PENDAHULUAN
1
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, air minum
aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,
kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter
tambahan. Agar terhindar dari bakteri patogen “Escherichia coli” air yang
seharusnya dikomsumsi manusia adalah air yang terbebas dari Escherichia coli.
Menurut Bambang, dkk. (2014) air minum yang layak diminum adalah air yang
memiliki kandungan “Escherichia coli” 0/100ml yang artinya didalam sampel air
minum tidak boleh terdapat bakteri “Escherichia coli”.
Escherichia coli merupakan mikroorganisme indikator yang dipakai dalam
analisis air untuk menguji adanya pencemaran oleh fases. Pemindahan sebenarnya
tidak selalu melalui air melainkan diteruskan melalui mulut “Escherichia coli”
pun dapat ditemukan tersebar di alam sekitar kita dan penyebaran secara pasif
dapat terjadi melalui air minum. “Escherichia coli” juga mempunyai dampak
terhadap lingkungan yang diekskresikan dalam feses dan dapat menyebabkan
kontaminasi lingkungan termasuk tanah. Itulah alasan, yang memperkuat
penelitian tentang uji coba cemaran “Escherichia coli”. (Rahmawati, 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat pada tanggal 20
September 2021, mengenai masalah yang terjadi, di dusun Wematan desa
Haitimuk terdapat satu keluarga yang terjangkit penyakit diare yang akut maupun
kronis. Dampak dari mengonsumsi air minum, yang tidak berkualitas dapat
menyebabkan infeksi pada usus. Penyakit yang ditimbulkan antara lain enteritis,
gastroenteritis, colitis hemotagik, disentri basiler, demam enteric dan gejala yang
menonjol adalah diare. Berdasarkan dugaan kejadian ini disebabkan oleh
kebiasaan minum air tanpa proses perebusan terlebih dahulu, oleh karena itu perlu
dilakukan uji mikrobiologi dengan tujuan untuk memberikan solusi dan tindakan
preventif terhadap kejadian gastreonteritis tersebut.
Metode yang digunakan untuk uji kualitas baktriologis air minum adalah
Metode Most Probable Number (MPN). MPN digunakan untuk mengetahui
jumlah Coliform dalam uji kualitas air. Untuk Air minum yang diteliti adalah air
yang bersih pada umumnya. Namun air yang bersih terkadang belum tentu sehat
2
bagi kehidupan masyarakat. Maka dari itu air minum yang ingin diteliti di desa
Haitimuk, Kabupaten Malaka adalah air minum yang sehat dan juga bersih untuk
mendapatkan opsi utama masyarakat dalam memilih air minum . Air minum pada
umumnya yang telah dikonsumsi masyarakat sekitar adalah air yang tidak
memungkinkan dalam pencemaran diare dan jenis penyakit lainnya. Oleh karena
itu, air minum yang diketahui adalah air yang dikonsumsi oleh para warga sekitar
dan peneliti hadir di sini untuk mengetahui bakteri yang ada pada sumber mata air
tersebut. Apakah air yang dikonsumsi oleh masyarakat sekitar itu memungkinkan
bakteri baru atau “Escherichia coli”. (Tristyanto, 2015)
Berdasarkan latar belakang di atas dan dengan melihat pentingnya air bagi
tubuh manusia, maka penulis merasa sangat penting untuk melakukan penelitian
dengan mengangkat judul “UJI CEMARAN Escherichia coli PADA AIR
YANG BERASAL DARI SUMBER MATA AIR DESA HAITIMUK
KABUPATEN MALAKA”
1.3 Tujuan
Tujuan untuk mengetahui cemaran “Escherichia coli” pada air minum yang
berasal dari Sumber mata air di dusun Wematan desa Haitimuk Kecamatan
Weliman Kabupaten Malaka.
3
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai data ilmiah terkait Pencemaran kualitas air “Escherichia coli”
yang ada di sekitar Sumber mata air di dusun Wematan desa Haitimuk
Kecamatan Weliman Kabupaten Malaka
2. Memberikan wawasan untuk mengetahui kualitas air dengan hubungannya
Pencemaran “Escherichia coli”, dan memberikan informasi kepada
masyarakat desa Haitimuk Kecamatan Weliman.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
3. Fault spring, mata air sesar/patahan/retakan terbentuk akibat patahan batuan
yang impermeable dengan gaya air pada akuifer ke buangan.
4. Singkhole spring, mata air yang terbentuk karena adanya tekanan di bawah
artesis dan berasal dari akuifer artesis utama. Biasanya terdapat pada akuifer
kapur usia tersier.
5. Joint sprin, mata air yang dapat terbentuk karena adanya lipatan atau patahan
pada zone permeable di batuan permeable rendah.
6. Fracture spring, mata air yang dapat terbentuk karena adanya patahan pada
zona permeable di batu permeabilitas yang rendah.
Pada prinsipnya proses terjadinya mata air ini terdiri atas tiga tahap, yaitu
adanya air permukaan, kemudian meresapnya air kedalam tanah menjadi air
tanah, dan yang terakhir adalah air yang memancar ke permukaan tanah
(Anonim,2016) dalam Yuliantoro,dkk (2016).
6
2.2 Escherichia coli
1. Pengertian Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli praktis selalu ada dalam saluran pencernaan
hewan dan manusia karena secara alamiah Escherichia coli merupakan salah
satu penghuni tubuh. Escherichia coli merupakan mikroorganisme yang
dipakai sebagai indikator untuk menguji adanya pencemaran air oleh tinja.
Meskipun Escherichia coli merupakan mikroorganisme indikator yang dipakai
di dalam analisis air untuk menguji adanya pencemaran oleh tinja, tetapi
penyebarannya tidak selalu melalui air, melainkan disebarkan melalui kegiatan
tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif melalui makanan atau minuman
(Sari, 2016).
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) 2014 ada
lima jenis bakteri Escherichia coli. Jenis pertama adalah Enterohemorrhagic
Escherichia coli (EHEC) dan jenis ini paling sering menyebabkan foodborne
iillnesses. Jenis ini mampu membentuk toksin Shiga-toxin katagori 0157 dan
non0157. Jenis kedua, Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC). Jenis ini
menyebabkan traveler’s diarrhea dan diare pada negara miskin khususnya
menyerang anak-anak. ETEC ini memproduksi toxin yang mentimulasi bagian
dari usus sehingga mengeluarkan cairan berlebih sehingga menyebabkan diare.
Jenis ini menghasilkan toxin heat-stable toxin (ST) dan heat-labile toxin (LT).
Jenis ketiga adalah Enterophatogenic Escherichia coli (EPEC). EPEC
merupakan penyebab gastroenteritis yang tidak spesifik, menjadi penyebab
diare pada bayi dan anak-anak, khususnya di negara berkembang. Jenis yang
keempat adalah Enteroaggregative Escherichia coli (EAEC). Jenis ini
menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat terutamanya di negara
berkembang. Jenis yang terakhir adalah Enteroinvasive E. coli (EIEC). EIEC
menyebabkan penyakit melalui invasinys ke sel epitel mukosa usus. Jenis ini
menyebabkan penyakit dengan gejala mirip dengan shigelosis, dan lebih sering
menyerang anak-anak di negara berkembang dan para wisatawan yang menuju
negara tersebut.
7
2. Klasifikasi Escherichia coli
Taksonomi Escherichia coli yaitu sebagai berikut (Brooks et al., 2008)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterpbactericeae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
3. Morfologi Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk
batang pendek yang memiliki panjang sekitar 20m, diameter 0,70m, lebar 0,4-
0,70m dan bersifat anaerob fakulatif. Escherichia coli membentuk koloni
yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata. (Ryadi, 2011).
Escherichia coli merupakan bakteri yang tidak membentuk spora, kebanyak
bersifat motil ad yang mempunyai kapsul tetapi biasanya tidak berkapsul,
memfermentasi glukosa dan laktosa dengan memproduksi asam dan gas
dalam waktu 48 jam, tidak mampu memanfaatkan asam sitrat dan garam
asam sitrat sebagai sumber karbon (Habibah, 2016).
2.3 Metode dan uji untuk identifikasi Escherichia coli
1. Metode Most Probable Number (MPN)
Metode yang digunakan untuk uji kualitas baktriologis air minum
adalah Metode Most Probable Number (MPN). MPN digunakan untuk
mengetahui jumlah Coliform dalam uji kualitas air. Metode MPN merupakan
salah satu teknik menghitung jumlah mikroorganisme permili bahan yang
digunakan sebagai media biakan. Perhitungan didasarkan pada tabung yang
positif, yaitu tabung yang menunjukkan pertumbuhan mikroba setelah
inkubasi pada suhu dan waktu tertentu dan dapat diketahui dari gelembung
gas yang dihasilkan pada tabung (Durham Waluyo, 2009). Sampel
ditumbuhkan pada seri tabung sebanyak 3 atau 5 buah tabung untuk setiap
8
kelompok. Apabila dipakai 3 tabung maka disebut seri 3, yaitu uji yang biasa
digunakan pada air bersih, dan jika dipakai 5 tabung maka disebut seri 5,
yaitu uji yang biasa digunakan untuk uji air minum. Metode MPN terdiri dari
3 tahapan, yaitu uji pendahuluan (Presumtive Tes), uji penguat (Comfirmed
Tes), dan uji kelengkapan (Complete Tes)
a. Uji pendahuluan (Premsumtive Tes).
Uji pendahuluan merupakan uji penduga tentang ada tidaknya
kehadiran bakteri coliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas
disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coliform.
Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas yang
dihasilkan, dapat dilihat dalam tabung durham berupa gelembung udara.
Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari
volume di dalam tabung durham. Jumlah tabung yang positif di hitung
pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat
tabel MPN (Waluyo, 2009).
b. Uji penegasan (Corfirmed Tes).
Uji penegasan ini bertujuan untuk menguji kembali kebenaran adanya
coliform dengan bantuan media selektif, yang mennegaskan hasil positif
dari uji pendugaaan, media yang digunakan adalah Brilian Green Laktosa
Bile Broth (BGLBB), yang nantinya akan membentuk asam dan gas dalam
waktu 24-48 jam (Boekoesoe 2010). BGLB ini merupakan media
pertumbuhan untuk bakteri coliform, dan dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Gram Postif (Widayanti, 2004).
c. Uji Pelengkap (Completed Test).
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk
menentukan bakteri Escherichia coli. Dari tabung yang positif terbentuk
gas suspense ditanamkan pada media Eosin Methylen Blue (EMBA) secara
aseptis dengan menggunakan jarum Inokulasi. Koloni bakteri Escherichia
coli tumbuh berwarna kehijauaan dengan kilat logam. Mikroskopis
pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif berbentuk basil (Widayanti,
2004).
9
2. Uji Biokimia (Habibah, 2016)
Uji ini merupakan konfirmasi yang dilakukan untuk mengidentifkasi
bakteri Escherichia coli. Uji IMVIC terdiri dari Indol, Methyl Red, Voges
Praskaer, dan Simmons Sitrat.
a. Uji Indol
Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam
memecahkan asam amino triptofan. (Djide, dkk., 2006).
b. Uji Methyl Red
Uji Methyl Red digunakan untuk mengetahui adanya pembentukan asam
dengan pH dibawah 4. Penambahan indikator methyl red pada akhir
pengamatan dapat menunjukan perubahan pH menjadi asam (Djide,
dkk., 2006).
c. Uji Voges Proskauer
Uji voges Proskauer bertujuan untuk membedakan jenis bakteri
Enterobakteriaceae. Uji voges Proskauer positif ditandai dengan warna
biakan menjadi merah setelah ditetesi larutan alpha-naphtol dan KOH
40% (Djide, dkk., 2006)
d. Uji Simmons Sitrat
Uji immons Sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Bila
mikroorganisme mampu menggunakan sitrat maka asam akan
dihilangkan dari medium biakan, sehingga menyebabkan peningkatan
pH dan mengubah warna medium dan hijau menjadi biru. Perubahan
warna dari hijau menjadi biru menunjukan bahwa mikroorganisme
mampu menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon (Djide,
dkk., 2006)
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
4 Cool Boox + Ice Pack
5 Benang / tali
B Teknik Sampling
1. Pengambilan sampel air minum dilakukan pada 3 titik mengambil secara
langsung dari sumber mata air. Masing-masing diulang sebanyak 3 kali.
2. Titik 1 Air Minum
3. Titik 2 Pemandian Umum
4. Titik 3 Kolam Renang
5. Sebelum mengambil sampel air minum botol yang sudah disterilkan
dengan pemijaran pada api bunsen
6. Botol dipegang bagian bawah dan dicelupkan ke dalam air
7. Botol diangkat berhadapan dengan arah aliran air
8. Bagian leher di bungkus dan di ikat tali
9. Diberi label
10. Dimasukan ke dalam Cool Boox + ice pack yang telah disiapkan untuk
dibawa ke laboratorium
12
Green Lactosa Bile Broth (BGLB) untuk mendeteksi bakteri coliform media
laktosa Broth (LB), dan Sampel air
3. Cara Kerja
a. Persiapan Alat dan Bahan
Sebelum melakukan penelitian, alat dan media harus disterilisasi terlebih
dahulu, untuk alat gelas dan media disterilisasikan pada autoclave dengan
suhu 1210C selama 15 menit. Ose disterilkan dengan pemijaran pada api
bunsen sebelum digunakan dan sesudah digunakan.
b. Prosedur Pemeriksaan dengan Metode MPN (Bambang dkk, 2014)
1). Uji Pendahuluan
Untuk sampel air minum yang digunakan ragam 5-1-1 (5 tabung
untuk 10 ml sampel, 1 tabung untuk 1 ml sampel dan 1 tabung untuk 0,1
ml sampel).
a) Disiapkan 5 tabung berisi media laktosa broth (triple strengh) 5 ml
untuk satu sampel, tambahkan masing-masing tabung 10 ml sampel
dengan menggunakan pipet ukur steril.
b) Disiapkan 1 tabung berisi media laktosa broth (single strength) 10 ml
ditambahkan 1 ml sampel dengan menggunakan pipet ukur steril.
c) Disiapkan 1 tabung berisi media laktosa broth (single strength) 10 ml
ditambahkan 0,1 ml sampel dengan menggunakan pipet ukur steril.
d) Dikocok dengan hati-hati sampai tercampur dengan baik, dimasukan
kedalam inkubator 370C lalu diinkubasi selama 24-48 jam. Diamati
pertumbuhan dan pembentukan gas dalam tabung durham setelah 24
jam dan dilanjutkan ke uji penegasan.
2) Uji Penegasan
a) Dari tabung yang memberikan hasil positif dilakukan tes penegasan
dengan mengambil 1-2 ose penuh kemudian diinkubasi kedalam
tabung reaksi yang berisi 10 ml media Brilliant Green Lactosa Broth
(BGLB).
b) Kemudian diinkubasi pada suhu 44oC selama 24-48 jam. Dinyatakan
positif jika adanya produksi gas pada tabung durham.
13
3.) Uji Pelengkap
a) Disediakan cawan petri yang berisi media Eosin Methylen Blue
Agar (EMBA) plate
b) Dengan ose dari tabung yang positif, lalu digoreskan secara zig- zag
pada Media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) tersebut
c) Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
4. Jika koloni berwarna kehijauan dan ada kilatan logam, maka diduga
adanya bakteri
5. Pengujian biokimia (Uji IMVIC) (Habibah, 2016).
a. Uji indol
Dari biakan Eosin Methylen Blue Agar diinkubasikan 1 sengkelit
biakan ke dalam media indol, kemudian diinkubasikan pada suhu 370C
selama 18-24 jam. Ditambahkan 0,2-0,3 ml pereaksi kovac ke dalam
tabung. Warna merah tua pada permukaan media menunjukkan reaksi indol
positif.
b. Uji Methyl red
Dari biakan Eosin Methylene Blue Agar diinkubasikan 1 sengkelit
biakan ke dalam media methyl red-voges proskauer (MR-VP). Kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diinkubasi ditambahkan
5 tetes merah metil, dikocok dan didiamkan selama beberapa menit. Warna
kuning menunjukkan reaksi negatif dan warna merah menunjukkan reaksi
positif.
c. Uji Voges Proskauer
Dari biakan Eosin Methylene Blue Agar diinkubasikan 1 sengkelit
biakan ke dalam media methyl red-voges proskauer (MR-VP). Diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diinkubasi ditambahkan 3 tetes
larutan alfa naftol dan 2 tetes larutan KOH 40%, dikocok dan didiamkan
selama beberapa menit. Warna merah muda sampai merah tua
menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna tidak berubah menunjukkan
reaksi negatif.
14
d. Uji Simmons Sitrat
Dari biakan Eosin Methylene Blue Agar ditanam 1 sengkelit biakan
kedalam pembenihan Simmons Sitrat, lalu diinkubasikan selama 24 jam
dengan suhu 370C. Warna biru menunjukkan hasil positif, dan warna hijau
menunjukkan hasil negatif. (Habibah, 2016).
e. Pewarnaan Gram (Rahmawati, 2015)
Dilakukan pewarnaan Gram dari Eosin Methylene Blue Agar, yaitu
1) Disterilkan objek glass dengan melakukan fiksasi slide.
2) Disterilkan jarum ose dengan dilewatkan pada api bunsen .
3) Diberi setetes NaCi diatas objek glass.
4) Diambil biakan dengan jarum ose bulat pada media Eosin Methylene
Blue Agar dan dibuat preparat, lalu keringkan.
5) Digenangi dengan kristal violet, diamkan selama 1 menit, lalu dicuci
dengan air mengalir.
6) Digenangi dengan lugol selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air
mengalir.
7) Digenangi dengan larutan alcohol aseton selama 30 detik, bilas
dengan air mengalir.
8) Digenangi dengan safranin selama 1 menit, kemudian bilas dengan air
mengalir, lalu keringkan.
9) Setelah keringkan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
100x (Penambahan oil imersi). Hasil dinyatakan positif jika
menunjukkan Gram negatif berbentuk batang dan tidak membentuk
spora.
15
DAFTAR PUSTAKA
Brooks GF, Janet SB, Stephen AM. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-23.
Jakarta: EGC
Faisal.M, Made. D.2019. Kualitas Air Pada Sumber mata Air Di Pura Taman
Desa Sanggalangit Sebagai Sumber Air Minum Berbasis Metode STORET
Kumala1, I. G., Astuti, N. P., & Sumadewi, N. L. (2019). Uji Kualitas Air Minum
Pada Sumber Mata Air di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti,
KabupatenTabanan.Higiene, 5 (2), 100-105.
Manune, S. Y., Nono, K. M., & Damanik, D. E. (2019). Analisis Kualitas Air
Pada Sumber Mata Air Di Desa Tolnaku Kecamatan Fatule’u Kabupaten
Kupang Nusa Tenggara Timur. Biotropikal Sains, 16 (1), 40-53.
Meliala, E. S., Suryanto, D., & Desrita. Identifikasi Bakteri Potensial Patogen
Sebagai Indikator Pencemaran Air Di Muara Sungai Deli, 1 (1), 1-10.
Nugroho, D. (2015). Uji Mikrobiologis Pada Berbagai Jenis Air Minum. Program
Studi Pendidikan Kedokteran Fakultas Ilmu Pendidikan dan Kedokteran
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah , 1-3.
16
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/
IV/2010.Tentang syaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Rahmawati. 2015. Uji Cemaran Bakteri Escherichia coli Pada Air Minum Isi
Ulang Di Kelurahan Kayu Putih tahun 2015. Karya Tulis Ilmiah, Jurusan
Analis Kesehatan, Kupang.
Sari, R. P. 2016. Analisis Kuantitatif Bakteri Escherichia coli Pada Air Minum Isi
Ulang Di Wilayah Sungai Besar Kota Banjarbaru. Jurnal Ilmiah.
Tristyanto, N. 2015. Uji Bakteri MPN coliform Dan Escherichia coli Pada Air
Baku Kolam Renang Di Kota Malang. Malang: PT. SEMESTA ANUGERAH.
Todd, D.K., 1980. Ground Water Hydrology. John Willey and Sons, Inc., New
York.
Widiyanti, Ni Luh. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depot Air
Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ilmiah, Jurusan Pendidikan
Biologi, Fakultas P-MIPA IKIP Negeri Singaraja, Bali.
Yuliantoro, Dody., DKK. 2016. Pohon Sahabat Air. Surakarta: Balai Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
17