Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWTAN DIASLOKASI

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Keperawatan Anak

OLEH: KELOMPOK 3

JARNIATI

KARMILA

NURILMI

ANDI ENDANG KURNIAWAN

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA (DOMISI SELAYAR)

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFENISI

Diaslokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak


lagi berhubungan secaraanatomis(tulang lepas darisendi)
(brunner&suddarth,2002).

Dislokasi adalah keluarnya tulang dari sendi atau dari posisi normalnya secara
paksa (Gibson, 2002).

Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya.


Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera
(Kapita Selecta Kedokteran, 2012).

Dislokasi sendi merupakan salah satu dari cedera muskuloskeletal yang


cenderung terus meningkat dan akan mengancam kehidupan (Rasjad,
2003).Dislokasi ini dapat terjadi pada komponen tulangnya saja yang bergeser
atau seluruh komponen tulang terlepas dari tempat yang seharusnya

(Mansjoer dkk., 2000).

B.KLASIFIKASI

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Dislokasi kongenital
yaitu dislokasi yang terjadi sejak lahir atau sering disebut dengan congenital
dislocation of the hip (CDH).
2. Dislokasi patologik :
yaitu dislokasi yang disebabkan karena ada gangguan pada sendi atau jaringan
disekitarnya misalnya tumor atau osteoporosis tulang .
3. Dislokasi traumatic yaitu dislokasi yang disebabkan oleh suatu trauma yang
kuat sehingga menyebabakan keluarnya tulang dan jaringan disekelilingnya
bahkan struktur sendi, ligamen, saraf, dan sistem vaskuler menjadi rusak.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

1. Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder,elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.

2.  Dislokasi Kronik

3.  Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjutdengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.

 Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. (Muttaqin.A ,
2008).

Berdasarkan Tempat Terjadinya

a. Dislokasi Sendi Rahang


1) Menguap atau terlalu lebar.
2) Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya
penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
b. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera
sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami
dislokasi kearah telapak tangan atau punggung tangan.

c. Dislokasi sendi Bahu

Dislokasi yang sering ke depan. Yaitu kepala lengan atas terpeleset kearah
dada. tetapi kemampuan arah dislokasi tersebut ia akan menyebabkan
gerakan yang terbatas dan rasa nyeri yang hebat bila bahu digerakkan.
d. Dislokasi Sendi Siku
Jatuh pada tangan dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah
posterior.Reposisi dilanjutkan dengan membatasi gerakan dalam sling atau
gips selama tiga minggu untuk memberikan kesembuhan pada sumpai
sendi.
e. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal Dan Inter Phalangeal
Dislokasi disebabkan oleh hiperekstensi – ekstensi persendian direposisi
secara hati – hati dengan tindakan manipulasi tetapi pembedahan terbuka
mungkin diperlukan untuk mengeluarkan jaringan lunak yang terjepit di
antara permukaan sendi.

f. Dislokasi Sendi Pangkal Paha


Diperlukan gaya yang kuat untuk menimbulkan dislokasi sendi ini dan
umumnya dislokasi ini terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (tabrakan mobil).
Dalam posisi duduk benturan dash board pada lutut pengemudi diteruskan
sepanjang tulang femur dan mendorong caput femuris ke arah poterior ke
luar datiacetabulum yaitu bagian yang paling pangkal. Tindakannya adalah
reposisi dengan anestesi umum dan pemasangan gips selama enam minggu
atau tirah baring dengan traksi yang ringan untuk mengistirahatkan
persendian dan memberikan kesembuhan bagi ligamentum. Dislokasi sendi
lutut dan eksremitas bawah sangat jarang terjadi kecuali peda pergelangan
kaki di mana dislokasi disertai fraktur. (Muttaqin.A , 2008)

C. ETIOLOGI

Dislokasi disebabkan oleh :

a. Cedera olah raga


Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat
bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling
sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak
sengaja menangkap bola dari pemain lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga.
c. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi.
d. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
e. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang (Muttaqin.A. , 2008).

D. MANIFESTASI KLINIK

a. Defomitas pada persendian


Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
b. Gangguan gerakan
Otot – otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
c. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas.
d. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi
Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha
servikal.(Muttaqin.A. , 2008).

Lokasi Yang Sering Terjadi Dislokasi

Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.

E. PATOFISIOLOGI

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong


kedepan , merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-
kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium
dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan
tangan mengarah ; lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi di
bawah karakoid).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dengan cara pemeriksaan Sinar X ( pemeriksaan XRays ) pada bagian anteroposter
ior akanmemperlihatkan bayangan yang tumpahtindih antara kaput humerus dan 
fossa GlenoidKaput   biasanya   terletak   di   bawah   dan   medial   terhadap 
terhadap   mangkuk   sendi.

(Muttaqin.A. , 2008).

G. PENATALAKSANAAN

a. Dislokasi

Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :

1) Lakukan reposisi segera.


2) Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi,
misalnya : dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok),
sislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anestesi loca; dan
obat penenang misalnya valium.
3) Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum.
b. Traksi
Periksa sesering mungkin kulit pasien mengenai tanda tekanan atau lecet.
Perhatian lebih ditekankan pada tonjolan tulang. Lakukan perubahan posisi
Sesering mungkin untuk membantu mencegah kerusakan kulit.
(Muttaqin.A. ,2008).

H. KOMPLIKASI
a. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :
1) Fraktur
2) Kontraktur
3) Trauma jaringan
b. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :
1) Dekubitus
2) Kongesti paru dan pneumonia
3) Konstipasi
4) Anorelsia
5) Stasis infeksi kemih
6) Trombosis vena dalam
(Kapita Selekta Kedokteran , 2012)

BAB 2
ASUHAN KEPEPERAWATAN
PADA PASIEN DISLOKASI SENDI

1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Nn.A

Umur : 18 tahun

Jnis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Belum bekerja

Alamat : Jl R.A Kartini

Diagnosa : Diaslokasi Sendi

Sumber Info : Ibu pasien

Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 40 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl R.A Kartini
Hubungan dengan Klien : Ibu Pasien

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


a. Keluhan Utama
Pada pasien dislokasi sendi mengeluh nyeri pada lutut akibat
tertimpa benda berat saat duduk dibawah benda.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada bagian lututnya. Pasien dibawa ke
Rumah sakit dan didiagnosa menderita dislokasi sendi lutut.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak menderita penyakit menular sebeluumnya. Pasien
belum pernah dioperasi.
d. Riwayat Kesehatan lingkuungan
Pasien mengatakan dilingkungan rumahnya bersih dan luas.

III. POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Pola Persepsi Kesehatan
Apabila sakit pasien biasanya menceritakan kepada ibunya dan
pasien biasanya berobat ke dokter.

b. Pola Istirahat dan Tidur

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pola tidur.

c. Pola Nutrisi

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan nutrisi ataupun


penurunan berat badan dan pasien juga tidak mengalamii
penurunan berat badan.

d. Pola eliminasi

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan eliminasi urin


maupun bowl.

e. Pola Konsep Diri

Pasien cemas karena takut akan penyakitnya dan takut akan


mengalami perubahan harga diri.
f. Pola koping

Apabila pasien punya masalah pertamakali menceritakan pada


ibunya.

g. Pola Nilai dan Kepercayaan

Pasien beragama islam dan taat beribadah.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Tanda – Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5 oC
RR : 16 x/menit

b. Keadaan Umum

Keadaan Umum :

Kesadaran : Compos Mentis

c. Pemeriksaan Head To – toe

 Kulit, Rambut, Kuku


Warna kulit sawo matang, rambut hitam, kuku normal.
 Kepala
Bentuk wajah simetris,tengkorak bulat, tidak ada benjolan.
 Mata
Bola mata bulat, konjuctiva pucat, pupil normal.
 Telinga
Inspeksi : Daun telinga simetris, liang telinga bersih,.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada prosesus mastoideus.
 Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada sputum,
tidak ada nyeri.
 Mulut
Bibir simestris dan normal, gigi lengkap dan bersih, lidah
bersih, tidak ada stomatitis.
 Leher
Leher simetris, tidak ada nyeri tekan.
 Dada
Dada simetris, tidak ada nyeri tekan.
 Jantung
Auskultasi : Iktus Cordis
 Paru – Paru
Pernafasan normal melalui hidung
 Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan, peristaltic
usus normal
 Anus dan rectum
Tidak terdapat hemoroid.
 Genetalia
Bersih
 Muskuleskeletal
Sendi lutut pada kaki kanan bergeser dari tempatnya, sehingga
tidak dapat bekrja dengan baik.
 Ektremitas
Atas : Berkoordinasi dengan baik

Bawah : Tidak berkoordinasi dengan baik


2. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Klien mengatakan nyeri
pada lututnya
DO : Pasien tampak nyeri
TTV Agen pencedera Nyeri Akut
TD : 120/80 mmHg Fisik
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5 oC
RR : 16 x/menit

2 DS : Pasien mengatakan tidak


dapat melakukan aktivitas fisik
DO : Sendi lutut Pada kaki kiri Gangguan Kerusakan
bergeser Tidak dapat mandi Musculoskeletal mobilitas fisik
sendiri

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut b.d Pencedera Fisik

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d Gangguan Mobbilitas Fisik b.d Gangguan


Muskuloskeletal
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


o
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Agen Pencedera keperawatan 2x 24 jam Observasi
Fisik nyeri yang dirasakan  Identifikasi lokasi,
berkurang dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas,
 Klien intensitas nyeri,
meengungkapkan  Identifikasi skala
bahwa rasa nyeri nyeri
berkurang.  Identifikasi respons
 Skala nyeri nyeri 0 nyeri non verbal.
 Klien dapat rilex
Terapeutik
 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri ( mis.TENS,
hipnosis, akupresur,
terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompress
hangat/dingin,terapi
bermain ).
 Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri ( mis. Suhu
ruangan ,
pengcahayan,
kebisingan ).
 Fasilitasi istirahat dan
tidur

Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskaan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilitas


Mobbilita Fisik keperawatan 2x 24 jam Oservasi
b.d Gangguan diharapkan mobilitas fisik  Identifikasi toleransi
Muskuloskeletal meningkan dengan kriteria fisik melalui
hasill : pergerakan
 Gerakan terbatas  Monitor frekuensi
menurun. jantung dan tekanan
 Kaku sendi darah sebelum
menurun. memulai mobilisasi
 Pergerakan  Monitor kondisi
ektremitas umum selama
kekuatan rentang melakukan mobilisasi
gerak ( ROM ) Terapeutik
meningkat.  Fasilitasi aktifitas
mobilisasi dengan
alat bantu(mis. Pagar
tempat tidur)
 Fasilitas melakukan
pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
melakukan
pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan daan
prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis.duduk
di tepat tidur, duduk
di sisi tempat tidur,
pindah daari tempat
tidur ke kursi)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl. Diagnosa Implementasi Evaluasi


19 Nyeri akut b.d  Mengidentifikasi lokasi, S : Klien mengatakan
maret Agen Pencedera karakteristik, durasi, nyeri pada lututnya
2019 Fisik frekuensi, kualitas, sudah berkurang.
intensitas nyeri. O : Tanda-tanda vital
 Mengidentifikasi skala normal.
nyeri. A : Masalah teratasi
 Mengidentifikasi respons sebagian.
nyeri non. P : Lanjutkan
verbal. intervensi
 Memberikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompress
hangat/dingin,terapi
bermain ).
 Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri ( mis. Suhu ruangan ,
pengcahayan,
kebisingan ).
 Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Menjelaskaan strategi
meredakan nyeri
 Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
 Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

19 Gangguan  Mengidentifikasi toleransi S : Pasien


maret Mobilitas Fisik fisik melalui pergerakan mengatakan sudah
2019 b.d Gangguan  Memonitor frekuensi dapat melakukan
Muskuloskeletal jantung dan tekanan aktivitas fisik.
darah sebelum memulai O : Pasien nampak
mobilisasi sudah mandi tanpa
 Memonitor kondisi umum bantuan orang lain.
selama melakukan A : Masalah teratasi.
mobilisasi P : Hentikan
 Memobilisasi dengan alat intervensi
bantu(mis. Pagar tempat
tidur)
 Memfasilitasi melakukan
pergerakan, jika Perlu.
 Melibatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam melakukan
pergerakan
 Menjelaskan tujuan daan
prosedur mobilisasi
 Menganjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Menganjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis.duduk di
tepat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth, (2006) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume


3, EGC : Jakarta

Muttaqin.A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal.


Jakarta : EGC

Pamela L.swearingen , (2006) Keperawatan Medikal –Bedah .E/2, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai