Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian puskesmas ramah lansia


Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu dan kesinambungan
pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Puskesmas ramah lansia adalah puskesmas yang melaksanakan pelayanan
kesehatan kepada pra lansia dan lansia yang meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif, yang lebih menekankan unsur proaktif,
kemudahan proses pelayanan, ramah, sesuai standar pelayanan, dan
kerjasama dengan unsur lintas sektor. Program lansia tidak terbatas pada
pelayanan kesehatan klinik, tetapi juga pelayanan kesehatan di luar gedung
dan pemberdayaanmasyarakat.
2. Ciri-ciri Puskesmas Ramah Lansia
a. Memberikan pelayanan yang baik, berkualitas & sopan:
1) Lansian kemampuan fisiknya sangat terbatas dan gerakan
lamban
2) Kesabaran dalam menghadapilansia
3) Kemauan dan kemampuan untuk memberikan penjelasansecara
tuntas
4) Melayani lansia sesuai prosedur yangberlaku
5) Menghargai lansia dengan memberikan pelayanan yangramah
b. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepadalansia
1) Menghindari antrian y ang berdesakan perlu didahulukan
karena kondisi fisik lansia
2) Kemudahan : loker pendaftaran tersendiri, ruang konseling
tersendiri (terpisah), mendahulukan pelayanan disesuaikan
kondisi setempat emberikan keringanan atau bebas biaya
pelayanan kesehatan bagi lansia warga miskin.
3) Lansia sudah pensiun/tidakbekerja
1
4) Keterbatasan dana untuk mencukupi biaya hidup atau
kebutuhan kesehatannya
5) Berikan keringanan atau bebas biaya pelayanan di puskesmas
c. Memberi dukungan atau bimbingan pada lansia dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri
1) Lakukan penyuluhan kesehatan, gizi dan tetap berperilaku
hidup sehat
2) Anjurkan tetap beraktifitas sesuai kemampuan serta menjaga
kebugarannya dengan olahraga atau senam
3) Anjurkan tetap melakukan dan mengembangkan hobi atau
kemampuannya terutama usaha ekonomi produktif
4) Anjurkan laksanakan aktifitas secara bersama dengan
kelompoknya: pengajian, kesenian, rekreasi, dll dengan
harapan merasakan kebersamaan dan saling berbagi
d. Melakukan pelayanan kesehatan secara pro aktif untuk dapat
menjangkau sebanyak mungkin sasaran lansia diwilayahnya
1) Melakukan fasilitas dan pembinaan kelompok lansia dengan
deteksi dini, pemeriksaan kesehatan, dan tinjauan pada saat
kegiatan
2) Bagi lansia yang dirawat di rumah dilakukan kunjungan rumah
untukperkesmas
3) Pelayanan kesehatan di pusling atau kunjungan luargedung
e. Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
azas kemitraan dalam rangka untuk pembinaan dan meningkatkan
kualitas hiduplansia
1) Kesehatan menal dan sosial (depsos,kemeneg)
2) Peningkatan peran keluarga dan masyarakat (pkk,depsos)
3) Koprdianasi dan menggalang kerjasama dengan dinas terkait
(timpokjatap)

3. Manajemen puskesmas ramahlansia


a. Perencanaan
1) Kesepakatan antara staf puskesmas tentang pembinaan kegiatan
usia lanjut (usila) : penanggung jawab, koordinator, fan

2
pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan usia lanjut (usila)
2) Pengumpulan datadasar
3) Pendekatan dan kerjasama lintassektoral
b. Pelaksanaan
Prosedur yang diberikan adalah kemudahan dan kenyamanan lansia:
1) Loketkhusus
2) Ruang pelayanan khusus dan semua fasilitas untuk memudahkan
pelayanan usia lanjut(usila)
3) (kursi khusus, koridor dengan penanganan dan jalan yang tidak
terlalu licin atau terjal, toilet dengan pegangan,dll)
c. Monitoring
Monitoring melalui pengamatan langsung di puskesmas, pengamatan
meliputi : perlaksanaan kegiatan dibandingkan dengan rencana,
adanya hambatan atau masalah, kinerja petugas.
d. Evaluasi
Evaluasi melalui :
1) Melakukanwawancara
2) Pengamatanlangsung
3) Penelitiankhusus
4. Kebijakan kebijakan dalam puskesmas ramahlansia
Kebijakan terkait fasilitas kesehatan yang ramah lansia sudah
tertuang dalam UU No 36 Tahun 2009 Pasal 138 ayat 2 (DPRRI,2009).
Namun dalam implementasinya dirasa belum optimal dan belum
memihak pada lansia. Termasuk fasilitas pelayanan kesehatan yang
ramah lansia belum dibahas khusus dalam undang-undang tersebut.
Sejauh ini, fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah lansia belum
menjadi isu khusus untuk di bahas lebih lanjut. Program penyediaan
fasilitas kesehatan yang ramah lansia sangat bermanfaat bagi lansia
dalam menerima hak nya mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sesuai dan aman.
Sebagian besar lansia belum mendapatkan akses yang cukup
tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah lansia, terutama di
daerah terpencil, serta masih adanya pemikiran masyarakat yang
menganggap isu ini sebagai hal yang biasa saja, tidak penting. Hal ini
3
disebabkan karena belum adanya kebijakan khusus program pelayanan
kesehatan yang ramah lansia yang disebabkan pula oleh belum menjadi
program prioritas pemerintah.
Amanat Undang-undang RI No 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lansia Pasal 5 ayat 1 dan 2 poin b bahwa lansia
mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, sebagai penghormatan dan penghargaan
kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial yang salah satunya adalah pelayanan kesehatan. Undang-undang
RI No 36 tahun 2009 Pasal 138 ayat 2 yang mengatakan Pemerintah
wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri
dan produktif secara sosial danekonomis.
Kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan No 79 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di rumah sakit, mengatur
penyelenggaraanpelayanangeriatridirumahsakityangbertujuanuntuk
meningkatkan kualitas hidup, kualitas pelayanan, dan keselamatan
pasien geriatrik. Peraturan menteri kesehatan No 25 tahun 2016tentang
Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Lansia disebutkan bahwa
Pemerintah berkewajiban untuk menjamin ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi pengembangan kelompoklanjut
usia. Namun, dalam implementasinya, dirasa masih belum optimal dan
belum memihak kepadalansia.
Adanya tuntutan masyarakat peduli lansia tentang pentingnya
kebutuhan akan program fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah
lansia, dimana hal ini sudah mulai menjadi perhatian publik dan
merupakan isu kebijakan yang mendesak, termasuk kebutuhan untuk
meninjau ulang Undang-undang tentang kesehatan, terutama lansia dan
merevisinya untuk memastikan didalam pelayanan kesehatan umum
terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah lansia.
Alternatif pilihan kebijakan pertama adalah membuat peraturan
turunan dari PMK No 25 tahun 2016 tentang RAN kesehatan lansia,
yangsecarakhususmengaturtentangfasilitaspelayanankesehatanyang
ramah lansia. Kelebihan dari alternatif kebijakan ini adalah tersedianya
4
regulasi yang adekuat untuk membuat fasilitas pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan lansia. Kelemahan dari alternatif strategi ini adalah
rumah sakit sebagai tempat penyedia fasilitas pelayanan kesehatan
membutuhkan dana yang cukup besar untuk mendesain kembali sarana
dan prasarana rumah sakitnya sesuai denganlansia.
Adanya tuntutan masyarakat peduli lansia tentang pentingnya
kebutuhan akan program fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah
lansia, dimana hal ini sudah mulai menjadi perhatian publik dan
merupakan isu kebijakan yang mendesak, termasuk kebutuhan untuk
meninjau ulang Undang-undang tentang kesehatan, terutama lansia dan
merevisinya untuk memastikan didalam pelayanan kesehatan umum
terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah lansia.
Alternatif pilihan kebijakan pertama adalah membuat peraturan
turunan dari PMK No 25 tahun 2016 tentang RAN kesehatan lansia,
yang secara khusus mengatur tentang fasilitas pelayanan kesehatan
yang ramah lansia. Kelebihan dari alternatif kebijakan ini adalah
tersedianya regulasi yang adekuat untuk membuat fasilitas pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan lansia. Kelemahan dari alternatif strategi
ini adalah rumah sakit sebagai tempat penyedia fasilitas pelayanan
kesehatan membutuhkan dana yang cukup besar untuk mendesain
kembali sarana dan prasarana rumah sakitnya sesuai denganlansia.
Alternatif pilihan kebijakan kedua adalah membuat pedoman
pelaksanaan program fasilitas kesehatan yang ramah lansia, khususnya
terkait sarana dan prasarana rumah sakit yang sesuai dengan lansiaagar

dapat dijadikan acuan dalam mendesain pelayanan kesehatan sesuai


dengan kondisi lansia. Kekurangan dari pembuatan pedoman ini adalah
diperlukannya sosialisasi yang adekuat kepada seluruh pelayanan
kesehatan agar mampu mengaplikasikan isi dari pedoman tersebut.
Pedoman juga harus dibuat oleh berbagai pihak agar dalam
pelaksanaannya mudah diaplikasikan oleh seluruh pelayanan kesehatan
yang ada.
Usulan rekomendasi ini ditujukan kepada kementerian terkait
yaitu Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial, serta rumah

5
sakit, baik milik pemerintah atau milik perorangan. Rekomendasi dan
alternatif kebijakan yang diajukan diharapkan mampu mengatasi
permasalahan yang ada pada lansia, khususnya keamanan dan
keselamatan lansia.

Anda mungkin juga menyukai