PENDAHULUAN
1
Aborsi incomplit didiagnosa apabila plasenta seluruhnya atau sebagian
tertahan di uterus akan tetapi janin telah keluar. Aborsi incomplit biasanya
disertai dengan adanya pendarahan dan mungkin cukup segnifikan terhadap
kehamilan lebih lanjut. Janin dan plasenta lalu dikeluarkan secara bersama-
sama pada aborsi yang terjadi sebelum 10 minggu getasi (Leveno.,Kenneth
J.,dkk,2009).
Angka abortus di seluruh dunia adalah sekitar 35 per 1000 wanita yang
berusia 15-44 tahun, abortus merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kematian ibu di Indonesia dari seluruh kehamilan (selain keguguran dan lahir
mati), 26% diantaranya berakhir dengan abortus (5). Sekitar 44% abortus di
dunia adalah ilegal, 64% abortus legal dan hampir 95% abortus ilegal terjadi di
negara berkembang. sekitar 25% kematian ibu di Asia yang disebabkan karena
abortus masih tinggi. Abortus yang tidak aman bertanggung jawab terhadap
11% kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia 13%). Abortus inkomplit
memiliki kontribusi dalam kematian ibu, abortus inkomplit merupakan
komplikasi 10-20% kehamilan, penatalaksanaan abortus inkomplit dapat
dilakukan secara ekspektatif, medikamentosa dan tindakan bedah dengan
kuretase atau aspirasi vakum (Kurniaty.,dkk,2019).
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari ruang bersalin
RSUD Nganjuk. Mengingat terdapatnya kasus ini maka perlu di cermati
mengenai permasalahan hingga faktor resiko timbulnya kejadian ini. Oleh
karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermati
untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman lapangan.
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
2
Memberikan pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penanganan kasus kehamilan dengan Abortus
Incomplit.
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi penyakit pasien.
2) Mengidentifikasi metode penanganan/manajemen pasien.
3) Mengidentifikasi faktor resiko pada penyakit tersebut.
4) Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/factor risiko) yang
dihadapi pasien.
5) Menyimpulkan masalah pasien dan penanganan yang tepat yang
diberikan pada pasien.
1.4 MANFAAT
Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dokter muda mengenai kasus kehamilan dengan Abortus Incomplit
dalam hal anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakkan diagnosa
serta penatalaksanaannya
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Vulva
Vulva adalah alat kelamin luar wanita yang terdiri dari Mons pubis, Labia
majora, Labia minora, Clitoris, Vestibulum dengan kelenjar-kelenjar yang
bermuara di dalamnya dan Himen.
2. Uterus
3. Tuba Uterina
Tuba uterina dari corpus uteri, panjangnya 8-14 cm, terdiri atas Pars
interstisialis yang terletak di dalam uterus, Istmus, Ampula dan Infundibulum
dilengkapi dengan fimbria Seluruh tuba ditutupi oleh peritoneum
(mesosalping). Otot-otot pada tuba selalu kontraksi secara rutin. Pada saat-
4
ovulasi,kecepatannya paling tinggi dari pada saat hamil paling rendah. Secara
ontogenetis, ia berasal dari duktus Muljeri
4. Ovarium
a. Epital coelom (mesothelium) yang menjadi epitel pelapis ovarium dan sel-
sel folikular (granulosa)
b. Sel-sel geminal (asal dari sel-sel endodermal primitif dari dinding yolk sac
dekat pangkal alantois)
c. Sel-sel mesenkim lain yang menjadi sel-sel stroma dan teka. Selain fungsi
utama sebagai tempat pemasakan sel-sel germinal, ovarium yang berfungsi
sebagai produksi hormon-hormon
5
2.2 Abortus Incomplite
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
6
termasuk indonesia. Berdasarkan data dari rekam medik rumah sakit
muhammadiyah palembang tercatat pada tahun 2015 tercatat jumlah kasus
abortus inkomplit sebanyak 252 kasus dari 3910 ibu hamil. Tahun 2016
tercatat jumlah kasus abortus inkomplit sebanyak 178 kasus dari 3041 ibu
hamil (Heryanti, 2018).
2.2.3 Etiotogi
1. Faktor janin:
a. Aborsi aneuploidi
95% dari kelainan kromosom yang berkaitan dengan aborsi disebabkan oleh
kesalahan gametogenesis. Trisomi autosomal paling sering ditemukan
berkaitan dengan kelainan kromosom pada aborsi pada trimester
pertama. Sedangkan monosomy X adalah kelainan kromosom tunggal
spesifik yang paling sering ditemukan
b. Aborsi eupliodi
Janin dengan kromosom normal cenderung untuk aborsi lebih jauh di
kemudian hari dibandingkan dengan aborsi aneuploidi. Angka
kejadian dari aborsi euploidi berkurang dramatis setelah umur ibu lebih
dari 35 tahun.
2. Faktor ibu:
a. Infeksi
7
Infeksi tidak umum menyebabkan aborsi. Studi yang dilakukan Simpson dan
teman-teman (1996) tidak menemukan bukti aborsi akibat infeksi.
Studi lain yang dilakukan Oakshet dan teman-teman (2002) menunjukkan
hubungan antara aborsi pada trimester kedua dengan bakterial vaginosis
b. Hipotiroid
Defisiensi tiroid yang berat mungkin berkaitan dengan aborsi. Efek dari
hipotiroid sendiri terhadap aborsi belum banyak diteliti namun
peningkatan autoantibodi terhadap tiroid berkaitan dengan
peningkatan angka kejadian dari aborsi.
c. Diabetes Mellitus
Kadar gula darah yang tidak terkontrol meningkatakan angka
kejadian aborsi
d. Merokok
Kebiasaan merokok berkaitan dengan meningkatnya resiko dari
aborsi euploidi. Resiko ini meningkat sesuai dengan peningkatan frekuensi
dan dosis dari merokok itu sendiri.
e. Alkohol
Konsumsi alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan berkaitan erat dengan
peningkata angka kejadian aborsi
f. Kafein
Peningkatan resiko aborsi baru terjadi pada mereka yang mengkonsumsi
kafein lebih dari 500 mg per hari.
g. Defek uterus
Resiko aborsi meningkat pada sindrom Asherman
h. Servix inkompeten
Servix inkompeten adalah terjadinya dilatasi servix yang tidak sakit pada
trimester kedua. Kejadian tersebut bisa diikuti oleh prolap dan penggembungan
dari membran ke vagina sehingga terjadi expulsi dari janin prematur.
8
2.2.4 Patofisiologi
2.2.5 Diagnosis
1. Anamnesis
9
b Biasa berupa darah segar yang mengalir? Berwana apa?
c Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang atau tidak?
d Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir atau tidak?
Table 2.1 Table Gejala Pembeda antara abortus inkomplit dan abortus tipe lain
(https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-abortus/15608)
2. Pemeriksaan Fisik
Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio
terbuka, bisa ditemukan jaringan di jalan lahir
3. Pemeriksaan Penunjang
a Serum β – hCG
Serum β - hCG > 2500 IU per mL disertai dengan USG transvaginal
merefleksikan 90% kehamilan intrauterine
b USG
Gerakan jantung janin harusnya sudah bisa dilihat sejak masa gestasi 6 - 7
minggu
10
c Tes Koagulasi
Tes koagulasi atau konsentrasi faktor pembekuan darah adalah
prosedur yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan serta lama
proses pembekuan darah dalam tubuh. Pemeriksaan ini disebut juga
dengan tes konsentrasi faktor koagulasi.
2.2.6 Tatalaksana
11
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama Mahasiswa :
NIM :
Dokter Pembimbing :
3.2 Anamnesis
Perdarahan dari jalan lahir sejak ± 4 hari sebelum MRS, perdarahan berwarna
merah segar dan mengalir banyak, serta keluar darah yang menggumpal kemarin.
12
mengalir banyak dan berwarna merah segar, serta keluar seperti darah yang
menggumpal. Pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas. Selain itu pasien
mengatakan terdapat rasa nyeri perut yang kadang-kadang hilang timbul. Mual
dan muntah disangkal. Tidak ada kenceng-kenceng. Pasien juga mengatakan
tidak pernah melakukan hubungan suami istri ketika hamil. Bab dan Bak dalam
batas normal, nafsu makan baik.
e. Riwayat Menstruasi
f. Riwayat Pernikahan
1 Hamil ini -
h. Riwayat Kontrasepsi
i. Riwayat ANC
j. Riwayat Kebiasaan
Pasien makan 2-3 kali sehari. Pasien juga sering makan buah-buahan,
biskuit, dan makanan ringan. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan,
alkohol, dan jamu, serta tidak merokok. Pasien juga mengatakan tidak
pernah minum jamu selama hamil.
Sikap : Kooperatif
4. Telinga : normotia, sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tarik helix (-/-), nyeri tekan
tragus (-/-) dan kedua liang telinga lapang
5. Hidung : bentuk normal, deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-), edema
mukosa (-),mukosa hiperemis (-), napas cuping hidung (-)
6. Mulut
- Bibir : bentuk normal, simetris, merah muda, basah
- Mulut : oral hygiene baik
- Lidah : normoglosia, simetris, hiperemis (-), deviasi (-), kotor (-)
- Uvula : letak di tengah, tremor (-), hiperemis (-), ukuran normal
- Faring : hiperemis (-), arcus faring simetris
- Tonsil : T1-T1 tenang, tidak hiperemis
15
7. Leher : pembesaran KGB (-), trakea di tengah, teraba kelenjar tiroid (-)
8. Thorax
- Inspeksi : bentuk normal, simetris, retraksi sela iga (-), tipe pernapasan
10. Ekstremitas
Inspeksi :Tidak terdapat deformitas pada ekstremitas atas maupun
bawah,terdapat oedem pada kedua ekstremitas bawah,
16
Palpasi : Akral teraba hangat , Oedem (-) pada keempat ekstremitas
- Palpasi
Leopold II : -
Leopold III : -
Leopold IV: -
- Auskultasi : -
- His :-
- Vagina Toucher :
Pembukaan serviks : 1 cm teraba jaringan
Pendataran serviks :-
Penurunan kepala :-
Konsistensi serviks :-
Posisi serviks :-
Bishops score :-
Ketuban :-
18
3.4.2 Hasil Pemeriksaan Penunjang
3.5 RESUME
19
x/menit, suhu 36.7°C, Spo2 98%. Pada pemeriksaan status generalis dalam batas
normal. Akan tetapi terdapat nyeri saat dilakukan palpasi di abdomen.
3.6 Diagnosis
Diagnosis Masuk
GI P0000 Ab0, usia kehamilan 11-12 minggu dengan Abortus Incomplite Pro
Curetage
Diagnosis Akhir
P0010 Ab100, Post Curetage Atas Indikasi Abortus Incomplite
3.7 Penatalaksanaan
Sikap Obstetri
Persiapan curettage
20
Persiapan ruangan rawat inap (kemuning)
Tatalaksana Medikamentosa
IVFD RL 500 ml 14 tpm
Inj Asam Traneksamat 500mg/5ml (1x2)
Drip Oxytosin IV 10 IU
Injeksi Cefotaxime (pre curettage)
Tatalaksana Non-Medikamentosa
Pengawasan Keadaan umum, dan hemodinamik, resiko pendarahan dan
pemasangan down chateter
3.8 Prognosis
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Fungtionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
3.9 FOLLOW UP
21
Pro: Kuretase
8-11-2021 S : Pasien merasa pusing post kuretage
12.00 WIB O : T : 117/75, N : 78x/menit, S :
37,1°C, RR: 20x/menit
A : P0010 Ab100 UK 11-12 minggu
post Curetage hari ke 0 a.i Abortus
incomplite
P : Infus RL
Injeksi Cefotaxime
Inj Asam Traneksamat
500mg/5ml (1x2)
Asam Mefenamat 500 mg
3.dd.1 p.o
Sulfas ferosus 2 x 300 mg
KIE : jika membaik KRS besok
Diagnosa Pra Bedah : GI P0000 Ab0, usia kehamilan 11-12 minggu dengan
Abortus Incomplite
Diagnosa Pasca Bedah : P0010 Ab100, Post Curetage Atas Indikasi Abortus
Incomplite
Laporan :
4. Sonde AF-7 cm
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status present dan general dalam batas
normal, akan tetapi saat pemeriksaan fisik didapatkan nyeri absomen saat
dilakukan palpasi, pemeriksaan abdomen fundus uteri 2 jari di atas simfisis.
Inspeksi vagina menggunakan spekulum ditemukan adanya fluksus (+), flour (-),
jaringan (+). Dari pemeriksaan dalam (vaginal toucher) didapatkan fluksus (+),
flour (-), teraba jaringan, korpus uteri antefleksi dengan besar dan konsistensi
sesuai dengan usia kehamilan 11-12 minggu, cavum douglas dalam keadaan
normal. Ostium uteri eksternum (OUE) membuka 1 cm.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium 7 November 2021, didapatkan
leukositosis dengan nilai leukosit 15,800 /uL. Pada pemeriksaan urine didapatkan
ßHCG +. Dan pada pemeriksaan usg pada tanggal 8 November 2021. Pada
pemeriksan EKG ditemukan adanya sisa jaringan dalam uterus.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. maka
diagnosa pasien ini mengarah pada abortus inkomplit.
24
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu
tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau
zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu. Dari anamnesis didapatkan bahwa
kejadian abortus ini adalah kejadian yang pertama kalinya. Namun penyebab
terjadinya abortus inkomplit pada pasien ini belum dapat dipastikan. Untuk
mencegah hal ini berulang lagi maka diperlukan pemeriksaan tambahan untuk
menelusuri faktor penyebab terjadinya abortus ini sebagai persiapan kehamilan
berikutnya. Faktor emosional juga turut memegang peranan penting sehingga
pengaruh dokter sangat besar dalam mengatasi ketakutan dan keresahan pasien.
Dianjurkan pada penderita untuk banyak beristirahat serta menghindari aktivitas
yang berat.
Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa perdarahan
pervaginam yang terjadi pada usia kehamilan di bawah 20 minggu serta sebagian
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri yang diketahui dari terbukanya porsio
dengan sisa jaringan yang masih teraba pada pemeriksaan dalam. Adanya diagnosa
banding yaitu abortus iminens, kehamilan ektopik dan mola dapat disingkirkan
baik dari anamnesa, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan abortus inkomplit dapat dilakukan baik dengan teknik
pembedahan maupun medikamentosa. Adapun penanganan yang dilakukan pada
kasus iniadalah kuretase dengan Genaral Anastesi. dengan perlindungan drip
oksitosin. Pre Curetage tindakan pasien diberikan medikamentosa berupa Injeksi
Cefotaxime 2g. Cefotaxime berfungsi mencegah terjadinya infeksi pada saat
dilakukan tindakan curetage. Pasca tindakan pasien diberikan asam mefenamat 3
x 500 mg, Inj Asam Traneksamat 500mg/5ml (1x2), sulfas ferosus 2 x 300 mg,
serta amoxicillin 3 x 500 mg. Asam mefenamat diberikan sebagai analgesik untuk
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien, asam traneksamat diberikan untuk
menimbulkan kontraksi yang spastik pada uterus sehingga mencegah perdarahan
yang berkelanjutan, sulfas ferosus merupakan tablet besi penambah darah,
sedangkan amoxicillin merupakan antibiotik yang diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi pasca tindakan.
25
Prognosis pada pasien ini adalah dubius ad bonam mengingat tidak ada faktor
risiko yang berat pada pasien yang mungkin menyebabkan terjadinya abortus
berulang serta tidak ditemukannya komplikasi pasca tindakan kuretase.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang
ditunjuk oleh pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan
memperoleh izin untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi
atau dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu.
3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu
(untuk usia diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.
5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Heryanti. 2018. Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian
Abortus Inkomplit Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Tahun 2017. Jurnal JPP( Jurnal Kesehatan Palembang ) Volume 13
No.1 Juni 2018
28