Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM GINJAL

(GOLONGAN S)

Kelompok 5

Di susun oleh :

1. Alfian Dwiki Syahputra 2443020191


2. Marsiana Gabriella De Parera 2443020215
3. Athaya Salsabila Fayikh 2443020223
4. Faradilah Dwi Wardhani 2443020232
5. Michelle Gracya Millu 2443020238

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

2020/2021
BAB I

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Memahami efek dari radius arteriol terhadap filtrasi glomerolus.


2. Memahami efek peningkatan tekanan terhadap filtrasi glomerolus.
3. Memahami respons ginjal terhadap perubahan tekanan darah.
4. Memahami efek pemberian berbagai hormone terhadap fungsi ginjal.
BAB II

PENDAHULUAN

Ginjal adalah organ yang memproduksi dan mengeluarkan urine dari dalam
tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan
homeostatis (Syaifuddin, 2009). Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh,
elektrolit, dan asam-basa dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit
dan nonelektrolit, serta mengekskresikan kelebihannya sebagai urine. Ginjal juga
mengeluarkan produk sisa metabolisme (misal urea, kreatinin, dan asam urat) dan
zat kimia asing. Selain fungsi regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekresi renin
(penting untuk mengatur tekanan darah), bentuk aktif vitamin D3 (penting untuk
mengatur kalsium) serta eritrpoietin (penting untuk sintesis eritrosit).

Setiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm , lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm.
Ginjal kiri memiliki ukuran lebih panjang dari pada ginjal kanan. Berat ginjal pada
pria dewasa 115-155 gram. Bentuk ginjal seperti kacang, sisi dalam menghadap ke
vertebrata torakalis dan sisi permukaannya cembung.

Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan ketebalan 5
cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang
menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan
arteri renal, vena renal, dan ureter.

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal
ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi
rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam goncangan.
BAB III

LANDASAN TEORI

Sistem perkemihan berkontribusi dalam homeostasis dengan mengalterasi komposisi, pH,


volume dan tekanan darah; menjaga osmolaritas darah, mengeluarkan zat sisa dan substansi
asing; dan memproduksi hormon-hormon. Sistem urinarius terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
satu vesika urinaria, dan satu urethra. Setelah ginjal memfiltrasi plasma darah yang kemudian
mengembalikan sebagain besar air dan solut ke pembuluh darah.
Setiap ginjal manusia berisi sekitar 1,2 juta nephron, unti fungsional ginjal. Setiap
nephron disusun oleh satu korpuskulum ginjal dan satu tubulus ginjal. Korpuskulum ginjal terdiri
dari berkas-berkas kapiler yang disebut glomerulus yang dilapisi oleh suatu cairan yang mengisi
kapsul yang disebut kapsula Bowman.. suatu arteriole afferent mensuplai darah ke glomerulus.
Ketika darah mengalir melewati kapiler-kapiler glomerular, protein bebas plasma terfiltrasi
kedalam kapsula Bowman, suatu proses yang disebut filtrasi glomerular. Arteriole efferen
kemudian mengeluarkan darah yang tersisa di glomerulus. Filtrat mengalir dari kapsula Bowman
ke awal tubulus ginjal yang disebut proximal convoluted tubule, kemudian di atas proximal
straight tubule, diikuti ansa Henle.
Filtrat kemudian mengalir ke dalam distal convoluted tubule sebelum mencapai
connecting tubule dan collecting duct dimana urin dikumpulkan. Tubulus distal dan duktus
kolektivus disusun oleh dua tipe sel: sel prinsipal dan sel interkalasi. Sel-sel prinsipal
mereabsorpsi Na+ dan air dan mensekresi K+. Sel- sel interkalsi mensekresi baik H+ atau HCO3-
sehingga sangat penting dalam meregulasi keseimbangan asam basa.
➢ Tahap Pembentukan Urine

1. Filtrasi Glomerular

Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas protein yang tersaring
melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowman. Dalam keadaaan normal, 20% plasma
yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses ini, dikenal sebagai filtrasi glomerulus (langkah
pertama dalam pembentukan urin). Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul
bowman harus melewati tiga lapisan berikut yang membentuk membran glomerelus : (1)
dinding kapiler glomerulus, (2) membran basal, dan (3) lapisan dalam kapsul bowman.
Dinding kapiler glomerulus terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan ini memliki
banyak pori besar yang menyebabkannya 100 kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat
terlarut. Membran basal adalah lapisan gelatinosa aseluler yang terbentuk dari kolagen dan
glikoprotein yang tersisip di antara glomerulus dan kapsul bowman. Kolagen menghasilkan
kekuatan struktural dan glikoprotein menghambat filtrasi protein plasma yang kecil. Karena
bermuatan negatif maka glikoprotein menolak albumin dan protein plasma lain yang juga
bermuatan negatif. Oleh karena itu, protein plasma hampir tidak terdapat di dalam filtrat,
dengan kurang dari 1% molekul albumin berhasil lolos ke dalam kapsul bowman. Lapisan dalam
kapsul bowman terdiri dari podosit, sel mirip gurita yang mengelilingi glomerulus. Setiap
podosit memiliki banyak foot process memanjang yang saling menjalin dengan foot process
podosit sekitar. Celah sempit diantara foot process yang berdampingan dikenal sebagai celah
filtrasi. Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus: tekanan darah kapiler
glomerulus, tekanan osmotic koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsul bowman.
a) Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di
dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada kontraksi jantung
dan resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen.
Tekanan darah kapiler glomerulus, dengan nilai rerata diperkirakan 55 mmHg, lebih
tinggi dari pada tekanan kapiler darah di tempat lain. Penyebab lebih tingginya tekanan di
kapiler glomerulus adalah garis tengah arteriol aferen yang lebih besar dibandingkan
dengan arteriol eferen. Hal ini menyebabkan darah dapat lebih mudah masuk ke
glomerulus melalui arteriol aferen yang lebar daripada keluar melalui arteriol eferen yang
sempit. Tekanan darah glomerulus yang tinggi dan tidak menurun ini cenderung
mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsul bowman.

b) Tekanan osmotic koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi tidak seimbang protein-
protein plasma dikedua sisi membran glomerulus. Konsentrasi H2O lebih tinggi di kapsul
bowman daripada di kapiler glomerulus. Hal ini menimbulkan kecenderungan H2O untuk
berpindah melalui osmosis menuruni gradient konsentrasinya sendiri dari kapsul bowman
ke dalam glomerulus melawan filtrasi glomerulus (gaya osmotic ini rata-rata 30 mmHg).

c) Tekanan hidrostatik kapsul bowman, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal
tubulus ini, diperkirakan sekitar 15 mmHg. Tekanan ini, yang cenderung mendorong
cairan keluar kapsul bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsul
bowman.

Dari plasma yang mengalir ke ginjal, normalnya 20% difiltrasi melalui glomerulus,
menghasilkan laju filtrasi glomerulus (LFG) rerata 125 ml/mnt. Filtrat ini identik komposisinya
dengan plasma kecuaii protein plasma yang ditahan oleh membran glomerulus. LFG dapat
diubah-ubah dengan mengubah tekanan darah kapiler glomerulus melalui pengaruh simpatis
pada arteriol aferen sebagai bagian dari respons refleks baroreseptor yang mengompensasi
perubahan tekanan darah arteri. Secara spesifik, ketika tekanan darah turun terlalu rendah terjadi
vasokonstriksi arteriol yang diinduksi oleh sarafsimparis yang mengurangi aliran darah ke
glomerulus sehingga tekanan darah glomerulus dan LFG berkurang. Sebaliknya, ketika tekanan
darah meningkat terlalu tinggi dan aktivitas simpatis menurun secara refleks, vasodilatasi arteriol
yang ditimbulkannya menyebabkan peningkatan aliran darah glomerulus dan peningkatan LFG.
Jika LFG berubah maka jumlah cairan yang keluar di urin juga berubah, sehingga volume
plasma dapat disesuaikan untuk membantu memulihkan tekanan darah ke normal dalam jangka
panjang.

2. Reabsorpsi Tubulus

Sewaktu filtrate mengalir melalui tubulus, bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh
dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan selektif bahan-bahan dari bagian dalam
tubulus ke dalam darah ini disebut reabsorpsi tubulus. Dari 180 liter plasma yang disaring per
hari, sekitar 178,5 liter direabsorpsi. Tubulus biasanya mereabsorpsi 99% H2O, 100% glukosa,
dan 99,5% garam yang terfiltrasi. Untuk dapat direabsorpsi, suatu bahan harus melewati lima
sawar terpisah:
a. Tahap 1, bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati membrane luminal
sel tubulus.
b. Tahap 2, bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.
c. Tahap 3, bahan harus melewati membrane basolateral sel tubulus untuk masuk ke
cairan interstisium.
d. Tahap 4, bahan harus berdifusi melalui cairan interstisium.
e. Tahap 5, bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah.
Keseluruhan rangkaian langkah ini dikenal sebagai transport transepitel.Terdapat dua
jenis reabsorpsi tubulus, yaitu reabsorsi aktif dan reabsorpsi pasif. Pada reabsorpsi pasif, semua
tahap dalam transport transepitel suatu bahan dari lumen tubulus ke plasma bersifat pasif; yaitu
tidak ada pengeluaran energy pada perpindahan netto bahan, yang terjadi mengikuti penurunan
gradient elektrokimia atau osmotic. Sebaliknya, reabsorpsi aktif berlangsung jika salah satu dari
tahap-tahap dalam transport transepitel suatu bahan memerlukan energy, bahkan jika keempat
tahap lainnya bersifat pasif. Pada reabsorpsi aktif, perpindahan netto bahan dari lumen tubulus ke
plasma terjadi melawan gradient elektrokimia. Bahan yang secara aktif direabsorpsi bersifat
penting bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan nutrient organic lainnya.

Proses sentral yang sebagian besar proses reabsorpsi sedikit banyak berkaitan adalah
reabsorpsi aktif Na-, yang dijalankan oleh suatu pembawa Na.-K. ATPase dependen energi di
+
membran basolateral hampir semua sel tubulus. Transpor Na keluar sel ke ruang lateral di
+
antara sel-sel oleh pembawa ini menyebabkan reabsorpsi netto Na dari lumen tubulus ke
plasma kapiler peritubulus. Sebagian besar reabsorpsi Na. berlangsung di awal nefron secara
konstan dan tidak diarur, retapi di tubulus distal dan koligentes, reabsorpsi sebagian kecil Na-
yang terfiltrasi bersifat variabel dan berada di bawah kontrol, bergantung terutama pada sistem
renin-angiotensin-aldosteron yang kompleks. Karena Na+ dan anion penyerranya, Cl-, adalah ion
aktif osmotis utama di CES maka volume CES ditentukan oleh jumlah Na- di tubuh. Selanjutnya,
volume plasma, yang mencerminkan volume CES total, penring dalam penentuan jangka
panjang tekanan darah arteri. Jika jumlah Na., volume CES, volume plasma, dan tekanan darah
arteri di bawah normal, maka aparatus jukstaglomerulus ginjal akan mengeluarkan renin, suatu
hormon enzimatik yang memicu serangkaian proses yang akhirnya menyebabkan peningkatan
sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na- dari bagian
distal tubulus sehingga mengoreksi penurunan Na-, volume CES, dan tekanan darah.
Sebaliknya, reabsorpsi natrium dihambat oleh peptida natriuretik atrium, suatu hormon
yang dikeluarkan oleh atrium jantung sebagai respons terhadap ekspansi volume CES dan
peningkatan tekanan darah yang ditimbulkannya.Selain menyebabkan reabsorpsi Na., energi
yang digunakan untuk memasok pembawa Na.-K- AIPase akhirnya berperan menyebabkan
reabsorpsi molekul nutrien organik dari tubulus proksimal melalui mekanisme transpor aktif
sekunder. Pembawa kotranspor spesifik yang terletak di membran luminal sel tubulus proksimal
dijalankan oieh gradien konsentrasi Na. untuk secara selektif memindahkan glukosa atau asam
amino dari cairan lumen ke dalam sel tubulus lalu akhirnya ke plasma.

Elektrolit lain selain Na- yang secara aktif direabsorpsi oleh tubulus, misalnya PO.,3-dan
Ca2., memiliki sistem pembawa independen masing-masing di tubulus proksimal. Karena
pembawa-pembawa ini, seperti pembawa kotranspor nutrien organik, dapat mengalami
penjenuhan maka masing-masing memperlihatkan kapasitas transpor maksimal, atau T . Jika
filtrasi suatu bahan yang direabsorpsi aktif melebihi T , maka reabsorpsi berlangsung dengan laju
maksimal yang konstan sementara kelebihan jumlah yang difiltrasi akan diekskresikan di urin.
Reabsorpsi akdf Na- juga mendorong reabsorpsi pasif Cl- (melalui gradien listrik), HrO (melalui
osmosis), dan urea (menuruni gradien konsentrasi urea yang tercipta akibat reabsorpsi osmotis
ekstensif HrO). Enam puluh lima persen HrO yang difiltrasi direabsorpsi dari tubulus proksimal
tanpa diatur, didorong oleh reabsorpsi aktif Na.. Reabsorpsi HrO meningkatkan konsentrasi
bahan-bahan lain yang tertinggal di cairan tubulus, yang sebagian besar adalah produk sisa yang
terfiltrasi. Moiekul-molekul urea yang kecil adalah satu satunya produk sisa yang dapat secara
pasif menembus membran tubulus. Karena itu, urea adalah satu- satunya bahan sisa yang secara
parsial direabsorpsi karena mengalami pemekatan. Sekitar 50% dari urea yang difiltrasi
direabsorpsi.
3. Sekresi Tubulus

Sekresi tubulus adalah pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus ke


dalam lumen tubulus. Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari
plasma secara cepat dengan mengekstraksi sejumlah tertentu dari 80% plasma yang tidak
terfiltrasi di kapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah ada di tubulus
sebagai hasil filtrasi. Bahan-bahan terpenting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion
hydrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kationorganic, yang banyak diantaranya adalah
senyawa yang asing bagi tubuh.

Sistem sekresi ion organic memiliki tiga fungsi penting :

1) Dengan menambahkan sejenis ion organic tertentu ke jumlah yang sudah masuk ke cairan
tubulus oleh filtrasi glomerulus, jalur ekskresi organik ini mempermudah ekskresi bahan
bahan ini.

2) Pada beberapa kasus penting, ion organic kurang larut dalam air. Untuk dapat diangkut
dalam darah, ion-ion tersebut terikat dalam jumlah besar tetapi ireversibel ke protein
plasma. Karena melekat ke protein plasma maka bahan-bahan ini tidak dapat difiltrasi
melalui glomerulus. Sekresi tubulus mempermudah eliminasi ion-ion organic yang tidak
dapat difiltrasi ini melalui urin.

3) Sistem sekresi ion organik tubulus proksimal berperan kunci dalam eliminasi banyak
senyawa asing dari tubuh.
BAB IV
ALAT DAN BAHAN

➢ Alat
1. Source breaker untuk darah.
2. Drain breaker untuk darah.
3. Flow tube dengan radius yang bisa disesuaikan.
4. Flow tube kedua dengan radius yang bisa disesuaikan.

➢ Bahan
1. Nefron
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Praktikum Activity 1

Tabel 5.1.1 Efek Diameter Artetiol Terhadap Filtrasi Glomerulus.

Peningkatan radius arteriol aferen terhadap laju filtrasi glomerulus akan mengakibatkan
peningkatan laju filtrasi glomerulus pula karena aliran darah akan lebih mudah masuk ke
glomerulus melalui arteriol aferen dengan diameter yang besar, sehingga semakin tinggi aliran
darah yang masuk ke glomerulus maka proses filtrasi pada glomerulus akan meningkat. Pada
diameter arteriol aferen 0,3, cairan tidak mengalir melalui nefron. Laju filtrasi glomerulus adalah
0. Berdasarkan data, diameter arteriol aferen hanya 0,3 mm sedangkan tekanan darah kapiler
glomerulus 50-55 mmHg mengakibatkan darah sulit untuk masuk ke glomerulus (aliran darah
menurun). Hal inilah yang menyebabkan laju filtrasi glomerulus menjadi 0.

Peningkatan diameter arteriol eferen terhadap laju filtrasi glomerulus akan menurunkan laju
filtrasi glomerulus, karena dengan diameter arteriol eferen yang besar, darah akan cepat keluar
dari glomerulus sehingga laju fitrasi glomerulus akan menurun.
Penurunan diameter arteriol eferen terhadap laju filtrasi akan meningkatkan laju filtrasi
glomerulus, karena semakin kecil diameter arteriol eferen, darah akan sukar keluar dari
glomerulus yang mengakibatkan terbendungnya darah di kapiler glomerulus. Hal ini akan
membuat tekanan darah di kapiler glomerulus tetap tinggi yang akan mengakibatkan laju filtrasi
glomerulus akan meningkat. Secara fisiologi, yang mengakibatkan perubahan diameter arteriol
eferen dan aferen yaitu tekanan darah.

5.2 Hasil Praktikum Activity 2

Tabel 5.2.2 : Efek Tekanan Darah Terhadap Filtrasi Glomerulus Hasil

Dari tabel diatas menunjukkan Volume urin berubah diakibatkan laju filtrasi glomerulus
meningkat sehingga menyebabkan banyak darah di filtrasi yang menyebabkan urin yang
dihasilkan semakin banyak. Terjadi peningkatan tekanan di glomerulus yang diakibatkan oleh
peningkatan tekanan darah, pada laju filtrasi glomerulus terjadi peningkatan laju filtrasi
glomerulus. Volume urine yang meningkat dapat memperlihatkan telah terjadi homeostasis
tubuh yang seharusnya.
5.3 Hasil Praktikum Activity 3

Tabel 5.3.3 : Efek Kombinasi Hasil

Yang terjadi kepada laju filtrasi glomerulus dan volume urin saat tekanan diturunkan
adalah Laju filtrasi glomerulus dan volume urin akan menurun karena tekanan memiliki efek
yang berbanding lurus terhadap laju filtrasi glomerulus dan volume urin. Dengan cara
memperbesar diameter arteriol afferen dan memperkecil diameter arteriol efferen. Pada kondisi
arteriol afferen mengalami vasodilatasi (pembesaran) maka akan menyebabkan aliran darah ke
glomerulus meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Sedangkan
pada kondisi arteriol efferen mengalami vasokonstriksi (pengecilan) akan meningkatkan laju
filtrasi glomerulusnya. Fungsi nefron saat katup tertutup, tidak ada laju filtrasi glomerulus dan
produksi urin karena katup tertutup dan tidak ada aliran darah yang masuk, karena katup yang
ditutup akan membuat duktus kolektivus tertutup. Hal ini akan membuat adanya peningkatan
volume zat terlarut yang menyebabkan adanya peningkatan tekanan yang memaksa proses
filtrasi untuk bekerja lebih keras pada ginjal. Nefron dapat pecah apabila filtrasi terus dilakukan
dalam kondisi tersebut, sehingga adanya mekanisme penutupan katup dapat mencegah nefron
untuk rusak/pecah.
5.4 Hasil Praktikum Activity 4

Tabel 5.4.4 : Efek Gradien Zat Terlarut Pada Konsentrasi Urin Hasil

Ketika gradien konsentrasi meningkat yang terjadi pada volume urin adalah Volume urin
menurun. ADH meningkatkan permeabilitas sel-sel prinsipal, air bergerak secara cepat via
osmosis keluar dari cairan duktus kolektivus ke cairan interstitial di medulla bagian dalam dan ke
vasa recta. Peningkatan gradien konsentrasi urin yang terbentuk akan Mensekresikan urin yang
terkonsentrasi.
5.6 Hasil Praktikum Activity 6

Tabel 5.6.6 Pengaruh Hormon terhadap Pembentukan Urin

Pertama-tama perhatikan bahwa konsentrasi zat terlarut total dalam cairan interstisial
diatur ke 1200 mOsm (konsentrasi zat terlarut maksimum normal di ginjal manusia) untuk
difiltrasi. Filtrat akan mengalir melalui nefron, dan zat terlarut dan air akan keluar dari tubulus
menuju ruang interstisial. Mereka juga akan bergerak kembali ke kapiler peritubulus, sehingga
menyelesaikan proses reabsorpsi. Lalu selanjutnya membandingkan kondisi filtrat dan volume
urin dengan adanya hormon aldosteron dan ADH. Aldosteron adalah hormon yang diproduksi
oleh korteks adrenal di bawah kendali sistem renin-ingiostensin tubuh. ADH atau antidiuretik
adalah hormon yang menghambat diuresis dengan cara menahan air di tubulus ginjal (Clinical
Pathology and Medical Laboratory Journal, 2012). Lalu klik Empty Bladder untuk
mempersiapkan nefron untuk lari berikutnya. Dengan langkah yang sama, pada saat pemberian
aldosteron didapat konsentrasi kalium pada urin yaitu 10,42 dari yang semula tidak diberi
hormon yaitu 6,25. Tetapi pada saat penambahan aldosteron, volume urin menurun menjadi
180,90 ml dari yang semulanya 201,00 ml juga pada saat penambahan aldosteron konsentrasi
urin menurun menjadi 100 bila dibandingkan dengan konsentrasi zat terlarut total dalam cairan
interstisial. Lalu pada saat penambahan ADH, konsentrasi kalium meningkat menjadi 63,37 serta
konsentrasi urin sama dengan konsentrasi zat terlarut total tetapi volume urin menurun menjadi
16,86 ml. Kemudian diujikan pengaruh penambahan hormon adosteron dan ADH secara
bersamaan dan didapat konsentrasi kalium pada urin meningkat menjadi 65,37 dan konsentrasi
urin sama dengan konsentrasi zat terlarut total yaitu 1200 tetapi volume urin semakin menurun
menjadi 12,67 ml.
5.1 : Efek Diameter Artetiol Terhadap Filtrasi Glomerulus.

Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas protein yang tersaring
melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowman. Dalam keadaaan normal, 20% plasma
yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses ini, dikenal sebagai filtrasi glomerulus. Konsentrasi
H2O lebih tinggi di kapsul bowman daripada di kapiler glomerulus. Hal ini menimbulkan
kecenderungan H2O untuk berpindah melalui osmosis menuruni gradient konsentrasinya sendiri
dari kapsul bowman ke dalam glomerulus melawan filtrasi glomerulus. Tekanan hidrostatik
kapsul bowman, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus ini, diperkirakan
sekitar 15 mmHg. Filtrat ini identik komposisinya dengan plasma kecuaii protein plasma yang
ditahan oleh membran glomerulus. LFG dapat diubah-ubah dengan mengubah tekanan darah
kapiler glomerulus melalui pengaruh simpatis pada arteriol aferen sebagai bagian dari respons
refleks baroreseptor yang mengompensasi perubahan tekanan darah arteri. Secara spesifik, ketika
tekanan darah turun terlalu rendah terjadi vasokonstriksi arteriol yang diinduksi oleh
sarafsimparis yang mengurangi aliran darah ke glomerulus sehingga tekanan darah glomerulus
dan LFG berkurang.

5.2 : Efek Tekanan Darah Terhadap Filtrasi Glomerulus Hasil.

Dari tabel diatas menunjukkan Volume urin berubah diakibatkan laju filtrasi glomerulus
meningkat sehingga menyebabkan banyak darah di filtrasi yang menyebabkan urin yang
dihasilkan semakin banyak. Terjadi peningkatan tekanan di glomerulus yang diakibatkan oleh
peningkatan tekanan darah, pada laju filtrasi glomerulus Terjadi peningkatan laju filtrasi
glomerulus. Volume urine yang meningkat dapat memperlihatkan telah terjadi homeostasis
tubuh yang seharusnya.
5.3 : Efek Kombinasi Hasil

Saat tekanan diturunkan laju filtrasi glomerulus dan volume urin akan menurun karena
tekanan memilki efek yang berbanding lurus terhadap laju filtrasi glomerulus dan volume urin.
Cara mengubah besar afferen atau efferen untuk mengkompensasi efek dari penurunan tekanan
pada kecepatan filtrasi glomerulus dan volume urin adalah dengan cara memperbesar diameter
arteriol afferent dan memperkecil diameter arteriol efferen. Pada kondisi arteriol afferent
mengalami vasodilatasi (pembesaran) maka akan menyebabkan aliran darah ke glomerulus
meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Sedangkan pada kondisi
arteriol efferen mengalami vasoontriksi (pengecilan) akan meningkatkan laju filtrasi
glomerulusnya. Perubahan yang terlihat pada fungsi nefron saat katup nya tertutup, Tidak ada
laju filtrasi glomerulus dan produksi urin. Karena katup tertutup dan tidak ada aliran darah yang
masuk. Perubahan ini terlihat Karena katup yang ditutup akan membuat duktus
kolektivustertutup. Hal ini akan membuat adanya peningkatan volume zat terlarut yang
menyebabkan adanya peningkatan tekanan yang memaksa proses filtrasi untuk bekerja lebih
keras pada ginjal. Nefron dapat pecah apabila filtrasi terusdilakukan dalam kondisi tersebut,
sehingga adanya mekanisme penutupan. Ginjal tidak dapat berfungsi ketika laju filtrasi
glomerulus pada kondisi nol karena, saat laju filtrasi glomerulus pada kondisi nol, berarti tidak
ada yang difiltrasi. Ginjal dorman dan sedang tidak melakukan tugas sehingga bisa dikatakan
tidak berfungsi. zat-zat yang perlu dibuang dari dari darah seperti Urea, garam-garam hasil
metabolisme, dan zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh lainnya. Berkurangnya unit
fungsional (nefron) tersebut dapat mengurangi kemampuan ginjal, termasuk laju filtrasi
glomerulus. Laju filtrasi glomerulus berkurang dan tentunya akan mempengaruhi formasi urin,
tetapi selama masih ada nefron yang dapat bekerja hal ini bukanlah sebuah masalah. Selain itu
juga terdapat perubahan metabolik, yang mana saat tubuh menua dapat mempengaruhi beban
kerja yang dimiliki nefron. Akan terjadi penurunan volume urin, yang mana ini merupakan
fisiologi bukan patologis, terkecuali ada faktor lain yang mempengaruhi. Apabila tekanan darah
turun, contohnya pada kehilangan darah, perubahan yang ginjal akan lakukan untuk
mempertahankan laju filtrasi normalnya Ginjal akan melakukan dua mekanisme yang berperan
dalam otoregulasi yaitu mekanisme miogenik yang berespons terhadap perubahan tekanan di
dalam komponen vaskular nefron dan mengakibatkan arteriol aferen berkontriksi secara otomatis
dan mekanisme umpan balik tubuloglomerulus, yang mendeteksi perubahan kadar garam yang
mengalir melalui komponen tubular nefron. Kedua hal ini akan mempertahankan laju filtrasi
glomerulus dan membuat cairan di dalam tubuh tetap terjaga agar tidak kekurangan cairan. Hal
ini akan membuat urin sedikit dan cairan di dalam tubuh tetap terjaga.

5.4 : Efek Gradien Zat Terlarut Pada Konsentrasi Urin Hasil

Berat jenis urin adalah ukuran konsentrasi solut dalam urin.Berat jenis urin memberi
informasi tentang kemampuan ginjal dalam mengonsentrasikan urin.Nilai normal berat jenis urin
pagi berkisar antara 1.006-1.022. Nilai normal berat jenis urin sewaktu 1.003-1.030. Komponen
yang dapat mempengaruhi berat jenis urin antara lain molekul berukuran besar seperti protein
dan glukosa. Konsentrasi urin berubah ketika gradien konsentrasi cairan interestitial meningkat
dikarenakan, Simporter pada ansa henle ascendens tebal menyebabkan penumpukan Na+ dan Cl-
dalam medulla ginjal. Aliran cuntercurrent melewati ansa Henle ascendens dan descendens
menimbulkan suatu gradient osmotik di medulla ginjal. Sel-sel pada duktus kolektivus
mereabsorpsi air dan urea. Daur ulang urea menyebabkan penimbunan urea di medulla ginjal.
Transfer urea yang konstan antar segment tubulus ginjal dan cairan interstitial medulla.
Reabsorpsi air dari cairan tubular mempromosikan penimbunan urea di cairan interstitial pada
medulla ginjal, yang berlanjut pada promosi reabsorpsi air. Solut tinggal di lumen sehingga
menjadi terkonsentrasi, dan volume kecil urin terkonsentrasi di ekskresikan.Volume urin ketika
gradien konsentrasi meningkat yang terjadi adalah Volume urin menurun. ADH meningkatkan
permeabilitas sel-sel prinsipal, air bergerak secara cepat via osmosis keluar dari cairan duktus.
Dengan peningkatan gradien konsentrasi dapat mensekresikan urin yang terkonsentrasi terhadap
urin yang terbentuk.
5.6 : Pengaruh Hormon terhadap Pembentukan Urin

Pembentukan urin melewati 3 fase, yaitu :

1. Filtrasi Glomerular : Terjadi di renal corpuscle


2. Reabsorbsi : Proses penyerapan kembali beberapa molekul dari filtrat yang dapat
digunakan kembali oleh tubuh dari tubulus ginjal masuk ke dalam kapiler peritubular.
3. Sekresi : Proses mensekresikan molekul ke dari kapiler peritubular menuju tubulus ginjal.

Konsentrasi dan volume urin yang dikeluarkan oleh ginjal akan berubah tergantung pada apa
yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Contoh, jika seseorang
mengkonsumsi air dalam jumlah besar, kelebihan air akan dieliminasi melalui volume urin yang
banyak dan cair. Di sisi lain, ketika dehidrasi terjadi, ginjal akan memproduksi urin dalam
jumlah sedikit untuk mempertahankan cairan dalam tubuh. Pada Aktivitas 4 telah menunjukkan
gradien konsentrasi zat terlarut total di persimpangan ruang intertisial yang mengelilingi lumen
tubulus memungkinkan untuk mengeluarkan urin pekat.

Aldosteron adalah hormon yang diproduksi oleh korteks adrenal di bawah kendali sistem
renin-ingiostensin tubuh. Penurunan tekanan darah dideteksi oleh sel-sel di aferen arteriol, yang
memicu pelepasan hormon renin. Renin bertindak sebagai enzim proteolitik, yang menyebabkan
angiostensinogen berkumpul menjadi angiotensin l. Sel endotel di seluruh tubuh memiliki enzim
pengubah yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II memberi sinyal
korteks adrenal untuk mensekresi aldosteron, Aldosteron bekerja pada sel distal convulated
tubule di nefron untuk meningkatkan penyerapan kembali natrium dari filtrat ke dalam tubuh
dan sekresi kalium dari tubuh. Sehingga pada hasil praktikum pada saat penambahan aldosteron
konsentrasi kalium pada urin meningkat yaitu 62,37.
ADH atau antidiuretik adalah hormon yang menghambat diuresis dengan cara menahan air di
tubulus ginjal (Clinical Pathology and Medical Laboratory Journal, 2012). ADH diangkut oleh
hipotalamus dan disimpan di kelenjar pituitari posterior. Kadar ADH dipengaruhi oleh
osmolalitas cairan tubuh dan volume serta tekanan sistem kardiovaskular. Perubahan 1% dalam
osmolalitas tubuh akan menyebabkan hormon ini dilepaskan. Tindakan utama hormon ADH
adalah meningkatkan permeabilitas saluran pengumpul ke air sehingga lebih banyak air diserap
kembali ke dalam tubuh. dengan memasukkan aquaporins, atau saluran air, ke dalam membran
apikal. Tanpa reabsorpsi air, tubuh akan cepat mengalami dehidrasi. Sehingga pada hasil
praktikum pada saat penambahan ADH didapat volume urin menurun mencapai 16,86 ml.

Pada penambahan hormon aldosteron dan ADH secara bersamaan dapat mengakibatkan
konsentrasi kalium meningkat menjadi 65,37 dan konsentrasi urin sama dengan konsentrasi zat
terlarut total yaitu 1200. Ini dikarenakan aldosteron bekerja untuk meningkatkan penyerapan
kembali natrium dari filtrat ke dalam tubuh dan sekresi kalium dari tubuh. Perpindahan elektrolit
ini, ditambah dengan penambahan hormon antidiuretik (ADH),juga menyebabkan lebih banyak
air diserap kembali ke dalam darah, yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Aldosteron
dan ADH dapat menghambat produksi urin maka dari itu pada hasil praktikum volume urin
menurun yaitu 12,67 ml. Penghambatan produksi urin ini sebagai efek agosnistik dari kedua
hormon.

Dengan demikian, ginjal mengatur dengan ketat jumlah air dan zat terlarut yang dikeluarkan
untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh. Jika asupan air berkurang, atau jika ada
kehilangan cairan dari tubuh, ginjal bekerja untuk menghemat air dengan membuat urin menjadi
sangat hiperosmotik (memiliki konsentrasi zat terlarut yang relatif tinggi) ke darah. Jika sudah
ada asupan cairan yang banyak, urine lebih hipo-osmotik. Pada individu normal, Osmolaritas
urin bervariasi dari 50 hingga 1200 miliosmol / kg air.
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 : Efek Diameter Artetiol Terhadap Filtrasi Glomerulus.

Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas protein yang tersaring melalui
kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowman. Konsentrasi H2O lebih tinggi di kapsul bowman
daripada di kapiler glomerulus. Hal ini menimbulkan kecenderungan H2O untuk berpindah
melalui osmosis menuruni gradient konsentrasinya sendiri dari kapsul bowman ke dalam
glomerulus melawan filtrasi glomerulus. Filtrat ini identik komposisinya dengan plasma kecuaii
protein plasma yang ditahan oleh membran glomerulus. LFG dapat diubah-ubah dengan
mengubah tekanan darah kapiler glomerulus melalui pengaruh simpatis pada arteriol aferen
sebagai bagian dari respons refleks baroreseptor yang mengompensasi perubahan tekanan darah
arteri.

6.2 : Efek Tekanan Darah Terhadap Filtrasi Glomerulus Hasil.

Pada peningkatan tekanan darah yang terjadi pada tekanan di glomerulus adalah Meningkat.
Terjadi peningkatan tekanan di glomerulus yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan darah.
Yang terjadi dengan laju filtrasi glomerulus yaitu terjadi peningkatan laju, filtrasi
glomerulusvolume urin meningkat menunjukkan keadaan yang menguntungkan bagi tubuh.

6.3 : Efek Kombinasi Hasil

Ginjal akan melakukan dua mekanisme yang berperan dalam otoregulasi yaitu mekanisme
miogenik yang berespons terhadap perubahan tekanan di dalam komponen vaskular nefron dan
mengakibatkan arteriol aferen berkontriksi secara otomatis dan mekanisme umpan balik
tubuloglomerulus, yang mendeteksi perubahan kadar garam yang mengalir melalui komponen
tubular nefron. Kedua hal ini akan mempertahankan laju filtrasi glomerulus dan membuat cairan
di dalam tubuh tetap terjaga agar tidak kekurangan cairan. Hal ini akan membuat urin sedikit dan
cairan di dalam tubuh tetap terjaga.
6.4 : Efek Gradien Zat Terlarut Pada Konsentrasi Urin Hasil

Volume urin ketika gradien konsentrasi meningkat yang terjadi adalah Volume urin
menurun. ADH meningkatkan permeabilitas sel-sel prinsipal, air bergerak secara cepat via
osmosis keluar dari cairan duktus. Dengan peningkatan gradien konsentrasi dapat mensekresikan
urin yang terkonsentrasi terhadap urin yang terbentuk.

6.6 : Pengaruh Hormon terhadap Pembentukan Urin

Hormon aldosteron dapat meningkatkan konsentrasi kalium pada urin sedangkan hormon
anti diuretik atau ADH dapat meningkatkan konsentrasi urin menjadi sama dengan konsentrasi
total zat terlarut. Aldosteron dan ADH dapat menghambat produksi urin.
BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.


2. Sherwood – Human Physiology from Cells to System.
3. Perhimpuan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia 2012, Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 18, No. 2.
4. Universitas Muhammaddiyah Semarang Tinjauan Pustaka,Semarang repository
unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai