Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 8
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kesehatan dari-Nya kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Penyusun mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata Kepemimpinan Dan Manajemen
Keperawatan berjudul " Peran Pemimpin Dalam Mengelola Konflik Dalam Organisasi
Keperawatan ".
Dalam proses pendalaman materi ini tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
dan pengetahuan, untuk itu kami haturkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
Bapak Drs. H. Lamri, M. Kes beserta rekan-rekan yang telah membantu untuk menyelesaikan
makalah ini.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
Kelompok 8
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Bab 2 Tinjauan Pustaka
A. Definisi
B. Teori Kepemimpinan
C. Gaya Kepemimpinan
D. Peran Kepemimpinan
2. Strategi Penyelesaian Konflik
A. Definisi Konflik
B. Sumber Konflik
C. Jenis-jenis Konflik
D. Manifestasi Konflik
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menemui kendala atau masalah akibat dinamika lingkungan Internal dan Eksternal
organisasi. Untuk menyiasati situasi dan kondisi tersebut maka diperlukan seni
yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
pemimpin harus mengendalikan situasi dan kondisi pada bidang atau wilayah
sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya,
supervisi. Supervisi yang dilakukan oleh manajer keperawatan secara baik dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
TINJAUAN PUATAKA
A. Definisi
B. Teori Kepemimpinan
mempunyai bakat sejak lahir. Menurut teori ini, seorang pemimpin harus memiliki
b) Trait Theories
Trait Theories merupakan cabang dari Great Man Theory. Teori ini
kecenderungan yang lebih baik untuk menjadi pemimpin. Teori ini menekankan
bahwa para pemimpin mempunyai ciri-ciri umum dan karakteristik yang membuat
c) Contingency Theories
karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti situasi, kualitas para
pengikut atau sejumlah variabel lainnya. Dalam teori ini tidak ada satu cara yang
tepat untuk memimpin karena faktor internal dan eksternal dari lingkungan
memerlukan pemimpin untuk beradaptasi dengan situasi tertentu (Fiedler, 1967 cit
Waworuntu, 2003).
d) Situasional Theories
menyimpulkan bahwa kinerja yang baik ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang
e) Behavioral Theories
Teori ini bertolak belakang dengan Great Man Theory, Behavioral Theories
dilahirkan. Teori ini berfokus pada tindakan atau ciri-ciri prilaku para pemimpin.
f) Participative Theories
Dengan membiarkan bawahan untuk terlibat dalam suatu pekerjaan, maka akan
kinerja yang optimal dapat dicapai melalui pemberian reward and punisment.
mana karyawan diberikan reward berupa bonus/insentif dan cuti ketika kinerja
mereka dianggap baik oleh atasan dan diberi punishment berupa teguran,
h) Relationship theories
memahami pentingnya tugas atau tujuan yang akan dicapai. Pemimpin dalam
model teoritis ini biasanya memiliki standar etika dan moral yang tinggi dan
C. Gaya Kepemimpinan
a) Autocratic leadership
b) Democratic/participative leadership
Kepemimpinan jenis ini memotivasi bawahan untuk bekerja lebih keras agar
tapi semua orang terlibat dalam brainstorming dan diskusi. Jenis kepemimpinan
bekerja sangat baik ketika fokusnya adalah kualitas, bukan kuantitas atau
2) Motivasi yang diberikan hanya ketika ada permintaan dari kelompok atau
individu
D. Peran Kepemimpinan
Menurut Mulyadi, dkk (2013) ada beberapa peran dari kepemimpinan yaitu:
siang pelanggan.
2) Pemimpin (Leader)
3) Penghubung (Liaison)
bawahannya.
1) Pengawas (Monitor)
2) Penyebar (Disseminator)
yang memerlukannya.
1) Pengusaha (Entrepreneurial)
Pemimpin harus memiliki sikap pro aktif dalam mengembangkan suatu proyek
A. Definisi Konflik
Konflik adalah perselisihan internal yang dihasilkan dari perbedaan ide, nilai-
nilai, dan perasaan antara dua orang atau lebih (Marquis & Huston, 1996 dalam Hendel
dkk, 2005). Menurut Kazimoto (2013), konflik adalah adanya perselisihan yang terjadi
ketika tujuan, keinginan, dan nilai bertentangan terhadap individu atau kelompok.
B. Sumber Konflik
sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga ketegori, yaitu : komunikasi, struktur, dan
variabel pribadi.
a) Komunikasi
informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran komunikasi merupakan
konflik.
b) Struktur
Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup:
Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi:
misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain,
C. Jenis-Jenis Konflik
Menurut Rigio (2003) jenis-jenis konflik yang ada antara lain konflik
kelompok.
a) Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan
ini merupakan masalah internal untuk mengklasifikasinilai dan keinginan dari konflik
yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran.
pasien.
b) Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih, dimana nilai, tujuan, dan
keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan
contoh seorang manajer sering mengalami konflik dengan teman sesame manajer,
Konflik ini terjadi ketika seseorang didalam kelompok melakukan kerja berbeda
Konflik ini dapat timbul ketika masing-masing kelompok bekerja untuk mencapai
tujuan kelompoknya. Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai
D. Manajemen Konflik
konflik, yaitu menentukan besarnya konflik dan gaya penanganan konflik (Rahim,
2002). Yang dimaksud dengan besarnya konflik terkait dengan jumlah individu yang
atau antar kelompok. Kreitner dan Kinicki (2005) mengungkapkan lima gaya
penanganan konflik (Five Conflict Handling Styles). Model ini ditujukan untuk
masalah yang berorientasi pada orang lain (concern for others) dan pemecahan
masalah yang berorientasi pada diri sendiri (concern for self). Kombinasi dari kedua
variabel ini menghasilkan lima gaya penanganan masalah yang berbeda, yaitu:
solving), seperti dalam menentukan diagnosis dan intervensi yang tepat dalam
suatu masalah. Dalam gaya ini pihak- pihak yang berkepentingan secara bersama-
Gaya ini cocok untuk memecahkan isu-isu kompleks yang disebabkan oleh salah
Langkah-langkah untuk mencapai solusi ini antara lain adalah mulai dengan
dengan mamaparkan isu dan fakta dengan jelas, membedakan sudut pandang,
membuat kerangka isu utama berdasarkan prinsip yang umum, menjadi pendengar
2) Obliging (Smoothing)
untuk memuaskan pihak lain daripada diri sendiri. Gaya ini sering pula disebut
terlibat. Kekuatan strategi ini terletak pada upaya untuk mendorong terjadinya
3) Dominating (Forcing)
Orientasi pada diri sendiri yang tinggi, dan rendahnya kepedulian terhadap
menang, kamu kalah”. Gaya ini sering disebut memaksa (forcing) karena
penyelesaian masalah, masalah yang dipecahkan tidak terlalu penting, dan harus
mengambil keputusan dalam waktu yang cepat. Namun, teknik ini tidak tepat
untuk menangani masalah yang menghendaki adanya partisipasi dari mereka yang
terlibat dan juga tidak tepat untuk konflik yang bersifat kompleks . Kekuatan
utama gaya ini terletak pada minimalnya waktu yang dibutuhkan untuk
rasa berat hati untuk menerima keputusan oleh mereka yang terlibat.
4) Avoiding
yang sederhana, atau jika biaya yang harus dikeluarkan untuk konfrontasi jauh
lebih besar daripada keuntungan yang akan diperoleh. Gaya ini tidak cocok untuk
menyelesaikan masalah-malasah yang sulit atau “buruk”. Teknik ini kurang tepat
pada konflik yang menyangkut isu-isu penting, dan adanya tuntutan tanggung
jawab untuk menyelesaikan masalah secara tuntas (Rahim, 2002). Kekuatan dari
5) Compromising
Gaya ini menempatkan seseorang pada posisi moderat, yang secara seimbang
memadukan antara kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain. Ini merupakan
pendekatan saling memberi dan menerima (give and take approach) dari pihak-
pihak yang terlibat. Kompromi cocok digunakan untuk menangani masalah yang
yang sama. Kekuatan utama dari kompromi adalah pada prosesnya yang
demokratis dan tidak ada pihak yang merasa dikalahkan. Tetapi penyelesaian
gaya ini merupakan gaya yang paling banyak dipilih oleh perawat dalam
(2002):
kemudian mengkaji sumber daya yang ada apakah menjadi penghalang atau dapat
data yang telah dikumpulkan, hal ini bertujuan untuk menentukan strategi resolusi
konflik yang akan diambil disesuaikan berdasarkan besarnya konflik dan gaya
litigasi, dan force. Intervensi ditentukan berdasarkan dua hal, yaitu proses dan
organisasi dalam menyelesaikan konflik saat ini ataupun yang akan datang
(Shetach, 2012). Proses ini juga diharapkan dapat merubah pola kepemimpinan
baru dalam penanganan konflik. Selain itu, intervensi juga diharapkan dapat
diferensiasi, hirarki, prosedur, reward system, dan lain sebagainya. Pendekatan ini
terhadap setiap tindakan yang dilakukan, sekaligus hal ini sebagai feedback proses
diagnosing pada konflik yang sudah ada ataupun konflik yang baru.
Menurut Huber (2010) outcome conflict adalah hasil dari proses manajemen konflik
antara lain:
1) Win-lose
Salah satu pihak mendominasi dan pihak yang lain terabaikan. Yang menduduki
porsi lebih besar mendapatkan kemenangan dan sebaliknya yang lebih sedikit
mengalami kekalahan.
2) Lose-lose
3) Win-win
Resolusi ini dicapai saat semua pihak menyetujui dan mendapatkan manfaat dari
penyelesaian konflik
competent leader) adalah pemimpin yang mampu memahami dinamika terjadinya suatu
konflik. Diversitas atau keragaman pihak yang terlibat dalam suatu konflik juga perlu
diidentifikasi karena merupakan sumber potensial terjadinya konflik, antara lain budaya,
gender, posisi (jabatan), dan umur (Ayoko and Hartel, 2006). Menurut Ayoko (2007)
keragaman budaya yang tidak mendapatkan perhatian dari pemimpin akan menimbulkan
koordinasi. Pemimpin juga harus mampu memahami reaksi yang ditimbulkan dari suatu
konflik, mendorong respon konstruktif, dan membangun suatu organisasi yang mampu
Manajemen konflik yang konstruktif bisa diidentifikasi dari adanya proses kreativitas
dianggap sebagai suatu masalah yang berkualitas terhadap perkembangan individu atau
suatu organisasi yang harus ditemukan pemecahan masalahnya (Hendel, 2005). Menurut
Ayoko dan Hartel (2006) untuk meningkatkan respon konstruktif, seorang pemimpin juga
memilih strategi integrating (problem solving), obliging, dan compromising yang lebih
memilih strategi avoiding (Rahim, 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Brewer (2002) dalam jurnal The International Journal of Conflict Management, gender
juga memegang peranan penting dalam pemilihan strategi penyelesaian konflik, dimana
kelompok gender tertentu yang khusus memilih strategi compromising dan obliging.
Selain itu pemilihan strategi penyelesaian konflik juga dipengaruhi oleh suasana saat
berkomunikasi. Bila suasana komunikasi terjalin baik, strategi yang bisa digunakan
bersifat defensive, dominating dan avoiding menjadi pilihan (Hassan, B. et al, 2011).
Pengaruh kepemimpinan dalam pemecahan masalah konflik juga bisa dilihat dalam
model “CAPI” yang dirumuskan oleh Shetach (2012). Dengan menerapkan CAPI
PENUTUP
A. Kesimpulan
nilainilai, keyakinan, dan perasaan antara dua orang atau lebih. Seorang pemimpin
memiliki peran yang besar dalam mengelola konflik yang konstruktif dalam
satu model penyelesaian konflik yang digunakan adalah Model Rahim (2002),
yang terdiri atas proses diagnosis, intervensi, dan evaluasi. Untuk menegakkan
konflik, sumber konflik, potensi sumber daya manusia, dan identifikasi strategi
mediasi, arbitrasi, litigasi, dan force yang dapat dipilih berdasarkan gaya
saat ini ataupun yang akan datang. intervensi juga diharapkan dapat memperbaiki
hirarki, prosedur, reward system, dan lain sebagainya. Proses terakhir adalah
evaluasi sebagai mekanisme umpan balik terhadap proses diagnosis dan intervensi
penyelesaian konflik.
Daftar Pustaka
Cahya Utami, Ns. Kadek. 2016. Manajemen Konflik. Ditelusuri secara online pada tanggal 3
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/948d79fe6b7aeeecbe85d5f51
0b66c01.PDF