Anda di halaman 1dari 4

TOKOH PENDIRI NAHDLATUL ULAMA

Gagasan untuk mendirikan jamiyah bagi para ulama pondok pesantren sebenarnya sudah ada beberapa
tahun sebelum kelahiran Nahdlatul Ulama. Ada sekelompok ulama yang membentuk “Nahdlatut Tujjar”
(organisasi yang bertujuan memperbaiku ekonomi umat), “Nahdlatul Wathan” (organisasi pendidikan),
Taswirul Afkar” (Forum diskusi untuk membahas berbagai persoalan umat), dan “Nahdlatuls Syubban”
(organisasi kepemudaan). Akan tetapi organisasi-organisasi tersebut beru bersifat keci-kecilan dan local.

Gagasan kaum pesantren untuk membentuk organisasi besar baru muncul ketika terjadi peralihan
kekuasaan di Hijaz yang terjadi pada tahun 1924 dengan kemenangan Raja Ibnu Saud. Oleh kalangan
pembaru islam di Indonesian kondisi tersebut merupakan angin segar, apalagi setelah Raja Ibnu Sa’ud
mereka sagera membentuk Komitr Khilafah sebagai delegasi resmi umat islam Indonesia ke Muktamar
tersebut.

Pada saat itulah kelompok diskusi Taswirul Afkar yang Dipimpin oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah
berinisiatif mendirikan sebuah jamiyah. Gagasan itu disampaikannya kepada Hadratus Syaikh KH.
Hasyim Asy’ari, akan tetapi beliau belum bias menerimanya sebelum melakukan shalat istikharah
memohon petunjuk dari Allah SWT. Dalam hal ini beliau bertindak sangat hati-hati, karena mendirikan
jamiyah (organisasi) ketika itu jika tidak di hitung manfaat dan madlaratnya pasti akan menguntungkan
pihak penjajah. Baliau khawatir dengan membentuk jamiyah sendiri justru akan memecah belah
persatuan umat.

Petunjuk dari Allah yang dimohonkan oleh Hadrstus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari ternyata di terima oleh
KH. Khalil, seorang ulama terkemuka di Bangkalan Madura yang juga guru KH. Hasyim Asy’ari KH. Abdul
Wahab. Petunjuk itu berupa tongkat disertai ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Thoha ayat
17-23 yang menceritakan tentang mu’jizat Nabi Musa a.s. Bunyi ayatnya adalah :

 ‫) َقا َل َأ ْلقِ َها َيا‬١٨( ‫آربُ ُأ ْخ َرى‬ ‫َأ‬ ‫ص َ َأ ُأ‬


ِ ‫اي َت َو َّك َعلَ ْي َها َو هُشُّ ِب َها َعلَى َغ َنمِي َول َِي فِي َها َم‬ َ ‫) َقا َل ه‬١٧( ‫ك َيا مُو َسى‬
َ ‫ِي َع‬ َ ‫ك ِب َيمِي ِن‬َ ‫َو َما ت ِْل‬
َ ‫ك ِإلَى َج َناح‬
‫ِك‬ َ ‫) َواضْ ُم ْم َي َد‬٢١( ‫ير َت َها األولَى‬ ْ
ْ ‫) َقا َل ُخذ َها َوال َت َخ‬٢٠( ‫ِي َحي ٌَّة َتسْ َعى‬
َ ِ‫ف َس ُنعِي ُد َها س‬ َ ‫) َفَأ ْل َقا َها َفِإ َذا ه‬19(‫ُوسى‬ َ ‫م‬
ُ ْ َ
)23(‫ك مِنْ آ َيا ِتنا الكب َْرى‬ ُ ْ ‫ُأ‬ ً
َ ‫) لِن ِر َي‬٢٢( ‫ضا َء مِنْ َغي ِْر سُو ٍء آ َية خ َرى‬ َ ‫َت ْخرُجْ َب ْي‬

Artinya: “Apakah itu yang di tangan kananmu wahai Musa? “Ini adalah tongkat, aku
bertelekan kepadanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku
ada lagi keperluan yang lain padanya”. Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, hai Musa!
Lalu dilemparkanlah tongkat itu, tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan
cepat. Allah SWT berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan
mengemabalikan pada keadaan semula. Dan Kepitlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya
ia akan keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat – sebagai mukjizat yang lain (pula)
untuk kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang
sangat besar.”
Oleh KH. Khalil petunjuk itu di sampaikan kepada KH. Hasyim Asy’ari melalui perantara KH. As’ad
Syamsul Arifin. Setelah menerima tongkat dan mendengarkan ayat-ayat yang dibacakan, beliau
tersentak dan langsung menangkap isyarat yang diterimannya itu sebagai izin untuk mendirikan jamiyah.
Sejak itu keinginan untuk mendirikan jamiyah semakin kuat, namun beliau tetep bertindak secara hati-
hati sambil menunggu isyarat berikutnya

Setahun kemudian KH. Khalil mengutus KH. As’ad Syamsul Arifin untuk bertemu dengan KH. Hasyim
Asy’ari dan menyampaikan tasbih disertai bacaan “Ya Jabbar Ya Qahhar” agar diamalkan setiap selesai
mengerjakan shalat lima waktu. Pesan tersebut menambah keyakinan KH. Hasyim Asy’ari bahwa sudah
tiba saatnya untk mendirikan jamiyah bagi para ulama pembela Islam Ahlussunnah Wal Jamaah dan
memberi restu KH. Abdul Wahab Hasbullah untuk mendirikan jamiyah. Akan tetapi sampai KH. Khalil
wafat keinginan untuk mendirikan jamiyyah tersebut belum terwujud. Baru pada tanggal 16 Rajab 1344
H bertepatan dengan 31 januari 1926 jamiyah itu didirikan dengan nama “Nahdlatul Ulama”.

Dari uraian tersebut dapat dipahamibahwa proses kelahiran NU tidak banyak terkait dengan perangkat
resmi sabagaimana umumnya kelahiran sebuah organisasi, akan tetapi berdasarkan petunjuk dari Allah
SWT. Sedangkan tokoh kunci dibalik kelahiran jamiyah Nahdlatul Ulama, yaitu :

1. KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagi penggagas awal berdirinya NU melalui kelompok diskusi
Taswirul Afkar
2. KH. Hasyim Asy’ari sebagai ulama senior yang melakukan shalat istikharah untuk memohon
petunjuk kepada Allah SWT.
3. KH. Khalil sebagai ulama yang menerima petunjuk langsung dari Allah SWT dan disampaikannya
kepada KH. Hasyim Asy’ari.

Selain ketiga kunci diatas, terdapat beberapa ulam, yaitu : KH. Bisri Sansuri (Denanyar Jombang), KH.
Raden Asnawi (Kudus), KH. Ma’sum (Lasem), KH. Ridlwan (Semarang), KH. Nawawi (Pasuruan), KH.
Nahrawi (Malang), KH. Ridlwan (Surabaya), KH. Abdullah Ubaid (Surabaya) KH.Alwi Abdul Azis
(Surabaya),KH.Abdul Halim (Cirebon),KH.Ndoro Munthaha(Bangkalan),KH.Dahlan Abdul Qahar
(Kertosono) dan KH.Abdullah Faqih(Gresik).

Ketiganya memiliki pengaruh yang besar dikalangan para ulama pondok pesantren,sehingga
kelahiran Nahdlatul Ulama cepat memperoleh dukungan dari mereka.

Adapun susunan pengurus Nahdlatul ulama yang pertama adalah sebagai berikut :

SYURIYAH

Rais Akbar KH.Hasyim Asy’ari (Jombang)

Wakil Rais KH.A.Dahlan Ahyad (Surabaya)

Katib KH.Abdul Wahab Hasbullah (Surabaya)


Naibul Katib KH.abdul Halim (Surabaya)

A’wan KH.Mas Alwi Abdul Azis (Surabaya)

KH.Amin Abdus Syukur (Surabaya)

KH.Amin(Surabaya)

KH.Said (Surabaya)

KH. Nahrawi Thahir (Malang)

KH. Hasbullah (Surabaya)

KH. Syarif (Surabaya)

KH. Yasin (Surabaya)

KH. Nawawi Amin (Surabaya)

KH. Bisri Sansuri (Jombang)

KH. Abdul Hamid (Jombang)

KH. Abdullah Ubaid (Surabaya)

KH. Dahlan Abdul Qahar (Nganjuk)

KH. Abdul Majid (Surabaya)

KH. Masyhuri (Lasem)

MUSTASYAR KH. Moh. Zubair (Gresik)

KH. Raden Munthaha (Madura)

KH. Mas Nawawi (Pasuruhan)

KH. Ridlwan Mujahid (Semarang)

KH. R Asnawi (Kudus)

KH. Hambali (Kudus)

Syekh Ahmad Ghanaim Al Misri (Surabaya)

TANFIDZIYAH

Ketua H. Hasan Gipo (Surabaya)


Wakil Ketua H. Saleh Syamil (Surabaya)

Sekertaris Moh. Shadiq (Surabaya)

Wakil Sekretaris H. Nawawi ( Surabaya )

Bendahara H. Moh. Burhan (Surabaya)

H. Ja’far (Surabaya)

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal
    Proposal
    Dokumen27 halaman
    Proposal
    lksa tarbiyatululum
    Belum ada peringkat
  • Aswaja Juwita
    Aswaja Juwita
    Dokumen5 halaman
    Aswaja Juwita
    lksa tarbiyatululum
    Belum ada peringkat
  • Aswaja Juwita 2
    Aswaja Juwita 2
    Dokumen6 halaman
    Aswaja Juwita 2
    lksa tarbiyatululum
    Belum ada peringkat
  • Modul Aswaja
    Modul Aswaja
    Dokumen41 halaman
    Modul Aswaja
    lksa tarbiyatululum
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    lksa tarbiyatululum
    Belum ada peringkat
  • Soal Cerdas Cermat
    Soal Cerdas Cermat
    Dokumen2 halaman
    Soal Cerdas Cermat
    lksa tarbiyatululum
    Belum ada peringkat