Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan ibu merupakan masalah yang perlu mendapatkan


prioritas utama. Salah satu masalah kesehatan adalah tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI). AKI dapat menjadi ukuran derajat kesejahteraan
masyarakat. Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO) adalah
kematian selama kehamilan atau 42 hari setelah melahirkan akibat semua sebab
yang terkait dengan atau tidak diperberat dengan kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cidera (Sari,
Marisa Hartika.,dkk,2020).

Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan


terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrazi spermatozoa dan ovum, konsepsi
dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukkan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Pada masa ini ada
beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada
kehamilan, salah satunya adalah abortus (Heryanti, 2018).

Abortus merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di


luar kandungan, pada usia kehamilan < 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram (Kurniaty.,dkk,2019).

Abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan pervaginam yang diikuti


keluarnya janin tanpa plasenta. Biasanya ditandai oleh gejala amenore,
kontraksi yang menyebabkan perut sakit, dan banyak perdarahan yang
dikeluarkan. Ketika dilakukan pemeriksaaan kesehatan, ostium ditemukan
terbuka dan teraba oleh jaringan dan ovarium berukuran kecil dibandingkan
ukuran normal sesuai kehamilan (Sari, Marisa Hartika.,dkk,2020).

1
Aborsi incomplit didiagnosa apabila plasenta seluruhnya atau sebagian
tertahan di uterus akan tetapi janin telah keluar. Aborsi incomplit biasanya
disertai dengan adanya pendarahan dan mungkin cukup segnifikan terhadap
kehamilan lebih lanjut. Janin dan plasenta lalu dikeluarkan secara bersama-
sama pada aborsi yang terjadi sebelum 10 minggu getasi (Leveno.,Kenneth
J.,dkk,2009).

Angka abortus di seluruh dunia adalah sekitar 35 per 1000 wanita yang
berusia 15-44 tahun, abortus merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kematian ibu di Indonesia dari seluruh kehamilan (selain keguguran dan lahir
mati), 26% diantaranya berakhir dengan abortus (5). Sekitar 44% abortus di
dunia adalah ilegal, 64% abortus legal dan hampir 95% abortus ilegal terjadi di
negara berkembang. sekitar 25% kematian ibu di Asia yang disebabkan karena
abortus masih tinggi. Abortus yang tidak aman bertanggung jawab terhadap
11% kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia 13%). Abortus inkomplit
memiliki kontribusi dalam kematian ibu, abortus inkomplit merupakan
komplikasi 10-20% kehamilan, penatalaksanaan abortus inkomplit dapat
dilakukan secara ekspektatif, medikamentosa dan tindakan bedah dengan
kuretase atau aspirasi vakum (Kurniaty.,dkk,2019).

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari ruang bersalin
RSUD Nganjuk. Mengingat terdapatnya kasus ini maka perlu di cermati
mengenai permasalahan hingga faktor resiko timbulnya kejadian ini. Oleh
karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermati
untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman lapangan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apakah yang perlu diperhatikan dalam penanganan kasus Abortus
Incomplit?

1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum

2
Memberikan pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penanganan kasus kehamilan dengan Abortus
Incomplit.
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi penyakit pasien.
2) Mengidentifikasi metode penanganan/manajemen pasien.
3) Mengidentifikasi faktor resiko pada penyakit tersebut.
4) Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/factor risiko) yang
dihadapi pasien.
5) Menyimpulkan masalah pasien dan penanganan yang tepat yang
diberikan pada pasien.

1.4 MANFAAT
Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dokter muda mengenai kasus kehamilan dengan Abortus Incomplit
dalam hal anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakkan diagnosa
serta penatalaksanaannya

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Genitalia Wanita

Menurut Spuriyatiningsih,2014 dalam buku yang berjudul Pengetahuan


Obsetri Ginekologi menyampaikan bahwa, adapun anatomi pada wanita dibagi
menjadi beberapa antara lain :

1. Vulva

Vulva adalah alat kelamin luar wanita yang terdiri dari Mons pubis, Labia
majora, Labia minora, Clitoris, Vestibulum dengan kelenjar-kelenjar yang
bermuara di dalamnya dan Himen.

2. Uterus

Uterus terletak di pelvisminor antara kandung kencing di sebelah depan dan


rektumdi sebelah belakang. Ia ditutupi oleh dua lembar peritonium yang di
sebelah kanan dan kiri bersatu membentuk ligamentum latum. Lipatan
peritoneum di sebelah depan adalah longgar yang disebut plica vesiko uterina.
Di sebelah belakang lipatan peritonium antara uterus dan rektum membentuk
kantong yang disebut cul-de-sac atau cavum douglas. Uterus terdiri dari dua
bagian utama yaitu cervix dan corpus,kedua bagian ini dipisahkan oleh suatu
penyempitan yang disebut isthmus.pada waktu hamil istmus ini membentuk
bangunan yang disebut segmen bawah rahim.

3. Tuba Uterina

Tuba uterina dari corpus uteri, panjangnya 8-14 cm, terdiri atas Pars
interstisialis yang terletak di dalam uterus, Istmus, Ampula dan Infundibulum
dilengkapi dengan fimbria Seluruh tuba ditutupi oleh peritoneum
(mesosalping). Otot-otot pada tuba selalu kontraksi secara rutin. Pada saat-

4
ovulasi,kecepatannya paling tinggi dari pada saat hamil paling rendah. Secara
ontogenetis, ia berasal dari duktus Muljeri

4. Ovarium

Ovarium terletak di fossa ovarica, yaitu suatu cekungan pada percabangan a.


Illiaca eksternadan a. Hipogastrica. Ia digantung/diikat oleh dua ligamenta,
yaitu Ligamentum ovarii propium ke uterus dan Ligamnetum suspensorium
ovarii (infud : bulo pelvicum) ke dinding lateral panggul. Secara ontogenetis
ada tiga unsur yang membentuk jaringan ovarium yaitu :

a. Epital coelom (mesothelium) yang menjadi epitel pelapis ovarium dan sel-
sel folikular (granulosa)

b. Sel-sel geminal (asal dari sel-sel endodermal primitif dari dinding yolk sac
dekat pangkal alantois)

c. Sel-sel mesenkim lain yang menjadi sel-sel stroma dan teka. Selain fungsi
utama sebagai tempat pemasakan sel-sel germinal, ovarium yang berfungsi
sebagai produksi hormon-hormon

Gambar 1.1 Genetalia Wanita (Sumber: https://lusa.afkar.id/genetalia-


interna-wanita)

5
2.2 Abortus Incomplite

2.2.1 Definisi

Abortus adalah istilah yang diberikan untuk semua kehamilan yang


berakhir sebelum periode viabilitas janin, yaitu yang berakhir sebelum
berat janin 500 gram. Bila berat badan tidak diketahui, maka perkiraan
lama kehamilan kurang dari 20 minggu lengkap (139 hari), dihitung dari
hari pertama haid terakhir normal yang dapat dipakai
(Badziat,Ali.,dkk,2006).

Abortus incomplit adalah abortus di mana sebagian atau seluruh


plasenta masih tertinggal di dalam rongga uterus. Pada keadaan demikian
perdarahan masih akan terus terjadi. Pada pemeriksaan inspekulo, sering
terlihat sisa plasenta sudah berada di ostium uteri eksternum. Bila uterus
kecil dan ostium uteri eksternum bisa dilewati satu jari, maka sisa plasenta
dapat dibersihkan dengan memasukkan satu jari dan melepas sisa-sisa
plasenta yang masih ada di dalam rongga uterus. Tindakan ini disebut
evakusai secara digital. Masih adanya berdarahan merupakan ciri dari
abortus inkompletus, disamping ostium uteri eksternum yang masih
terbuka (Spuriyatiningsih,2014).

2.2.2 Epidemiologi

Kira-kira 12 – 15% dari seluruh kehamilan berakhir spontan sebelum


umur kehamilan 20 minggu. Sehingga, tidak mungkin mengetahui pada
permulaannya, apakah abortus iminens akan berlanjut ke abortus insipiens,
inkompletus atau kompletus (Badziat,Ali.,dkk,2006).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO)


memperkirakan bahwa di dunia, kira-kira 20 juta kasus abortus terjadi pada
tahun 2014, dan hampir semua kasus abortus ini terjadi di negara-negara
berkembang. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara 4,2 juta pertahun

6
termasuk indonesia. Berdasarkan data dari rekam medik rumah sakit
muhammadiyah palembang tercatat pada tahun 2015 tercatat jumlah kasus
abortus inkomplit sebanyak 252 kasus dari 3910 ibu hamil. Tahun 2016
tercatat jumlah kasus abortus inkomplit sebanyak 178 kasus dari 3041 ibu
hamil (Heryanti, 2018).

RSUD Tengku Rafi’an Siak merupakan Rumah Sakit rujukan di


Kabupaten Siak yang menangani berbagai kasus kebidanan yang tidak
dapat ditangani oleh puskesmas atau klinik di Kabupaten Siak. Berdasarkan
data Rekam Medik di RSUD Tengku rafi’an Siak tahun 2019, jumlah ibu
yang mengalami abortus sebanyak 210 orang. Ibu hamil yang mengalami
Abortus inkomplit 33% (70 kasus) (Sari, Marisa Hartika.,dkk,2020).

2.2.3 Etiotogi

Menurut Leveno.,Kenneth J.,dkk tahun 2009 dalam buku Obstetri


William mengatakan terdapat beberapa penyebab terjadinya abortus antara
lain:

1. Faktor janin:
a. Aborsi aneuploidi
95% dari kelainan kromosom yang berkaitan dengan aborsi disebabkan oleh
kesalahan gametogenesis. Trisomi autosomal paling sering ditemukan
berkaitan dengan kelainan kromosom pada aborsi pada trimester
pertama. Sedangkan monosomy X adalah kelainan kromosom tunggal
spesifik yang paling sering ditemukan
b. Aborsi eupliodi
Janin dengan kromosom normal cenderung untuk aborsi lebih jauh di
kemudian hari dibandingkan dengan aborsi aneuploidi. Angka
kejadian dari aborsi euploidi berkurang dramatis setelah umur ibu lebih
dari 35 tahun.
2. Faktor ibu:
a. Infeksi
7
Infeksi tidak umum menyebabkan aborsi. Studi yang dilakukan Simpson dan
teman-teman (1996) tidak menemukan bukti aborsi akibat infeksi.
Studi lain yang dilakukan Oakshet dan teman-teman (2002) menunjukkan
hubungan antara aborsi pada trimester kedua dengan bakterial vaginosis
b. Hipotiroid
Defisiensi tiroid yang berat mungkin berkaitan dengan aborsi. Efek dari
hipotiroid sendiri terhadap aborsi belum banyak diteliti namun
peningkatan autoantibodi terhadap tiroid berkaitan dengan
peningkatan angka kejadian dari aborsi.
c. Diabetes Mellitus
Kadar gula darah yang tidak terkontrol meningkatakan angka
kejadian aborsi
d. Merokok
Kebiasaan merokok berkaitan dengan meningkatnya resiko dari
aborsi euploidi. Resiko ini meningkat sesuai dengan peningkatan frekuensi
dan dosis dari merokok itu sendiri.
e. Alkohol
Konsumsi alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan berkaitan erat dengan
peningkata angka kejadian aborsi
f. Kafein
Peningkatan resiko aborsi baru terjadi pada mereka yang mengkonsumsi
kafein lebih dari 500 mg per hari.
g. Defek uterus
Resiko aborsi meningkat pada sindrom Asherman
h. Servix inkompeten
Servix inkompeten adalah terjadinya dilatasi servix yang tidak sakit pada
trimester kedua. Kejadian tersebut bisa diikuti oleh prolap dan penggembungan
dari membran ke vagina sehingga terjadi expulsi dari janin prematur.

8
2.2.4 Patofisiologi

Walau sebagian besar kasus abortus spontan disebabkan oleh karena


kelainan kromosom, pada prakteknya banyak ditemukan anak lahir dengan kelainan
kromosom tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami proses
terjadinya abortus secara umum. Dalam sebagian besar dari kasus aborsi, terdapat
plasentasi yang tidak adekuat sehingga menyebabkan kegagalan dari sel-sel trofoblast
untuk masuk dalam arteri spiralis. Kegagalan dari sel-sel trofoblast tersebut
mengakibatkan terjadinya peredarahan dari dari ibu ke anak yang prematur.
Masuknya darah ibu tersebut lama-kelamaan menyebabkan terjadinya ekspulsi dari
kantung kehamilan. Selain hal tersebut, kegagalan sel-sel trofoblast di atas
mengakibatkan peningkatan tekanan oksigen di ruang intervili sehingga terjadi
peningkatan stres dan berkurangnya fungsi dari plasenta. Mula-mula terjadi
perdarahan pada desidu basalis dan nekrosis jaringan sekitarnya embrio
terlepas baik sebagian atau seluruhnya. Embrio yang terlepas menjadi
benda asing sehingga memacu kontraksi miometrium yang menyebabkan
keluarnya produk kehamilan. Robekan pada kantung kehamilan
menyebabkan masuknya cairan dan terkumpul di sekitar embrio yang
mengalami maserasi (atau kadang-kadang embrio sudah tidak tampak lagi,
yang dikenal dengan istilah blighted ovum, yang akhirnya merupakan
benda asing yang harus dikeluarkan) (Spuriyatiningsih,2014).

2.2.5 Diagnosis

Menurut Badziat,Ali.,dkk tahun 2006 dalam Pedoman Nasional


Pelayanan Kedokteran, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal, dalam mendiagnosis adanya abortus
inkomplie sama seperti mendiagnosis penyakit pada umumnya seperti
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

a Sejak kapan megalami pendarahan?

9
b Biasa berupa darah segar yang mengalir? Berwana apa?
c Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang atau tidak?
d Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir atau tidak?

Table 2.1 Table Gejala Pembeda antara abortus inkomplit dan abortus tipe lain
(https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-abortus/15608)

2. Pemeriksaan Fisik
Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio
terbuka, bisa ditemukan jaringan di jalan lahir
3. Pemeriksaan Penunjang
a Serum β – hCG
Serum β - hCG > 2500 IU per mL disertai dengan USG transvaginal
merefleksikan 90% kehamilan intrauterine
b USG
Gerakan jantung janin harusnya sudah bisa dilihat sejak masa gestasi 6 - 7
minggu

10
c Tes Koagulasi
Tes koagulasi atau konsentrasi faktor pembekuan darah adalah
prosedur yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan serta lama
proses pembekuan darah dalam tubuh. Pemeriksaan ini disebut juga
dengan tes konsentrasi faktor koagulasi.

2.2.6 Tatalaksana

Menurut Badziat,Ali.,dkk tahun 2006 dalam Pedoman Nasional


Pelayanan Kedokteran, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal mengatakan bahwa, Pada keadaan
inkompletus, apabila bagian hasil konsepsi telah keluar atau perdarahan
menjadi berlebih, maka evakuasi hasil konsepsi segera diindikasikan
untuk meminimalkan perdarahan dan risiko infeksi pelvis. Sebaiknya
evakuasi dilakukan dengan aspirasi vakum, karena tidak memerlukan
anestesi.

Masih adanya berdarahan merupakan ciri dari abortus inkompletus,


disamping ostium uteri eksternum yang masih terbuka. Perdarahan yang
hebat bisa menimbulkan hiplovemia dan tidak jarang menyebabkan
shock. Penanganan abortus inkompletus pada dasarnya adalah evakuasi
kavum uteri agar sisa plasenta dapat dibersihkan, dengan tidak melupakan
kondisi pasien. Pasien dalam keadaan shock, maka harus diatasi dulu
shocknya dengan memberikan infus dan tranfusi. Kuretase harus
dikerjakan segera mungkin untuk segera menghentikan sumber
pendarahan. Pasien yang merasa kesakitan dapat diberikan analgesik dan
bila terdapat tanda infeksi maka harus diberikan antibiotika. Uteronika
diberikan pasca kuretase untuk memacu kontraksi miometrium sehingga
perdarahan dapat segera berhenti (Spuriyatiningsih,2014).

11
BAB III

LAPORAN KASUS

Nama Mahasiswa :

NIM :

Dokter Pembimbing :

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. YP Jenis kelamin :Perempuan

Umur : 19 Tahun Suku bangsa : -

Status perkawinan : Menikah Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bendosari RT 3 RW 1 Nganjuk Jawa Timur

Tanggal masuk RS :7-11-2021 (05.00 WIB)

3.2 Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di pada tanggal 7 November 2021


a. Keluhan Utama

Perdarahan dari jalan lahir sejak ± 4 hari sebelum MRS, perdarahan berwarna
merah segar dan mengalir banyak, serta keluar darah yang menggumpal kemarin.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien Perempuan 19 tahun dengan GI P0000 Ab00 hamil 11-12 minggu,


datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak ± 4 hari sebelumnya.
Awalnya darah keluar berupa flek. Pada tanggal 6-7-2021darah semakin

12
mengalir banyak dan berwarna merah segar, serta keluar seperti darah yang
menggumpal. Pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas. Selain itu pasien
mengatakan terdapat rasa nyeri perut yang kadang-kadang hilang timbul. Mual
dan muntah disangkal. Tidak ada kenceng-kenceng. Pasien juga mengatakan
tidak pernah melakukan hubungan suami istri ketika hamil. Bab dan Bak dalam
batas normal, nafsu makan baik.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat Diabetes Militus : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Batuk Lama :Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung :Disangkal
- Riwayar Tekanan Daarah Tinggi :Disangkal
- Riwayat Abortus : Disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat Diabetes Militus : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Batuk Lama :Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung :Disangkal
- Riwayar Tekanan Daarah Tinggi :Disangkal
- Riwayat Abortus : Disangkal

e. Riwayat Menstruasi

Pasien menarche pada usia 12 tahun, lama menstruasi 7 hari dan


teratur. Siklus menstruasi 28 hari. Jumlah darah selama menstruasi sekitar
40cc dan pasien mengganti pembalut 3x sehari, disminorhea disangkal. Hari
pertama haid terakhir pasien jatuh pada tanggal 19 Agustus 2021.

f. Riwayat Pernikahan

Pasien menikah pertama kali pada usia 19 tahun. Dimana kehamilan


ini merupakan pernikahan pertama pasien.
13
g. Riwayat Obstetri

Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama bagi pasien.

NO UMUR JENIS PENOLONG TEMPAT JENIS PENYULIT


KEHAMILAN PERSALI UMUR BBL KEL HAMIL, NIFAS,
M
NAN H PERSALINANAN

1 Hamil ini -

h. Riwayat Kontrasepsi

Pasien tidak menggunakan kontrasepsi baik itu pil ataupun suntik.

i. Riwayat ANC

Selama kehamilan pasien belum pernah memeriksakan kandungannya.

j. Riwayat Kebiasaan

Pasien makan 2-3 kali sehari. Pasien juga sering makan buah-buahan,
biskuit, dan makanan ringan. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan,
alkohol, dan jamu, serta tidak merokok. Pasien juga mengatakan tidak
pernah minum jamu selama hamil.

k. Riwayat Sosial Ekonomi

Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menegah Pertama dan sebagai


Ibu rumah Tangga. Pasien tinggal serumah dengan suaminya. Suami pasien
bekerja sebagai Karyawan swasta.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 7 November 2021

Keadaan Umum : Tampak lemah

Sikap : Kooperatif

Kesadaran : Compos mentis


14
Tanda vital

- Tekanan darah : 126/82 mmHg


- Nadi : 97 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36.7°C
- Spo2 : 98%
Status Gizi

- Tinggi badan : 155 cm


- Berat badan : 65 kg
- BMI : 27,1 kg/m2 (Obesitas Grade 1 WHO)

3.3.1 Status Generalis

1. Kulit : warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)


2. Kepala : normosefali, bentuk normal, rambut hitam dengan distribusi merata,
tidak terdapat tanda-tanda trauma
3. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
gerakan normal, eksoftalmus (-/-), refleks cahaya langsung dan tidak

langsung(+/+), Pengelihatan ODS normal.

4. Telinga : normotia, sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tarik helix (-/-), nyeri tekan
tragus (-/-) dan kedua liang telinga lapang
5. Hidung : bentuk normal, deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-), edema
mukosa (-),mukosa hiperemis (-), napas cuping hidung (-)
6. Mulut
- Bibir : bentuk normal, simetris, merah muda, basah
- Mulut : oral hygiene baik
- Lidah : normoglosia, simetris, hiperemis (-), deviasi (-), kotor (-)
- Uvula : letak di tengah, tremor (-), hiperemis (-), ukuran normal
- Faring : hiperemis (-), arcus faring simetris
- Tonsil : T1-T1 tenang, tidak hiperemis

15
7. Leher : pembesaran KGB (-), trakea di tengah, teraba kelenjar tiroid (-)
8. Thorax
- Inspeksi : bentuk normal, simetris, retraksi sela iga (-), tipe pernapasan

thorako-abdominal, ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : vocal fremitus dextra = sinistra, terdapat pulsasi ictus cordis


pada ICS V, 1 cm medial midklavikularis sinistra
- Perkusi : paru sonor (+/+),
batas jantung kanan: ICS II-III lineaparasternal dextra,batas
jantung kiri: ICS VI ± 1 cm lateral linea midclavikularis
sinistra, batas atas jantung:ICS II linea parasternalis
sinsitra,pinggang jantung:ICSIII ± 1 cm lateral linea
parasternal sinistra
- Auskultasi :suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-) ronki (-/-), S1S2
reguler, murmur (-), gallop (-)
- Mamae : Simetris, hiperpigmentasi aerola (+), pusing susu menonjol
(+), kolostrum (-)
9. Abdomen
- Inspeksi : Dinding perut tegang, bekas luka operasi (-),

Striae gravidarum (-)

- Auskultasi : Bising usus terdengar, 3x/menit, Venous Hum (-),


Atrial Bruit (-)
- Palpasi : Dinding perut supel, distensi (-), Nyeri tekan (+),
Pembesaran hepar dan lien sulit dinilai
- Perkusi : Sulit dinilai karena hamil

10. Ekstremitas
 Inspeksi :Tidak terdapat deformitas pada ekstremitas atas maupun
bawah,terdapat oedem pada kedua ekstremitas bawah,

tidak didapatkan adanya efloresensi yang bermakna

16
 Palpasi : Akral teraba hangat , Oedem (-) pada keempat ekstremitas

3.3.2 Status Obstetri

- Inspeksi : Perut tampak normal

- TFU : 2 jari di atas symphisis pubis

- Palpasi

Leopold I : 2 jari di atas symphisis pubis

Leopold II : -

Leopold III : -

Leopold IV: -

- Auskultasi : -

- His :-

- Taksiran berat janin berdasarkan rumus Johson Tausack : -

3.3.3 Status Ginekologi

- Inspeksi vulva-uretra-vagina : tampak tenang, bibir luar vagina dalam batas

Normal. Slime/darah (+)

- Vagina Toucher :
 Pembukaan serviks : 1 cm teraba jaringan
 Pendataran serviks :-
 Penurunan kepala :-
 Konsistensi serviks :-
 Posisi serviks :-
Bishops score :-

 Ketuban :-

3.4 Pemeriksaan Penunjang


17
3.4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 13 September 2021


ITEM NILAI
HASIL SATUAN
PEMERIKSAAN NORMAL
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 12,6 11,7 – 15,5 gr/ml
Eritrosit 4,37 3,8 – 5,2 juta/uL
Leukosit 15,80 3,6 – 11,0 ribu/uL
Trombosit 222 150 - 440 ribu/mm3
Hematokrit 37,9 35 - 47 %
INDEKS ERITROSIT
MCV 86,7 70 – 96 pg/ml
MCH 28,9 26 – 34 fL
MCHC 33,4 30 - 36 Pg
RDW-CV 11,2 11,5-14,5 %
INDEKS LEUKOSIT
Neutrofil 74,2 50 – 70 %
Basofil 0,6 0-1 %
Eosinophil 1,3 2-4 %
Limfosit 18,8 22 – 40 %
Monosit 5,2 4–8 %
IMUNOSEROLOGI
Antigen SARS_CoV_2 Negatif Negatif
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
URINE
Bhcg +

18
3.4.2 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Ultrasonografi

Gambar 3.1 USG Kesan terdapat sisa jaringan

Hasil Pemeriksaan Thorax : Kesan Normal

3.5 RESUME

Pasien Perempuan 19 tahun dengan GI P0000 Ab00 hamil 11-12 minggu,


datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak ± 4 hari sebelumnya.
Awalnya darah keluar berupa flek. Pada tanggal 6-7-2021darah semakin
mengalir banyak dan berwarna merah segar, serta keluar seperti darah yang
menggumpal. Pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas. Selain itu pasien
mengatakan terdapat rasa nyeri perut yang kadang-kadang hilang timbul. Mual
dan muntah disangkal. Tidak ada kenceng-kenceng. Pasien juga mengatakan
tidak pernah melakukan hubungan suami istri ketika hamil. Bab dan Bak dalam
batas normal, nafsu makan baik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemas dengan kesadaran


composmentis. Tekanan darah 126/82 mmHg, nadi 97 x/menit, pernafasan 20

19
x/menit, suhu 36.7°C, Spo2 98%. Pada pemeriksaan status generalis dalam batas
normal. Akan tetapi terdapat nyeri saat dilakukan palpasi di abdomen.

Pemeriksaan obstetrik didapatkan TFU 2 jari di atas symphisis pubis, pada


pemeriksaan Leopold, hanya dapat dievaluasi pada Leopold I sedangkan Leopold
II-IV tidak dapat dievaluasi. Pada pemeriksaan vagina luar didapatkan
pendarahan tetapi tidak banyak, vaginal toucher ditemukan dilatasi serviks 1 cm
dan teraba jaringan.

Pada pemeriksaan penunjang laboratorium 7 November 2021, didapatkan


leukositosis dengan nilai leukosit 15,800 /uL. Pada pemeriksaan urine didapatkan
ßHCG +. Dan pada pemeriksaan usg pada tanggal 8 November 2021. Pada
pemeriksan EKG ditemukan adanya sisa jaringan dalam uterus.

Pada penatalaksanaan diberikan diperlakukan sikap obstetrik berupa pro


curetase. Pada pasien diberikan tatalaksana medikamentosa berupa IVFD RL 500
ml 14 tpm, Inj Asam Traneksamat 500mg/5ml (1x2), drip Oxytosin IV 10 IU,
Injeksi Cefotaxime (pre curettage) dan penggunaan dower cateter. Pasien dirawat
di ugd lalu dipindahkan ke ruang rawat inap dilakukan pengawasan terhadap
keadaan umum, hemodinamik, dan resiko pendarahan. Selain itu pasien
dikonsulkan pada spesialis obgyn dan spesialis anastesi.

3.6 Diagnosis

 Diagnosis Masuk
GI P0000 Ab0, usia kehamilan 11-12 minggu dengan Abortus Incomplite Pro
Curetage
 Diagnosis Akhir
P0010 Ab100, Post Curetage Atas Indikasi Abortus Incomplite

3.7 Penatalaksanaan

Sikap Obstetri
 Persiapan curettage

20
 Persiapan ruangan rawat inap (kemuning)
Tatalaksana Medikamentosa
 IVFD RL 500 ml 14 tpm
 Inj Asam Traneksamat 500mg/5ml (1x2)
 Drip Oxytosin IV 10 IU
 Injeksi Cefotaxime (pre curettage)
Tatalaksana Non-Medikamentosa
 Pengawasan Keadaan umum, dan hemodinamik, resiko pendarahan dan
pemasangan down chateter

3.8 Prognosis
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Fungtionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam

3.9 FOLLOW UP

Tanggal Catatan Observasi Paraf/Nama


terang
8-11-2021 S : masih keluar darah berwarna merah
06.00 WIB sedikit,nyeri +/-
O : T : 121/71, N :90x/menit, S :
36,7°C, RR: 20 x/menit
DC ±1000 cc, BAB dbn, Flatus +
A : GI P0000 Ab000 UK 11-12 minggu
dengan Abortus Inkomplit
P : Infus RL
Injeksi Cefotaxime 2g
Inj Asam Traneksamat
500mg/5ml (1x2)
Drip Oxytosin IV 10 IU

21
Pro: Kuretase
8-11-2021 S : Pasien merasa pusing post kuretage
12.00 WIB O : T : 117/75, N : 78x/menit, S :
37,1°C, RR: 20x/menit
A : P0010 Ab100 UK 11-12 minggu
post Curetage hari ke 0 a.i Abortus
incomplite
P : Infus RL
Injeksi Cefotaxime
Inj Asam Traneksamat
500mg/5ml (1x2)
Asam Mefenamat 500 mg
3.dd.1 p.o
Sulfas ferosus 2 x 300 mg
KIE : jika membaik KRS besok

9 November 2021 S : Nyeri sudah tidak ada, perdarahan


06.00 WIB juga sudah tidak ada (hanya flek-flek
sedikit)
O : T : 118/60, N : 80x/menit, S :
36,6°C, RR: 20 x/menit
A : P0010 Ab100 UK 11-12 minggu
post Curetage hari ke 1
P : Infus di aff
Asam Mefenamat 500 mg
3.dd.1 p.o.p.r.n
Amoxicillin 500 mg 3.dd.1 po
Sulfas ferosus 2 x 300 mg
KIE : kontrol poli 1 minggu
KRS
Boleh makan daning dan sayur
22
Jaga kebersihan
LAPORAN CURETAGE

Diagnosa Pra Bedah : GI P0000 Ab0, usia kehamilan 11-12 minggu dengan
Abortus Incomplite

Diagnosa Pasca Bedah : P0010 Ab100, Post Curetage Atas Indikasi Abortus
Incomplite

Jam Operasi : 10.50-10.55 WIB

Lama Operasi : ± 5 menit

Metode Operasi : Curetage

Laporan :

1. Posisikan pasien dengan posisi litotomi dengan anastesi General Anastesi

2. Disinfeksi vulva vagina, cateterisasi dan pasang duk steril

3. Speculum dipasang, portio dijepit dengan tenaculum

4. Sonde AF-7 cm

5. Dilakukan curettage dengan sendok no 4 secara sistematis sampai bersih

6. Sisa jaringan dikeluarkan (±10 cc)

23
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisa Kasus

Dari anamnesis didapatkan, Pasien Perempuan 19 tahun dengan GI P0000


Ab00 hamil 11-12 minggu, datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir
sejak ± 4 hari sebelumnya. Awalnya darah keluar berupa flek. Pada tanggal 6-7-
2021darah semakin mengalir banyak dan berwarna merah segar, serta keluar
seperti darah yang menggumpal. Pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas.
Selain itu pasien mengatakan terdapat rasa nyeri perut yang kadang-kadang
hilang timbul. Mual dan muntah disangkal. Tidak ada kenceng-kenceng. Pasien
juga mengatakan ada riwayat coitus sebelumnya. Bab dan Bak dalam batas
normal, nafsu makan baik. Hari pertama haid terakhir pasien jatuh pada tanggal
19 Agustus 2021. Pasien mengatakan ini merupakan kehamilan pertama bagi
pasien.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status present dan general dalam batas
normal, akan tetapi saat pemeriksaan fisik didapatkan nyeri absomen saat
dilakukan palpasi, pemeriksaan abdomen fundus uteri 2 jari di atas simfisis.
Inspeksi vagina menggunakan spekulum ditemukan adanya fluksus (+), flour (-),
jaringan (+). Dari pemeriksaan dalam (vaginal toucher) didapatkan fluksus (+),
flour (-), teraba jaringan, korpus uteri antefleksi dengan besar dan konsistensi
sesuai dengan usia kehamilan 11-12 minggu, cavum douglas dalam keadaan
normal. Ostium uteri eksternum (OUE) membuka 1 cm.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium 7 November 2021, didapatkan
leukositosis dengan nilai leukosit 15,800 /uL. Pada pemeriksaan urine didapatkan
ßHCG +. Dan pada pemeriksaan usg pada tanggal 8 November 2021. Pada
pemeriksan EKG ditemukan adanya sisa jaringan dalam uterus.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. maka
diagnosa pasien ini mengarah pada abortus inkomplit.
24
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu
tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau
zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu. Dari anamnesis didapatkan bahwa
kejadian abortus ini adalah kejadian yang pertama kalinya. Namun penyebab
terjadinya abortus inkomplit pada pasien ini belum dapat dipastikan. Untuk
mencegah hal ini berulang lagi maka diperlukan pemeriksaan tambahan untuk
menelusuri faktor penyebab terjadinya abortus ini sebagai persiapan kehamilan
berikutnya. Faktor emosional juga turut memegang peranan penting sehingga
pengaruh dokter sangat besar dalam mengatasi ketakutan dan keresahan pasien.
Dianjurkan pada penderita untuk banyak beristirahat serta menghindari aktivitas
yang berat.
Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa perdarahan
pervaginam yang terjadi pada usia kehamilan di bawah 20 minggu serta sebagian
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri yang diketahui dari terbukanya porsio
dengan sisa jaringan yang masih teraba pada pemeriksaan dalam. Adanya diagnosa
banding yaitu abortus iminens, kehamilan ektopik dan mola dapat disingkirkan
baik dari anamnesa, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan abortus inkomplit dapat dilakukan baik dengan teknik
pembedahan maupun medikamentosa. Adapun penanganan yang dilakukan pada
kasus iniadalah kuretase dengan Genaral Anastesi. dengan perlindungan drip
oksitosin. Pre Curetage tindakan pasien diberikan medikamentosa berupa Injeksi
Cefotaxime 2g. Cefotaxime berfungsi mencegah terjadinya infeksi pada saat
dilakukan tindakan curetage. Pasca tindakan pasien diberikan asam mefenamat 3
x 500 mg, Inj Asam Traneksamat 500mg/5ml (1x2), sulfas ferosus 2 x 300 mg,
serta amoxicillin 3 x 500 mg. Asam mefenamat diberikan sebagai analgesik untuk
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien, asam traneksamat diberikan untuk
menimbulkan kontraksi yang spastik pada uterus sehingga mencegah perdarahan
yang berkelanjutan, sulfas ferosus merupakan tablet besi penambah darah,
sedangkan amoxicillin merupakan antibiotik yang diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi pasca tindakan.

25
Prognosis pada pasien ini adalah dubius ad bonam mengingat tidak ada faktor
risiko yang berat pada pasien yang mungkin menyebabkan terjadinya abortus
berulang serta tidak ditemukannya komplikasi pasca tindakan kuretase.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang
ditunjuk oleh pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan
memperoleh izin untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi
atau dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu.
3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu
(untuk usia diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.
5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Badziat,Ali.,dkk. 2006. Standart Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi,


Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan
Kedokteran Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Jakarta:POGI

Heryanti. 2018. Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian
Abortus Inkomplit Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Tahun 2017. Jurnal JPP( Jurnal Kesehatan Palembang ) Volume 13
No.1 Juni 2018

Kurniaty.,dkk. 2019. Research Article: Penanganan Kasus Abortus Inkomplit


Pada Puskesmas PONED Di Kabupaten Sumbawa Barat. Jurnal BKM
Journal of Community Medicine and Public Health Volume 35
Nomor 1 Tahun 2019 Halaman 17-22

Leveno,Kenneth J.,dkk. 2009. Buku Ajar Obstetrics William. Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Sari, Marisa Hartika.,dkk. 2020. Hubungan Usia Dan Paritas Dengan


Kejadian Abortus Inkomplit Di Rsud Tengku Rafi’an Siak. Jurnal
Doppler Vol 4 No 2 Tahun 2020

Spuriyatiningsih. 2014. Buku Pengetahuan Obstetri dan Ginekologi untuk


Pendidikan Profesi Dokter. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Press

28

Anda mungkin juga menyukai