan membuat BA yang diberi tanggal dan memuat tindak
pidana yang dipersangkakan, dengan menyebut waktu tindak pidana
dilakukan, nama dan tempat tinggal dari tersangka dan atau saksi,
keterangan mereka, catatan mengenai akta dan atau benda serta segala
sesuatu yang dianggap perlu untuk kepentingan penyelesaian perkara.
b) Syarat matriel Yaitu Berita Acara yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat
pembuktian yaitu antara bukti-bukti yang diketemukan di TKP dengan unsur-
unsur kesalahan (kelalaian dan atau kesengajaan) yang disangkakan.
e. Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas menyangkut Warga Negara Asing (CD atau CC)
1) Anggota CD/CC mengunakan kendaraan CD/CC bertabrakan pejalan kaki :
a) Tindakan pertama di TKP
(1) Laksanakan TPTKP sesuai prosedur
(2) Catat identitas korban/pejalan kaki dan pengemudi (anggota CD/CC)
serta kendaraannya.
b) Tindakan lanjutan (di kantor).
(1) Periksa saksi dan korban (kalau memungkinkan)
(2) Pengemudi dan Kendaraan anggota CD/CC tidak ditahan/disita.
(3) Berkas perkara diteruskan ke DEPLU melalui Direktur Intelpampol
Mabes Polri.
18
2) Anggota CD/CC menggunakan kendaraan CD/CC bertabrakan dengan kendaraan
sipil yang dikemudikan oleh orang sipil.
a) Tindakan pertama di TKP.
(1) Laksanakan TPKTP sesuai prosedur.
(2) Catat identitas kendaraan dan kedua pengemudi yang terlibat
tabrakan.
(3) Kendaraan CD/CC tidak disita.
(4) Kendaraan sipil disita
b) Tindakan lanjutan (di kantor)
(1) Melaksanakan pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan pengemudi Sipil
lebih lanjut
(2) Teruskan perkara ke pengadilan apabila terbukti pengemudi Sipil
sebagai tersangka, dengan tembusan DEPLU melalui Direktur
Intelpampol Mabes Polri / Ditlantas Polri.
(3) Teruskan berkas perkara ke DEPLU melalui Direktur Intelpampol
Mabes Polri, apabila terbukti anggota CD/CC sebagai tersangka.
3) WNI / WNA (bukan anggota CD/CC) yang menggunakan kendaraan CD/CC
bertabrakan dengan kendaraan Sipil yang dikemudikan oleh orang Sipil.
Tindakan pertama di TKP :
(a) Lakukan TPTKP sesuai prosedur
(b) Catat identitas kedua pengemudi dan kendaraan yang terlibat.
(c) Kendaraan yang dikemudikan CD/CC tidak disita.
(d) Kendaraan Sipil disita
(e) Tindakan Lanjutan (di kantor)
(1) Kedua pengemudi dan saksi diperiksa lebih lanjut.Berkas perkara
diajukan ke Pengadilan.
4) Anggota CD/CC menggunakan kendaraan CD/CC bertabrakan dengan anggota
ABRI sebagai (pejalan kaki / pengemudi kendaraan) :
a) Amankan TKP
b) Segera hubungi POM TNI (penanganan oleh POM) bila diminta bantuan,
berikan bantuan dalam hal pengukuran dan penggambaran Sket TKP.
f. Penyidikan Kecelakaan Menyangkut Anggota TNI.
1) Anggota TNI yang menggunakan kendaraan Sipil / Kendaraan Dinas milik TNI,
bertabrakan dengan kendaraan sipil yang dikemudikan oleh orang sipil :
a) Tindakan di TKP.Lakukan TPTKP sesuai prosedur
b) Segera hubungi POM TNI.
2) Tindakan lanjutan ( di kantor ).
a) Pengemudi Sipil diperiksa lanjut dan buatkan BAP-nya
b) Pemeriksaan saksi (pengemudi TNI) pemeriksaan dilakukan oleh POM TNI
dan atau penyidik Polri. Apabila terbukti bahwa pengemudi anggota TNI
sebagai tersangka, maka BAP di TKP, BAP saksi dan barang-barang bukti
yang disita oleh petugas POLRI, diserahkan kepada POM TNI untuk
19
diselesaikan melalui Mahmil. Apabila terbukti bahwa pengemudi Sipil sebagai
tersangka, maka perkara diselesaikan melalui proses pengadilan Negeri dan
anggota TNI sebagai saksi.
3) Anggota TNI bertabrakan dengan anggota TNI.
a) Amankan TKP.
b) Segera hubungi POM TNI (penanganan di TKP oleh POM TNI dibantu oleh
anggota Polri/Polantas).
c) Apabila diminta bantuan oleh POM TNI, berikan bantuan dalam hal
pengukuran dan penggambaran sketsa TKP. 1
g. Kecelakaan Lalu Lintas yang melibatkan anggota VVIP/VIP
1) Yang dimaksud dengan VVIP adalah :
a) Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.
b) Tamu negara setingkat Presiden.
2) Yang dimaksud VIP adalah :
a) Pejabat-pejabat Negara (Para Menteri Kabinet, Pejabat Tinggi Non
Departemen, para anggota MPR/DPR RI).
b) Tamu Negara setingkat Pejabat Negara (Menteri) dan atau pejabat asing
yang diperlakukan sebagai tamu Negara.
c) Pejabat Perwakilan Negara Asing (CD/CC).
d) Kas Angkatan/Kapolri.
e) Pejabat Muspida TK I Proses penyidikan kecelakaan lalu lintas yang
melibatkan anggota VVIP/VIP seperti tersebut diatas adalah sebagai berikut :
(1) Anggota VVIP
(a) Pengemudi dan kendaraan tidak ditahan/disita
(b) Kendaraan Non VVIP diproses sesuai prosedur
(c) Hasil Penyidikan (berkas perkara) dikirimkan ke Sekretariat Negara
melalui Dirlantas Polri dengan tembusan kepada Kapolri.
(2) Anggota VIP
(a) Proses penyidikannya sama dengan anggota VVIP dalam rangka
acara Dinas / Protokoler.
(b) Proses penyidikannya sesuai prosedur untuk umum dan khusus
untuk pejabat tinggi negara (Menteri anggota, MPR / DPR RI dalam
hal tertentu dimintakan ijin melalui Presiden.
(c) Adakan Koordinasi sebaik-baiknya dengan instansi terkait.
(d) Laporkan segera hasilnya kepada pimpinan secara berjenjang.

8. Penyelidikan Kasus Tabrak Lari (Hit and Run). a.


Tindakan pertama di TKP.
1) Mencari dan mengumpulkan informasi / keterangan dari korban / saksi dan
masyarakat setempat. Kemungkinan ada yang mengetahui / mengenal pengemudi
yang melarikan diri, nomor Polisi, warna, jenis, merek kendaraan dan sebagainya.
20
2) Meneliti bukti-bukti yang tertinggal/barang bukti yang didapat di TKP untuk
dijadikan bahan penyelidikan lebih lanjut, antara lain: Bekas Rem, pecahan kaca,
bekas ban, darah / cat yang ada pada baju korban dan sebagainya, dan laukan
pembungkusan pada pecahan pecahan pecahan lakukan label dan segel untuk
keperluan pemeriksaan di laboratorium kriminal.
3) Mencari lebih lanjut tentang kemugkinan-kemungkinan arah larinya kendaraan
tersebut, dari tipe tabrakan dan arah datangnya kendaraan tersebut dan lain-lain.
4) Mengadakan pemotretan terhadap TKP dan bukti-bukti yang tertinggal di TKP
serta korban / kendaraan yang terlibat.
b. Tindakan lanjut
1) Segera menginformasikan kepada unit-unit operasional yang bergerak (bila telah
diketahui identitas kendaraan yang melarikan diri) untuk diadakan pencarian dan
penangkapan.
2) Segera melakukan pemeriksaan ditempat-tempat yang diperkirakan digunakan
untuk merubah identitas kendaraan dan atau menyembunyikan kendaraan.
(bengkel, show room).
3) Segera melakukan pemblokiran STNK melalui Samsat (bila identitas kendaraan
tersebut sudah diketahui).
4) Mengirimkan bukti-bukti yang ditemukan di TKP ke laboratorium forensik Kapolri
untuk dilakukan pemeriksaan. (bekas cat, darah dll).

9. Prosedur Penanganan Masalah Perdata


a. Penyelesaian ganti rugi oleh pemilik kepada korban kecelakaan lalu lintas.
1) Bila kecelakaan lalu lintas menimbulkan kerugianbagi orang lain berdasarkan
pasal 1365 KUH Perdata maka pihak yang merasa dirugikan berhak menuntut
kerugian.
2) Hubungan hukum antara pengemudi dengan majikan belum diatur dalam
perundang-undangan di Indonesia, namun hubungan majikan dengan pengemudi
hanya berdasrkan pekerjaan yang diatur dalam pasal 1376 KUH Perdata.
3) Pihak majikan berdasarkan pasal 12 UULAJ bertanggung jawab atas kendaraan
yang dioperasikan dijalan dan harus memenuhi laik jalan.
4) Atas kerugian kecelakaan yang ditimbulkan, oleh karena tidak dipenuhinya unsur
laik jalan diatas, maka majikan / pemilik bertanggung jawab karena berdasarkan
pasal 1367 KUH Perdata antara majikan/pemilik dengan pengemudi didasarkan
atas hubungan pekerjaan.
5) Untuk itu dalam setiap penyelidikan kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan
korban meninggal dunia, penelitian dengan mengikutsertakan instansi LLAJ da PU
merupakan syarat mutlak untuk kepentingan hukum terutama yang berkaitan
dengan instansi LLAJ adalah sebagai saksi yang wajib dimintakan kesaksian
untuk mempertanggung jawabkan perbuatan hukum yang ditimbulkan oleh pemilik
kendaraan pasal 53 UULAJ (1) dan penjelasannya Jo pasal 120 KUHAP.
Yurisprodensi : Mahkamah Agung 202 K/PDT/2094 tanggal 30 Juli 2094.
b. Penggabungan Perkara gugatan ganti rugi dan tuntutan /penyelesaian perkara pidana
kecelakaan lalu lintas.
21
1) Pada prinsipnya gugatan ganti rugi dapat diajukan secara berdiri sendiri atau jika
dimungkinkan dapat dimintakan kepada hakim Pengadilan Negeri agar dapat
diperiksa serta diputus sekaligus dengan perkara pidana (pasal 98 KUHP).
2) Kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan kerugian, bagi pihak korban dapat
meminta kepada hakim untuk memeriksa perkaranya sebelum penuntut umum
membacakan dakwaannya dalam acara biasa sedangkan dalam acara
pemeriksaan cepat sebelum hakim memberi keputusan.
3) Hakim akan mempertimbangkan berdasarkan kewenangannya untuk mengadili
gugatan tersebut atas dasar :
a) Kebenaran dasar gugatan
b) Hukuman pengganti biaya yang dikeluarkan oleh pihak korban.
4) Jika hakim tidak berwenang untuk mengadili gugatan, atau gugatan dinyatakan
tidak dapat diterima maka putusan hakim hanya memuat tentang penetapan
hukuman pengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak korban.
5) Untuk pemeriksaan penggabungan diatas akan diperiksa pada tingkat banding
apabila perkara pidananya dimintakan banding, dan bila tidak dimintakan banding
putusan ganti rugi tidak diperkarakan.

10. Administrasi Penyidikan.


a. Penyidikan kecelakaan lalu lintas perlu didukung dengan sistem admnistrasi yang baik
meliputi :
1) Kelengkapan berkas perkara pemeriksaan meliputi :
a) Sampul berkas perkara.
b) Daftar isi berkas perkara.
c) Resume.
d) Laporan Polisi.
e) Berita Acara Pemeriksaan di TKP.
f) Surat Pemberitahuan dimulainya penyidikan.
g) Berita Acara Pemeriksaan Saksi.
h) Berita Acara Pemeriksaan/surat keterangan Saksi/Ahli.
i) Berita Acara penyumpahan saksi/ahli.
j) Berita Acara Pemeriksaan Tersangka.
k) Surat Perintah Penyitaan barang bukti.
l) Berita Acara Penyitaan barang bukti.
m) Surat Panggilan.
n) Surat Perintah Penangkapan.
o) Surat Perintah Penahanan.
p) Berita cara Rekontruksi.
q) Berita Acara Penangkapan.
r) Berita Acara Pengembalian barang bukti.
s) Berita Acara Pembungkusan dan penyegelan barang bukti.
22
t) Surat Perintah Penangguhan Penahanan.
u) Surat Perintah Pengalihan jenis Penahanan.
v) Surat Permintaan Perpanjangan penahanan kepada Kepala Kejaksaan
negeri (PU).
w) Surat Permintaan Perpanjangan Penahanan kepada Ketua Pengadilan
Negeri.
x) Surat Perintah Perpanjangan Penahanan
y) Surat Permintaan izin Penetapan penyitaan barang bukti kepada Ketua
Pengadilan Negeri.
2) Kelengkapan admnistrasi penyidikan bentuk buku Register meliputi :
a) Buku Register Laporan Polisi
b) Buku Register kejahatan/Pelanggaran
c) Buku Register surat Panggilan
d) Buku Register Surat Perintah Penangkapan
e) Buku Register Surat Perintah Penyitaan
f) Buku Register Surat Perintah Tugas
g) Buku Register Tahanan
h) Buku Register Berkas Perkara
i) Buku Register Barang Bukti
j) Buku Register Pencarian orang dan kendaraan
k) Buku Register Permintaan Visum et Repertum
l) Jurnal Kecelakaan lalu lintas
m) Daftar Recidivist Buku-buku register tersebut diatas (Point a s/d m)
keberadaannya ada di satuan lalu lintas masing- masing wilayah.
23

11. Standar Minimal Waktu Pelayanan


a. Laka Biasa
BENTUK PIHAK YANG DILAYANI PROSES KEGIATAN STANDAR TINGKAT PELAYANAN PENJAB
INTERNAL
EKSTERNA
KEGIATAN WAKTU HASI
L
L

1 2 3 4 5 6 7 8
1 Pelaksanaan Masyarakat Polri - Menerima laporan dari 5 menit - Adanya -Kasat
TPTKP Laka masy melalui kring komunikasi yang lantas
Lantas laka. baik antara -Kanit
masy
dan Polri. Laka
- Mencatat alamat TKP 2 menit - Kanit
Laka Lantas. - Masyarakat Lantas
dapat Polsek
- Melaporkan kasus laka 2 menit merasakan
lantas ke Kanit kesiapan Polri
Laka/Kanit lantas dalam menerima
Polsek via Alkom dan merespon
laporan
- Kanit memberikan 2 menit masyarakat.
perintah untuk segera
ke TKP pada unit-unit - Pihak keluarga
terdekat ke TKP. korban merasa
dilayani dengan
- Telp Ambulance, Info baik dan
PT.Jasa Raharja 15 menit memberikan
berita kepastian
- Menuju ke TKP 10 menit hukum.
- Bersama ptgs 30 menit

ambulance guna
pertolongan medis pra
dan krm ke RS,
menutup TKP dgn
Police line.
- Melaksanakan TPTKP 30 menit

dan memberitahu
keluarga korban.
- Mengamankan BB

laka lantas
- Melaksanakan gatur

lantas guna
menghindari /
mengurai kemacetan.
- Kanit memanggil dan 24 menit
melakukan APP unit
laka agar segera ke
TKP untuk:
1. olah TKP
2. mengisi format 3 L

- Berdasarkan data
yang telah diperoleh
menerbitkan Laporan
Polisi, Skets TKP/
BAP TKP untuk
dilakukan lidik dan
sidik laka lantas.
TARGET LAMA PELAYANAN SAMPAI TERBIT LP ADALAH 120 Menit
24

b. Laka Menonjol

BENTUK PIHAK YANG TERLIBAT STANDAR TINGKAT PELAYANAN PENJAB


NO PROSES KEGIATAN
KEGIATAN INTERNAL EKSTERNAL WAKTU HASIL
1 2 3 4 5 6 7 8
1 a. Menerima - Seksi laka Sat Lantas -Menerima Laporan dari 20 menit Pengiriman Laporan -Kasat
Laporan Subdit Bin Kasat Lantas tentang terjadi laka lantas
Tentang Gakkum Polresta/ Polres - Mencatat untsur 7 kah Menonjol Kepada -Kanit Laka
terjadi Laka dari kejadian Kakorlantas Sebelum 1 - Kanit
lantas - Melapor awal secara x 24 Jam Lantas
menonjol lisan dan SMS Kepada Polsek
dari Kasat Dir Lantas
Lantas:
1)Via Telp
2)Surat
berupa
STR

b. Persiapan Seksi laka Korlantas - Membuat Produk STR 15 menit


Mengirim Subdit Bin - Menghadapkan untuk
Polri
STR Kepada Gakkum penandatanganan
Kakorlantas kepada Dir Lantas/
Wadir Lantas

c.Pengiriman Seksi laka Korlantas - Proses pengiriman ke 10 menit


Laporan / Subdit Bin Polri Faximail korlantas Telp
STR ke Gakkum No.
Kakorlantas - Proses Pengiriman Ke e-
1) Via email mail korlantas
Korlantas
2) Via
Faximail
Korlantas

2 a. Persiapan Subdit - Dinas - Memberikan informasi 15 Menit Terbitnya Surat


Melakukan Bingakkum, Perhubun tentang kejadian Laka Jol Perintah
Penelitian Subdit gan Tk. I - Tentang akan
Laka lantas Dikyasa dan II dilaksanakan Penelitian
menonjol - Balai Laka Jol dengan
Besar PPK penentuan Waktu
Wilayah - Meminta Nama nama
Jalan dan calon peserta dari
Jembatan masing masing Instansi
- ATPM untuk penelitian Laka Jol
- Lab.
Forensik
b. Persiapan - PT. Jasa - Mempersiapkan - Tersedianya dan
Melakukan Subdit Bin Raharja Kendaraan kesiapan :
Penelitian Gakkum - PMI/ Call - Mempersiapkan a. Kendaraan
Laka lantas senter Peralatan ( sudah penanganan lantas
118 tersedia jauh sebelum
menonjol b. Siap Personil
terjadi Laka Lantas dan c. Siapa kotak P3GD
Stannbye di Mobil
d. Clip board untuk
Penanganan Laka Lantas membuat sketsa/
gambar TKP

e.Alat pengukur jalan


(meteran) dan alat
alat untuk
pembuatan tanda
tanda dipermukaan
Peralatan lain yang
diperlukan dalam
menangani TKP
laka lantas
f. Alat pengaman TKP

TARGET LAMA PELAYANAN SAMPAI TERBIT LP ADALAH 60 Menit


25

III. PENUTUP
Demikian Standar Operasional dan Prosedur (SOP) dibuat untuk menyamakan persepsi dan
dapat dijadikan pedoman pelaksanaan tugas kepolisian di lapangan.

Meulaboh , 20 Januari 2020


a.n. KEPALA KEPOLISIAN RESOR ACEH BARAT
KASAT LANTAS

RISNAN ALDINO, S.I.K


AJUN KOMISARIS POLISI NRP 83091378

Anda mungkin juga menyukai